Anda di halaman 1dari 6

DOI: http://dx.doi.org/10.18269/jpmipa.v21i1.

669

MODEL PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS ETNOSAINS UNTUK


MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
Siti Arfianawati, Sudarmin, dan Woro Sumarni
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang
Gedung D6 Kampus Sekaran Gunungpati Semarang
Email: sudarminmipa.unnes@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini menyelidiki pengaruh penerapan Model Pembelajaran Kimia Berbasis Etnosains (MPKBE)
terhadap kemampuan kognitif dan berpikir kritis siswa. Sampel penelitian adalah siswa kelas XI di salah satu
SMA di Kabupaten Rembang. Soal pretes-postes tentang materi hidrolisis garam digunakan untuk mengukur
kemampuan kognitif dan berpikir kritis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata postes dan N-Gain ke-
mampuan kognitif dan berpikir kritis kelas yang memperoleh pembelajaran MPKBE lebih baik daripada kelas
yang memperoleh pembelajaran konvensional. Uji t menunjukkan bahwa model pembelajaran berpengaruh
terhadap rerata postes dan N-Gain kemampuan kognitif dan berpikir kritis (t hitung>ttabel). Peningkatan empat
aspek kemampuan berpikir kritis dikategorikan sebagai peningkatan tinggi, sedangkan satu aspek
dikategorikan sebagai peningkatan sedang. Aspek berpikir kritis “memberikan penjelasan sederhana” meru-
pakan aspek dengan peningkatan paling tinggi dengan nilai N-Gain 0,93. Kontribusi penerapan MPKBE
terhadap peningkatan kemampuan kognitif dan berpikir kritis siswa berturut-turut adalah 40,1% dan 17,0%.

Kata kunci: Berpikir Kritis, Etnosains, Model Pembelajaran Kimia

ABSTRACT
This study investigated Ethnoscience-based Chemistry Learning Model (MPKBE) effect on students’
cognitive and critical thinking ability. Samples were eleventh grader in one of senior high schools in
Rembang Regency. Pretest and posttest questions about salt hydrolysis were used to measure cognitive and
critical thinking ability. Results suggested that cognitive and critical thinking ability postest average and N-
Gain in class obtaining MPKBE were higher than in the class obtaining conventional learning. T-test also
showed that learning model affecting cognitive and critical thinking ability posttest and N-Gain score
(tcalc.>ttable). Enhancement in four critical thinking aspects were categorized as high while one aspect was
categorized as moderate. “Giving simple explanation” aspect was aspect with the highest enhancement with
N-Gain value of 0.93. The implementation of MPKBE contribution to cognitive and critical thinking ability
enhancements were 40.1% and 17.0%, respectively.
Keywords: Critical Thinking, Ethnoscience, Chemistry Learning Model

PENDAHULUAN mengembangkan, dan mengolah kemampuan un-


tuk memahami kesimpulan dalam suatu pernya-
Pembelajaran adalah suatu proses interaksi taan.
antara siswa dengan lingkungan sehingga dapat Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
menyebabkan terjadinya perubahan sikap dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran ada-
perilaku menuju arah yang lebih baik (Winarni, lah dengan mempergunakan aspek budaya lokal
2013). Perubahan kearah yang lebih baik ini pen- dalam pembelajaran (Sudiana dan Surata, 2010;
ting mengingat siswa nantinya akan menjadi Atmojo, 2012; Kartimi, 2014; Rosyidah et al.,
bagian dari masyarakat dan harus berkontribusi 2013; Rahayu dan Sudarmin, 2015; Anwari et al.,
pada masyarakat. Salah satu kemampuan yang 2016). Pengetahuan yang dimiliki suatu bangsa
diperlukan agar seseorang dapat berkontribusi atau lebih tepat lagi suatu suku bangsa atau
terhadap masyarakat adalah kemampuan berpikir kelompok sosial tertentu sering disebut sebagai
kritis (Facione, 2015). Berpikir kritis adalah pengetahuan sains masyarakat atau Indigenous
pengenalan yang komprehensif supaya dapat Science (Sudarmin, 2014). Sejumlah istilah dapat
melakukan penalaran yang lebih baik (Hughes digunakan untuk menyebut pengetahuan asli,
dan Lavery, 2014). Mulnix (2012) berpendapat yaitu pengetahuan ekologi tradisional, pengeta-
bahwa berpikir kritis terdiri dari memperoleh, huan tradisional, dan sains asli (Gondwe dan

