PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hal utama dalam industri jasa kesehatan yaitu pelayanan kesehatan.
Peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai dunia kesehatan seiring dengan
perkembangan dunia kesehatan. Setiap rumah sakit bertanggung gugat terhadap
penerima jasa pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan di rumah sakit
merupakan bentuk pelayanan yang diberikan kepada klien oleh suatu tim multi
disiplin termasuk tim keperawatan. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan
profesional yang merupakan bagian integral pelayanan kesehatan dan menjadi
bagian terdepan dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit (Nurachmah, 2002).
Pelayanan keperawatan yang berkualitas sesuai visi dan misi rumah sakit maka
diperlukan manajemen keperawatan yang baik. Manajemen keperawatan
merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan prokatif dalam menjalankan suatu
kegiatan diorganisasi, dimana dalam manajemen tersebut mencakup kegiatan dan
supervise terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan dan
organisasi (Grant & Massey, 1999).
Menurut Gilles (1996) diterjemahkan oleh Dika Sukmana dan Rika Widya
Sukmana (1996), manajemen didefinisikan sebagai suatu proses dalam
menyelesaikan pekaryaan melalui orang lain, sedangkan manajemen keperawatan
adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan
asuhan keperawatan secara professional. Manajer keperawatan dituntut untuk
merencanakan, mengorganisasian, memimpin, dan mengevaluasi sarana dan
prasarana yang tersedia untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang
seefektif dan seefisien mungkin bagi individu, keluarga, dan masyarakat.
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan
sebagai fenomena yang harus direspon oleh perawat. Respon yang ada harus
bersifat kondusif dengan pengelolaan keperawatan dan langkah-langkah konkret
dalam pelaksanaannya. Manajemen Keperawatan di Indonesia di masa depan
perlu mendapatkan prioritas utama dalam pengembangan. Hal ini bekaitan dengan
tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan
1
memerlukan pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap
perubahan yang terjadi di Indonesia.(Gilles, 1996)
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram merupakan salah satu
penyelenggara pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian, yang bertujuan
untuk meningkatkan derajat kesehatan dan senatiasa berorientasi kepada
kepentingan masyarakat. Agar dapat terlaksana tujuan tersebut maka rumah sakit
perlu didukung dengan adanya organisasi yang mantap dan manajemen yang baik
dengan berorientasi pada mutu pelayanan bagi masyarakat.
Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, dituntut untuk
memiliki kemampuan manajerial yang tangguh sehingga pelayanan yang
diberikan mampu memuaskan kebutuhan klien. Kemampuan manajerial yang
dimiliki perawat dapat dicapai melalui banyak cara. Salah satu cara untuk dapat
meningkatkan keterampilan manajerial yang handal selain didapatkan di bangku
kuliah juga harus melalui pembelajaran di lahan praktik. Mahasiswa Program
Studi S1 Keperawatan Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yarsi Mataram
dituntut untuk dapat mengaplikasikan langsung pengetahuan manajerialnya di
Ruang IRNA II RSUD Kota Mataram dengan arahan dari pembimbing lahan
maupun dari pembimbing akademik. Dengan adanya praktik tersebut diharapkan
mahasiswa mampu menerapkan ilmu yang didapat dan mengelola ruang
perawatan dengan pendekatan proses manajemen.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktik Manajemen Keperawatan selama 4 minggu di
Ruang IRNA II mahasiswa diharapkan mampu menerapkan prinsip-prinsip
manajemen keperawatan metode modifikasi tim dalam melaksanakan Model
Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) di tatanan rumah sakit.
2. Tujuan Khusus
Dalam praktik Manajemen Keperawatan diharapkan mahasiswa mampu :
a. Melaksanakan pengkajian situasi di Instalasi Rawat Inap II RSUD KOTA
MATARAM.
b. Melaksanakan analisis situasi berdasarkan analisa SWOT.
2
c. Menyusun rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil
pengkajian Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP):
Ketenagaan (M1), Sarana Prasarana (M2), Metode (M3), yang terdiri dari
: Timbang Terima, Penerimaan Pasien Baru, Sentralisasi Obat, Supervisi
Keperawatan, Discharge Planning, Dokumentasi Keperawatan.
d. Pelaksanaan rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil
pengkajian model asuhan keperawatan professional (MAKP): (1)
Timbang Terima, (2) Ronde Keperawatan, (3) Sentralisasi Obat, (4)
Supervisi Keperawatan, (5) Discharge Planning, (6) Dokumentasi
Keperawatan, (7) Penerimaan Pasien Baru.
e. Melakukan Evaluasi Pelaksanaan rencana strategi operasional ruangan
berdasarkan hasil pengkajian Model Asuhan Keperawatan Professional
(MAKP): (1) Timbang Terima, (2) Ronde Keperawatan, (3) Sentralisasi
Obat, (4) Supervisi Keperawatan, (5) Discharge Planning, (6)
Dokumentasi Keperawatan, (7) Penerimaan Pasien Baru dan Mutu
Layanan.
C. Manfaat
1. Bagi Pasien
Tercapainya kepuasan pasien terkait dengan patient safety yang optimal
meliputi identifikasi pasien, komunikasi yang efektif, ketepatan dalam
pemberian obat, ketepatan lokasi operasi, penurunan resiko infeksi
nosokomial dan penurunan resiko jatuh pasien selama dilakukan perawatan.
