Anda di halaman 1dari 34

Dosen : Wa Mina La Isa, S.Kep., Ns., M.

Kep
Mata Kuliah : Sistem Endokrin

PEMERIKSAAN FISIK

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

MIRNA WALA NH0218027


MUSDALIFAH NH0218028
NELA ANGRIANI MANE NH0218029
NOVIYANTI HAMUNDU NH0218030
NUR AQILAH AMATULLAH NH0218031
NUR LAILA NH0218032
NURAL VIANTI NH0218033
NURJANNA NH0218034

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

NANI HASANUDDIN

2019

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Pemeriksaan fisik
Dan dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Penulisan makalah ini juga merupakan penugasan dari mata kuliah Sistem
Endokrin. Penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah
memberikan dukungan dan membantu dalam pembuatan makalah ini,

Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna memberikan sifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna mengingat penulis masih tahap belajar dan oleh karna itu mohon maaf
apabila masih banyak kesalahan dan kekurangan di dalam penulisan makalah ini.

Makassar, April 2019

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG .........................................................................
B. RUMUSAN MASALAH .....................................................................
C. TUJUAN ..............................................................................................
D. MANFAAT .........................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR MEDIS ..................................................................
B. TUJUAN PEMERIKSAAN FISIK ......................................................
C. MANFAAT PEMERIKSAAN FISIK .................................................
D. INDIKASI PEMERIKSAAN FISIK ...................................................
E. PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK ................................................
F. EVALUASI .........................................................................................
G. DOKUMENTASI ................................................................................
BAB III CONTOH PEMERIKSAAN FISIK
A. DIABETES MELLETUS .....................................................................
B. HIPERTIROID .....................................................................................
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN ....................................................................................
B. SARAN ................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang
ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil
pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik
akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien.
(Debora, 2011)
Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian
kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa
dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin
diperlukan seperti test neurologi. (Debora, 2011)
Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli
medis dapat menyususn sebuah diagnosis diferensial,yakni sebuah daftar penyebab
yang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk
meyakinkan penyebab tersebut. (Debora, 2011)
Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi pasien
secara umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda vital atau
pemeriksaan suhu, denyut dan tekanan darah selalu dilakukan pertama kali.
(Debora, 2011)
B. Rumusan maslah
1. Bagaimana konsep teori pada Pemeriksaan Fisik?
2. Apa tujuan Pemeriksaan Fisik ?
3. Apa manfaat dari Pemeriksaan Fisik ?
4. Apa indikasi Pemeriksaan Fisik ?
5. Bagaimana prosedur Pemeriksaan Fisik ?
6. Bagaiman prosedur pemeriksaan fisik pada pasien Diabetes mellitus ?
7. Bagaiman prosedur pemeriksaan fisik pada pasien Hipertiroid ?

1
C. Tujuan
a. Umum
Tujuan penulisan dari makalah ini yaitu mengetehui konsep teori, pemeriksaan
fisik, tujuannya, manfaatnya, indikasi serta prosedur pemeriksaan fisik.
b. Khusus
1. Memahami konsenp teori pada pemeriksan fisik
2. Memahami tujuan dari pemeriksaan fisik
3. Memehami tentang manfaat dari pemeriksaan fisik
4. Memahami tentang indikasi pemeriksaan fisik
5. Memehami prosedur pemeriksaan fisik
6. Memehami prosedur pemeriksaan fisik pada pasien Diabetes mellitus
7. Memahami prosedur pemeriksaan fisik pada pasien hipertiroid
D. Manfaat
Manfaat yang ingin diperoleh dalam penyusunan makalah ini adalah Mendapatkan
pengetahuan tentang pemeriksaan fisik

2
BAB II

TINJAUAN KASUS

A. Konsep teori
Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya
bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan
komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan
merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien. (kasim, 2011)
Menurut (Debora, 2011)Adapun teknik-teknik pemeriksaan fisik yang digunakan
adalah:
1. Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh
yang diperiksa melalui pengamatan (mata atau kaca pembesar).
Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk,
posisi, kesimetrisan, lesi, dan penonjolan/pembengkakan.setelah inspeksi perlu
dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh
lainnya. (Debora, 2011)
2. Palpasi
Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan indera peraba ; tangan dan
jari-jari, untuk mendeterminasi ciri2 jaringan atau organ seperti: temperatur,
keelastisan, bentuk, ukuran, kelembaban dan penonjolan. Hal yang di deteksi
adalah suhu, kelembaban, tekstur, gerakan, vibrasi, pertumbuhan atau massa,
edema, krepitasi dan sensasi. (Debora, 2011)
3. Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh
tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri/kanan) dengan
menghasilkan suara, yang bertujuan untuk mengidentifikasi batas/ lokasi dan
konsistensi jaringan. (Debora, 2011)