46
47 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 21, Nomor 1, April 2016, hlm. 46-51

Longnecker, 2014). Etnosains merupakan kegi- berpikir kritis siswa dilakukan penghitungan koe-
atan mentransformasikan sains asli (pengetahuan fisien determinasi.
yang berkembang di masyarakat) menjadi sains
ilmiah (Rahayu dan Sudarmin, 2015). HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengunaan pendekatan etnosains dalam
pembelajaran telah dilakukan misalnya peng- Rerata nilai kognitif siswa disajikan pada
gunaan subak sebagai cara untuk menjelaskan Tabel 1.
konsep ekosistem (Sudiana dan Surata, 2010),
mengaitkan kebiasaan hidup suatu masyarakat Tabel 1. Data Nilai Kognitif Pretes dan Postes
misalnya bagaimana mereka mempergunakan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
tumbuhan tradisional maupun mengelola lahan
dalam mengajarkan siswa tentang biodiversitas MKPBE Kontrol
(Anwari et al., 2016) ataupun mengaitkan Pretes Postes Pretes Postes
makanan tradisional dan khas Indonesia dalam Rerata 36,09 86,11 38,27 78,52
pembelajaran materi zat aditif (Rosyidah et al., Min. 18 63 15 60
2013). Salah satu materi kimia dimana miskon- Maks. 63 100 65 97
sepsi masih terjadi adalah materi asam basa. N-Gain 0,79 (tinggi) 0,65 (sedang)
Penelitian Pinarbasi (2007) menunjukkan bahwa
70% siswa mengalami miskonsepsi tentang pro- Dari Tabel 1 dapat terlihat adanya pe-
ses hidrolisis. Hasil penelitian Rosyidah et al. ningkatan rerata hasil belajar kognitif baik pada
(2013) menemukan bahwa penggunaan etnosains kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Rerata
dalam pembelajaran zat aditif membuat siswa postes kelas eksperimen lebih baik daripada kelas
memperoleh pembelajaran yang bermakna, dan kontrol karena kelas eksperimen mendapatkan
Novak (2002) menyatakan bahwa rekonstruksi pembelajaran etnosains yang lebih menekankan
konseptual dapat terjadi jika terjadi pembelajaran kepada siswa untuk melakukan observasi lang-
yang bermakna. sung. Siswa yang memperoleh pengetahuan me-
Oleh karena itu, dengan mempertimbang- lalui pengalaman langsung akan dapat mening-
kan kemampuan model pembelajaran berbasis katkan kemampuan kognitif siswa menjadi lebih
etnosains dalam pembelajaran, maka penelitian baik (Hastuti, 2014). Hasil ini sejalan dengan
ini akan menyelidiki apakah Model Pembelajaran hasil penelitian Kartimi (2014) yang menun-
Kimia Berbasis Etnosains (MPKBE) dapat jukkan bahwa rerata hasil belajar siswa mening-
menghasilkan pembelajaran yang bermakna kat setelah penerapan pembelajaran biologi ber-
sehingga kemampuan kognitif dan berpikir kritis basis sains budaya lokal.
siswa dapat meningkat. N-Gain untuk masing-masing kelas adalah
0,79 untuk kelas eksperimen (MPKBE) dan 0,65
METODE untuk kelas kontrol (Tabel 1). Berdasarkan kate-
gorisasi Hake (1998), peningkatan hasil belajar
Penelitian ini dilaksanakan di salah satu kognitif pada kelas eksperimen tergolong tinggi
SMA di Kabupaten Rembang dengan siswa kelas sedangkan kelas kontrol tergolong sedang.
XI IPA sebagai subyeknya. Instrumen penelitian Peningkatan yang tergolong tinggi pada kelas
terdiri dari penggalan silabus yang disesuaikan MPKBE menunjukkan adanya peningkatan hasil
dengan sekolah, rencana pelaksanaan pembe- belajar kognitif karena penerapan model pembe-
lajaran (RPP) untuk kelas kontrol dan kelas eks- lajaran kimia berbasis etnosains. Atmojo (2012)
perimen (MPKBE), kisi-kisi, handout, soal tes menyatakan bahwa peningkatan hasil belajar
yaitu soal pretes-postes untuk penilaian kognitif kognitif pada kelas yang menerapkan pendekatan
dan berpikir kritis. Data pretes dan postes dija- etnosains dapat terjadi karena siswa lebih tertarik
dikan dasar penghitungan N-Gain. Untuk menge- dan antusias sehingga mereka merasa lebih se-
tahui pengaruh MPKBE terhadap kemampuan nang dalam belajar.
kognitif dan berpikir kritis siswa berdasarkan Kemampuan berpikir kritis siswa pada
model pembelajaran, data postes diuji dengan kelas eksperimen maupun kelas kontrol dapat di-
menggunakan uji t. Untuk mengetahui kontribusi lihat pada Tabel 2.
pembelajaran terhadap kemampuan kognitif dan
Arfianawati, Sudarmin, dan Sumarni , Model Pembelajaran Kimia Berbasis Etnosains untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa 48

