Anda di halaman 1dari 5

Gambar 43.

1 Fraktur kominutif pada tulang tibia, dengan pergeseran ke arah medial dan overriding
dari fragmen distal. Karena dekatnya jarak permukaan kulit dengan anteromedial aspek tibia,
penetrasi kulit mungkin terjadi, dan terlihat udara di sekitar jaringan lunak, menunjukkan penetrasi
telah terjadi. Tampak pergeseran ke arah medial, tetapi terdapat angulasi fragmen distal ke arah
lateral. Fraktur fibula segmental juga terlihat.

Gambar 43.2 Fraktur kominutif tulang tibia, dengan fragmen segitiga yang menyerupai 'kupu-kupu'.

Gambar 43.3. Fraktur segmental tulang femur: menurut definisi yaitu fraktur kominutif. Dalam hal
ini segmen yang terpisah terlihat jelas tidak selaras.

Gambar 43.4 (A, B) Fraktur torus pada tulang radius. Korteks tertekuk pada permukaan dorsal.
Terlepas dari deformitas minor, permukaan volar terlihat intak.

Gambar 43.5 Efusi siku: elevasi pada tumpukan lemak di anterior (panah). Meski tidak termasuk
tanda patognomonik pada fraktur, elevasi tumpukan lemak di anterior tersebut menunjukkan
adanya efusi yang jelas, dan biasanya berkaitan dengan kejadian fraktur. Inspeksi yang cermat pada
awal dari tulang radius yang terpisah menunjukkan step-off korteks minor dari metafisis,
menunjukkan adanya fraktur.

Gambar 43.6 Gambaran lemak dan cairan (lipohaemarthrosis) terlihat pada sendi lutut pada
potongan lateral cross-table. Hal ini menunjukkan adanya cedera tulang intra-artikular.

Gambar 43.7 (A, B) Fraktur kompresi dari korpus vertebra T7, T8 dan T9 dengan hematoma
paraspinal besar, yang membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk di absorbsi, masih terlihat setelah
fraktur telah dikonsolidasikan. (Courtesy of Dr D. J. Stoker dan Institut Ortopedi.)

Gambar 43.8 Fraktur kominutif kedua tulang kalkaneus. Luasnya cedera, dan khususnya keterlibatan
sendi, gambar tampak tidak jelas dengan foto polos (A-C) khususnya di sebelah kanan. (D) gambar
CT, bagaimanapun, menunjukkan bahwa ada disorganisasi fragmen yang jelas pada permukaan sendi
di sebelah kiri, dan segmen yang agak tertekan di sebelah kanan.

Gambar 43.9 (A) Perhatikan emfisema orbital di sebelah kiri, dengan udara yang mengelilingi bola
mata (panah), dan di bawah kelopak mata (panah terbuka). Tanda ini sangat mendukung dari fraktur
blow-out. Dalam hal ini tampak iregularitas pada tepi orbital inferior (panah), dengan kepadatan
jaringan lunak yang tampak memproyeksikan ke dalam sinus maksilaris. (B) Tomografi memastikan
adanya fraktur pada lantai orbital (panah).

Gambar 43.10. Fraktur stres pada sakrum. Pasien lanjut usia ini menjalani pemindaian tulang
menggunakan pencitraan nuklir untuk nyeri di punggung bawah. Sebuah karakteristik pola
peningkatan tracer uptake menunjukkan fraktur stres pada osteoporosis tulang sakrum.

Gambar 43.11 Gambaran T -weighted sagital (A) dan T2-weighted (B) menunjukkan fraktur
osteochrondral yang jelas pada kondilus femoralis. Terlihat efusi sendi yang besar (jelas pada T2-
weighted).

Gambar 43.12 MRI koronal (T2-weighted) dari pelvis dan paha dari seorang pesenam muda, yang
mengeluhkan nyeri dan bengkak di pangkal paha. Sebuah lesi yang jelas dari intensitas sinyal
campuran pada wilayah iliopsoas. Pola sinyal campuran umum terdapat pada hematoma, yang
menunjukkan adanya hematoma kompleks, dan variasi dalam kadar hemoglobin,
deoxyhaemoglobin, methaemoglobin dan haemosiderin.

Gambar 43.13 (A) 'massa' yang terkalsifikasi di paha seseorang berusia 16 tahun ini berhasil
menyingkirkan tumor. (B) Gambaran potongan koronal MR T-weighted menunjukkan massa dengan
intensitas sinyal rendah, dengan edema intensitas sinyal rendah sekitarnya, dengan peningkatan
intensitas sinyal pada gambar T2-weighted (C). Terdapat juga yang suatu kalsifikasi 'cincin' dengan
intensitas sinyal rendah. Penampilan tersebut merupakan karakteristik dari post-traumatic myositis
ossificans.

Gambar 43.14 Tibia dengan gambaran non-union pada tibia meskipun telah dilakukan grafting
tulang interosseus dan pemasangan surgical wiring. Tampak adanya sklerosis disekitar garis fraktur,
tanpa adanya tanda-tanda bone bridging, dalam kurun waktu 1 tahun setelah fraktur.

Gambar 43.15 (A) Pemindaian MRI menunjukkan jaringan dengan intensitas sinyal campuran di celah
fraktur non-union pada femur distal (panah) pada gambar T1-weighted. (B) Area dengan
peningkatan intensitas sinyal yang terlihat pada gambar T2-weighted (panah gelap), menunjukkan
fokus infeksi.

Gambar 43.16 Malunion dari fraktur tibialis, yang telah sembuh dengan baik, tetapi menunjukkan
angulasi lateral pada fragmen distal.

Gambar 43.17 Fraktur stres. (A) Area dengan sclerosis yang meningkat, dengan beberapa tulang baru
periosteal yang padat di pertengahan tibia. (B) MRI mungkin membantu dalam diagnosis dini
sebelum tanda yang jelas terlihat pada foto polos.

Gbr. 43.18 Fraktur stres multipel terlihat, beberapa dengan lucencies horizontal yang jelas berjalan
tegak lurus ke arah korteks tulang. Pasien merupakan seorang pelari yang menolak untuk berhenti
jogging meskipun merasakan nyeri.

Gambar 43.19 (A) Representasi diagram dari gambar oblik vertebra lumbar, menunjukkan tampilan
‘scotty dog’. Defek pada pars interartikularis sesuai dengan gambaran kerah anjing. (B, C) Defek Pars:
radiografi oblik menunjukkan penampilan yang sama seperti pada (A). (Atas perkenan Dr D. J. Stoker
dan Institute of Orthopedics.)

Gambar 43.20 Penyakit Osgood-Schlatter. Fragmentasi dapat dilihat dan peningkatan dari pusat
osifikasi tuberkulum tibialis.

Gbr. 43.21 (A) Perhatikan avulsi dari batas inferior tulang ischium di insersi pada otot hamstring. MRI
pada cedera ini (B) menunjukkan perluasan cedera pada tulang di bawahnya (panah), tidak terlihat
pada foto polos.

Gambar. 43.22 Fraktur avulsi dari krista iliaka inferior anterior: Ini merupakan origin dari otot rectus
femoris.

Gambar 43.23 Fraktur patologis yang melewati sebuah kista tulang sederhana oada humerus
proksimal.
Gambar 43.24 (A) CT menunjukkan fraktur kortikal caput femoralis dari dislokasi panggul posterior
sebelumnya. Tampak sebuah fragmen intra-artikular kecil. (B) Pemindaian MRI dilakukan beberapa
minggu kemudian, menunjukkan temuan khas nekrosis avaskular prostesis.

Gambar. 43.25 Nekrosis avaskular pasca-trauma pada kutub proksimal skafoid. Meskipun fraktur
pinggang skafoid telah 'sembuh', nekrosis avaskular telah terjadi, dengan hasil akhir sklerosis.

Gambar. 43.26 Penyakit Kienbock: Kenyataannya, suatu bentuk nekrosis avaskular traumatik pada
semilunar.

Gambar 43.27 Vibration Sindrom. Fragmentasi dan pendataran pada semilunar karena nekrosis
avaskular adalah khas penyakit Kienbock, disertai dengan perubahan kistik yang luas pada tulang di
sekitarnya. Kelainan ini terjadi pada seorang pekerja yang menggunakan latihan udara tekan, yang
telah terpapar trauma berulang ini selama bertahun-tahun. (Atas perkenan Dr D. J. Stoker dan
Institute of Orthopaedics.)

Gambar 43.28 Atrofi Sudeck: ada trauma minor pada lengan beberapa minggu sebelumnya.
Perhatikan osteoporosis pada tulang-tulang tangan, pergelangan tangan dan lengan, paling banyak
ditemui di ujung tulang, tetapi juga menyebabkan 'penipisan' dan resorpsi korteks.

Gambar. 43.29 Miositis ossificans pasca-trauma. Densitas tulang muncul dari korteks femur distal
dan meluas ke jaringan lunak. Ada riwayat trauma tumpul, tetapi meskipun demikian, lesi ini perlu
dibedakan dari osteosarkoma parosteal.

Gbr. 43.30 Myositis ossificans terkait dengan paraplegia. Osifikasi jaringan lunak yang sangat luas
terlihat di sekitar kedua sendi panggul. (Atas perkenan Dr D. J. Stoker dan Institute of Orthopaedics.)

Gambar 43.31 Lesi Pellegrini-Stieda. Kalsifikasi pasca-trauma ditunjukkan dalam kaitannya dengan
kondilus femoralis medial yang diikuti robekan ligamen kolateral medial. (Atas perkenan Dr D. J.
Stoker dan Institute of Orthopaedics.)

Gambar 43.32 Avulsi traumatik pada arteri glutealis superior kanan (panah) akibat trauma panggul.
Perdarahan dari cabang-cabang arteri iliaka internal juga terlihat (panah terbuka). Tampak diastasis
sendi sakroiliaka kanan.

Gambar 43.33 Dislokasi komplit pada talus

Gambar 43.34 Gambaran CT menunjukkan diastasis komplit pada sendi sakroiliaka kanan.