3
4. Auskultasi
Auskultasi Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan
suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut
dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas,
dan bising usus. (Debora, 2011)
Menurut (Debora, 2011)Dalam melakukan pemeriksaan fisik, ada prinsip-prinsip
yang harus di perhatikan, yaitu sebagai berikut :
a. Kontrol infeksi
Meliputi mencuci tangan, memasang sarung tangan steril, memasang masker,
dan membantu klien mengenakan baju periksa jika ada.
a. kontrol lingkungan
Yaitu memastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat, dan cukup
penerangan untuk melakukan pemeriksaan fisik baik bagi klien maupun bagi
pemeriksa itu sendiri. Misalnya menutup pintu/jendala atau skerem untuk
menjaga privacy klien.
B. Tujuan pemeriksaan fisik
Menurut (Suparmi, 2012) Secara umum, pemeriksaan fisik yang dilakukan
bertujuan:
1. Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien.
2. Untuk menambah, mengkonfirmasi, atau menyangkal data yang diperoleh dalam
riwayat keperawatan.
3. Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan.
4. Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan
penatalaksanaan.
5. Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan.
Namun demikian, masing-masing pemeriksaan juga memiliki tujuan tertentu
yang akan di jelaskan nanti di setiap bagian tibug yang akan di lakukan
pemeriksaan fisik.
C. Manfaat pemeriksaan fisik
Menurut (Suparmi, 2012) mutlak dilakukan pada setiap klien, terutama pada:

4
1. Klien yang baru masuk ke tempat pelayanan kesehatan untuk di rawat.
2. Secara rutin pada klien yang sedang di rawat.
3. Sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien
D. Indikasi pemeriksaan fisik
Menurut (Suparmi, 2012) ada beberapa yang perlu disiapkan sebelum melkukan
pemeriksaan fisik :
1. Alat
Meteran, Timbangan BB, Penlight, Steteskop, Tensimeter/spighnomanometer,
Thermometer, Arloji/stopwatch, Refleks Hammer, Otoskop, Handschoon bersih
( jika perlu), tissue, buku catatan perawat.alat diletakkan di dekat tempat tidur
klien yang akan di periksa.
2. Lingkungan
Pastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat, dan cukup penerangan.
Misalnya menutup pintu/jendala atau skerem untuk menjaga privacy klien.
3. Klien (fisik dan fisiologis)
Bantu klien mengenakan baju periksa jika ada dan anjurkan klien untuk rileks.
E. Prosedur pemeriksaan fisik
1. Prosedur pemeriksaan (Debora, 2011)
a. Cuci tangan
b. Jelaskan prosedur
c. Lakukan pemeriksaan dengan berdiri di sebelah kanan klien dan pasang
handschoen bila di perlukan
d. Pemeriksaan umum meliputi : penampilan umum, status mental dan nutrisi.
Posisi klien : duduk/berbaring
Cara : inspeksi
a) Kesadaran, tingkah laku, ekspresi wajah, mood. (Normal : Kesadaran penuh,
Ekspresi sesuai, tidak ada menahan nyeri/ sulit bernafas)
b) Tanda-tanda stress/ kecemasan (Normal :) Relaks, tidak ada tanda-tanda
cemas/takut)
c) Jenis kelamin

5
d) Usia dan Gender
e) Tahapan perkembangan
f) TB, BB ( Normal : BMI dalam batas normal)
g) Kebersihan Personal (Normal : Bersih dan tidak bau)
h) Cara berpakaian (Normal : Benar/ tidak terbalik)
i) Postur dan cara berjalan
j) Bentuk dan ukuran tubuh
k) Cara bicara. (Relaks, lancar, tidak gugup)
l) Evaluasi dengan membandingkan dengan keadaan normal.
m) Dokumentasikan hasil pemeriksaan
2. Pengukuran Tanda Vital
Posisi klien : duduk/ berbaring
1. Suhu tubuh (Normal : 36,5-37,50c)
2. Tekanan darah (Normal : 120/80 mmHg)
3. Nadi
a) Frekuensi = Normal : 60-100x/menit ;Takikardia: >100; Bradikardia: <60
b) Keteraturan= Normal : teratur
c) Kekuatan= 0: Tidak ada denyutan; 1+:denyutan kurang teraba; 2+:
Denyutan mudah teraba, tak mudah lenyap; 3+: denyutan kuat dan mudah
teraba.
4. Pernafasan
a) Frekuensi: Normal= 15-20x /menit; >20: Takipnea; <15 bradipnea
b) Keteraturan= Normal : teratur
c) Kedalaman: dalam/dangkal
d) Penggunaan otot bantu pernafasan: Normal : tidak ada.
Setelah diadakan pemeriksaan tanda-tanda vital evaluasi hasil yang di
dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan
hasil pemeriksaan yang didapat. (https:www.academia.edu/12672900/
Makalah pemeriksaan Fisik)
3. Pemeriksaan Kulit dan Kuku

6
Tujuan :
a) Mengetahui kondisi kulit dan kuku
b) Mengetahui perubahan oksigenasi, sirkulasi, kerusakan jaringan setempat,
dan hidrasi.
Persiapan
a) Posisi klien: duduk/ berbaring
b) Pencahayaan yang cukup/lampu
c) Sarung tangan (utuk lesi basah dan berair)
Prosedur Pelaksanaan
a) Pemeriksaan kulit
Inspeksi : kebersihan, warna, pigmentasi,lesi/perlukaan, pucat, sianosis, dan
ikterik.
Normal: kulit tidak ada ikterik/pucat/sianosis.
Palpasi : kelembapan, suhu permukaan kulit, tekstur, ketebalan, turgor kulit,
dan edema.
Normal: lembab, turgor baik/elastic, tidak ada edema.
Setelah diadakan pemeriksaan kulit dan kuku evaluasi hasil yang di dapat
dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut.
b) Pemeriksaan kuku
Inspeksi : kebersihan, bentuk, dan warna kuku
Norma : bersih, bentuk normal tidak ada tanda-tanda jari tabuh (clubbing
finger), tidak ikterik/sianosis.
Palpasi : ketebalan kuku dan capillary refile ( pengisian kapiler ).
Normal: aliran darah kuku akan kembali < 3 detik.
Setelah diadakan pemeriksaan kuku evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut. (Debora, 2011)
4. Pemeriksaan kepala, wajah, mata, telinga, hidung, mulut dan leher

