Anda di halaman 1dari 5

Jurnal I

Faktor-Faktor Psikologis yang Mempengaruhi Postpartum Blues

A. Pembahasan
Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah dan normal yang dialami
oleh setiap wanita. Dalam proses kehamilan dan persalinan ini setiap wanita
mengalami perubahan- perubahan baik fisik maupun psikologis sehingga
wanita perlu mempersiapkan diri sebelum memasuki tahapan ini, wanita yang
kurang siap akan mengalami postpartum blues. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui faktor-faktor psikologis yang memengaruhi postpartum blues.
Jenis penelitian yaitu kuantitatif korelasional dengan teknik pengambila
sampel purposive sampling. Responden penelitian yaitu ibu pasca melahirkan
setelah 6 bulan (n=41). Instrumen penelitian yaitu Edinburgh Postnatal
Depression Scale (EPDS), skala coping stress, skala dukungan sosial, dan
skala penyesuaian diri. Analisa data menggunakan regresi linier sederhana dan
menunjukkan bahwa dari ketiga variabel independen yang memberikan
prediksi pengaruh terbesar pada munculnya postpartum blues adalah variabel
penyesuaian diri (56,3%), kemudian coping stress (46,1%), dan dukungan
sosial (30,2%).
B. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan, dapat
disimpulkan bahwa coping stress, penye- suaian diri, dan dukungan sosial
berhu- bungan dengan postpartum blues. Ketiga variabel sebagai faktor-faktor
psikologis memberikan prediksi pengaruh terhadap terjadinya postpartum
blues pada ibu pasca melahirkan. Variabel yang memberikan prediksi paling
besar terhadap postpartum blues secara berurutan yaitu penyesuaian diri,
coping stress, dan dukungan sosial.
Jurnal II

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK IBU, KONDISI BAYI DAN


DUKUNGAN SOSIAL SUAMI DENGAN POSTPARTUM BLUES PADA IBU
DENGAN PERSALINAN SC
DI RUMAH SAKIT UMUM AHMAD YANI
METRO TAHUN 2014

A. PEMBAHASAN
Post partum blues merupakan gangguan efek ringan yang sering terjadi setelah
persalinan Apabila postpartum blues tidak kunjung reda akan berkembang menjadi
depresi postpartum Pada tahun 2013 dari bulan Januari-Mei terdapat 3 kasus ibu nifas
dengan postpartum blues di RSU Ahmad Yani. Diketahui hubungan antara
karakteristik ibu, kondisi bayi dan dukungan suami dengan kejadian post partum
blues.
Jenis penelitian kuantitatif Analitik dengan pendekatan Cross sectional. sampel
dalam penelitian ini sebanyak 35. Dilakukan di RSU Ahmad Yani Metro pada bulan
Juni – juli 2014. Data diambil dengan instrument test dan lembar observasi. Uji statistik
dilakukan dengan Chi Square dan regresi binary logistik.
Sebanyak 6 (17,1%) responden mengalami post partum blues, usia responden tidak
beresiko 20 (57,1), paritas responden multipara 18 (51,4%) responden, Sebagian
besar tingkat pendidikan responden tinggi (SMA, Sarjana 21 (60,0%) responden, ibu
yang tidak bekerja 18 (51,4%) responden, usia kehamilan responden tidak aterm (pre /
post ) 26 (74,3%) responden. ada komplikasi kehamilan yaitu sebesar 20 (57,1%)
responden. keadaan bayi asfeksia ringan yaitu sebesar 17 (48,6%) responden.
Responden mendapat dukungan dari suami yaitu sebesar 22 (62,9%). Ada hubungan
antara umur , pendidikan, pekerjaan, paritas ibu , kondisi bayi dan dukungan sosial
dengan postpartum blues di Rumah Sakit Umum Ahmad Yani Metro tahun 2014 (p-
value 0.040<0,05, OR 2.700), (p-value 0.017<0,05, OR 2.625), (p-value 0.018
<0,05, OR 3.684), (p-value 0.048<0,05, OR 2.667) (p-value 0.024<0,05) dan (p-
value 0.019<0,05, OR 5.571).Tidak Ada hubungan antara umur kehamilan, komplikasi
kehamilan ibu dengan postpartum blues di Rumah Sakit Umum Ahmad Yani Metro
tahun 2014 (p-value 0.162>0,05) (p-value 0.072>0,05). Dukungan social dari suami
merupakan factor yang paling dominan (p-value 0,028 dan exp.B 4.833).
Mengaktifkan tempat pelayanan kesehatan untuk memberikan fasilitas yang
menunjang dalam seperti penyuluhan tentang masa nifas, tanda bahaya masa nifas,
kelainan yang dapat terjadi pada masa nifas, dengan menyediakan poster, pembagian
brosur/pamflet
B. Kesimpulan
Dapat ditarik kesimpulan bahwa dukungan suami adalah faktor yang paling
dominan yang menyebabkan terjadinya post partum blue.
Dukungan suami sangat diperlukan, karena ibu tidak akan merasa beban
dengan apa yang terjadi pada dirinya, baik dukungan saat hamil, saat bersalin
maupun masa nifas. Perhatian suami, komunikasi yang di jalin, sikap dan
perilaku suami dalam membantu ibu baik dalam kehamilan, persalinan dan
nifas akan mempengaruhi kondisi ibu.
JURNAL III

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI POSTPARTUM BLUES

A. PEMBAHASAN
Postpartum adalah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi kembali kedalam normal sebelum hamil. Periode ini biasanya
disebut puerperium atau masa nifas (Bobak, 2005).
Perubahan tersebut merupakan perubahan psikologis yang normal terjadi pada
seorang ibu yang baru melahirkan. Namun hanya sebagian ibu postpartum
yang dapat menyesuaikan diri, sebagian yang lain tidak berhasil menyesuaikan
diri dan mengalami gangguan-gangguan psikologis. Marshall (2006, dalam
Miyansaski, 2013), mengungkapkan bahwa ada 3 jenis gangguan afek atau
mood pada ibu yang baru melahirkan dari yang ringan sampai berat yaitu:
postpartum blues, depresi postpartum, dan psikosis postpartum.
Menurut penelitian Cury, (2008, dalam Miyansaski, 2013) gangguan afek atau
mood yang paling sering dijumpai pada ibu yang baru melahirkan adalah
postpartum blues. Angka kejadian postpartum blues di beberapa negara seperti
Jepang 15%-50%, Amerika Serikat 27%, Prancis 31,3% dan Y unani 44,5%.
Prevalensi untuk Asia antara 26-85%, sedangkan prevalensi di Indonesia yaitu
50 – 70%.
Postpartum blues adalah perasaan sedih yang dibawa ibu sejak masa hamil
yang
berhubungan dengan kesulitan ibu menerima kehadiran bayinya. Postpartum
blues terjadi pada 14 hari pertama pasca melahirkan puncaknya pada 3 atau 4
hari pasca melahirkan (Pieter, 2011). Menurut Bobak (2005) postpartum blues
adalah suatu tingkat keadaan depresi bersifat sementara yang dialami oleh
kebanyakan ibu yang baru melahirkan karena perubahan tingkat hormon,
tanggung jawab baru akibat perluasan keluarga dan pengasuhan terhadap bayi.

B. KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mendapatkan dukungan
suami yang tinggi memiliki kecenderungan untuk tidak terjadi postpartum
blues, dan responden yang mendapatkan dukungan suami yang rendah
memiliki kecenderungan untuk terjadi postpartum blues.
Hasil analisa bivariat didapatkan ada hubungan yang signifikan antara
dukungan suami dan kesiapan kehamilan dengan kejadian postpartumblues
(nilai p=0,000), namun tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis
persalinan dengan kejadian postpartum blues (nilai p=0,185).

Anda mungkin juga menyukai