Anda di halaman 1dari 9

GANGGUAN KEPRIBADIAN HISTRIONIK

Disusun Oleh :

1. Andi Azizah Ramadani (1571042032)


2. Yulianingsih (151)

ROMBEL 2

PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
TAHUN 2016/2017
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Gangguan Kepribadian Histrionik adalah gangguan kepribadian dramatik,


emosional atau tidak menentu yang melibatkan pola emosionalitas yang berlebihan dan
suka mencari perhatian.

Histrionik merupakan gangguan kepribadian yang ditandai dengan tingkah laku


yang bersemangat (colorful), dramatis atau suka meninjolkan diri dan ekstrivert pada
individu yang emosional dan mudah terstimulasi oleh lingkungan.

Individu dengan gangguan ini selalu berusaha mencari perhatian dari lingkungan.
Mereka cenderung untuk melebih-lebihkan pikiran atau perasaan mereka dan membuat
segala sesuatunya tampak lebih penting dari yang sesungguhnya.Mereka menampilkan
air mata, kemarahan (temper tantrum), dan tuduhan-tuduhan apabila mereka tidak
menjadi pusat perhatian atau tidak mendapatpersetujuan dan pujian

Individu dengan gangguan ini cenderung untuk tidak menyadari perasaan-


perasaan mereka dan tidak pula menyadari serta mampu menjelaskan motivasi dari
berbagai tindakan yang dilakukannya karena salah atau mekanisme pertahanan diri yang
mereka gunakan adalah represi. Apabila individu ini berada dalam kondisi stress, maka
kontak mereka dengan realitas dapat terganggu.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Gangguan Kepribadian Histrionik?


2. Bagaimana ciri-ciri penderita Gangguan Kepribadian Histrionik?
3. Mengapa Gangguan Kepribadian Hostrionik dapat terjadi?
4. Bagaimanakah terapi yang diberikan kepada penderita Gangguan Kepribadian
Hitrionik?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian Gangguan Kepribadian Histrionik.


2. Untuk mengenali ciri-ciri penderita Gangguan Kepribadian Histrionik.
3. Untuk mengetahui penyebab terjadinya Gangguan Kepribadian Histrionik.
4. Untuk mengetahui treatment yang diberikan kepada penderita Gangguan Kepribadian
Histrionik.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Histrionik

Gangguan kepribadian histrionik atau histrionic personality disorder (HPD)


adalah gangguan di mana seseorang terlalu mencemaskan penampilan mereka, selalu
mencari perhatian, dan sering berperilaku dramatis dalam situasi yang tidak diperlukan.
Ekspresi emosional orang dengan gangguan kepribadian histrionik seringkali dinilai
sebagai dangkal dan berlebihan.

Menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders)


dari American Psychiatric Association (APA), orang dengan gangguan kepribadian
histrionik memiliki kebutuhan yang besar dalam mencari perhatian. Hal ini bermula pada
masa dewasa awal dan muncul di berbagai macam konteks. Mereka cenderung menuntut
orang lain memenuhi kebutuhan mereka akan perhatian dan berperan sebagai korban saat
orang lain mengecewakan mereka.

Penderita gangguan kepribadian histrionik cenderung mengekspresikan emosi


emosinya secara berlebih lebihan, misalnya memeluk seseorang yang baru saja
dikenalnya atau menangis tak terkontrol saat menonton film cengeng (Pfohl, 1995).

Penderita gangguan kepribadian histrionik juga cenderung impulsif dan memiliki


banyak kesulitan untuk menunda pujian. Cognitive style yang terkait dengan gangguan
kepribadian histrionik adalah impresionistik (Shapiro, 1965), yang ditandai oleh adanya
kecenderungan untuk melihat berbagai situasi secara global, hitam dan putih.

Pembicaraannya sering tidak jelas, kurang mengandung detail dan ditandai


dengan hiperbola (Pfohl, 1991).