7
Posisi klien : duduk , untuk pemeriksaan wajah sampai dengan leher perawat
berhadapan dengan klien.
a) Pemeriksaan kepala
 Tujuan :
 Mengetahui bentuk dan fungsi kepala
 Mengetahui kelainan yang terdapat di kepala
 Persiapan alat
 Lampu
 Sarung tangan (jika di duga terdapat lesi atau luka)
 Prosedur Pelaksanaan menurut (Debora, 2011):
1) Inspeksi : ukuran lingkar kepala, bentuk, kesimetrisan, adanya lesi atau
tidak, kebersihan rambut dan kulit kepala, warna, rambut, jumlah dan
distribusi rambut.
2) Normal: simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak menunjukkan tanda-tanda
kekurangan gizi(rambut jagung dan kering).
3) Palpasi : adanya pembengkakan/penonjolan, dan tekstur rambut.·
Normal: tidak ada penonjolan /pembengkakan, rambut lebat dan
kuat/tidak rapuh.
Setelah diadakan pemeriksaan kepala evaluasi hasil yang di dapat
dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan
hasil pemeriksaan yang didapat.
b) Pemeriksaan wajah menurut (Debora, 2011):
1) Inspeksi : warna kulit, pigmentasi, bentuk, dan kesimetrisan.
2) Normal: warna sama dengan bagian tubuh lain, tidak pucat/ikterik,
simetris.
3) Palpasi : nyeri tekan dahi, dan edema, pipi, dan rahang
4) Normal: tidak ada nyeri tekan dan edema.
Setelah diadakan pemeriksaan wajah evaluasi hasil yang di dapat
dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan
hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.

8
c) Pemeriksaan mata
Tujuan :
1) Mengetahui bentuk dan fungsi mata
2) Mengetahui adanya kelainan pada mata.
Persiapan alat :
1) Senter Kecil
2) Surat kabar atau majalah
3) Kartu Snellen
4) Penutup Mata
5) Sarung tangan
Prosedur Pelaksanaan
1) Inspeksi: bentuk, kesimestrisan, alis mata, bulu mata, kelopak mata,
kesimestrisan, bola mata, warna konjunctiva dan sclera (anemis/ikterik),
penggunaan kacamata / lensa kontak, dan respon terhadap cahaya.
2) Normal: simetris mata kika, simetris bola mata kika, warna konjungtiva
pink, dan sclera berwarna putih.
3) Tes Ketajaman Penglihatan
Ketajaman penglihatan seseorang mungkin berbeda dengan orang lain.
Tajam penglihatan tersebut merupakan derajat persepsi deteil dan kontour
beda. Visus tersebut dibagi dua yaitu:
a) Visus sentralis.
Visus sentralis ini dibagi dua yaitu visus sentralis jauh dan visus
sentralis dekat.
 Visus centralis jauh merupakan ketajaman penglihatan untuk melihat
benda benda yang letaknya jauh. Pada keadaan ini mata tidak
melakukan akomodasi. (EM. Sutrisna, dkk, hal 21).
 Visus centralis dekat yang merupakan ketajaman penglihatan untuk
melihat benda benda dekat misalnya membaca, menulis dan lain lain.
Pada keadaan ini mata harus akomodasi supaya bayangan benda tepat
jatuh di retina. (EM. Sutrisna, dkk, hal 21).

9
b) Visus perifer
Pada visus ini menggambarkan luasnya medan penglihatan dan
diperiksa dengan perimeter. Fungsi dari visus perifer adalah untuk
mengenal tempat suatu benda terhadap sekitarnya dan pertahanan tubuh
dengan reaksi menghindar jika ada bahaya dari samping. Dalam klinis
visus sentralis jauh tersebut diukur dengan menggunakan grafik huruf
Snellen yang dilihat pada jarak 20 feet atau sekitar 6 meter. (Debora,
2011)
c) Pemeriksaan telinga
Tujuan :
Mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga, dan fungsi
pendengaran.
Persiapan Alat :
1) Arloji berjarum detik
2) Garpu tala
3) Speculum telinga
4) Lampu kepala
Prosedur Pelaksanaan :
1) Inspeksi : bentuk dan ukuran telinga, kesimetrisan, integritas, posisi
telinga, warna, liang telinga (cerumen/tanda-tanda infeksi), alat bantu
dengar.
2) Normal: bentuk dan posisi simetris kika, integritas kulit bagus, warna sama
dengan kulit lain, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan alat bantu dengar.
3) Palpasi : nyeri tekan aurikuler, mastoid, dan tragus
4) Normal: tidak ada nyeri tekan.
Setelah diadakan pemeriksaan telinga evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut.
Pemeriksaaan Telinga Dengan Menggunakan Garpu Tala
a. Pemeriksaan Rinne

