Anda di halaman 1dari 4

PEMERIKSAAN INFERTILITAS

1. Syarat-Syarat Pemeriksaan
Pasangan infertil merupakan satu kesatuan biologis sehingga keduanya sebaiknya
dilakukan pemeriksaan. Adapun syarat-syarat sebelum dilakukan pemeriksaan
adalah:
a) Istri dengan usia 20-30 tahun baru diperiksa setelah berusaha mendapatkan
anak selama 12 bulan.
b) Istri dengan usia 31-35 tahun dapat langsung diperiksa ketika pertama kali
datang.
c) Istri pasangan infertil dengan usia 36-40 tahun dilakukan pemeriksaan bila
belum mendapat anak dari perkawinan ini.
d) Pemeriksaan infertil tidak dilakukan pada pasangan yang mengidap penyakit.
2. Langkah Pemeriksaan
Pertama kali yang dilakukan dalam pemeriksaan adalah dengan mencari
penyebabnya. Adapun langkah pemeriksaan infertilitas adalah sebagai berikut :
a) Pemeriksaan Umum
 Anamnesa, terdiri dari pengumpulan data dari pasangan suami istri secara
umum dan khusus.
1) Anamnesa umum
Berapa lama menikah, umur suami istri, frekuensi hubungan seksual,
tingkat kepuasan seks, penyakit yang pernah diderita, teknik hubungan
seks, riwayat perkawinan yang dulu, apakah dari perkawinan dulu
mempunyai anak, umur anak terkecil dari perkawinan tersebut.
2) Anamnesa khusus
Istri : Usia saat menarche, apakah haid teratur, berapa lama terjadi
perdarahan/ haid, apakah pada saat haid terjadi gumpalan darah dan rasa
nyeri, adakah keputihan abnormal, apakah pernah terjadi kontak bleeding,
riwayat alat reproduksi (riwayat operasi, kontrasepsi, abortus, infeksi
genitalia).
Suami : Bagaimanakah tingkat ereksi, apakah pernah mengalami penyakit
hubungan seksual, apakah pernah sakit mump (parotitis epidemika)
sewaktu kecil.
 Pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan fisik umum meliputi tanda vital
(tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan).
 Pemeriksaan laboratorium dasar, pemeriksaan laboratorium dasar
secara rutin meliputi darah lengkap, urin lengkap, fungsi hepar dan ginjal
serta gula darah.
 Pemeriksaan penunjang, pemeriksaan penunjang disini bias
pemeriksaan roentgen ataupun USG.
b) Pemeriksaan Khusus
1) Pemeriksaan Ovulasi
Pemeriksaan ovulasi dapat diketahui dengan berbagai pemeriksaan
diantaranya :
 Penatalaksanaan suhu basal; Kenaikan suhu basal setelah selesai
ovulasi dipengaruhi oleh hormon progesteron.
 Pemeriksaan vaginal smear; Pengaruh progesteron menimbulkan
sitologi pada sel-sel superfisial.
 Pemeriksaan lendir serviks; Hormon progesteron menyebabkan
perubahan lendir serviks menjadi kental.
 Pemeriksaan endometrium.
 Pemeriksaan endometrium; Hormon estrogen, ICSH dan pregnandiol.
Gangguan ovulasi disebabkan :
 Faktor susunan saraf pusat ; misal tumor, disfungsi, hypothalamus,
psikogen.
 Faktor intermediate ; misal gizi, penyakit kronis, penyakit metabolis.
 Faktor ovarial ; misal tumor, disfungsi, turner syndrome.
Terapi : Sesuai dengan etiologi, bila terdapat disfungsi kelenjar
hipofise ddengan memberikan pil oral yang mengandung estrogen dan
progesteron, substitusi terapi (pemberian FSH dan LH) serta pemberian
clomiphen untuk merangsang hipofise membuat FSH dan LH. Selain
clomiphen dapat diberikan bromokriptin yang diberikan pada wanita
anovulatoir dengan hiperprolaktinemia. Atau dengan pemberian Human
Menopausal Gonadotropin/ Human Chorionic Gonadotropin untuk wanita
yang tidak mampu menghasilkan hormon gonadotropin endogen yang
adekuat.
2) Pemeriksaan Sperma
Pemeriksaan sperma dinilai atas jumlah spermatozoa, bentuk dan
pergerakannya. Sperma yang ditampung/ diperiksa adalah sperma yang keluar
dari pasangan suami istri yang tidak melakukan coitus selama 3 hari.
Pemeriksaan sperma dilakukan 1 jam setelah sperma keluar.
 Ejakulat normal : volume 2-5 cc, jumlah spermatozoa 100-120 juta per
cc, pergerakan 60 % masih bergerak selama 4 jam setelah dikeluarkan,
bentuk abnormal 25 %.
 Spermatozoa pria fertil : 60 juta per cc atau lebih, subfertil : 20-60 juta
per cc, steril : 20 juta per cc atau kurang.
Sebab-sebab kemandulan pada pria adalah masalah gizi, kelainan
metabolis, keracunan, disfungsi hipofise, kelainan traktus genetalis (vas
deferens).
3) Pemeriksaan Lendir Serviks
Keadaan dan sifat lendir yang mempengaruhi keadaan spermatozoa adalah:
 Kentalnya lendir serviks; Lendir serviks yang mudah dilalui spermatozoa
adalah lendir yang cair.
 pH lendir serviks; pH lendir serviks ± 9 dan bersifat alkalis
 Enzim proteolitik.
 Kuman-kuman dalam lendir serviks dapat membunuh spermatozoa.
Baik tidaknya lendir serviks dapat diperiksa dengan :
 Sims Huhner Test (post coital tes), dilakukan sekitar ovulasi. Pemeriksaan
ini menandakan bahwa : teknik coitus baik, lendir cerviks normal,
estrogen ovarial cukup ataupun sperma cukup baik.
 Kurzrork Miller Test, dilakukan bila hasil dari pemeriksaan Sims Huhner
Test kurang baik dan dilakukan pada pertengahan siklus.
Terapi yang diberikan adalah pemberian hormone estrogen ataupun
antibiotika bila terdapat infeksi.
4) Pemeriksaan Tuba
Untuk mengetahui keadaan tuba dapat dilakukan:
 Pertubasi (insuflasi = rubin test); pemeriksaan ini dilakukan dengan
memasukkan CO2 ke dalam cavum uteri.
 Hysterosalpingografi; pemeriksaan ini dapat mengetahui bentuk cavum
uteri, bentuk liang tuba bila terdapat sumbatan.
 Koldoskopi; cara ini dapat digunakan untuk melihat keadaan tuba dan
ovarium.
 Laparoskopi; cara ini dapat melihat keadaan genetalia interna dan
sekitarnya.
5) Pemeriksaan Endometrium
Pada saat haid hari pertama atau saat terjadi stadium sekresi dilakukan
mikrokuretase.
Jika pada stadium sekresi tidak ditemukan, maka : endometrium tidak
bereaksi terhadap progesteron, produksi progesterone kurang.
Terapi yang diberikan adalah pemberian hormon progesteron dan
antibiotika bila terjadi infeksi.

Anda mungkin juga menyukai