2. Bagi Rumah Sakit
Hasil laporan ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk penerapan
Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) yang mencakup timbang
terima, ronde keperawatan, sentralisasi obat, supervisi keperawatan, discharge
planning dan dokumentasi keperawatan.
3. Bagi Perawat
a. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal.
b. Terbinanya hubungan antara perawat dengan perawat, perawat dengan
tim kesehatan yang lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga.
c. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat.
3
d. Meningkatkan profesionalisme keperawatan.
4. Bagi Mahasiswa
a. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat sehingga
dapat memodifikasi metode penugasan yang akan dilaksanakan.
b. Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan model MAKP
yang di aplikasikan di ruang IRNA II.
c. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan penerapan
model MAKP di ruang IRNA II.
d. Mahasiswa dapat menganalisis masalah dengan metode SWOT dan
menyusun rencana strategi.
e. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan model
asuhan keperawatan profesional di ruang IRNA II.
D. Metode Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian di ruang IRNA II RSUD KOTA
MATARAM diperoleh dengan cara :
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data kondisi fisik ruangan,
inventaris ruangan, proses pelayanan dan asuhan keperawatan dengan
pengamatan langsung kepada pasien.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada kepala ruangan, perawat primer, perawat
pelaksana, dan pasien untuk mengumpulkan data tentang proses pelayanan
pasien dan proses kegiatan yang dilakukan oleh perawat.
3. Studi Dokumentasi
Kegiatan dilakukan untuk mengumpulkan data mengenai pasien,
ketenagaan, dokumentasi keperawatan, manajemen ruangan, prosedur tetap
tindakan dan inventaris ruangan melalui data rekam medik, data
kepegawaian,data sarana dan prasarana, dan profil rumah sakit.
4
E. Praktikan
Mahasiswa Program S1 Keperawatan Ners Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Yarsi Mataram Kelompok 2:
1. Ramadan ( STYJ 18)
2. Puji Harliana Handayani (STYJ 18)
3. Titin Pujiastuti (STYJ 18)
4. Yetty Muliana (STYJ 18)
5. Fitrah Susanti (STYJ 18)
6. Fania Dyah Utari (STYJ 18)
7. Yuyun Mariaty AS (STYJ 18)
8. Ika Asni Susanti (STYJ 18)
9. Aidul Ishak (STYJ 18)
10. Indah Trya Utami (STYJ 18)
11. Wira Bakti (STYJ 18)
12. Lasri Mestugiawati (STYJ 18)
13. Eka Dharma Budhayani (STYJ 18)
14. Uci Diyah Agustina (STYJ 18)
15. Zuljihad (STYJ 18)
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
2. Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram
Visi :
Rumah Sakit Pilihan Masyarakat dalam bidang Pelayanan Kesehatan, Pendidikan
dan Penelitian yang berstandar internasional.
Misi :
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif, berkualitas,
dan profesional.
2. Melaksanakan pendidikan, penelitian kesehatan berkelanjutan dan
berkualitas.
3. Meningkatkan kompetensi yang berdaya saing.
4. Meningkatkan kesejahteraan karyawan/karyawati.
5. Meningkatkan sarana prasarana sesuai standard RS pendidikan dan
kemajuan IPTEKDOK
Motto :
1. Senyum
2. Mutu
3. Inovatif
4. Lengkap
5. Efisien
7
B. PENGKAJIAN MANAJEMEN DI RUANG IRNA II
1. M1 (Man) Ketenagaan di Ruang IRNA II
a. Struktur Organisasi
8
b. Jumlah tenaga keperawatan
Kualifikasi tenaga keperawatan berdasarkan tingkat pendidikan terdapat
pada tabel berikut ini.
Klasifikasi Pendidikan formal tenaga keperawatan Ruang IRNA II
RSUD Kota Mataram 2019
c. Tenaga Non-Keperawatan
NO Kualifikasi Jumlah
1 Ahli Gizi 1
2 Apoteker 1
3 Asisten Apoteker 1
4 Cleaning Service 6
5 Administrasi (center) 1
Jumlah 10
Sumber: Data Primer 2019
9
d. Tenaga Medis
NO Kualifikasi Jumlah
1 Dokter jaga Internship 6
3 Supervisor 1
Jumlah 7
Sumber: Data Primer 2019
10
f. Pegawai Keperawatan Ruang IRNA II
Pelatihan
Tingkat Masa
NO Nama Perawat Jabatan Yang Telah
Pendidikan Kerja
Diikuti
3 Ns. Januardi Jauhari, S.Kep KATIM S1 Kep + Ners BTCLS, service 3 tahun
excellent, cardiac
emergency
5 Ns. Riza Amelia MZ, S.Kep KATIM S1 Kep + Ners BTCLS, Service 3 Tahun
excellent, BPGD
8 Ns. Veronika, LV, S.Kep KATIM S1 Kep + Ners BTCLS, Service 4 Tahun
excellent, cardiac
emergency
9 Ns. Dowek Darma Putra, Skep PA S1 Kep + Ners BTCLS 1.5 Tahun
12 Ns. Sri Widari, S.Kep PA S1 Kep + Ners BTCLS, Service 2.8 tahun
excellent,
Manajement Haji
11
14 Yadi Firmansyah, Amd.Kep KATIM DIII Keperawatan BTCLS, Service 2.8 Tahun
excellent,
Circumsisi,
BHD,
Cardiac
emergency,
Perawatan
luka
16 Ns. Bq. Rana Martini, Amd.Kep PA S1 Kep + Ners BTCLS, Service 1.5 tahun
excellent
Kesimpulan : Perawat yang sudah bekerja <1 tahun ada 2 orang, 1-3 tahun
ada 10 orang, dan >3 tahun ada 5 orang. Rata-rata sudah mengikuti
pelatihan BTCLS dan BHD
g. Pengaturan ketenagaan
Jumlah tenaga yang diperlukan menurut Permenkes 56 Tahun 2014
pasal 33 Ayat [1] jumlah tenaga keperawatan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 32 ayat [1] huruf c sama dengan jumlah tempat tidur pada instalasi rawat
inap.