10
 Pegang agrpu tala pada tangkainya dan pukulkan ke telapak atau buku
jari tangan yang berlawanan.
 Letakkan tangkai garpu tala pada prosesus mastoideus klien.
 Anjurkan klien untuk memberi tahu pemeriksa jika ia tidak merasakan
getaran lagi.
 Angkat garpu tala dan dengan cepat tempatkan di depan lubang telinga
klien 1-2 cm dengan posisi garpu tala parallel terhadap lubang telinga
luar klien.
 Instruksikan klien untuk member tahu apakah ia masih mendengarkan
suara atau tidak.
 Catat hasil pemeriksaan pendengaran tersebut.
b. Pemeriksaan Webber
 Pegang garpu tala pada tangkainya dan pukulkan ke telapak atau buku
jari yang berlawanan.
 Letakkan tangkai garpu tala di tengah puncak kepala klien.
 Tanyakan pada klien apakah bunyi terdengar sama jelas pada kedua
telinga atau lebih jelas pada salah satu telinga.
 Catat hasil pemeriksaan dengan pendengaran tersebut. (Suparmi,
2012)
d) Pemeriksan hidung dan sinus
Tujuan :
1) Mengetahui bentuk dan fungsi hidung
2) Menentukan kesimetrisan struktur dan adanya inflamasi atau infeksi
Persiapan Alat :
1) Spekulum hidung
2) Senter kecil
3) Lampu penerang
4) Sarung tangan (jika perlu)
Prosedur Pelaksanaan :

11
1) Inspeksi : hidung eksternal (bentuk, ukuran, warna, kesimetrisan), rongga,
hidung ( lesi, sekret, sumbatan, pendarahan), hidung internal (kemerahan,
lesi, tanda2 infeksi).
2) Normal: simetris kika, warna sama dengan warna kulit lain, tidak ada lesi,
tidak ada sumbatan, perdarahan dan tanda-tanda infeksi.
3) Palpasi dan Perkusi frontalis dan, maksilaris (bengkak, nyeri, dan septum
deviasi).
4) Normal: tidak ada bengkak dan nyeri tekan.
Setelah diadakan pemeriksaan hidung dan sinus evaluasi hasil yang di
dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan
hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
e) Pemeriksaan mulut dan bibir
Tujuan :
Mengetahui bentuk kelainan mulut.

Persiapan Alat :

1) Senter kecil
2) Sudip lidah
3) Sarung tangan bersih
4) Kasa
Prosedur Pelaksanaan :
1) Inspeksi dan palpasi struktur luar : warna mukosa mulut dan bibir, tekstur
, lesi, dan stomatitis.
2) Normal: warna mukosa mulut dan bibir pink, lembab, tidak ada lesi dan
stomatitis.
3) Inspeksi dan palpasi strukur dalam : gigi lengkap/penggunaan gigi palsu,
perdarahan/ radang gusi, kesimetrisan, warna, posisi lidah, dan keadaan
langit2.

12
4) Normal: gigi lengkap, tidak ada tanda-tanda gigi berlobang atau kerusakan
gigi, tidak ada perdarahan atau radang gusi, lidah simetris, warna pink,
langit2 utuh dan tidak ada tanda infeksi.
Gigi lengkap pada orang dewasa berjumlah 36 buah, yang terdiri dari 16
buah di rahang atas dan 16 buah di rahang bawah. Pada anak-anak gigi sudah
mulai tumbuh pada usia enam bulan. Gigi pertama tumbuh dinamakan gigi
susu di ikuti tumbuhnya gigi lain yang disebut gigi sulung. Akhirnya pada usia
enam tahun hingga empat belas tahun, gigi tersebut mulai tanggal dan dig anti
gigi tetap. (Debora, 2011)
Pada usia 6 bulan gigi berjumlah 2 buah (dirahang bawah), usia 7-8 bulan
berjumlah 7 buah(2 dirahang atas dan 4 dirahang bawah) , usia 9-11 bulan
berjumlah 8 buah(4 dirahang atas dan 4 dirahang bawah), usia 12-15 bulan
gigi berjumlah 12 buah (6 dirahang atas dan 6 dirahang bawah), usia 16-19
bulan berjumlah 16 buah (8 dirahang atas dan 8 dirahang bawah), dan pada
usia 20-30 bulan berjumlah 20 buah (10 dirahang atas dan 10 dirahang
bawah). (Debora, 2011)
Setelah diadakan pemeriksaan mulut dan bibir evaluasi hasil yang di dapat
dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut. (Debora, 2011)
f) Pemeriksaan leher menurut (Suparmi, 2012)
Tujuan :
1) Menentukan struktur integritas leher
2) Mengetahui bentuk leher serta organ yang berkaitan
3) Memeriksa system limfatik
Persiapan Alat :
- Stetoskop
Prosedur Pelaksanaan :
1) Inspeksi leher: warna integritas, bentuk simetris.
2) Normal: warna sama dengan kulit lain, integritas kulit baik, bentuk
simetris, tidak ada pembesaran kelenjer gondok.

