Anda di halaman 1dari 21

CRITICAL BOOK REVIEW

MK. PBM FISIKA

PRODI S1 DIKFIS-FMIPA

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR FISIKA


(Prof. Dr. Mara Bangun Harahap, M.S dan Dr. Sondang R. Manurung, Mpd)

NAMA MAHASISWA : NUR AFNIA BR SURBAKTI


NIM : 4173321035
DOSEN PENGAMPU :Dr. SONDANG R.MANURUNG, M.Si
MATA KULIAH :STRATEGI BELAJAR MENGAJARFISIKA

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN
SEPTEMBER 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya yang telah memberikan bayak kesempatan, sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah Critical Book Report ini dengan baik. Makalah ini disusun untuk melengkapi salah satu
persyaratan dalam menyelesaikan perkuliahan bagi mahasiswa Universitas Negeri Medan
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Dalam penyusunan makalah ini, saya menyadari sepenuhnya bahwa selesainya makalah
ini tidak terlepas dari dukungan, semangat, serta bimbingan dari berbagai pihak, yaitu Dosen
pengampu Dr. SONDANG R.MANURUNG, M.Si. Oleh karena itu saya mengucapkan
terimakasih kepada Dosen pengampu.
Penyusunan makalah ini disusun dengan sebaik-baiknya, namun masih terdapat
kekurangan didalam penyusunan makalah ini, oleh karenaitu saran dan kritik yang sifatnya
membangun dari semua pihak sangat diharapkan, tidak lupa harapan saya semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca serta dapat menambah ilmu pengetahuan bagi saya.

Medan, September 2018

PENULIS

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................................i
Daftar isi..........................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Tujuan..................................................................................................................1
Bab II Pembahasan
2.1 Identitas Buku.....................................................................................................2
2.2Ringkasan Buku...................................................................................................4
2.3Perbandingan Buku..............................................................................................12
Bab III Penutupan
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................18
3.2 Saran....................................................................................................................18
Daftar Pustaka

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Mengkritik buku yang dalam bahasa inggris populer dengan kalimat critical book
report. Secara sederhana mengkritik adalah mengungkapkan kembali isi jurnal dengan
cara meringkas,menambahkan saran dan juga tentang kelebihan juga kekurangan jurnal
sesuai dengan aturan yanag ada.
Secara umum mereview memiliki tujuan yang baik yakni diantaranya:
a. Menambah wawasan, karena dengan meresensi kita akan mempelajari tentang
sistematika penulisan buku yang baik dan benar.
b. Memahami secara dalam dan keseluruhan terhadap jurnal yang akan dikritik.
c. Secara ekonomi dapat menghasilkan pendapatan ketika hasil kritik kita sampai
kepada tangan penulis buku yang kita kritik, maka selanjutnya mungkin penuis
tersebut akan memerintahkan kita untuk meresensi kembali buku-buku barunya
sebelum disebarkan di pasaran.
Adapun buku yang dikritik menggunakan buku dengan materi pedekatan
pembelajaran. Kedua buku memiliki kelebihan dan kekurangan yang akan dibahas dalam
makalah ini.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1) Apakah kelebihan penjelasan mengenai pendekatan pembelajaran pada buku utama?


2) Apakah kekurangan penjelasan mengenai pendekatan pembelajaran pada buku utama?
3) Apakah kelebihan dalam buku pertama mengenai penjelasan tentang pembelajaran
kontekstualdibanding buku kedua dan ketiga?
4) Apakah kekurangan penjelasan tentang pembelajaran kontestual pada buku kedua?
5) Bagaimana kondisi ketiga buku tersebut?

1.3 TUJUAN

1) Mengetahui kelebihan penjelasan mengenai pendekatan pembelajaran pada buku utama.