Untuk mengetahui jumlah tenaga yang dibutuhkan ruangan IRNA II
menggunakan perhitungan kebutuhan tenaga kerja metode Douglas
berdasarkan observasi tanggal 29 April 2019 sebagai berikut :
12
Jumlah Pasien Dalam Shift
Kualifikasi
pasien Jumlah kebutuhan tenaga
Tingkat
Pagi Sore Malam
Ketergantungan
Mandiri 0 0 0
Parsial 14 14 14
Total 9 9 9
1. Shift pagi
Parsial : 14 x 0.27 = 3.78 (4 orang)
Total : 9 x 0.36 = 3.24 (4 orang)
2. Shift sore
Parsial : 14 x 0.15 = 2.1 (2 orang)
Total : 9 x 0.30 = 2.7 (3 orang)
3. Shift malam
Parsial : 14 x 0.17 = 2.38 (2 orang)
Total : 9 x 0.20 = 1.8 (2 orang) +
Total = 17 orang
Jumlah tenaga lepas dinas perhari :
86 𝑥 17
= = 5,24 (𝑑𝑖𝑏𝑢𝑙𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑑𝑖 5)
279
Kesimpulan :
Berdasarkan perhitungan menurut metode Douglas (2016) diatas
dapat disimpulkan bahwa tenaga keperawatan diruang IRNA II masih
13
kurang, dibutuhkan 7 orang tenaga keperawatan tambahan untuk
mencukupi standar jumlah tenaga keperawatan yaitu 23 orang.
PASIEN POLIKLINIK/
PASIEN IGD
PASIEN PULANG
14
tingkat kepuasan pasien. Penyediaan alat dan bahan di ruang IRNA II sudah
menggunakan pedoman atau buku standar fasilitas dan peralatan
keperawatan, dan perencanaan pengadaan alat dan bahan. Untuk barang habis
pakai (berupa masker, handscoon, dll.) serta blanko dan resep, amprahan
dilakukan tiap minggunya (3 kali dalam seminggu, pada hari Selasa, Kamis,
dan Sabtu) atau sesuai dengan kebutuhan. Untuk alat-alat Kebutuhan Dasar
Manusia (KDM) dan ATK (Alat Tulis Kantor), amprahan dilakukan satu kali
dalam sebulan. Amprahan ini tidak sepenuhnya bergantung pada kepala
ruangan, semua perawat bisa mengusulkan alat apa saja yang diamprah untuk
nanti dipertimbangkan kepala ruangan.
Untuk alat kesehatan yang mengalami kerusakan dilaporkan dengan
mengisi formulir pengembalian barang ke bagian ALKES. Sedangkan untuk
alat-alat non kesehatan seperti meja, kursi, dan yang lainnya, dapat dilaporkan
dengan mengisi formulir pengembalian barang ke bagian UMUM.
a. Lokasi
Gambaran umum ruang IRNA II merupakan bagian dari ruang
perawatan di IRNA RSUD Kota Mataram. Ruang IRNA II terletak di
lantai 2 di sebelah Utara Instalasi Gizi, sebelah Timur Depo Farmasi
Rawat Inap, sebelah Barat ICU & PICU, dan sebelah Selatan Ruang
IRNA III A.
Gambaran umum situasi dan kondisi di dalam Ruang IRNA II
terdiri dari 8 ruang rawat inap kelas 2. Masing-masing ruangan terdiri
dari 3 tempat tidur untuk pasien.