13
3) Inspeksi dan auskultasi arteri karotis: lokasi pulsasi.
4) Normal: arteri karotis terdengar.
5) Inspeksi dan palpasi kelenjer tiroid (nodus/difus, pembesaran,batas,
konsistensi, nyeri, gerakan/perlengketan pada kulit), kelenjer limfe (letak,
konsistensi, nyeri, pembesaran), kelenjer parotis (letak, terlihat/ teraba).
6) Normal: tidak teraba pembesaran kel.gondok, tidak ada nyeri, tidak ada
pembesaran kel.limfe, tidak ada nyeri.
7) Auskultasi : bising pembuluh darah.
Setelah diadakan pemeriksaan leher evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut.
5. Pemeriksaan dada( dada dan punggung)
Menurut (Suparmi, 2012)pemeriksaan dada sebagai berikut :
Posisi klien: berdiri, duduk dan berbaring
Cara/prosedur:
a) System pernafasan
Tujuan :
1) Mengetahui bentuk, kesimetrisas, ekspansi, keadaan kulit, dan dinding
dada.
2) Mengetahui frekuensi, sifat, irama pernafasan,
3) Mengetahui adanya nyeri tekan, masa, peradangan, traktil premitus.
Persiapan alat :
1) Stetoskop
2) Penggaris centimeter
3) Pensil penada
Prosedur pelaksanaan :
1) Inspeksi : kesimetrisan, bentuk/postur dada, gerakan nafas (frekuensi,
irama, kedalaman, dan upaya pernafasan/penggunaan otot-otot bantu
pernafasan), warna kulit, lesi, edema, pembengkakan/ penonjolan.

14
2) Normal: simetris, bentuk dan postur normal, tidak ada tanda-tanda distress
pernapasan, warna kulit sama dengan warna kulit lain, tidak
ikterik/sianosis, tidak ada pembengkakan/penonjolan/edema.
3) Palpasi: Simetris, pergerakan dada, massa dan lesi, nyeri, tractile fremitus.
perawat berdiri dibelakang pasien, instruksikan pasien untuk mengucapkan
angka “tujuh-tujuh” atau “enam-enam” sambil melakukan perabaan dengan
kedua telapak tangan pada punggung pasien.)
1) Normal: integritas kulit baik, tidak ada nyeri tekan/massa/tanda-tanda
peradangan, ekspansi simetris, taktil vremitus cendrung sebelah kanan
lebih teraba jelas.
2) Perkusi: paru, eksrusi diafragma (konsistensi dan bandingkan satu sisi
dengan satu sisi lain pada tinggi yang sama dengan pola berjenjang sisi ke
sisi).
3) Normal: resonan (“dug dug dug”), jika bagian padat lebih daripada bagian
udara=pekak (“bleg bleg bleg”), jika bagian udara lebih besar dari bagian
padat= hiperesonan (“deng deng deng”), batas jantung=bunyi rensonan----
hilang>>redup.
4) Auskultasi: suara nafas, trachea, bronchus, paru. (dengarkan dengan
menggunakan stetoskop di lapang paru kika, di RIC 1 dan 2, di atas
manubrium dan di atas trachea)
5) Normal: bunyi napas vesikuler, bronchovesikuler, brochial, tracheal.
Setelah diadakan pemeriksaan dada evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut. (Debora, 2011)
b) System kardiovaskuler
Tujuan :
1) Mengetahui ketifdak normalan denyut jantung
2) Mengetahui ukuran dan bentuk jantug secara kasar
3) Mengetahui bunyi jantung normal dan abnormal
4) Mendeteksi gangguan kardiovaskuler

15
Persiapan alat :
1) Stetoskop
2) Senter kecil
Prosedur pelaksanaan :
1) Inspeksi : Muka bibir, konjungtiva, vena jugularis, arteri karotis
2) Palpasi: denyutan
3) Normal untuk inspeksi dan palpasi: denyutan aorta teraba.
4) Perkusi: ukuran, bentuk, dan batas jantung (lakukan dari arah samping ke
tengah dada, dan dari atas ke bawah sampai bunyi redup).
5) Normal: batas jantung: tidak lebih dari 4,7,10 cm ke arah kiri dari garis mid
sterna, pada RIC 4,5,dan 8.
6) Auskultasi: bunyi jantung, arteri karotis. (gunakan bagian diafragma dan
bell dari stetoskop untuk mendengarkan bunyi jantung.
7) Normal: terdengar bunyi jantung I/S1 (lub) dan bunyi jantung II/S2 (dub),
tidak ada bunyi jantung tambahan (S3 atau S4).
Setelah diadakan pemeriksaan system kardiovaskuler evaluasi hasil yang
di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan
dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut. (Debora, 2011)
6. Dada dan aksila
Tujuan :
a) Mengetahui adanya masa atau ketidak teraturan dalam jaringan payudara
b) Mendeteksi awal adanya kanker payudara
Persiapan alat :
a) Sarung tangan sekali pakai (jika diperlukan)
Prosedur pelaksanaan :
b) Inspeksi payudara: Integritas kulit
c) Palpasi payudara: Bentuk, simetris, ukuran, aerola, putting, dan penyebaran
vena
d) Inspeksi dan palpasi aksila: nyeri, perbesaran nodus limfe, konsistensi.