Tabel 2. Rerata Nilai Kemampuan Berpikir menyatakan bahwa diskusi merupakan salah satu
Kritis Pretes dan Postes Kelas Eksperimen dan cara yang efektif dalam melatih dan mengem-
Kelas Kontrol bangkan keterampilan berpikir kritis, karena
MKPBE Kontrol dalam diskusi terjadi pertukaran pendapat dan
Pretes Postes Pretes Postes dalam proses pertukaran pendapat itu siswa dapat
Rerata 28,56 82,98 32,76 76,19 mempertimbangkan, menolak, atau menerima
Min. 12,95 63,64 12,43 62,62 pendapat sendiri atau pendapat orang lain agar
Maks. 62,83 99,52 56,64 94,62 sesuai dengan pendapat kelompok, dan melalui
N-Gain 0,77 (tinggi) 0,64 (sedang) diskusi pula siswa dapat mengurangi ketidak-
sepahaman antara dirinya dengan siswa lain. Hal-
Dari Tabel 2 dapat terlihat bahwa kemam- hal inilah yang akhirnya menumbuhkan kemam-
puan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih puan berpikir kritis siswa.
baik daripada kemampuan berpikir kritis siswa Kemampuan berpikir kritis pada kelas
kelas kontrol. Hasil ini sejalan dengan hasil eksperimen dan kontrol disajikan pada Tabel 3
penelitian Suputra et al., (2013) yang menunjuk- dan 4, sedangkan grafik nilai N-Gain disajikan
kan bahwa rerata kemampuan berpikir kritis sis- pada Gambar 1. Dari Tabel 3 dan 4 dan Gambar
wa pada kelas yang belajar dengan model pem- 1 dapat dilihat bahwa kemampuan untuk mem-
belajaran GI (Group Investigation) berorientasi berikan penjelasan sederhana pada kedua kelas
kearifan lokal lebih besar dari rerata kemampuan meningkat dengan tingkat capaian tinggi. Ennis
berpikir kritis siswa pada kelas yang belajar (1985) menyatakan bahwa terdapat tiga indikator
dengan model pembelajaran konvensional. di dalam aspek memberikan penjelasan seder-
Hasil pada Tabel 2 menunjukkan bahwa hana, yaitu (1) memfokuskan pertanyaan, (2)
kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen menganalisis pertanyaan, (3) bertanya dan men-
mengalami peningkatan sebesar 0,77 (kategori jawab pertanyaan tentang suatu penjelasan. Hasil
tinggi) dan kelas kontrol mengalami peningkatan peningkatan yang tinggi disebabkan penerapan
sebesar 0,64 (kategori sedang). Penerapan model model pembelajaran berbasis budaya menggali
pembelajaran kimia berbasis etnosains dapat ide/gagasan dan keyakinan siswa melalui ber-
dilakukan dengan cara menugaskan siswa untuk anya (Suastra dan Tika, 2011). Pada aspek
melakukan observasi yang berkaitan dengan membangun keterampilan dasar, menyimpulkan,
kebiasaan yang ada di masyarakat (Khusniati, serta mengatur strategi dan taktik, kemampuan
2014). Hal ini membantu siswa untuk mengasah kelas eksperimen meningkat dengan tingkat
kemampuan berpikir kritisnya karena siswa di- capaian yang tinggi, sedangkan kelas kontrol
tuntut untuk berinteraksi secara langsung dengan sedang. Tingkat capaian yang tinggi pada kelas
masyarakat. Pada kelas eksperimen siswa diberi eksperimen disebabkan karena: (1) MPKBE
tugas untuk melakukan observasi secara langsung adalah model pembelajaran yang mempertim-
dan membandingkannya dengan hasil yang ter- bangkan lingkungan budaya dan ekologinya
dapat dalam internet sedangkan pada kelas beserta nilai-nilai moral di masyarakat untuk
kontrol siswa mencari informasi dari internet. menghasilkan generasi yang melek sains, memi-
Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan liki keterampilan berpikir inovatif dan sikap
pengalaman langsung dapat melatih kemampuan ilmiah (Sudarmin, 2014), (2) siswa telah mela-
berpikir kritisnya (Hastuti, 2014). Selain itu, kukan observasi secara langsung kepada petani
pencarian berbagai macam informasi melalui dan pemilik pabrik sehingga telah memper-
internet menuntut seseorang untuk berpikir kritis timbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau
agar mampu memperoleh, memilih dan mengolah tidak, (3) siswa dapat mengambil kesimpulan dari
informasi dari internet secara efektif (Almubarok, hasil observasinya, dan (4) siswa mengatur
2012). strategi dan taktik untuk menentukan tindakan
Kelas eksperimen mendapatkan pembe- selama observasi maupun setelah observasi
lajaran melalui diskusi dan mengerjakan soal (Ennis, 1985). Pada aspek memberikan pen-
yang terdapat dalam handout, sedangkan kelas jelasan lanjut, rerata kedua kelas meningkat
kontrol mendapatkan pembelajaran melalui pen- dengan tingkat capaian sedang. Hal ini dapat
jelasan dari guru dan mengerjakan soal yang disebabkan karena siswa terbiasa mengerjakan
terdapat dalam buku siswa. Lambertus (2009) soal pilihan ganda, sehingga untuk memberikan
penjelasan lanjut agak kesulitan.
49 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 21, Nomor 1, April 2016, hlm. 46-51

