Anda di halaman 1dari 3

Nama : Firda Amiliyanto

NIM : 17204163208

Kelas : TMT 6E

KAJIAN MASALAH PENDIDIKAN INDONESIA

Pendidikan di Indonesia mempunyai cakupan yang sangat luas, mulai dari pendidikan
tingkat rendah sampai pendidikan tingkat tinggi. Dari SD, SMP, SMA, dan Universitas,
mulai dari yang filosofis sampai soal teknis. Pada pengelolahan dan permasalahan yang
dihadapi perguruan tinggi, aspek hukumnya visi sebuah universitas dan Sumber Daya
Manusia (SDM). Salah satu yang menonjol dari pengelolahan dan permasalahan tersebut
adalah Sumber Daya Manusia, dimana dengan meningkatnya jumlah mahasiswa maka perlu
juga diadakan peningkatan jumlah dosen yang berkualitas. Rasio idealnya setiap bertambah
10 mahasiswa, maka haruslah bertambah juga 1 dosen yang berkualitas. Jika suatu perguruan
tinggi kurang memperhatikan masalah ini, maka akan terjadi generation GAP. Generasi yang
dimaksudkan menggambarkan jurang pemisah antara generasi muda dan generasi tua, dan
setiap generasi memiliki sebutan tersendiri. Babby boomers untuk mereka yang terlahir pada
tahun 1950-1960an dan Generation X untuk mereka yang terlahir di era tahun 1980an, maka
dari itu baru-baru ini penerimaan dosen baru yang muda menjadi lebih banyak.

Untuk mengejar visi sebuah perguruan tinggi menjadi World Class University, maka
akan membutuhkan lebih banyak lagi profesor-profesor yang mempunyai prestasi di tingkat
dunia. Jika tidak, maka bagaimana perguruan tinggi tersebut akan menghasilkan mahasiswa
yang berkualitas Dari sudut pandang lain, selain profesor dari universitasnya sendiri perlu
adanya peningkatan mutu lulusan SMA supaya kualitas pendidikan tinggi di Indonesia
merata. Karena kualitas perguruan tinggi sebenarnya juga ditentukan oleh kualitas mahasiswa
baru, jika kualitas mahasiswa baru yang bagus semakin banyak maka perguruan tinggi yang
dituju oleh lulusan tersebut semakin diuntungkan sehngga bisa disebut perguruan tinggi
favorit. Kualitas mahasiswa baru dipengaruhi oleh seleksi dari perguruan tinggi yang super
ketat, sehingga banyak calon mahasiswa yang dulunya santai-santai menjadi lebih giat dalam
belajar karena seleksi masuk yang kompetetif.

Salah satu contoh kita ambil negara tetangga, yaitu Singapura. Sistem pendidikan di
Singapura merupakan sistem pendidikan paling bagus di dunia yang membuat bagaimana
supaya “Every school is a good school”, dimana bakat siswa itu lebih diperhatikan . visi
mereka kuat, jangka panjang, mengutamakan prestasi, dan sangat terstruktur yang selaras
dengan pembangunan ekonomi. Sementara di Indonesia dalam sejarahnya pendidikan masih
berputar pada masalah-masalah yang mendasar, mulai darikurikulum yang diajarkan tidak
sesuai dengan perkembangan terkini sehingga kurang kekinian, akses pendidikan yang
kurang merata, kebutuhan tenaga kerja tidak sesuai dengan kemampuan lulusan dan kualitas
pendidikan yang masih rendah serta tidak merata. Sehingga jika dibandingkan dengan
Singapura masih sangat jauh berbeda.

Di Singapura visi dan misinya tepat akan berarah kemana, sedangkan di Indonesia
masih dalam masalah pengelolaan. Meski sudah ada gagasan untuk link and match antara
dunia pendidikan dengan dunia industri sudah ada dari tahun 1993, namun masih banyak
masalahnya. Menurut PISA (Programme for Internasional Student Assesment) Indonesia
termasuk urutan rendah, karena Indonesia berada di peringkat 62 dari 70 negara, sedangkan
ranking 1 diduduki oleh Singapura. PISA merupakan tes yang diadakan oleh OECD
(Organization for Economic Cooperation and Development) yang merupakan organisasi
internasional yang bergerak di bidang ekonomi untuk membandingkan kualitas pendidikan di
seluruh dunia.

Tokoh central dari PISA itu adalah seorang fisikawan yang ingin bisa mengukur
kualitas manusia seperti kemampuan berpikir kritis dengan menggunakan perhitungan dan
statistik. Karena tes-tes sebelumnya yang ada kebanyakan hanya menguji hafalan saja. Orang
banyak berbicara ranking PISA ini, namun ada hal menarik yang sebenarnya bisa dilihat dari
tes PISA. Bahwa sebenarnya anak-anak Indonesia itu merasa enjoy kalau belajar sains dan
sadar bahwa sains itu penting. Skor rata-rata antara tingkat kesenangan siswa terhadap sains
dan motivasi pelengkap untuk mempelajari sains adalah sekitar 90an. Namun ketika diminta
untuk mengaplikasikannya pada kehidupan sehari-hari skornya sangat rendah, hanya belasan.

Siswa di Indonesia sebenarnya senang dengan pelajaran sains, siswa menguasai


konsepnya tetapi belum bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga hal
ini yang dibutuhkan adalah seorang komunikator sains yang tidak hanya paham konsepnya
tetapi juga bisa menjelaskannya dengan bahasa yang simpel dan mudah dipahami oleh
banyak orang, sehingga dapat menemukan serunya belajar. Tetapi disisi lain sebagai siswa
juga harus bisa menemukan cara untuk memahami sebuah materi dan juga harus bisa
menemukan serunya belajar itu dimana, dan yang paling penting lagi harus bisa
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Karena jika tidak bisa mengkaitkan apa
yang dipelajari disekolah dengan apa yang ada di kehidupan sehari-hari, maka tidak akan
pernah ada sebuah inovasi. Hal ini merupakan cara yang bisa kita lakukan dimulai dari diri
sendiri.

Kita memang kesulitan jika mengejar ketertinggalan dengan Negara lain, tetapi kita
juga harus punya visi kedepan. Apa yang harus dilakukan jika sudah mengejar ketertinggalan.
Indonesia menempati nomor 5 dalam masalah perbaikan. Oleh karena itu mungkin beberapa
tahun kedepan Indonesia bisa menyamai tingkat pendidikan di Negara maju.

Anda mungkin juga menyukai