16
Setelah diadakan pemeriksaan dadadan aksila evaluasi hasil yang di dapat
dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut. (Debora, 2011)
7. Pemeriksaan Abdomen (Perut)
Posisi klien: Berbaring
Tujuan :
a) Mengetahui bentuk dan gerakan-gerakan perut
b) Mendengarkan suara peristaltic usus
c) Meneliti tempat nyeri tekan, organ-organ dalam rongga perut benjolan dalam
perut.
Persiapan :
Posisi klien: Berbaring
a) Stetoskop
b) Penggaris kecil
c) Pensil gambar
d) Bantal kecil
e) Pita pengukur
Prosedur pelaksanaan pemeriksaan abdomen menurut (Debora, 2011) :
a) Inspeksi : kuadran dan simetris, contour, warna kulit, lesi, scar, ostomy,
distensi, tonjolan, pelebaran vena, kelainan umbilicus, dan gerakan dinding
perut.
b) Normal: simetris kika, warna dengan warna kulit lain, tidak ikterik tidak
terdapat ostomy, distensi, tonjolan, pelebaran vena, kelainan umbilicus.
c) Auskultasi : suara peristaltik (bising usus) di semua kuadran (bagian
diafragma dari stetoskop) dan suara pembuluh darah dan friction rub :aorta,
a.renalis, a. illiaka (bagian bell).
d) Normal: suara peristaltic terdengar setiap 5-20x/dtk, terdengar denyutan arteri
renalis, arteri iliaka dan aorta.
e) Perkusi semua kuadran : mulai dari kuadran kanan atas bergerak searah jarum
jam, perhatikan jika klien merasa nyeri dan bagaiman kualitas bunyinya.

17
f) Perkusi hepar: Batas
g) Perkusi Limfa: ukuran dan batas.
h) Perkusi ginjal: nyeri
i) Normal: timpani, bila hepar dan limfa membesar=redup dan apabila banyak
cairan = hipertimpani
j) Palpasi semua kuadran (hepar, limfa, ginjal kiri dan kanan): massa,
karakteristik organ, adanya asistes, nyeri irregular, lokasi, dan nyeri.dengan
cara perawat menghangatkan tangan terlebih dahulu
k) Normal: tidak teraba penonjolan tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa dan
penumpukan cairan.
l) Setelah diadakan pemeriksaan abdomen evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut.
8. Pemeriksaan ekstermitas atas (bahu, siku, tangan)
Tujuan :
a) Memperoleh data dasar tetang otot, tulang dan persendian
b) Mengetahui adanya mobilitas, kekuatan atau adanya gangguan pada bagian-
bagian tertentu.
Alat :Meteran
Prosedur pelaksanaan :
Posisi klien: Berdiri. Duduk
a) Inspeksi struktur muskuloskletal : simetris dan pergerakan, Integritas ROM,
kekuatan dan tonus otot.
b) Normal: simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan otot penuh.
c) Palpasi: denyutan a.brachialis dan a. radialis.
d) Normal: teraba jelas
e) Tes reflex :tendon trisep, bisep, dan brachioradialis.
f) Normal: reflek bisep dan trisep positif.

18
Setelah diadakan pemeriksaan ekstermitas atas evaluasi hasil yang di dapat
dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut. (Suparmi, 2012)
9. Pemeriksaan ekstermitas bawah (panggul, lutut, pergelangan kaki dan telapak
kaki)
a) Inspeksi struktur muskuloskletal : simetris dan pergerakan, integritas kulit,
posisi dan letak, ROM, kekuatan dan tonus otot
b) Normal: simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan otot penuh
c) Palpasi : a. femoralis, a. poplitea, a. dorsalis pedis: denyutan
d) Normal: teraba jelas
e) Tes reflex :tendon patella dan archilles.
f) Normal: reflex patella dan archiles positif
Setelah diadakan pemeriksaan ekstermitas bawah evaluasi hasil yang di dapat
dengan membandingkan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut. (Suparmi, 2012)
10. Pemeriksaan genitalia (alat genital, anus, rectum)
Menurut (Suparmi, 2012)carapemeriksaan genetalia sebagai berikut :
Posisi Klien : Pria berdiri dan wanita litotomy.
Tujuan:
a) Melihat dan mengetahui organ-organ yang termasuk dalam genetalia.
b) Mengetahui adanya abnormalitas pada genetalia, misalnya varises, edema,
tumor/ benjolan, infeksi, luka atau iritasi, pengeluaran cairan atau darah.
c) Melakukan perawatan genetalia.
d) Mengetahui kemajuan proses persalinan pada ibu hamil atau persalinan.
Alat :
a) Lampu yang dapat diatur pencahayaannya
b) Sarung tangan (Suparmi, 2012)
Pemeriksaan rectum :
Tujuan :
a) Mengetahui kondisi anus dan rectum

19
b) Menentukan adanya masa atau bentuk tidak teratur dari dinding rektal
c) Mengetahui intregritas spingter anal eksternal
d) Memeriksa kangker rectal dll
Alat :
a) Sarung tangan sekali pakai
b) Zat pelumas
c) Penetangan untuk pemeriksaan
Prosedur Pelaksanaan :
a) Wanita:
1) Inspeksi genitalia eksternal: mukosa kulit, integritas kulit, contour
simetris, edema, pengeluaran.
2) Normal: bersih, mukosa lembab, integritas kulit baik, semetris tidak ada
edema dan tanda-tanda infeksi (pengeluaran pus /bau).
3) Inspeksi vagina dan servik : integritas kulit, massa, pengeluaran
4) Palpasi vagina, uterus dan ovarium: letak ukuran, konsistensi dan, massa.
5) Pemeriksaan anus dan rectum: feses, nyeri, massa edema, haemoroid,
fistula ani pengeluaran dan perdarahan.
6) Normal: tidak ada nyeri, tidak terdapat edema / hemoroid/ polip/ tanda-
tanda infeksi dan pendarahan
Setelah diadakan pemeriksaan di adakan pemeriksaan genitalia evaluasi
hasil yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan
dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
b) Pria
Menurut (Suparmi, 2012)Cara pemeriksaan alat genetalia laki laki :
1) Inspeksi dan palpasi penis: Integritas kulit, massa dan pengeluaran
2) Normal: integritas kulit baik, tidak ada masa atau pembengkakan, tidak
ada pengeluaran pus atau darah
3) Inspeksi dan palpassi skrotum: integritas kulit, ukuran dan bentuk,
turunan testes dan mobilitas, massa, nyeri dan tonjolan