b. Fasilitas Pasien
No. Nama Barang Jumlah
1. AC 1,5 PK 8
2. Backdrop TV + Rak 4
3. Bed Pasien 24
6. Cermin 10
15
7. Ember Besar 8
8. Gayung 8
9. Jamban 8
13. Pispot 14
18. TV 8
19. Urinal 8
20. Wastafel 7
21. Wastafel+Cermin 3
16
8) Buku Ekspedisi Peminjaman Alat
9) Buku Bon Makan
10) Buku Ekspedisi Radiologi
11) Buku Tindakan Pasien Pulang
12) Buku SOP
13) Buku register transfusi darah
14) Buku bookingan pasien dari ruangan lain
15) Buku bookingan pasien ke ruangan lain
16) Buku operan alat
e. Alat-Alat Kesehatan
1) Alat Kesehatan
Kondisi
No. Nama Barang Jumlah
Baik Rusak
1. Alat EKG 1 1 -
3. Ambubag Bayi 1 1 -
4. Ambubag Anak 1 1 -
5. Ambubag Dewasa 2 2 -
8. Baki 1 1 -
14. Eskap 2 2 -
17
16. Gliserin Spuit - - -
20. Humidifier 22 17 5
22. Jelly/Gel 3 3 -
31. Oxymeter/SpO2 3 3 -
32. Pispot 14 14 -
35. Regulator 24 24 -
18
43. Tabung EDTA Merah 33 33 -
45. Flowmeter 24 24 -
48. Termometer 3 3 -
51. Tourniquet 2 2 -
52. Troli 3 3 -
54. Urinal 7 7 -
55. UV Sterilisator 1 1 -
2) Non Alkes
Kondisi
No. Nama Barang Jumlah
Baik Rusak
1. AC 1,5 PK 10 10 -
3. APAR 1 1 -
4. Apron Plastik 2 2 -
5. Baju OK 1 1 -
6. Baju Pasien - - -
7. Bantal 21 21 -
8. Baskom 15 15 -
9. Baterai 2 2 -
19
11. Box File 27 27 -
14. Cok 5 5 -
15. Dispenser 1 1 -
19. Galon 4 4 -
21. Gayung 15 15 -
22. Gelas 1 1 -
23. Gorden 40 40 -
24. Guling 17 17 -
25. Handuk 3 3 -
28. Karpet 7 7 -
31. Keset 6 6 -
20
38. Lampu 36 36 -
59. Perlak 2 2 -
61. Saklar 56 56 -
62. Sapu 2 2 -
21
65. Sarung Eskap 2 2 -
67. Selimut 20 20 -
68. Sendok 1 1 -
70. Sprei 79 79 -
81. Washlap 7 7 -
Kondisi
No. Nama Barang Jumlah
Baik Rusak
1. Alcohol 70 % 19 19 -
2. Alcohol Swab 14 14 -
3. Anios 1 1 -
22
4. Betadine 6 6 -
5. Cairan Klorin 2 2 -
6. Correction Fluid 4 4 -
8. Detergen 1 1 -
9. Hand Rub 12 12 -
12. Hypafix 13 13 -
21. OGT 1 1 -
24. Shampoo 2 2 -
26. Stabilo 2 2 -
28. Supratul 2 2 -
29. Tisu 5 5 -
23
STANDAR ALAT KESEHATAN (ALKES)
2. Stetoskop 2/ ruangan
9. Korentang 2/ ruangan
24
STANDAR NON ALAT KESEHATAN (ALKES)
1 Gorden 1:2
3 Seprei 1:5
9 Handuk 1:3
10 Washlap 1:5
13 Meja pasien 1/ 1
25
ideal atau standar fasilitas alat kesehatan, penjabarannya yaitu
sebagai berikut.
Perbandingan Ideal
Jumlah Jumlah Persentase
No. Nama Barang (Rasio Pasien :
Barang Ideal (%)
Alat)
1. Baju Pasien - 120 1:5 0%
Bak Instrumen
2. 1 16 2/ruangan 6,25 %
Besar
Bak Instrumen
3. 2 16 2/ruangan 12,5 %
Kecil
Bak Instrumen
4. 6 16 2/ruangan 37,5 %
Sedang
5. Bengkok 7 16 2/ruangan 43,75 %
6. Blah Spuit - 16 2/ruangan 0%
7. Eskap 2 24 1:1 8,3 %
8. Gliserin Spuit - 16 2/ruangan 0%
9. Gorden 40 48 1:2 83,3 %
10. Gunting Perban 2 16 2/ruangan 12,5 %
11. Handuk 3 72 1:3 4,16 %
Hecting Set/Up
12. 2 24 1:1 8,3 %
Hecting
13. Korentang - 16 2/ruangan 0%
14. Kran Air 17 24 1:1 70,8 %
15. Kursi Roda 2 16 2-3/ruangan 12,5 %
Lemari Obat
16. 1 8 1/ruangan 12,5 %
Emergency
17. Masker Oksigen 2 16 2/ruangan 12,5 %
18. Meja Pasien 24 24 1:1 100 %
19. Penutup Sprei - 120 1:5 0%
20. Pispot 14 24 1:1 58,3 %
21. Sarung Bantal 74 70 1:6 100 %
22. Sarung Buli-Buli 1 24 1:1 4,16 %
26
Panas
23. Sarung Eskap 2 24 1:1 8,3 %
24. Selimut 20 120 1:5 16,6 %
25. Set Ganti Balutan 1 40 5/ruangan 2,5 %
26. Sprei 150 120 1:5 100 %
27. Standar Infuse 32 16-24 2-3/ruangan 100 %
28. Stetoskop 6 16 2/ruangan 37,5 %
Tabung Oksigen
29. 24 16 2/ruangan 100 %
& Flowmeter
Tempat Sampah
30. 9 32 4/ruangan 28,1 %
Besar Tertutup
Tempat Tidur
31. 1 24 1:1 4,16 %
Biasa
Tempat Tidur
32. 23 24 1:1 95,8 %
Fungsional
33. Tensi Meter 4 16 2/ruangan 25 %
34. Termometer 1 40 5/ruangan 2,5 %
35. Tiang Infuse 32 24 1:1 100 %
Timbangan BB &
36. 1 8 1/ruangan 12,5 %
Pengukur TB
37. Troli Balut 1 8 1/ruangan 12,5 %
38. Troli Obat 1 8 1/ruangan 12,5 %
39. Urinal 7 24 1:1 29,16 %
40. Washlap 7 120 1:5 5,83 %
27
3. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan (M3 Metode)
a. Penerapan Pemberian Asuhan Keperawatan (MAKP)
Model yang diterapkan di ruang IRNA II adalah MAKP
Modifikasi-Tim dan sudah berjalan dengan baik namun masih
kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjalankan MAKP.
Menurut Nursalam (2016), metode Tim dibutuhkan 6-7 tenaga perawat
professional dan perawat pelaksana sebagai satu tim dalam satu shift.
b. Timbang Terima
Timbang terima berdasarkan hasil observasi tanggal 29 April s/d
01 Mei 2019 timbang terima IRNA II dilakukan setiap pergantian shift
yang diikuti oleh semua perawat yang bertugas dimasing - masing shift.
Pelaksanaan timbang terima di ruang IRNA II dilaksanakan di ruangan
nurse station dan setelah itu kunjungan ke pasien. Kepala ruangan
membuka acara timbang terima dan selalu menutup dengan berdo’a.
Timbang terima telah dilakukan, tetapi belum dilakukan secara
optimal, yaitu :
- Menyebutkan keluhan subjektif tetapi belum optimal
- Menyebutkan Masalah Keperawatan yang masih muncul tetapi
belum optimal
Selain itu saat timbang terima pasien masuk dari ruang IGD atau
ruangan IRNA yang lain, pelaporan mengenai kondisi pasien lengkap,
keluhan saat masuk pasien, membahas diagnosa medis, terapi yang
sudah dilakukan, terapi yang akan dilakukan, terapi medis lanjutan
pasien. Proses timbang terima yang efektif dan terstruktur akan
memperkuat status profesional perawat dalam pelayanan kesehatan era
modern (Davies dan Priestly, 2006).
c. Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan dilakukan apabila masalah pasien kompleks
dan tidak terselesaikan sehingga membutuhkan rawat inap yang lama.
Ronde Keperawatan belum pernah dilakukan di ruang IRNA II karena
jumlah hari perawatan pasien relatif singkat.
28
d. Supervisi Keperawatan
Supervisi dilakukan setiap hari oleh Petugas Supervisi Managemen
Rumah Sakit, supervisi managemen keperawatan. Sedangkan kepala
ruangan setiap hari melakukan supervisi secara langsung melalui
pengamatan terhadap pelaksanaan tugas perawat. Kepala ruangan
mengamati pekerjaan yang dilakukan perawat kemudian memberikan
evaluasi kepada perawat yang bersangkutan.
e. Discharge Planning
Tersedianya sarana dan prasarana discharge planning di ruangan
untuk pasien pulang mengenai berbagai penyakit, leaflet dan adanya
kartu control berobat untuk pasien setelah pulang.
Discharge planning sudah dilaksanakan tetapi pelaksanaannya
belum optimal. Perawat ruangan memberikan penyuluhan kesehatan
pada pasien dan keluarga saat merawat pasien dan terdokumentasinya di
dalam buku rekam medis. Hal-hal yang disampaikan meliputi: obat,
control, nutrisi, aktivitas dan latihan.
Untuk pemberian leaflet biasanya diberikan oleh profesi gizi,
karena pada saat pasien pulang biasanya memiliki pantangan terhadap
makanan, sehingga ahli gizi harus memberikan informasi melalui media
leaflet maupun media lainnya.
f. Pendokumentasian Keperawatan
Sistem pendokumentasian di Ruang IRNA II berdasarkan SOR
(Source Oriented Record)yaitu suatu system pendokumentasian yang
berorientasi dari berbagai sumber tenaga kesehatan misalnya dokter,
perawat, ahli gizi dan lain-lain.
Tersedianya sarana dan prasarana dokumentasi untuk tenaga
kesehatan (sarana administrasi penunjang).Sudah ada sistem
pendokumentasian SOAP, Format asuhan keperawatan, serta kesadaran
perawat tentang tanggung jawab dan tanggung gugat.
29
TABEL BAGIAN DARI DOKUMENTASI PASIEN
KODE Nama Formulir
R1 ADMISI
R1.1 Identitas Pasien
R1.2 general Consent
R1.3 Surat Persetujuan Pasien Rawat Inap
R1.4 Permintaan Penggantian Dokter
R2 RAWAT JALAN
R2.1 Rekam Medis Instalasi Gawat Darurat
R2.2 Transfer Pasien Antar Ruangan
R2.3 Rekam Medis Rawat Jalan (Poliklinik)
R3 KAJIAN AWAL PASIEN
R3.1 Pengkajian awal medis &keperawatan rawat inap
R3.2 Pengkajian pasien rawat inap obstetri & ginekologi
R3.3 Pengkajian asuhan kebidanan & kandungan
R3.4 Pengkajian awal medis & keperawatan neonatus
R3.5 Pengkajian awal pasien anak
R3.6 Pengkajian keperawatan pasien ICU
R3.7 Pengkajian resiko jatuh pada pasien dewasa
R3.8 Pengkajian resiko jatuh pada anak
R3.9 Pengkajian resiko jatuh pada neonatus
R3.10 Pengkajian resiko jatuh pada pasien psikiatri
R3.11 Pengkajian awal farmasi/renkonsiliasi obat
R3.12 Skrining gizi anak lanjut
R3.13 Skrining gizi lanjut(pasien dengan kehamilan)
R3.14 skirining gizi lanjut(pasie dewasa)
R4 PERKEMBANGAN PASIEN
R4.1 Catatan perkembangan pasien terintegrasi
R4.2 Asuhan keperawatan
R4.3 Asuhan kebidanan
R4.4 Grafik perkembangan pasien
R4.5a Asuhan gizi
R4.5b Catatan perkembangan gizi
R4.6 Partograf
R4.7 Monitoring pasien tranfusi darah
R4.8 Efek samping obat
R4.9 Pemberian obat
R4.10 SBAR
R4.11 Pengamatan ICU
R4.12 Pengamatan NICU
R4.13 Pengamatan PICU
30
R4.14 Pengamatan ICCU
R5 HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG(EKG,LAB)
R5.1 Lembar penempatan hasil EKG
R6 EDUKASI
R6.1 Catatan edukasi terintegrasi pasien/keluarga
TINDAKAN MEDIS OPERATIF & NON
R7 OPERATIF
R7.1 Persetujuan tindakan medis
R7.2 Penolakan tindakan medis
R7.3 Pesetujuan sterilisasi(tubektomi)
R7.4 Check list pre operasi & pemeriksaan post operasi
R7.5 Check list keselamatan pasien di ruang operasi
R7.6 Formolir pra anestesi dan sedasi
R7.7 Pemantauanstatus fisiologis pasien operasi
R7.8 Laporan anestesi
R7.9 Laporan operasi
R7.10 Formulir penandaan lokasi operasi pria/wanita
R7.11 Laporan kuretase
R8 RESUME PASIEN
R8.1 Resume medis
R8.2 discharge planning
R9 FORMUKIIR KHUSUS
R9.1 Surat rujukan
R9.2 Surat keterangan kelahiran
R9.3 Surat keterangan kematian
R9.4 Pelayanan ambulance
R10 LAIN- LAIN
R10.1 Lembar resep dan identitas(KK,KTP,BPJS)
Kesimpulan : Dari tabel bagian dokumentasi pasien tersebut sudah lengkap
untuk mengetahui bagian dari dokumentasi pasien.