2) Mengetahui kekurangan penjelasan mengenai pendekatan pembelajaran pada buku
kedua.
3) Mampu menemukan kelebihan dalam buku pertama mengenai penjelasan tentang
pembelajaran kontekstual dibanding buku kedua dan ketiga.
4) Mampu mengetahui kekurangan penjelasan tentang pembelajaran kontestual pada buku
kedua.
5) Menjelaskan bagaimana kondisi ketiga buku tersebut.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Identitas Buku

a. Buku pertama

Judul Buku : STRATEGI BELAJAR MENGAJAR


FISIKA

Penulis : Prof. Dr. Mara Bangun Harahap, M. S dan


Dr. Sondang R. Manurung, M. Pd

Penerbit : Unimed Pers


Kota Terbit : Medan
Tahun Terbit : 2018
Edisi : Revisi
Jumlah halaman : 182

b. Buku kedua

Judul Buku : MODEL PEMBELAJARAN


Penulis : Dr. Hj. Helmiati, M.Ag
Penerbit : Aswaja Pressindo
Kota Terbit : Yogyakarta
Tahun Terbit : 2013
Edisi : Revisi

2
Jumlah halaman : 107
Nomor ISBN : 978-602-18667-1-9

c. Buku ketiga

Judul Buku : STRATEGI PEMBELAJARAN


Penulis : Imanuel Sairo Awang, S.Si., M.Pd
Penerbit : STKIP Persada Khatulistiwa
Kota Terbit : Kalimantan Barat
Tahun Terbit : 2017
Edisi :1
Jumlah halaman : 106
Nomor ISBN : 978-602-500042-3

2.2 Ringkasan Buku

Buku Pertama

Pendekatan dan Pembelajaran Kontekstual

Banyak upaya-upaya yang dilakukan oleh Pemerintah dalam hal in Kemendiknas


dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, salal satu diantaranya perubahan
kurikulum. Saat ini sedang digunakan di sekolal adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendikan

3
(KTSP) yang pada dasarnya adalal Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Ada aşumsi
bahwa kurikulun sebelumnya berpusat pada guru (Teacher Center) dan target kurikulum
(content) sedangkan KTSP berpusat pada siswa (Student Center) dan kinerja. Pada
kurikulum sebelumnya sistem peniliaiannya lebih terkait dengan ranah kogniti
(kemampuan), sedangkan pada KTSP sistem penilaiannya mencakup ranah kognitif
(kemampuan), afektif (sikap), dan psikomotor (keterampilan) Pembelajaran yang
berorientasi pada konten, baik untuk melatih siswa mempunyai kemampuan "mengingat"
yang sifatnya hanya baik untuk sementara (jangka pendek), tetapi gagal untuk membekali
anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Ada kecenderungan
pemikiran bahwa siswa akan belajar lebaih baik jika lingkungan belajar diciptakan
(didesain) alami Belajar akan lebih bermakna apabila siswa mengalami' apa yang
dipelajarinya bukan 'bukan mengetahuinya' Salah satu pendekatan pembelajaran IPA yang
sesuai dengan konsep KTSP adalah pendekatan CTL (Contexiual Teaching and Learning),
yakni pendekatan pembelajaran yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan guru dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong sis membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya den dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga
dalam masyarakat, sehingga diharapkan hasil dari kegiatan pembelajaran berdasarkan-
pendekatan ini lebih bermakna bagi siswa. Pendekatan pembelajaran CTL ini lebih
menekankan pada strategi pembelajarannya bukan pada hasil yang dicapai pada akhir
kegiatan.

Pembelajaran adalah prose interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya


sehingga terjadi perubahan perilaku kebarah yang lebih baik. Pembelajaran perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

pertama, pembelajaran harus lebih menekankan pada praktik, baik di laboraturium


maupun di masyarakat dan dunia kerja (dunia usaha)

Kedua, pembelajaran harus dapat menjalani hubungan sekolah dengan masyarakat.

Ketiga, perlu di kembangkan iklim pembelajaran yang demokratis dan terbuka


melalui pembelajaran terpadu, partisipatif, dan sejenisnya.

Keempat, pembelajaran perlu di tekankan pada masalah-masalah aktual yang secara


langsung berkaitan dengan kehidupan nyata yang ada dimasyarakat.