20
4) Pemeriksaan anus dan rectum : feses, nyeri, massa, edema, hemoroid,
fistula ani, pengeluaran dan perdarahan.
5) Normal: tidak ada nyeri , tidak terdapat edema / hemoroid/ polip/ tanda-
tanda infeksi dan pendarahan.
6) Setelah diadakan pemeriksaan dadadan genitalia wanita evaluasi hasil
yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan
dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
A. Evaluasi
Perawat bertanggung jawab untuk asuhan keperawatan yang mereka berikan
dengan mengevaluasi hasil intervensi keperawatan. Keterampilan pengkajian fisik
meningkatkan evaluasi tindakan keperawatan melalui pemantauan hasil asuhan
fisiologis dan perilaku. Keterampilan pengkajian fisik yang sama di gunakan untuk
mengkaji kondisi dapat di gunakan sebagai tindakan evaluasi setelah asuhan
diberikan. (Debora, 2011)
Perawat membuat pengukuran yang akurat, terperinci, dan objektif melalui
pengkajian fisik. Pengukuran tersebut menentukan tercapainya atau tidak hasil
asuhan yang di harapkan. Perawat tidak bergantung sepenuhnya pada intuisi ketika
pengkajian fisik dapat digunakan untuk mengevaluasi keefektifan asuhan.
(Debora, 2011)
B. Dokumentasi
Perawat dapat memilih untuk mencatat hasil dari pengkajian fisik pada
pemeriksaan atau pada akhir pemeriksaan. Sebagian besar institusi memiliki
format khusus yang mempermudah pencatatan data pemeriksaan. Perawat
meninjau semua hasil sebelum membantu klien berpakaian, untuk berjaga-jaga
seandainya perlu memeriksa kembali informasi atau mendapatkan data tambahan.
Temuan dari pengkajian fisik dimasukkan ke dalam rencana asuhan. (Debora,
2011)
Data di dokumentasikan berdasarkan format SOAPIE, yang hamper sama
dengan langkah-langkah proses keperawatan.
Format SOAPIE, terdiri dari:

21
1. Data (riwayat) Subjektif, yaitu apa yang dilaporkan klien
2. Data (fisik) Objektif, yaitu apa yang di observasi, inspeksi, palpasi, perkusi
dan auskultasi oleh perawat.
3. Assessment (pengkajian) , yaitu diagnose keperawatan dan pernyataan
tentang kemajuan atau kemunduran klien
4. Plan (Perencanaan), yaitu rencana perawatan klien
5. Implementation (pelaksanaan), yaitu intervensi keperawatan dilakukan
berdasarkan rencana
6. Evaluation (evaluasi), yaitu tinjauan hasil rencana yang sudah di
implementasikan. (Debora, 2011)

BAB III
CONTOH PEMERIKSAAN FISIK
A. Diabetes mellitus

22
a. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 130/80 mmhg
Nadi : 88x/menit
Pernapasan : 18x/menit
Suhu : 37,5 oC
b. Kulit
Warna kulit pucat, bengkak di kaki kanan dan kiri, turgor kulit di ekstremitas
bawah buruk.
c. Kepala dan Leher
Bentuk kepala : mesochepal
Rambut : rambut beruban, panjang, ikal, tipis, penyebaran merata, tidak ada lesi.
Mata : simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis, palpebra tidak
kehitaman, penglihatan baik.
Telinga : simetris, tidak ada keluaran yang abnormal
Hidung : tidak ada sekret, tidak ada lesi, tidak ada massa
Mulut : Tidak ada sariawan, mukosa bibir kering, tidak ada gusi berdarah
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe.
d. Jantung
Inspeksi : tidak tamapak IC
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni, tidak ada bising, tidak ada gallop
e. Paru-paru
Inspeksi : simetris, pengembangan dada kurang maksimal.
Palpasi : pengembangan paru kanan dan kiri simetris
Perkusi : sonor
Auskultasi : tidak ada suara whezzing dan ronkhi.
f. Abdomen
Inspeksi : tidak ada lesi
Palpasi : tidak terdapat massa, tidak ada benjolan.
Perkusi : timpani.