Penderita gangguan kepribadian histrionik selalu mencari-cari cara agar mendapat


perhatian orang lain. Hal ini bertujuan untuk memperoleh pengukuhan dirinya. Penderita
akan selalu menanyakan pendapat orang lain mengenai sesuatu yang berkaitan dengan
dirinya, seperti dandanan, cara berpakaian, sampai masalah pribadi lainnya.

Gangguan kepribadian ini bisa dialami pria maupun wanita. Wanita dengan
gangguan HPD cenderung berperilaku sesuka hatinya, kekanak-kanakan, dan sangat
tergantung pada orang lain. Mereka cenderung tidak realistis, fantasinya berlebihan.
Ekspresi emosional yang dangkal saat ia menghadapi distres dan kesulitan untuk
memahami orang lain membuat dirinya sulit dalam mempertahankan hubungan dengan
pasangannya.
Pada pria, pelbagai permasalahan yang dihadapi dapat berupa krisis identitas diri,
impulsif dan gangguan berhubungan dengan orang lain. Masalah yang kerap dialami pria
dengan HPD adalah kecenderungan antisosial, dramatis, dan tidak mampu bersikap
dewasa. Selain itu, pria dengan gangguan ini akan merasa bersalah terhadap dirinya jika
ia tidak sanggup untuk dekat dengan orang lain.

Pria HPD dengan tendensi antisosial melakukan isolasi diri dan menghindari
hubungan sosial untuk beberapa hari bahkan beberapa tahun saat ia merasakan
ketidaknyamanan atau bila terjadi kesalahpahaman yang membuat dirinya terusik.

Individu dengan gangguan ini cenderung untuk tidak menyadari persaan-perasaan


mereka dan tidak pula menyadari serta mampu menjelaskan motivasi dari berbagai
tindakan yang dilakukan karena salah satu mekanisme pertahanan diri yang mereka
gunakn adalah persepsi. Apabila individu dalam stres, kontakdengan realitas dapat saja
terganggu.

B. Ciri-ciri penderita Gangguan Kepribadian Histrionik

Gangguan kepribadian histrionik digunakan untuk individu yang terlalu dramatis


(mengekspresikan hal emosional secara berlebihan) dan selalu menarik perhatian kepada
dirinya sendiri. Pola ini dimulai pada awal masa dewasa dan hadir dalam berbagai
konteks. Adapun ciri gangguan ini antara lain sebagai berikut:

 Individu dengan gangguan ini tidak nyaman atau merasa tidak dihargai ketika
mereka tidak menjadi pusat perhatian.
 Penampilan dan perilaku mereka sering melakukan profokasi secara seksual yang
tidak tepat (menggoda).
 Ekspresi emosional yang dangkal dan cepat berubah.
 Secara konsisten menggunakan penampilanfisik untuk menarik perhatian kepada
diri mereka sendiri.
 Individu ini memiliki gaya bicara yang impresionistik dan kurang rinci.
 Individu dengan gangguan ini ditandai dengan dramatisasi diri, sandiwara, dan
ekspresi berlebihan dari emosi.
 Memiliki tingkat sugestifitas yang tinggi.
 Menganggap hubungannya lebih intim dari realitanya.

Adapun ciri penderita Gangguan Kepribadian Histrionik menurut DSM-IV,


Diagnostic and statistical manual of mental disorders, ed 4.
Pola pervasive emosionalitas dan mencari perhatian yang berlebihan, dimulai
pada masa dewasa muda dan tampak dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan
oleh lima (atau lebih) berikut:
1) Tidak merasa nyaman dalam situasi, dimana ia tidak merupakan pusat
perhatian.
2) Interaksi dengan orang lain ditandai oleh godaan seksual yang tidak pada
tempatnya atau perilaku provokatif.
3) Menunjukkan pergeseran emosi yang cepat dan eksperisi emosi yang dangkal.
4) Secara terus menerus menggunakan penampilan fisik untuk menarik perhatian
pada dirinya.
5) Memiliki gaya bicara yang sangat impresionistik dan tidak memiliki
perincian.
6) Menunjukkan dramatisasi diri, teatrikal, dan ekspresi emosi yang berlebihan.
7) Mudah di sugesti, yaitu mudah dipengaruhi oleh orang lain atau situasi.
8) Menganggap hubungan menjadi lebih intim ketimbang keadaan sebenarnya.