Tabel 1. Nilai Berpikir Kritis Per Aspek Pada Kelas Eksperimen


Eksperimen
No Aspek Rerata Rerata N-Gain Kriteria
Pretest Posttest
1 Memberikan penjelasan sederhana 34,86 95,29 0,928 Tinggi
2 Membangun keterampilan dasar 23,45 80,95 0,751 Tinggi
3 Menyimpulkan 42,38 83,67 0,717 Tinggi
4 Memberikan penjelasan lanjut 27,93 77,29 0,685 Sedang
5 Mengatur strategi dan taktik 14,14 77,71 0,74 Tinggi
Skor Total 28,55 82,98 0,762 Tinggi

Tabel 2. Nilai Berpikir Kritis Per Aspek Pada Kelas Kontrol


Kontrol
No Aspek Rerata Rerata N-Gain Kriteria
Pretest Posttest
1 Memberikan penjelasan sederhana 41,06 89,09 0,815 Tinggi
2 Membangun keterampilan dasar 32,07 74,12 0,619 Sedang
3 Menyimpulkan 38,6 77,99 0,642 Sedang
4 Memberikan penjelasan lanjut 25,61 72,73 0,633 Sedang
5 Mengatur strategi dan taktik 26,52 68,11 0,566 Sedang
Skor Total 32,77 76,19 0,646 Sedang

1,00 0,93
0,90 MPKBE Kontrol
0,82
0,80 0,75 0,74 0,76
0,69
0,70 0,62 0,64 0,63
0,60 0,57
0,50
0,40
0,30
0,20
0,10
0,00
1 2 3 4 5
Keterangan : 1) Memberikan penjelasan sederhana, 2) Membangun keterampilan dasar,
3) Menyimpulkan, 4)Memberikan penjelasan lanjut, dan 5) Mengatur strategi dan taktik.