23
Auskultasi : bising usus 10 kali/menit.
g. Genitalia dan Status Reproduksi
Tidak di kaji, klien menolak
h. Status Neurologis : GCS : 15. E:4; V:5; M:6
i. Ekstremitas
Ekstremitas atas : tangan kanan dan kiri bisa digerakkan. tidak ada
deformitas, tidak ada edema, perfusi kapiler baik, akral
hangat.
Ekstremitas bawah :kaki kanan dan kiri bisa digerakkan. Kaki sering terasa
kesemutan, bengkak di kaki kanan dan kiri, perfusi
kapiler buruk, CRT bagian ujung lebih dari 3 detik akral
dingin.
B. Hipertiroid
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Lemah
b. Tingkat kesadaran
Apatis
c. Tanda-tanda vital
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 110x/menit
Pernapasan : 30x/menit
Suhu : 38°C
d. Berat Badan : 45 Kg
e. Tinggi Badan : 157 cm
f. Kulit
Inspeksi : Tidak terdapat lesi, lecet, jaringan parut, kulit tampak
bersih. Tidak terdapat kelainan –kelainan pada kulit
Palpasi : Kulit : dingin
Kelembaban kulit : kurang

24
Tekstur kulit : halus
Oedema : tidak ada
g. Kepala
Inspeksi : Bentuk muka dan tengkorak kepala simetris, rambut
halus, tidak ada luka pada kulit kepala, rambut tampak
bersih.
Palpasi : Tidak ada pembengkakan/ benjolan, tidak ada nyeri
tekan, massa tidak ada.
h. Wajah
Inspeksi : Simertis/tidak : Simetris
Bentuk wajah : Lonjong/oval
Gerakan abnormal : Tidak ada
Ekspresi wajah : Datar
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
i. Mata
Inspeksi : Palpebrae : Tidak ada edema dan radang
Sclera : Berwarna kemerahan
Conjuctiva :Tidak Radang/tidakAnemis
Pupil : Isokor
Posisi mata : Simetris kiri dan kanan
Gerakan bola mata :Pasien sulit menggerakkan
matanya karena nyeri saat
menggerakan mata
Penutupan kelopak mata : Pasien sulit menutup mata
Keadaan visus : 15/20
Penglihatan : Kabur

Palpasi : Nyeri Tekan (+)

Tekanan Intra Okuler ( TIO ) (+)

j. Hidung

25
Inspeksi : Simetris, tidak terdapat pembengkakan dan sekresi,
tulang hidung tidak mengalami pembengkokan, tidak
mengalami pembengkakan pada sselaput lendir.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada benjolan/tumor.
k. Telinga
Inspeksi : Telinga bagian luar simetris, tidak ada serumen/cairan dan
nanah.
l. Mulut
Inspeksi : Lidah tampak kotor, bibir pucat, terdapat caries pada gigi.

m. Leher
Inspeksi :Kelenjar Thyroid membesar, ada pembengkakan/benjolan
pada leher, tidak ada distensi vena jugularis.
Palpasi : Kelenjar Thyroid teraba, kaku kuduk +, tidak teraba
kelenjar limfe, terdapat benjolan.
n. Thoraks
Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris kiri dan kanan, ada retraksi.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tida terdapat massa
Perkusi :Terdengar bunyi sonor
Auskultasi :Suara napas vesikuler dan tidak terdapat bunyi tambahan.
o. Jantung
Inpeksi : Ictus Cordis terlihat ditemukan pada ICS 5 linea medio
clavicularis kiri.
Palpasi : Saat melakukan palpasi iktus teraba.
Perkusi : Saat dilakukan perkusi, jantung dalam batas normal.
Auskultasi : Irama jantung tidak teratur/ distritmia, bising jantung :
murmur ada
p. Abdomen

26
Inspeksi : Umbilikus tidak menonjol, tidak ada pembendungan
pembuluh darah vena, tidak ada benjolan, warna kulit
normal.
Palpasi : Tidak ada rasa nyeri, tidak ada benjolan/ massa, tidak ada
pembesaran pada organ hepar.
Auskultasi : Peristaltik keras dan panjang
Perkusi : Terdengar bunyi Thympani
q. Genitalia
Inspeksi : Tidak ada prolapsus uteri, benjolan kelenjar bartolini,
sekret vagina jernih.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan

27
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan
atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang
sistematif dan komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnesa,
menentukan masalah dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi
klien.
Pemeriksaan fisik Mutlak dilakukan pada setiap klien, tertama pada
klien yang baru masuk ke tempat pelayanan kesehatan untuk di rawat, secara
rutin pada klien yang sedang di rawat, sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien.
Jadi pemeriksaan fisik ini sangat penting dan harus di lakukan pada kondisi
tersebut, baik klien dalam keadaan sadar maupun tidak sadar.
Pemeriksaan fisik menjadi sangat penting karena sangat bermanfaat,
baik untuk untuk menegakkan diagnosa keperawatan . memilih intervensi yang
tepat untuk proses keperawatan, maupun untuk mengevaluasi hasil dari asuhan
keperawatan.
B. Saran
Agar pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan baik, maka perawat
harus memahami ilmu pemeriksaan fisik dengan sempurna dan pemeriksaan
fisik ini harus dilakukan secara berurutan, sistematis, dan dilakukan dengan
prosedur yang benar.

28
29
DAFTAR PUSTAKA

Debora, O. (2011). Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Salemba Medika :


Yogyakarta.
Husim, A. https:www.academia.edu/12672900/ Makalah pemeriksaan Fisik. (sabtu
31 maret 2019 jam 18.00 WITA).
kasim, E. T. (2011). Panduan pemeriksaan Fisik bagi Mahasiswa keperawtan.
Jakarta: Salemba Medika.
Suparmi, L. (2012). Pemeriksaan Fisik Keperawatan. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai