2. Islam adalah agama yang mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu. Kewajiban
menuntut ilmu tidak hanya ditujukan kepada anak-anak saja melainkan juga kepada
orang dewasa bahkan kalangan yang sudah tua. Dalam sebuah hadis dikatakan,
“Tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang lahat”.
Di era modern seperti saat ini, setiap orang yang ingin mendapatkan kesuksesan hidup,
baik dunia maupun akhirat maka dia harus memiliki ilmu. Karena ilmulah yang akan
menjadi kunci pembuka kesuksesan tersebut. Kalau seseorang mau melihat lebih jauh,
dia tidak akan menemukan satupun manusia yang mendapatkan kemenangan hidup
tanpa berbekal ilmu.
Dalam pandangan Allah SWT, ilmu selain dapat membuat seseorang mampu meraih
impiannya, ia juga dapat meningkatkan derajat orang tersebut. Di dalam al-Quran
disebutkan.
“Allah akan meningkatkan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu dengan
beberapa derajat”.
Melalui ayat ini dapat dipahami, bahwa Allah SWT sangat memuliakan orang yang
berilmu, Dia menyandingkan orang berilmu dengan orang yang beriman dan orang
yang beriman adalah tergolong orang yang mulia di sisi-Nya.
Ada banyak cara dan tempat dalam menuntut ilmu, ilmu bisa dipelajari dengan
langsung bertalaqi (bertemu langsung) dengan guru, membaca buku, menonton tv dan
membaca di media sosial, tentunya pada media yang diyakini keluhuran ilmunya.
Belajar juga dapat dilakukan di sekolah-sekolah, pesantren, universitas, bahkan
lingkungan kita sendiri seperti keluarga. Seseorang diperbolehkan belajar kepada
siapa saja dan di mana saja yang terpenting ialah tetap dalam koridor yang dibenarkan
oleh agama dan budaya.
Khususnya dalam dunia keislaman, amal atau ibadah seseorang harus diiringi dengan
ilmu, seperti ketika hendak mengerjakan shalat, seseorang harus mengetahui syarat
dan rukun sahnya shalat. Karena bila seseorang beribadah tanpa mengetahui ilmunya,
maka amal orang tersebut akan tertolak.
Dalam kaidah ushul fikih dikatakan:
ماال يتم الواجب اال به فهو واجب
“Suatu kewajiban tidak akan sempurna kecuali dengannya maka sesuatu itu menjadi
wajib dilakukan”.
Dalam hal ini melaksanakan shalat, zakat, puasa, haji, dan lainnya merupakan ibadah
yang wajib ditunaikan, untuk memenuhi kewajiban tersebut seseorang harus
mengetahui ilmunya, maka belajar menjadi wajib baginya.
Oleh karana itu, seseorang berkewajiban menuntut ilmu. seorang pimpinan keluarga
juga berkewajiban mengajarkan ilmu kepada anak-anak dan istrinya. bila seorang
ayah tidak memiliki kemampuan untuk mengajari mereka, maka sejatinya dia harus
menyekolahkan anak-anaknya, sedangkan istrinya diajak mengaji, ke majlis taklim
misalnya. Barangsiapa yang menginginkan kebahagiaan di dunia dan akhiran maka
harus memiliki ilmu.
Jadi kesiumpulannya bahwa pandangan islam terhadap teknologi saat ini merupakan
sebuah hal yang lumrah, yang sudah ada pada masa-masa dahulu, dan memang islam
mengajarkan kita sebagai umatnya untuk selalu mencari tahu semua kebenaran yang
ada didunia ini sesuai dengan syariat islam yang berlaku. Dan islam tidak pernah
menutup diri untuk menerima modernsiasi dari sebuah perkembangan jaman.
Sehingga dengan adanya perkembangan teknologi yang sangat pesat saat ini
merupakan hal yang wajar yang dapat kita terima sebagai umat islam, selama masih
sesuai dengan ajaran-ajaran islam yang berlaku.
4. Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis: masuk akal, empiris:
Dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan.
(Hillway,1956).
Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang
lebih komplek disertai pembuktian-pembuktian. ( Menurut Kartono (1996, dalam
Khodijah, 2006:118)
5. Untuk mengantisipasi tantangan yang dihadapi banyak cara. Apapun caranya dapat
dipilih asalkan membawa hasil yang bermanfaat. Setiap gagasan yang diajukan sudah
tentu harus berhadapan dengan tantangan dan harus menimbulkan korban. Strategi
tentu yang paling sedikit resikonya. Dikalangan masyarakat akademis untuk
menumbuhkembangkan berpikir ilmiah, tidak sesulit dikalangan masyarakat umum.
Karena itu, kalangan masyarakat kampuslah yang menjadi sasaran pertama dalam
membudayakan tradisi berpikir ilmiah.