Gambar 1. N-Gain Kelas Eksperimen dan Kontrol Berdasarkan Aspek Berpikir Kritis

Untuk mengetahui perbedaan kemampuan rerata postes dan N-Gain kemampuan kognitif
kognitif dan berpikir kritis siswa berdasarkan dan berpikir kritis, dalam artian peningkatan
model pembelajaran, data postes diuji dengan kemampuan kognitif dan berpikir kritis pada
menggunakan uji t. Hasil uji t untuk kemampuan kelas eksperimen (MPKBE) disebabkan oleh pe-
kognitif menghasilkan nilai thitung (3,310) > ttabel nerapan etnosains pada pembelajaran.
(1,67), sedangkan untuk kemampuan berpikir Hasil perhitungan koefisien determinasi
kritis uji t menghasilkan nilai thitung (2,85) > ttabel (KD) diperoleh besar kontribusi pembelajaran
(1,67). Hasil-hasil tersebut menunjukkan bahwa terhadap hasil belajar kognitif adalah 40,1% dan
model pembelajaran berpengaruh terhadap nilai terhadap kemampuan berpikir kritis adalah
Arfianawati, Sudarmin, dan Sumarni , Model Pembelajaran Kimia Berbasis Etnosains untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa 50

17,0%. Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi didik yang akan menerapkan etnosains di kelas
penerapan MPKBE terhadap hasil belajar kog- perlu untuk memahami pengetahuan-pengetahuan
nitif dan kemampuan berpikir kritis siswa pada lokalnya masing-masing.
penelitian ini adalah sebesar 40,1% dan 17,0%.
Hasil-hasil tersebut menunjukkan bahwa DAFTAR PUSTAKA
Model Pembelajaran Kimia Berbasis Etnosains
(MPKBE) dapat meningkatkan kemampuan kog- Almubarok, M. (2012). Pengembangan Media
nitif dan kemampuan berpikir kritis siswa. Mes- Internet Melalui Blog (Blogger) Yang Isinya
kipun begitu, model pembelajaran konvensional Dapat Melatih Berpikir Kritis Siswa Kelas
sebenarnya juga tidak buruk. Hasil pada peneli- VII ICP (International Class Program) SMP
tian ini menunjukkan bahwa nilai postes kemam- YPM 1 Taman-Sidoarjo. [Online]
puan berpikir kritis kelas yang memperoleh mo- http://digilib.uinsby.ac.id.
del pembelajaran konvensional juga mengalami Anwari, Nahdi, M. S., & Sulistyowati, E. (2016).
peningkatan. Berbeda dengan peningkatan di Biological Science Learning Model Based
kelas MPKBE yang sebagian besar dikategorikan on Turgo’s Local wisdom on Managing
sebagai peningkatan yang tinggi (Tabel 3), pe- Biodiversity. AIP Conference Proceedings
ningkatan di kelas dengan pembelajaran konven- 1708, doi:10.1063/1.4941146
sional sebagian besar dikategorikan sebagai pe- Atmojo, S.E. (2012). Profil Keterampilan Proses
ningkatan sedang (Tabel 4). Hal ini menunjuk- Sains dan Apresiasi Siswa terhadap Profesi
kan bahwa model pembelajaran konvensional Pengrajin Tempe dalam Pembelajaran IPA
tidak selamanya buruk, tetapi karena ilmu kimia Berpendekatan Etnosains. Jurnal Pendi-
bersifat eksperimen dan ilmiah maka sebaiknya dikan IPA Indonesia, Vol. 1, No. 2, hlm.
model pembelajaran diperbaiki dengan cara 115-122.
mengaitkan pembelajaran dengan hal-hal yang Ennis, R.H. (1985). A Logical Basis for
ada dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa Measuring Critical Thinking Skills.
akan lebih mudah memahami materi dan dapat Educational Leadership, Vol. 43, No. 2,
menerapkannya dalam kehidupan. hlm. 44-48
Model pembelajaran kimia berbasis Facione, P.A. (2015). Critical Thinking: What It
etnosains sangat berkaitan dengan kehidupan Is and Why It Counts. Hermosa Beach:
sehari-hari sehingga dapat membantu siswa untuk Measured Reasons LLC.
memahami materi pelajaran kimia. Hasil-hasil Gondwe, M., & Longnecker, N. (2014). Scientific
penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan and Cultural Knowledge in Intercultural
pengetahuan-pengetahuan lokal dalam pembe- Science Education: Student Perceptions of
lajaran memang diperlukan. Hal ini sejalan Common Ground. Research in Science
dengan pendapat Rai (2001) bahwa pendidik Education, Vol. 45, No. 1, hlm. 117-147.
harus menjembatani jurang antara pengetahuan Hake, R.R. (1998). Interactive-engagement
mainstream dengan kearifan lokal yakni dengan Versus Traditional Methods: A six-
menggunakan aspek-aspek kearifan lokal dalam Thousand-Student SUrvey of Mechanics
pembelajaran. Test Data For Introductory Physics Courses.
Am. J. Phys. Vol. 66, hlm. 66-74.
KESIMPULAN Hastuti, T.W. (2014). Kemampuan Berfikir Kritis
Siswa SMA Muhammadiyah 2 Surakarta
Penerapan Model Pembelajaran Kimia Pada Pembelajaran Biologi Berbasis
Berbasis Etnosains (MPKBE) dapat mening- Praktikum. [Online] http://UMS ETD-db
katkan kemampuan kognitif dan berpikir kritis Repository
karena model pembelajaran mengaitkan pem- Hughes, W., & Lavery, J. (2014). Critical
belajaran di kelas dengan apa yang siswa temui Thinking: An Introduction to the Basic
di kehidupan sehari-hari dan juga mendorong Skills-Seventh Edition, Canadian: Phil-
siswa untuk berperan aktif dalam proses bela- papers.
jarnya. Kartimi, (2014).Implementation Of Biology
Penerapan etnosains dalam pembelajaran Learning Based On Local Science Culture
sangatlah beragam bergantung pada lingkungan To Improvement Of Senior High School
sekitar seseorang tinggal. Oleh karena itu, pen- Students Learning Outcome In Cirebon
51 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 21, Nomor 1, April 2016, hlm. 46-51