Kelima, perlu dikembangkan suatu model pembelajaran "moving class" sehingga


dalam satu kelas dilengkapi dengan berbagai fasilitas dan sumber belajar yang diperlukan
dalam pembelajaran serta peserta didik dapat belajar sesuai dengan minat dan kemapuan.

Pembelajaran Kotekstual atau Kontextual Teaching dan Learning (CTL)

4
Melalui landasan filosofi konstruktivisme, CTL dipromosikan menjadi alternatif
strategi belajar yang baru. Melalui strategi CTL, siswa diharapkan belajar melalui
"mengalami" bukan "menghapal" (Zahorik, 1995 dalam Direktorat PLP Depdiknas, 2003)

Pengertian Pembelajaran Kontekstual

a. Johnson (2002) mengartikan pembelajaran kontekstual adalah suatu proses


pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang
mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari-
hari, yaitu dengan konteks lingkungan pribadinya, sosialnya, dan budayanya.

b. The Washington State Consortium for Contextual Teaching and Learning (2001)
mengartikan pembelajaran kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan siswa
memperkuat, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keteram- pilan akademisnya
dalam berbagai latar sekolah dan di luar sekolah untuk memecahkan seluruh persoalan yang
ada dalam dunia nyata. Pembelajaran kontekstual terjadi ketika siswa merapkan dan
mengalami apa yang diajarkan dengan mengacu pada masalah-masalah rill yang
berasosialisi dengan peranan dan tanggung jawab mereka sebagai anggota keluarga,
masyarakat, siswa dan selaku pekerja.

c. center on education Work at the University of Wiscosin Madison (2002)


mengartikan pembelajaran kontekstual adalah suatu konsepsi belajar mengajar yang
membantu guru menghubungkan isi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi
siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan
siswa sebagai anggota keluarga, masyarakat, dan pekerja serta meminta ketekunan belaiar.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kontekstual (Contextual Taching and


Lrming CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru menghubungkan antara materi
pelajaran yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehi-
dupan mereka sehari-hari. Siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks
yang terbatas sedikit demi sedikit, dan dari proses mengonstruksi sendiri, sebagai bekal
untuk meme cahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.

Karakteristik Pembelajaran

Kontekstual Menurut Johnson (2002 dalam Nurhadi, dkk, 2003) ada delapan
komponen utama dalam sistem pembelajaran kontekstua yaitu sebagai berikut.

a. melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful connections). Artinya, siswa


dapat mengatur diri sendiri sebaga orang yang belajar secara aktif dalam
mengembangkan minatnya secara individual, orang yang dapat bekerja sendiri atau
bekerja dalam kelompok, dan orang yang dapat belajar sambil berbuat.

5
b. melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan (doing significant work) Artinya, siswa
membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagai konteks yang ada dalam
kehidupan nyata sebagai pelaku bisnis dan sebagai anggota masyarakat

c. Belajar yang diatur sendiri (self regulated learning) hidup

d. Bekerja sama (collaborating). Artinya, siswa dapat bekerja sama, guru membantu siswa
bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami bagaimana mereka
saling memengaruhi dan saling berkomunikasi

e. Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking) artinya, siswa dapat
menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi secara kritis dan kreatif, dapat
menganalisis, membuat sintesis, memecahkan masalah, membuat keputusan dan
menggunakan logika serta bukti-bukti.

f. Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nurturing the individual). Artinya, siswa
memelihara pribadinya: mengetahui, memberi perhatian, memiliki harapan-harapan yang
tinggi, memotivasi, dan memperkuat diri sendiri. Siswa tidak dapat berhasil tanpa
dukungan orang dewasa.

g. Mencapai standar yang tinggi (reaching high standards) Artinya, siswa mengenal dan
mencapai standar yang tinggi: mengidentifikasi tujuan dan memotivasi siswa untuk
mencapainya. Guru memperlihatkan kepada siswa cara mencapai apa yang disebut
"excellence".

h. Menggunakan penilaian autentik (using authentic assessment).

Ciri-ciri Pembelajaran Kontekstual

Ciri-ciri Pembelajaran Kontekstual antara lain:

a. adanya kerja sama antar semua pihak;

b. menekankan pentingnya pemecahaan masalah atau problem

c. bermuara pada keragaman konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda

d. saling menuniang

e. menyenangkan, tidak membosankan

f. belajar dengan bergairah;

g. pembelajaran terintegrasi;

h. menggunakan berbagai sumber

6
i. siswa aktif,

j. sharing dengan teman;

k. siswa kritis, guru kreatif

l. dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, peta-peta, gambar,
artikel, humor, dan sebagainya

m. laporan kepada orang tua bukan hanya rapor, tetapi hasil karya siswa laporan hasil
pratikum, karangan siswa, dan sebagainya

Kata kunci pembelajaran kontekstual

kata kunci pembelajaran kontekstual adalah:

a. Real World Learning;

b. mengutamakan pengalaman nyata (siswa belajar dari mengalami dan menemukan


sendiri);

c. berpikir tingkat tinggi;

d. berpusat pada siswa

e. siswa aktif, kritis, dan keratif

f. pengetahuan bermakna dalam kehidupan;

g. dekat dengan kehidupan nyata;

h. perubahan perilaku;

i. siswa praktik, bukan menghapal;

j. learning bukan teaching,

k. pendidikan (education) bukan pengajaran (instruction)

l. pembentukan 'manusia'

m. memecahkan masalah;

n. siswa akting', guru mengarahkan;

o. hasil belajar diukur dengan berbagai cara, bukan hanya dengan tes.

Fokus pembelajaran kontekstual

7
Pembelajaran kontesktual menempatkan siswa di dalam konteks bermakna yang
menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang dipelajari dan sekaligus
memerhatikan faktor kebutuhan individual siswa dan peranan guru dengan itu, maka
pendekatan pembelajaran kontekstual harus menekankan hal-hal sebagai berikut.

Belajar berbasis masalah (problem based learning), yaitu suatu pendekatan


pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk
belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensi

Prinsip Penerapan Pembelajaran Kontekstual

Berkaitan dengan faktor kebutuhan individu siswa, untuk menerapkan pembelajaran


kontekstual, guru perlu memegang prinsip pembelajaran sebagai berikut. Merencanakan
pembelajaran sesuai dengan kewajaran perkembangan mental siswa. Artinya, isi kurikulum
dan metodologi yang digunakan untuk mengajar harus didasarkan pada kondisi sosial,
emosional, dan perkembangan intelektual siswa. Jadi, usia siswa dan karakteristik individual
lainnya serta kondisi sosial dan lingkungan budaya siswa haruslah menjadi perhatian di
dalam merencanakan pembelajaran. Contohnya, apa yang dipelajari dan dilakukan oleh siswa
SMP tentunya akan berbeda dengan siswa.

Komponen Utama Pembelajaran Kontekstual

Komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual


di kelas, yaitu sebagai berikut.

 Konstruktivisme

Konstruktivisme adalah landasan berpikir pembelajaran kontekstual yang menyatakan


bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong.

 Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual yang
berpendapat bahwa pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan
bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru
harus selalu merancang kegiatan yang merujulk pada kegiatan menemukan, apa pun
materi yang diajarkannya. Semua mata pelajaran dapat menggunakan pendekatan inkuiri.
kata kunci dari strategi inkuri adalah "siswa menemukan sendiri"

Buku Kedua

Pendekatan Pembelajaran

8
Pendekatan pembelajaran adalah sudut pandang,asumsi dan keyakinan kita
terhadap proses pembelajaran .Pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, mengin-
siprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran. Keterampilan berbahasa
misalnya, kita yakini tidak dapatdimiliki oleh seseorang tanpa latihan
berkomunikasimaka ini artinya kita menggunakan pendekatan komu-nikatif. Karena itu
dalam proses pembelajaran bahasa guru perlu menggunakan metode yang memungkinkan
siswa untuk terlibat secara aktif menggunakan langsung bahasa yang diajarkan. Metode
ini dikenal dengan Direct Methode/ Thariqah Mubasyarah. Dengan demikian, pendekatan
adalah suatu keyakinan, asumsi dan cara pandang terhadap pembelajaran. Untuk
mengaktuali-sasikannya diperlukan metode dan strategi.

Pendekatan Kontekstual

Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)


merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka.
Pembelajaran kontekstual dapat dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan terkait
dengan dunia nyata kehidupan siswa, sehingga siswa dapat merasakan manfaat dari
materi yang disajikan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan
suasana menjadi kondusif, nyaman dan menyenangkan. Dengan ini siswa akan menyadari
bahwa apa yang mereka pelajari berguna dalam hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat
mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat
untuk hidupnya dan siswa akan berusaha untuk menggapinya. Landasan filosofi
Pembelajaran Kontekstual adalah konstruktivisme artinya filosofi belajar yang
menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksi
(membangun) pengetahuan di benar mereka sendiri. Untuk membangun penegetahuan
tersebut diperlukan pengalaman belajar yang nyata. Konstruktivisme berakar pada filsafat
pragmatisme yang digagas oleh John Dewey pada awal abad ke 20 yaitu filosofi belajar
yang menekankan kepada pengembangan minat dan pengalaman siswa. Dalam
pembelajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang penting,
yaitu:

1) Mengaitkan adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti konstruktivisme. Guru
menggunakan strategi ini ketia ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah
dikenal siswa. Jadi dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan
informasi baru.

2) Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti


menghubungkan informasi baru dengan pengelaman maupun pengetahuan sebelumnya.

9
Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan
serta melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif.

3) Menerapkan. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan pemecahan


masalah. Guru dapet memotivasi siswa dengan memberikam latihan yang realistic dan
relevan.

4) Kerjasama. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan yang
signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat mengatasi
masalah yang komplek dengan sedikit bantuan. Pengalaman kerjasama tidak hanya
membanti siswa mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten dengan dunia nyata.

5) Mentransfer. Peran guru membuat bermacam-macam pengelaman belajar dengan focus


pada pemahaman bukan hafalan.

Pendekatan Konstruktivisme

Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang


lebih menekankan pada tingkat kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-ide baru yang
dapat diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada pengetahuan. Pada
dasarnya pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam peningkatan dan
pengembangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa berupa keterampilan dasar yang
dapat diperlukan dalam pengembangan diri siswa baik dalam lingkungan sekolah maupun
dalam lingkungan masyarakat. Dalam pendekatan konstruktivisme ini peran guru hanya
sebagai pembibimbing dan pengajar dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, guru
lebih mengutamakan keaktifan siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menyalurkan ide-ide baru yang sesuai dengan materi yang disajikan untuk meningkatkan
kemampuan siswa secara pribadi. Jadi pendekatan konstruktivisme merupakan
pembelajaran yang lebih mengutamakan pengalaman langsung dan keterlibatan siswa
dalam kegiatan pembelajaran. Ciri-ciri pendekatan konstruktivisme adalah
sebagaiberikut.

1) Dengan adanya pendekatan konstruktivisme, pengembangan pengetahuan bagi peserta


didik dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri melalui pengalaman langsung, kegiatan
penelitian atau pengamatan langsung sehingga siswa dapat menyalurkan ide-ide baru
sesuai dengan pengalaman dengan menemukan fakta yang sesuai dengan kajian teori.

2) Antara pengetahuan-pengetahuan yang ada harus ada keterkaitan dengan pengalaman


yang ada dalam diri siswa.

3) Setiap siswa mempunyai peranan penting dalam menentukan apa yang mereka pelajari.
10
4) Peran guru hanya sebagai pembimbing dengan menyediakan materi atau konsep apa yang
akan dipelajari serta memberikan peluang kepada siswa untuk menganalisis sesuai
dengan materi yang dipelajari.