4. M4 (Money)
Pegawai Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram Ruang IRNA II
mendapat pendapatan dari jasa pelayanan medik seperti jasa pelayanan BPJS,
jasa raharja, asuransi dan umum. Ada perbedaan gaji pokok antara perawat
kontrak dan PNS diruang rawat inap, sedangkan untuk gaji jasa pelayanan
seperti REMUNERASI di samakan antara PNS dan kontrak. Untuk sarana dan
prasarana yang dibutuhkan di ruangan diamprah ke bagian penunjang alat
medis baik itu ATK maupun alat kesehatan. Pengeluaran dan kebutuhan
31
ruangan dibiayai oleh institusi.Ada kesempatan untuk menggunakan
instrumen media dengan re-use sehingga menghemat pengeluaran.
5. M5 Mutu
Alur Pasien Masuk Ruang IRNA II
UGD POLI
Rawat Inap
Pemeriksaan
Pengobatan/Tindakan
Sembuh/KRS Meninggal
23
= X 100%
24
= 95,8%
32
2. BOR hari kedua
Jumlah bed yang terisi pada tanggal 30 April 2019 sebanyak 23
bed
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑡𝑖𝑑𝑢𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖
BOR = 𝑥 100%
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑡𝑖𝑑𝑢𝑟
23
= X 100%
24
= 95,8%
= 87,5%
Rata-rata BOR tanggal 29 April sd 1 Mei 2019
95,8% + 95,8% + 87,5%
= 93%
3
Kesimpulan : Berdasarkan data diatas penggunaan tempat tidur di IRNA II
selama 3 hari tidak ideal yaitu 93%
33
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑑𝑖𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡
AVLOS = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝+𝑚𝑎𝑡𝑖)
Jumlah hari perawatan pada tanggal 29 April sampai dengan 1 Mei 2019
adalah 56 hari
Jumlah pasien keluar (hidup + mati) = 10 pasien.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑑𝑖𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡
AVLOS = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝+𝑚𝑎𝑡𝑖)
56
= 10
(24 𝑋 3)
= − 6
10
=1
Kesimpulan : Jadi dari hasil rata-rata hari dimana tempat tidur tidak
ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya yaitu 1
hari, dan hasil tersebut merupakan hasil yang ideal.
34
adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada suatu periode, berapa kali
tempat tidur dipakai dalam satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu
tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40 sampai 50.
Jumlah pasien dirawat (Hidup + Mati) = 65
Jumlah pasien keluar (hidup + mati) = 10
Jumlah tempat tidur = 24 bed
Rumus Hitung BTO
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝+𝑚𝑎𝑡𝑖)
BTO = x100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑡𝑖𝑑𝑢𝑟
10
=24 x 100 %
= 0.4 x 100%
= 40
Kesimpulan : Jadi dari hasil perhitungan mengenai berapa kali tempat
tidur dipakai dalam satuan waktu tertentu menunjukkan
hasil yangideal yaitu 40.
= 10%
Kesimpulan : Jadi dari hasil perhitungan angka kematian selama >72 jam
setelah dirawat inap, menunjukkan bahwa 10% angka
kematian terdapat pada ruang IRNA II.
35
Jumlah pasien mati seluruhnya = 1
Jumlah pasien keluar (hidup + mati) = 10 orang
Rumus Hitung GDR:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑚𝑎𝑡𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎
GDR = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝+𝑚𝑎𝑡𝑖) X 100 %
1
= 10 X 100%
= 10
Kesimpulan : Jadi dari hasil perhitungan angka kematian umum untuk
setiap 1000 penderita keluar menunjukkan hasil yang ideal.
36
Skala Norton dapat digunakan untuk memprediksi apakah seorang pasien
berisiko dekubitus atau tidak dengan lima indikator, yaitu kondisi fisik
(physical condition), kondisi mental (mental condition), kegiatan
(activity), mobilitas (mobility), inkontinensia (incontinence).