C. Penyebab Gangguan Kepribadian Histrionik

 Berdasarakan Humanistic Perspective penderita gangguan kepribadian histrionik


memiliki self-esteem yang rendah dan sedang berjuang untuk memberi kesan
pada orang lain dengan tujuan meningkatkan self-worth mereka. Adapun secara
Interpersonal Perpective penderita gangguan kepribadian histrionik dapat berbuat
apa saja agar mendapat perhatian sekelilingnya. Walaupun begitu, ia tidak dapat
menjalin relasi mendalam dengan lingkungannya.

 Berdasarkan Psikodinamik, para ahli psikodinamika melihat gangguan ini sebagai


hasil dari kebutuhan-kebutuhan akan ketergantungan sangat mendalam dan
merupakan represi dari emosi, hambatan dari resolusi setiap tahapan oral atau
oedipal. Pencarian atensi berasal dari kebutuhan untuk mendapatkan persetujuan
orang lain. Kadangkala berpikir dan kadangkala keterlibatan emosi dengan orang
lain menggambarkan orang histrionik yang merepresi kebutuhan dan perasaannya
sendiri.

 Berdasarkan Behavioral, orang dengan gangguaan ini biasanya berasal dari


keluarga yang memanjakan dan membiarkan sifat manjanya hingga dewasa. Hal
ini menjadi suatu pembiasaan sehingga terbentuk karakter yang menetap
mengenai sifat manja dan selalu ingin menjadi pusat perhatian. Selain itu,
biasanya, dalam keluarga tabu untuk mendidik atau mengenalkan masalah sex.
Selain itu, ada pndapat lain yaitu ketika masa kanak mengalami hubungan dengan
orang tua yang tidak harmonis sehingga kehilangan rasa cinta. Lalu untuk
mempertahankan ketakutan akan kehilangan yang sangat, dia bereaksi secara
dramatis.
 Berdasarkan Cognitive, para ahli kognitif berpendapat bahwa asumsi dasar yang
mengarahkan orang-orang bertingkah laku histrionik adalah “aku tidak cukup dan
tidak mampu menangani hidup dengan caraku sendiri”. Meskipun asumsi ini
dipakai untuk orang-orang dengan gangguan lain, secara khusus yang mengalami
depresi dan orang-orang histrionik merespon asumsi ini secara lebih berbeda
dibandingkan dengan gangguan yang lain. Secara khusus, orang histrionik bekerja
untuk mendapat kepedulian dari orang lain atas dirinya dengan mencari perhatian
dan dukungan dari mereka.

Millon dkk. (2004) menyebutkan dinamika etiologi yang dialami oieh seseorang
sehingga ia memiliki gangguan kepribadian histrionik:

1) Genetik
2) Jenis kelamin wanita, pria identik dengan antisocial personality disorders.
3) Trauma masa kanak-kanak, dibentuk melalui relasi antara jenis kelamin orang
tua yang berlawanan, pengalaman masa kanak-kanak dan konsekuensi
perkembangan terhadap perkembangan psikoseksual dan pembentukan
karakter yang ada sekarang.
4) Rendahnya fungsi mental yang berada pada tahap oral, dari tingginya fungsi
mental pada tahap perkembangan oedipal, dimana pertumbuhan rasa
keinginan seksual merupakan suatu ketidaksadaran terhadap orang tua yang
berlawanan jenis.
5) Bermasalah pada objek relasi.
6) Tidak terbentuknya super ego yang kuat.

D. Terapi untuk penderita Gangguan Kepribadian Histrionik

Cara utama dalam menangani gangguan kepribadian adalah melalui terapi


psikologis atau kejiwaan di bawah bimbingan psikiater dengan tujuan meningkatkan
kemampuan pasien dalam mengendalikan emosi serta pikirannya secara lebih baik.
Penggunaan obat hanya disarankan apabila gejala-gejala yang terkait dengan gangguan
kepribadian, seperti gejala psikotik, kecemasan, dan depresi, sudah memasuki level
menengah atau parah. Sejumlah obat yang mungkin dipakai adalah obat-obatan penstabil
suasana hati dan obat penghambat pelepasan serotonin (antidepresan).