Pendekatan Deduktif

Pendekatan deduktif (deductive approach) adalah pendekatan yang menggunakan


logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan seperangkat
premis yang diberikan. Dalam sistem deduktif yang kompleks, peneliti dapat menarik lebih
dari satu kesimpulan. Metode deduktif sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan
dari sesuatu yang umum kesesuatu yang khusus. Pendekatan deduktif merupakan proses
penalaran yang bermula dari keadaan umum ke keadaan khususnsebagai pendekatan
pengajaran yang bermula dengan menyajikan aturan, prinsip umum dan diikuti dengan
contoh contoh khusus atau penerapan aturan, prinsip umum ke dalam keadaan khusus.

Pendekatan Induktif

Pendekatan pembelajaran induktif dipelopori oleh Taba. Induktif adalah suatu


pendekatan yang didesainuntuk meningkatkan kemampuan berpikir. Induktif adalah
pendekatan yang didasarkan atas tiga asumsi, yaitu:

1) Proses berpikir dapat dipelajari. Mengajar berarti membantu siswa mengembangkan


kemampuan berpikir induktif melalui latihan (practice).

2) Proses berpikir adalah suatu transaksi aktif antara individu dan data. Ini berarti bahwa
siswa menyampaikan sejumlah data dari beberapa domain pelajaran. Siswa menyususn
data ke dalam sistem konseptual, menghubungkan poin-poin data dengan data yang lain,
membuat generalisasi dari hubungan yang mereka temukan, dan membuat kesimpulan
dengan hipotesis, meramalkan dan menjelaskan fenomena.

3) Mengembangkan proses berpikir dengan urutan yang “sah menurut aturan”. Postulat Taba
bahwa untuk menguasai keterampilan berpikir tertentu, pertama seseorang harus
menguasai satu keterampilan tertentu sebelumnya, dan urutan ini tidak bisa dibalik.
Pembelajaran fikih secara induktif dimulai dari contoh contoh atau praktek langsung
untuk memahami suatu konsep. Jotce membagi tiga fase strategi pembelajaran induktif
yaitu: pembelajaran konsep, interpretasi data dan aplikasi prinsip. Pembentukan konsep
merupakan proses berpikir yang kompleks yang mencakup membandingkan, menganalisa
dan mengklasifikasikan dan penalaran induktif serta hasil dari sebuah pemahaman.
Dengan demikian, pendekatan indektif dalam pembelajaran adalah suatu kegiatan belajar
mengajar, dimana guru bertugas memfasilitasi siswa untuk menemukan suatu kesimpulan
sebagai aplikasi hasil belajar melalui strategi pembentukan konsep, interpretasi data dan
aplikasi prinsip. Dalam pendekatan induktif pembahasan dimulai dengan fakta-fakta atau

11
data-data, konsep teori yang telah diuji berkali-kali kemudian disusun menjadi suatu
generalisasi kemudian ke hal yang khusus.

2.3 Perbandingan Kedua Buku

Kelebihan 1. Pada buku utama

a. Identitas buku

Pada identitas buku utama tertera jelas judul, penulis, penerbit, tahun
terbit, kota terbit, jumlah halaman dan edisi buku.

b. Sistematika penulisan

Menggunakan huruf yang sesuai, diawal kalimat menggunakan huruf


besar dan memiliki aturan penulisan yang baik. Penyusunan kalimat dan
paragraf dalam buku ini juga sangat rapi dan menarik untuk dibaca, semua
bagian-bagian materi sangat tersusun rapi.

c. Tampilan

Untuk tampilan ketikannya sangat rapi sehingga tidak menyulitkan


pembaca dalam hal memahami isi buku. Buku ini juga memiliki cover
yang cantik. Cover buku di buat dengan warna-warni yang dapat menarik
minat pembaca.

d. Isi buku
Isi buku sangat baik dan sangat mendukung kemajuan dalam hal
berfikir yang baik untuk pembacanya, terkhususnya bagi para tenaga
pendidik. Isi buku juga sangat mudah untuk dipahami bagi mahasiswa.
Materi yang disajikan pada isi buku ini juga dilengkapi dengan beberapa
pendapat-pendapat para ahli.