Tabel Observasi Pasien Dengan Dekubitus
Tanggal
NO Variabel
29-04-2019 30-04-2019 01-05-2019
0
Angka Kejadian Dekubitus = 10 𝑥100% = 0 %
1
Angka pasien berisiko terjadi Dekubitus = 𝑥100% = 10%
10
9
Angka pasien tidak berisiko terjadi Dekubitus = 10 𝑥100% = 90%
37
Jumlah pasien yang terkena KNC dalam pemberian obat
× 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡
Indikator kesalahan pemberian obat:
1) Salah pasien
2) Salah nama, tidak sesuai dengan medical record
3) Salah waktu:
a) Terlambat pemberian obat (30 menit setelah jadwal)
b) Terlalu cepat (30 menit sebelum jadwal)
c) Obat stop tetap dilanjutkan
Tanggal
No Variabel Total
29-04- 30-04- 01-05-
2019 2019 2019
1. Jumlah pasien
yang terkena
kejadian tidak di
harapkan dalam
pemberian obat.
a. Tidak Tepat
Pasien - - - 0
b. Tidak Tepat
Obat - - - 0
c. Tidak Tepat
waktu - - - 0
pemberian
d. Tidak Tepat
Dosis Obat - - - 0
e. Tidak Tepat
Cara
Pemberian
- - - 0
f. Tidak Tepat
Dokumentasi
Jumlah pasien
pada hari - - - 0
tersebut
38
2. 20 23 22
29-04-2019 0 9 11 20
30-04-2019 0 8 15 23
01-05-2019 0 8 14 22
9
Tanggal 29-04-2019 :20 𝑥100% = 45%
39
8
Tanggal 30-04-2019 : 23 𝑥100% = 34.7%
8
Tanggal 01-04-2019 : 22 𝑥100% = 36,3%
45% +34,7%+36,3%= %
Rata – rata : =38,7%
3
4) Flebitis
Flebitis (phelebitis) didefinisikan sebagai peradangan akut lapisan
internal vena yang ditandai oleh rasa sakit dan nyeri di sepanjang vena
kemerahan, bengkak dan hangat, serta dapat dirasakan di sekitar daerah
penusukan. Flebitis adalah komplikasi yang sering dikaitkan dengan
terapi IV. Ada sejumlah faktor yang dapat berkontribusi dan
meningkatkan resiko flebitis. Faktor ini antara lain :
a. Trauma pada vena selama penusukan
b. Cairan infus bersifat asam atau alkali atau memiliki osmolaritas
tinggi
c. Penusukan ke pembuluh arah yang terlalu kecil
d. Menggunakan jarum yang terlalu besar untuk vena
e. Jarum infus lama tidak di ganti
f. Jenis bahan (kateter infus ) yang di gunakan
g. Riwayat pasien dan kondisi sekarang
h. Kondisi pembuluh darah
i. Stabilitas kanul
j. Pengendalian infeksi
40
1) Mengikuti teknik asepsis selama penusukan dan saat pencampuran
obat,
2) Rotasi tempat pemasangan
3) Menggunakan jarum yang sesuai dengan ukuran vena,
4) Pemantauan berkala area IV line,
5) Pendidikan pasien tentang tanda dan gejala dari flebitis,
6) Pilihan perangkat IV yang tepat,
7) Mengikuti pedoman pengenceran obat, untuk mencegah partikel dan
untuk memastikan obat atau solusi tidak terlalu tinggi atau terlalu
rendah kadar pH atau kepekatannya.
0
Hari pertama: Formula = 20 𝑥100% = 0%
1
Hari kedua : Formula = 23 𝑥100% = 4,3%
1
Hari Ketiga : Formula = 22 𝑥100% = 4,5%
0%+4,3%+4,5%
Rata – rata : = 2,9%
3
41
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑢𝑎𝑠 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛
= 𝑥100%
jumlah pasien yang dilakukan survei pada periode tertentu
2. Puas 10
3. Tidak puas 0
I. Kenyamanan
Fenomena nyeri timbul karena adanya kemampuan sitem saraf
untuk mengubah berbagai stimulus mekanis, kimia, termal, elektris
menjadi potensial aksi yang dijalarkan ke system saraf pusat. Nyeri
merupakan suatu mekanisme protektif bagi tubuh yang akan muncul bila
jaringan tubuh rusak, sehingga individu akan bereaksi atau berespon untuk
menghilangkan, mengurangi rangsang nyeri.
Skala nyeri :
0 = tidak nyeri,
1-3 = nyeri ringan, mengomel, sedikit mengganggu ADL,
42
4-6 = nyeri sedang, cukup mengganggu ADL,
7-10= nyeri berat tidak mampu melakukan ADL.