Untuk terapi psikologis sendiri ada ragam jenisnya. Beberapa metode terapi yang
mungkin dipakai untuk menangani gangguan kepribadian adalah:

 Terapi perilaku kognitif. Terapi ini bertujuan mengubah cara berpikir dan
bertindak pasien ke arah yang positif. Terapi ini didasarkan kepada teori
bahwa perilaku seseorang merupakan wujud dari cara berpikirnya. Artinya,
jika pikiran orang tersebut negatif, maka perilakunya akan negatif, dan begitu
pula sebaliknya.
 Terapi psikodinamik. Terapi ini bertujuan mengeksplorasi dan membenahi
segala bentuk penyimpangan pasien yang telah ada sejak masa kanak-kanak.
Kondisi semacam ini terbentuk akibat pengalaman-pengalaman yang negatif.
 Terapi interpersonal. Terapi ini didasarkan kepada teori bahwa kesehatan
mental seseorang sangat dipengaruhi oleh interaksi mereka dengan orang lain.
Artinya jika interaksi tersebut bermasalah, maka gejala-gejala yang
merupakan bagian dari gangguan kepribadian, seperti rasa cemas, ragu, dan
tidak percaya diri, bisa terbentuk. Karena itulah tujuan utama terapi ini adalah
membenahi segala macam masalah yang terjadi di dalam interaksi sosial
pasien.
BAB III

KESIMPULAN
Histrionik merupakan gangguan kepribadian yang ditandai dengan tingkah laku
yang bersemangat (colorful), dramatis atau suka meninjolkan diri dan ekstrivert pada
individu yang emosional dan mudah terstimulasi oleh lingkungan.

Individu dengan gangguan ini cenderung untuk tidak menyadari perasaan-


perasaan mereka dan tidak pula menyadari serta mampu menjelaskan motivasi dari
berbagai tindakan yang dilakukannya karena salah atau mekanisme pertahanan diri yang
mereka gunakan adalah represi. Apabila individu ini berada dalam kondisi stress, maka
kontak mereka dengan realitas dapat terganggu. Dinamika etiologi yang dialami oieh
seseorang sehingga ia memiliki gangguan kepribadian histrionik antara lain genetik, jenis
kelamin wanita, pria identik dengan antisocial personality disorders, trauma masa kanak-
kanak, dibentuk melalui relasi antara jenis kelamin orang tua yang berlawanan,
pengalaman masa kanak-kanak dan konsekuensi perkembangan terhadap perkembangan
psikoseksual dan pembentukan karakter yang ada sekarang, rendahnya fungsi mental
yang berada pada tahap oral, dari tingginya fungsi mental pada tahap perkembangan
oedipal, dimana pertumbuhan rasa keinginan seksual merupakan suatu ketidaksadaran
terhadap orang tua yang berlawanan jenis, bermasalah pada objek relasi dan tidak
terbentuknya super ego yang kuat. Adapaun terapi yang dapat diberikan kepada penderita
Gangguan Kepribadian Histrionik :Terapi perilaku kognitif, terapi psikodinamik, dan
terapi interpersonal.
Daftar Pustaka
Baihaki Mif, dkk. 2007. Psikiatri Konsep Dasar dan Gangguan. Bandung: PT. Refika
Aditama.
Davidson, Gerald., et al. 2010. Psikologi Abnormal edisi 9. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Durand Mark dan Barlow David. 2007. Intisari Psikologi Abnormal. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Kaplan, Harold., et al. Synopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku: Psikiatri Klinis, ed. 7.
New York.
Liftiah. 2013. Psikologi Abnormal.Semarang: Widya Karya.
S. Nevid Jeffrey, dkk. 2003. Psikologi Abnormal. Jakarta: Erlangga.
Tabel dari DSM-IV. 1994. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, ed 4.
Washington: Hak Cipta American Psyciatric Assosiation

Anda mungkin juga menyukai