2. Buku kedua

12
a. Identitas buku

Pada identitas buku utama tertera jelas judul, penulis, penerbit, tahun
terbit, kota terbit, jumlah halaman dan edisi buku.

b. Sistematika penulisan

Penulisan huruf dan angka pada buku ini sudah memenuhi aturan dan
tersususn rapi. Pembaca dengan mudah dapat membaca setiap kata yang
tertera.

c. Tampilan

Halaman pada buku ini tidak terlalu banyak, sehingga mempermudah


pembaca untuk mencari suatu materi yang diinginkan

d. Isi buku

Buku ini meringkas bagian-bagian inti metri saja. Sehingga terlihat


terlalu sedikit, dan tidak membuat pembaca merasa bosan.

3. Buku ketiga

a. Identitas buku

Pada identitas buku utama tertera jelas judul, penulis, penerbit, tahun
terbit, kota terbit, jumlah halaman dan edisi buku.

b. Sistematika penulisan

Menggunakan huruf yang sesuai dengan aturan yang ada. Penyusunan


kalimat dan paragraf dalam buku ini juga sangat rapi dan menarik untuk
dibaca, semua bagian-bagian materi sangat tersusun rapi.

c. Tampilan

Untuk tampilan ketikannya sangat rapi sehingga tidak menyulitkan


pembaca dalam hal memahami isi buku. Buku ini juga memiliki cover
yang cantik. Cover buku di buat dengan warna-warni yang dapat menarik
minat pembaca.

d. Isi buku

Isi buku mengupas bagian inti-inti materi sehingga mempermudah


pembaca mencari informasi utamanya.

13
Kekurangan Buku utama

Materi dipaparka terlalu panjang. Pada buku tidak terdapat kata


pengantar dan buku ini juga belum diterakan nomor ISBN.

Buku kedua

Pada buku ini tidak dipaparkan secara rinci mengenai pendekatan


prmbelajaran. Pada buku ini juga tidak disertai dengan pendapat para ahli.
Cover buku ini tidak memiliki warna, sehingga tidak menarik peminat
pembaca.

Buku ketiga

Kekurangan juga terletak pada bagian materi yang tidak mensajikan


pendapat para ahi pendidikan. Sehingga tidak menambah wawasan bagi
pembaca untuk membedakan antar materi.

Perbandingan
 Pada buku utama dijelaskan mengenai pengertian dari
pembelajaran, yaitu prose interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku kebarah yang
lebih baik. Pada buku kedua mengeartikan pembelajaran sebagai
sudut pandang,asumsi dan keyakinan kita terhadap proses
pembelajaran .

 Pada buku pertama dijelaskan mengenai prinsip-prinsip


pembelajaran menurut para ahli, seperti menurut Djahiri yang
menyebutkan bahwa prinsip pembelajaran umumnya adalah proses
keterlibatan seluruh atau sebagian basar potensi diri siswa (fisik dan
nonfisik) dan bermaknanya bagi diri dan kehidupan saat ini dan
dimasa yang akan datang (life skill). Kemudian pada buku pertama
juga dirangkum prinsip-prinsip pembelajaran dengan penjelasan
mengenai kecakapan hidup (life skill). Sedangan pada buku kedua
dan ketiga tidak dijelaskan.

 Pada buku utama dijelaskan penertian dari pembelajaran kotekstual


atau kontextual teaching dan learning (ctl) melalui berbagai ahli
pendidikan, seperti:

1) Johnson (2002)
2) The Washington State Consortium For Contextual Teaching and
Learning (2001)
3) Center on Education and Work at University of Wisconsin Madison
(2002)
14
Sedangkan pada buku kedua hanya mengartikan pembelajaran
kotekstual atau kontextual teaching dan learning (ctl) melalui satu
sudut pandang.