Gambar. 43.35 Fraktur avulsi pada proksimal falang ibu jari. (A) Fraktur di lokasi perlekatan ligamen
kolateral radial. (B) Fraktur di lokasi perlekatan ligamen kolateral ulnaris. Adduktor dari ibu jari
bermula di area yang sama, dan mungkin juga menjadi teravulsi.

Gbr. 43.36 Robekan rotator cuff. (A) Arthrografi dilakukan dengan menyuntikkan media kontras,
dengan atau tanpa udara, ke dalam sendi bahu. Kebocoran kontras ke dalam bursa subdeltoid
(panah) menunjukkan pecahnya rotator cuff yang biasanya memisahkan bursa dari sendi. (B) MRI
menunjukkan sebuah efusi sendi besar, ditampilkan sebagai sinyal tinggi pada gambar FLASH ini.
Efusi, yang menunjukkan peningkatan intensitas sinyal pada urutan ini, telah dilacak hingga ke bursa
subdeltoid (panah), menunjukkan ruptur rotator cuff. Dalam hal ini subscapularis terlihat retraksi,
dengan margin lateral yang iregular (panah besar).

Gambar 43.37 Robekan pada robekan tanduk posterior dari meniskus medial. Gambar MRI (T 2-
weighted) menunjukkan area linier dari sinyal yang lebih tinggi hingga ke permukaan artikular.

Gambar 43.38 Kista Baker. Gambar sagital T2-weighted dari lutut menunjukkan lesi intensitas sinyal
tinggi posterior ke sendi lutut.

Gambar 43.39 Klasifikasi Salter-Harris I, cedera hanya melalui lempeng epifisis. II, fraktur melalui
epiphyseal plate dan metaphysis. III, Fraktur melalui lempeng epifisis dan epifisis. IV, Fraktur melalui
epifisis plate, metafisis dan epifisis. V, fraktur crush pada lempeng epifisis.

43.40 Pemisahan fraktur pada epifisis femoralis distal pada arah anteromedial, serta adanya fragmen
besar dari metafisis femoralis relatif umum dijumpai pada cedera Salter-Harris Tipe II.

43.41 Fusi prematur epifisis radial distal, diikuti dengan pemisahan fraktur 7 tahun sebelumnya,
dengan pertumbuhan relatif relatif dari ulna.

Gambar 43.42. bilateral “slipped’ epifisis femoralis. Diagnosis lebih sulit ketika ada kelainan simetris
seperti ini. Namun, ada yang jelas mengaburkan garis epifisis, dan elongasi dari leher femoralis.
Kaput femoralis tidak berada di atas garis leher femoralis di kedua sisi.

Gbr. 43.43 Anak yang babak belur. Fraktur penyembuhan terlihat pada kedua humeri proksimal.

Gbr. 43.44 Cedera yang disengaja. Radiografi menunjukkan beberapa patah tulang rusuk dengan
berbagai tahap penyembuhan, mungkin akibat cedera kompresi berulang pada thorax. Anak itu
pernah dirawat dengan diagnosis fraktur tengkorak.

Gambar 43.45 Frostbite. Perhatikan acro-osteolisis jari-jari kaki, dengan resorpsi falang distal yang
hampir lengkap.

Gambar 43.46 Nekrosis avaskular pada pinggul. Lihat sklerosis campuran dan lusensi kaput
femoralis, dengan kolapsnya permukaan yang menahan beban tetapi tetap mempertahankan ruang
sendi, menunjukkan kartilago sendi yang utuh.

Gambar. 43.47 Sendi Early Charcot, pasien diabetes Perhatikan iregularitas pada bagian atas talar,
dengan peningkatan kepadatan terlihat di sekitar sendi pergelangan kaki.

Gbr. 43.48 Sendi Charcot: syringomyelia. Sendi siku menunjukkan iregularitas yang jelas, dengan
sklerosis yang banyak, deformitas dan debris tulang. Pada pemeriksaan awal, penampilannya
menyerupai osteochondromatosis sinovial. Namun, sklerosis umum dan kerusakan sendi menunjang
diagnosis tersebut.

Gbr. 43.49 Sendi Charcot: syringomyelia. Pasien yang sama seperti pada Gambar. 43.48. Tampak
gambaran 'amputasi' bedah kaput humerus. Destruksi glenoid, debris sendi, dan peningkatan
radiodensitas tulang menunjukkan keabnormalan yang sebenarnya.
Gambar. 43.50 Osteochondritis dissecans. (A) Perhatikan defek pada kondilus femoralis, terdiri dari
cincin lusen dengan bagian tengah yang lebih sklerotik. (B) Pindaian MRI dari nekrosis avaskular pada
kondilus femoralis disertai fraktur subchondral.

Gambar. 43.51 Fraktur osteochondral. Sagital T1-weighted MRI pergelangan kaki. Ada area yang
menunjukkan adanya sinyal abnormal di perbatasan inferior dari talus pada insersi dari ligamen
intrerosseus (panah). Ligamen itu sendiri tidak terlihat, menunjukkan adanya disrupsi.

Anda mungkin juga menyukai