No Variabel Tanggal
43
Persentase Pasien Dengan Nyeri dan Terkontrol
No Variabel Tanggal
J. Kecemasan
Kesimpulan :Dari hasil penilaian yang dilakukan selama melakukan
pengkajian menggunakan kuesioner skala HARS dapat diketahui bahwa dari
10 responden, terdapat 3 responden yang tingkat kecemasannya normal/tidak
cemas dengan rentang skor <6 dengan persentase 30% , 6 responden dengan
kecemasan ringan dengan rentang skor 6-14 dengan presentase 60%,1
responden dengan kecemasan sedang rentang skor 15-27 dengan persentase
10% dan tidak ada responden dengan kecemasan berat dengan skor >27
dengan presentase 0%
6. M6 (Mesin)
Daftar Mesin Yang berada di Ruang IRNA II RSUD Kota Mataram
Kondisi Presentase
No Nama Barang Jumlah Ideal
Baik Rusak
1 EKG 1 buah 1 0 1/ruangan 100%
44
5 Infuse pump 7 buah 7 0
8 Oksimetri 2 buah 2 0
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Analisa Ruangan IRNA II
Ruang IRNA II merupakan salah satu ruangan interna yang merawat
pasien dengan berbagai masalah keperawatan. Memiliki 24 tempat tidur,
ketenagaan terdiri dari S1+Ners sebanyak 10 orang, Diploma III sebanyak
6 orang, Diploma 0 sebanyak 3 orang, Dokter jaga sebanyak 6 orang,
dokter interna sebanyak 2 orang, Ahli Gizi sebanyak 1 orang, Apoteker
sebanyak 1 orang, Asisten Apoteker 1 orang, Admin center sebanyak 1
orang, Cleaning service sebanyak 6 orang. Ruang IRNA II menggunakan
model MPKP Modifikasi tim
45
2. Kebutuhan tenaga keperawatan di ruang IRNA II
Untuk menghitung kebutuhan tenaga keperawatan di ruang IRNA II kami
menggunakan perhitungan tenaga menurut perhitungan kebutuhan tenaga
kerja metode Douglas tahun 2016. Berdasarkan perhitungan kebutuhan
tenaga perawat di ruang IRNA II belum tercukupi dengan tenaga 7 orang.
3. Continuitas pelayanan yang dilaksanakan yaitu penerimaan pasien sampai
dengan pulang meliputi pemberian asuhan keperawatan dan pelaksanaan
discharge planning belum optimal. Pelaksanaan discharge planning di
Ruang IRNA II telah dilaksanakan oleh ketua tim namun media
penyampaian pendidikan kesehatan hanya melalui informasi lisan,
sehingga kami mahasiswa Poltekkes Mataram telah melakukan upaya
optimalisasi pelaksanaan discharge planning dimana kami membuat dan
memperbanyak leaflet sesuai dengan keadaan ruangan.
4. Metode penugasan yang sesuai dengan keadaan ruangan
Ruangan IRNA II merupakan ruangan yang merawat pasien-pasien dengan
masalah keperawatan penyakit dalam (medical bedah), pasien pre op,
pasien post op dan penyakit dengan kondisi pasien beragam, dengan
demikian akan sangat baik jika ruangan IRNA II menggunakan metode
penugasan tim, biasanya tim hal ini memungkinkan pelayanan
keperawatan yang menyeluruh pada pasien yang berbeda-beda,
mendukung pelaksanaan proses keperawatan serta akan memungkinkan
komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberi
kepuasan kepada anggota tim.
5. Kendala Saat Melakukan Pengkajian 6 M
Pengkajian dilakukan selama 3 hari yaitu hari senin sampai hari rabu,
dimana terdapat 6 hal yang menjadi fokus utama yaitu, Sumber Daya
Manusia/Man (M1), Sarana dan Prasarana/Material (M2), Metode (M3),
Keuangan/Money (M4), Mutu (M5), dan Mesin (M6). Kendala saat
melakukan pengkajian 6M tersebut yaitu, kurangnya sumber data atau
referensi yang ada, kurang teliti dalam menghitung jumlah barang atau
hasil tertentu, waktu yang singkat dalam melakukan pengkaijan, adanya
46
missed communication dan kurangnya koordinasi antar anggota, dan
terdapat perbedaan pemahaman antar anggota.
6. Dokumentasi asuhan keperawatan
Untuk pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang IRNA II belum
optimal karena dilihat dari catatan perkembangan hanya mengikuti catatan
perkembangan pasien sebelumnya, untuk rencana dan implementasi dibuat
berdasarkan SOR yang ada di ruang IRNA II
7. Supervisi keperawatan
Supervisi telah dilakukan secara optimal oleh Petugas Supervisi
Manajemen Rumah Sakit dan Bidang Keperawatan terjadwal setiap hari.
Sedangkan kepala ruangan IRNA II selalu melakukan supervisi secara
langsung melalui pengamatan terhadap pelaksanaan tugas perawat . kepala
ruangan angsung melakukan evaluasi. Kepala ruangan mengamati
pekerjaan yang dilakukan perawat kemudian memberikan evaluasi kepada
perawat yang bersangkutan dan yang setiap paginya selalu memberikan
informasi dan masukan-masukan kepada ketua tim dan seluruh perawat
pelaksana serta mahasiswa yang sedang praktik klinik di ruangan.
B. SARAN
1. Untuk meningkatkan kepuasan kerja dari perawat diruangan, perawat
harus mengerjakan semua tindakan sesuai protap yang sudah ditetapkan.
2. Pada saat melakukan timbang terima diharapkan mencantumkan masalah
keperawatan dan tindakan yang telah dilakukan, serta melaporkan keadaan
alat-alat.
3. Diperlukan pengembangan ilmu-ilmu terbaru oleh pemberi pelayanan
kesahatan khususnya perawat dalam persiapan menghadapi era globalisasi.
4. Dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan kepada pasien harus
memperhatikan teknik komunikasi terapeutik untuk memotivasi
kesembuhan pasien dan untuk mnghindari sigma negatif terhadap
pelayanan keperawatan oleh pasien dan keluarga.
47
DAFTAR PUSTAKA
48
Grant, A.B., dan V.H. Massey. 1999. Nursing Leadership, Management, And
Research.Pennsylvania : springhouse corporation
49