 Pada buku utama dijelaskan sangat baik bagai mana ciri-ciri dari
pembelajara kontekstual, ciri-ciri pembelajaran kontekstual antara
lain:

1) adanya kerja sama antar semua pihak;

2) menekankan pentingnya pemecahaan masalah atau problem

3) bermuara pada keragaman konteks kehidupan siswa yang berbeda-


beda

4) saling menuniang

5) menyenangkan, tidak membosankan

6) belajar dengan bergairah;

7) pembelajaran terintegrasi;

8) menggunakan berbagai sumber

9) siswa aktif,

10) sharing dengan teman;

11) siswa kritis, guru kreatif

12) dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa,
peta-peta, gambar, artikel, humor, dan sebagainya

13) laporan kepada orang tua bukan hanya rapor, tetapi hasil karya
siswa laporan hasil pratikum, karangan siswa, dan sebagainya

Sedangkan pada buku kedua dan ketiga tidak dijelaskan bagaimana


ciri-ciri dari pembelajaran kontekstual tersebut.

 Pada buku kedua dijelaskan bagaimana bentuk-bentuk dari


pembelajaran kontekstual, yaitu dengan:

1) Mengaitkan adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti


konstruktivisme. Guru menggunakan strategi ini ketia ia
mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa.
Jadi dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa
15
dengan informasi baru.

2) Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan


berarti menghubungkan informasi baru dengan pengelaman
maupun pengetahuan sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat
ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan serta
melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif.

3) Menerapkan. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan


kegiatan pemecahan masalah. Guru dapet memotivasi siswa dengan
memberikam latihan yang realistic dan relevan.

4) Kerjasama. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak


membantu kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang
bekerja secara kelompok sering dapat mengatasi masalah yang
komplek dengan sedikit bantuan. Pengalaman kerjasama tidak
hanya membanti siswa mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten
dengan dunia nyata.

5) Mentransfer. Peran guru membuat bermacam-macam pengelaman


belajar dengan focus pada pemahaman bukan hafalan.

16
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan

Buku utama diawali dengan penjelasan mengenai arti dari pendekatan


pembeajaran, juga dibantu dengan pengertian dari beberapa ahli pendidikan. Buku kedua
menjelaskan arti dari pendekatan pembelajaran hanya dari satu rangkuman ataupu satu
sudut pandang, tidak mengambil dari pendapat para ahli pendidikan buku utama
menjelaskan pembelajaran kontekstual dengan sangat terperinci, yaitu dengan mencakup
latar belakang, prinsip-prinsip, ciri-ciri, karakteristik, serta penerapannya. Sedangkan
pada buku kedua hanya membahas sedikit, tidak seperti cakupan buku pertama. Akan
tetapi kedua buku ini sudah dibungkus dalam keadaan bagus dan sangat membantu
pembaca dalam mencari inforasi tanpa kesulitan. Buku ini sama-sama memaparkan
materi mengenai simpul dan mesh dengan cara yang menarik.

3.2 Saran

Kelebihan yang dimiliki suatu buku sangatlah baik dan kekurangan suatu buku
haruslah diperbaiki untuk menjadikannya lebih baik bagi pembaca. Tambahan materi
untuk bab-bab yang terlalu singkat sangatlah dibutuhkan bagi buku utama, kedua maupun
buku ketiga. Dan pendapat para ahli-ahli pendidikan sangatlah mendukung untuk
dipaparkan kedalam buku ini agar menambah pengetahuan lagi bagi pembaca.

17
DAFTAR PUSTAKA

Awang, imanuel sairo. 2017. STRATEGI PEMBELAJARAN. Kalimantan Barat: STKIP Persada
Khatulistiwa

Harahap, Mara Bangun. Sondang R. Manurung. 2018. STRATEGI BELAJAR MENGAJAR


FISIKA. Medan:Unimed Pers

Helmiati. 2013. MODEL PEMBELAJARAN. Yogyakarta: Aswaja Pressindo

18

Anda mungkin juga menyukai