Anda di halaman 1dari 11

PEMBENTUKAN KATA

DALAM BAHASA INDONESIA

Disusun dan Diajukan guna Memenuhi Tugas Terstruktur

Mata Kuliah : Morfologi Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu : Yusuf Wibisono, M.Pd.

Disusun Oleh :

Nama : Maya Ulfa Alfianingsih

NIM : 40418030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PERADABAN

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan berkah rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Baginda Nabi

Muhammad ‫ ﷺ‬, kepada keluarga, para sahabat, dan para umatnya sampai hari

perhitungan nanti.
Makalah yang berjudul “Pembentukan Kata Dalam Bahasa Indonesia” ini
disusun guna memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Morfologi Bahasa
Indonesia, yang diampu oleh Yusuf Wibisono, M.Pd., Program Studi Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Peradaban.
Makalah ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Untuk itu, penyusun menyampaikan penghargaan setinggi-
tingginya dan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan
satu per satu.
Akhirnya, kritik dan saran dari para pembaca sangat penyusun harapkan
demi kesempurnaan di masa mendatang. Dan kiranya makalah ini bermanfaat
bagi kita semua. Semoga Allah SWT berkenan menjadikan karya ilmiah ini
sebagai amal jariyah bagi tim penyusun serta pihak-pihak yang pandangannya
dikutip dalam makalah ini. Aamiin.

Bumiayu, 06 April 2019

Maya Ulfa Alfianingsih

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... iii

A. Latar Belakang Masalah.............................................................................. iii

B. Rumusan Masalah ....................................................................................... iv

C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ iv

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................1

A. Afiksasi .........................................................................................................1

B. Pemajemukan ................................................................................................2

C. Pengulangan ..................................................................................................3

BAB III PENUTUP ................................................................................................4

A. Simpulan .......................................................................................................4

B. Saran .............................................................................................................4

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................5

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Morfologi adalah cabang kajian linguistik (ilmu bahasa) yang
mempelajari tentang bentuk kata, perubahan kata, dan dampak dari
perubahan itu terhadap arti dan kelas kata (Mulyana, 2007 : 6). Menurut
Ramlan (1987 : 21) morfologi sebagai bagian dari ilmu bahasa yang
bidangnya menyelidiki seluk beluk bentuk kata dan kemungkinan adanya
perubahan golongan dari arti kata yang timbul sebagai akibat perubahan
bentuk kata.
Menurut Verhaar (dalam Nurhayati, 2001 : 1) morfologi
merupakan cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar
bahasa sebagai satuan gramatikal. Pengertian lain mengatakan bahwa
morfologi adalah cabang linguistik yang membicarakan atau
mengidentifikasi seluk beluk pembentukan kata (Nurhayati, 2001 : 2).
Seperti yang sudah dipaparkan diatas, morfologi merupakan
cabang kajian linguistik atau ilmu bahasa. Bahasa merupakan poin utama
yang dikaji dalam cabang-cabang linguistik termasuk dalam morfologi.
Bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa di dunia tidak mungkin
mempertahankan kemurnian dan kemandiriannya.
Bahkan bahasa Indonesia tergolong bahasa yang tidak murni
karena dari awal kelahirannya tidak ada bahasa Indonesia. Istilah
Indonesia baru muncul belakangan untuk memberi identitas bangsa yang
baru lahir itulah disebut bahasa Indonesia, yaitu sebuah bahasa yang cikal
bakalnya adalah bahasa Melayu.
Setiap bahasa di dunia memiliki cara yang khas dalam
pembentukan katanya. Kekhasan itu bergantung pada tipe dan rumpun
bahasa yang bersangkutan. Para ahli mencatat beberapa proses
pembentukan kata yang umum terjadi pada bahasa-bahasa di dunia,

iii
misalnya Huddleston (1984 : 22-25) mengemukakan bahwa perubahan
morfologis mencakup pemajemukan, afiksasi, konversi, derivasi balik,
perubahan bunyi, suplesi, perpaduan, dan pengakroniman.
Grady (1987 : 132-134) mengatakan bahwa perubahan morfologis
mencakup afiksasi, reduplikasi, pemajemukan, konversi, pemangkasan,
pengakroniman, perpaduan, derivasi balik, dan penganamatopeaan.
Sedangkan menurut Kridalaksana (1988 : 56, 1992 : 12) perubahan
morfologis (pembentukan kata) terdiri atas derivasi balik, derivasi zero,
afiksasi, reduplikasi, pemendekan, dan perpaduan.
Proses morfologis atau pembentukan kata yang lazim terjadi dalam
bahasa Indonesia mencakup afiksasi, reduplikasi, pemajemukan,
pemendekan, dan derivasi balik. Dari beberapa pembentukan kata ini
hanya akan dibahas mengenai pembentukan kata afiksasi, pemajemukan,
dan reduplikasi atau pengulangan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan yang dikemukakan dalam latar belakang
masalah diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana proses pembentukan kata afiksasi dalam bahasa Indonesia?
2. Bagaimana proses pembentukan kata pemajemukan dalam bahasa
Indonesia?
3. Bagaimana proses pembentukan kata pengulangan dalam bahasa
Indonesia?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan proses pembentukan kata afiksasi dalam bahasa
Indonesia.
2. Mendeskripsikan proses pembentukan kata pemajemukan dalam
bahasa Indonesia.

iv
3. Mendeskripsikan proses pembentukan kata pengulangan dalam bahasa
Indonesia.

v
BAB III

PEMBAHASAN

A. Afiksasi
Proses pembentukan kata atau proses morfemis yang pertama
adalah afiksasi atau pengimbuhan. Menurut Abdul Chaer (2012 : 177)
afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk
dasar. Sedangkan menurut Ramlan (1987 : 47) afiksasi adalah proses
pembentukan kata dengan cara menambahkan afiks pada bentuk dasar
baik berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks dengan tujuan
membentuk suatu kata.
Kridalaksana (1989 : 28-30) mengemukakan segi penempatannya,
afiks dalam bahasa Indonesia terbagi menjadi enam jenis, yaitu prefiks,
infiks, sufiks, konfiks, simulfiks, dan kombinasi afiks. Nurhayati (2006 :
67) menyebutkan bahwa pengimbuhan atau afiksasi dapat dilakukan
dengan cara pengimbuhan depan, tengah, dan belakang, atau juga disebut
prefiksasi, infiksasi, dan sufiksasi.
Masing-masing perubahan itu secara urut berarti proses
pengimbuhan dengan penambahan atau penggabungan afiks yang berupa
prefiks dalam sebuah bentuk dasar, dengan penambahan afiks bentuk
sisipan di tengah bentuk dasar, dan dengan penambahan afiks yang
berbentuk sufiks (akhiran) dalam bentuk dasar. Afiks adalah sebuah
bentuk, biasanya berupa morfem terikat yang diimbuhkan pada sebuah
dasar dalam proses pembentukan kata (Chaer, 2012 : 177).
Dilihat dari posisi melekatnya pada bentuk dasar biasanya
dibedakan adanya prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks, yang ke semuanya
dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Prefiks
Prefiks merupakan afiks yang diimbuhkan di muka bentuk dasar
(Chaer, 2012 : 178). Contoh prefiks me- pada kata memasak, prefiks

1
ber- pada kata berdiskusi, atau prefiks ter- pada kata terganti. Prefiks
dapat muncul bersama sufiks atau afiks lain, misalnya prefiks ber-
bersama sufiks -kan pada kata berdasarkan atau prefiks ter- dan sufiks
-kan pada kata tergantikan.
2. Infiks
Infiks merupakan afiks yang diimbuhkan di tengah bentuk dasar
(Chaer, 2012 : 178). Dalam bahasa Indonesia, misalnya infiks -me-
pada kata gemetar dan infiks -er- pada kata seruling.
3. Sufiks
Sufiks merupakan afiks yang diimbuhkan pada posisi akhir bentuk
dasar (Chaer, 2012 : 178). Contoh sufiks -kan pada kata bacakan atau
sufiks -an pada kata bacaan. Sama seperti prefiks, sufiks juga dapat
muncul bersama dengan afiks-afiks lain.
4. Konfiks
Konfiks merupakan afiks yang berupa morfem terbagi, yang bagian
pertama berposisi pada awal bentuk dasar, dan bagian yang kedua
berposisi pada akhir bentuk dasar (Chaer, 2012 : 179). Contoh konfiks
ke-/-an pada kata keterangan dan konfiks ber-/-an pada kata
bermunculan.

B. Pemajemukan
Proses pembentukan kata yang kedua adalah pemajemukan atau
komposisi. Komposisi adalah hasil dan proses penggabungan morfem
dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat,
sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal
yang berbeda, atau yang baru (Chaer, 2012 : 185). Kata majemuk adalah
kata yang terdiri atas dua kata sebagai unsurnya. Selain itu, ada juga kata
majemuk yang terdiri dari satu kata dan satu pokok kata sebagai unsurnya
dan ada pula yang terdiri dari pokok kata semua (Ramlan, 1987 : 67).
Menurut Kridalaksana (2008 : 104) komposisi adalah proses
penggabungan dua leksem atau lebih yang membentuk kata. Sedangkan

2
menurut Muslich (2007 : 57) proses pemajemukan adalah peristiwa
bergabungnya dua morfem dasar atau lebih secara padu dan menimbulkan
arti yang relatif baru. Komposisi atau pemajemukan terdapat dalam kata
seperti lalu lintas, daya juang, rumah sakit, kumis kucing, dan sebagainya.
Para ahli tata bahasa tradisional seperti Sutan Takdir Alisjahbana
(1953 dalam Chaer, 2012 : 186) berpendapat bahwa kata majemuk adalah
sebuah kata yang memiliki makna baru yang tidak merupakan gabungan
makna unsur-unsurnya, menyatakan bahwa bentuk kumis kucing dengan
makna tumbuhan merupakan kata majemuk. Sedangkan bentuk kumis
kucing dengan arti kumis dari binatang kucing bukanlah kata majemuk.
Kelompok linguis lain yang berpijak pada tata bahasa struktural
menyatakan suatu komposisi disebut kata majemuk kalau diantara unsur-
unsur pembentuknya tidak dapat disisipkan apa-apa tanpa merusak
komposisi itu. Bisa juga suatu komposisi disebut kata majemuk kalau
unsur-unsurnya tidak dapat dipertukarkan tempatnya (Chaer, 2012 : 187).

C. Pengulangan
Pengulangan atau reduplikasi adalah proses morfemis yang
mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian
(parsial), maupun dengan perubahan bunyi (Chaer, 2012 : 182).
Sedangkan menurut Ramlan (1983 : 55) reduplikasi adalah pengulangan
satuan bahasa, baik seluruhnya maupun sebagian, baik dengan variasi
fonem maupun tidak.
Muslich (2007 : 48) berpendapat bahwa proses pengulangan
merupakan peristiwa pembentukan kata dengan jalan mengulang bentuk
dasar, baik seluruhnya maupun sebagian, baik bervariasi fonem maupun
tidak, baik berkombinasi dengan afiks maupun tidak.
Proses pengulangan atau reduplikasi dibedakan menjadi
reduplikasi penuh, seperti buku-buku (dari dasar buku), reduplikasi
sebagian seperti pepatah (dari dasar patah), dan reduplikasi dengan
perubahan bunyi, seperti bolak-balik (dari dasar balik).

3
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Keragaman kosakata dalam bahasa Indonesia tidak dapat terlepas
dari adanya beberapa proses morfemis atau proses pembentukan kata.
Proses morfemis dapat berupa afiksasi atau pengimbuhan, komposisi atau
pemajemukan, dan reduplikasi atau pengulangan.
Proses morfemis afiksasi meliputi prefiks atau pengimbuhan pada
awal bentuk dasar, infiks atau pengimbuhan pada tengah bentuk dasar,
sufiks atau pengimbuhan pada akhir bentuk dasar, dan konfiks atau afiks
berupa morfem terbagi.
Proses morfemis komposisi atau pemajemukan merupakan proses
penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar. Sedangkan proses
morfemis selanjutnya adalah reduplikasi atau pengulangan yang
merupakan proses morfemis dengan mengulang bentuk dasar. Reduplikasi
dapat dibedakan menjadi tiga, yakni reduplikasi penuh, reduplikasi
sebagian, dan reduplikasi dengan perubahan bunyi.

B. Saran
Dengan adanya makalah penelitian ini, diharapkan wawasan
mengenai proses pembentukan kata dalam bahasa Indonesia menjadi
bertambah. Para pembaca mengetahui tentang beberapa proses
pembentukan kata seperti afiksasi, pengulangan, dan pemajemukan
dengan disertai beberapa contoh yang ada.
Menyadari bahwa penyusun masih jauh dari kata sempurna,
penyusun mengharap saran dan kritik yang dapat menjadikan penyusunan
makalah penelitian menjadi lebih baik kedepannya.

4
DAFTAR PUSTAKA

Ramlan, M. 1987. Morfologi : Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta : CV.


Karyono.
Nurhayati, Endang. 2001. Morfologi Bahasa Jawa. Diktat tidak diterbitkan. PBD
FBS UNY Yogyakarta.
Nurhayati, Endang dan Siti Mulyani. 2006. Linguistik Bahasa Jawa. Yogyakarta :
Bagaskara.
Mulyana. 2007. Morfologi Bahasa Jawa : Bentuk dan Struktur Bahasa Jawa.
Yogyakarta : Kanwa Publisher.
Grady, William O. dkk. 1987. Contemporary Linguistic Analysis : An
Introduction. Toronto : A Longman Company.
Kridalaksana, Harimurti. 1988. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia.
Jakarta : Gramedia Pustaka.
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta : Gramedia Pustaka.
Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Cetakan IV. Jakarta : Rineka Cipta.
Muslich, Mansur. 2008. Tata Bentuk Bahasa Indonesia : Kajian ke Arah Tata
Bahasa Deskriptif. Jakarta : Bumi Aksara.
Azizah, Siti, Ary Setyadi, dan Sri Puji Astuti. Jurnal Proses Morfologis Minta
dan Sinonimnya.

Anda mungkin juga menyukai