District And Kuningan District. Scientiae untuk Kelas VIII SMP Negeri 1 Pegandon
Educatia, Vol. 3, No. 2, hlm. 1-10 Kendal. Unnes Science Education Journal
Khusniati, M., (2014). Model Pembelajaran Sains Vol. 2, No. 1, hlm. 133-139.
Berbasis Kearifan Lokal Dalam Sudiana, I.M., & Surata, I.K. (2010). IPA Biologi
Menumbuhkan Karakter Konservasi. Terintegrasi Etnosains Subak untuk Siswa
Indonesian Journal of Conservation, Vol. 3, SMP: Analisis tentang Pengetahuan
No. 1, hlm. 67-74. Tradisional Subak yang Dapat Diin-
Lambertus, (2009). Pentingnya Melatih tegrasikan dengan Materi Biologi SMP.
Keterampilan Berpikir Kritis Dalam Suluh Pendidikan Vol. 8, No. 2, hlm. 43-51.
Pembelajaran Matematika di SD. Forum Suastra, I.W. & Tika, K. (2011). Efektivitas
Kependidikan, Vol. 28, No. 2, hlm. 136-142. Model Pembelajaran Sains Berbasis Budaya
Mulnix, J.W., (2012). Thinking Critically about Lokal untuk Mengembangkan Kompetensi
Critical Thinking. Educational Philosphy Dasar Sains dan Nilai Kearifan Lokal di
and Theory Vol. 44, No. 5, hlm. 464-479. SMP. Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Novak, J.D. (2002). Meaningful Learning: The Pendidikan, Vol. 5, No. 3, hlm. 258-273.
Essential Factor for Conceptual Change in Sudarmin. (2014). Pendidikan Karakter,
Limited or Inappropriate Proportional Etnosains dan Kearifan Lokal (Pertama ed.).
Hierarchies Leading to Empowerment of Semarang: Fakultas Matematika dan Ilmu
Learners. Science Education Vol. 86, No. 4, Pengetahuan Alam Universitas Negeri
hlm. 548-571. Semarang.
Pinarbasi, T. (2007). Turkish Undergraduate Suputra, W., Sedanayasa, G. & Dibia, I. K.
Students’ Misconceptions on Acid and (2013). Pengaruh Model GI (Group
Bases. Journal of Baltic Science Education Investigation) Berorientasi Kearifan Lokal
Vol. 6, No. 1, hlm. 23-34. Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis SD
Rahayu, W. E., & Sudarmin. (2015). Negeri Di Desa Sinabun. E-Journal
Pengembangan Modul IPA Terpadu Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 3.
Berbasis Etnosains Tema Energi dalam Winarni, E. W. (2013). Perbandingan Sikap
Kehidupan untuk Menanamkan Jiwa Peduli Lingkungan, Keterampilan Proses,
Konservasi Siswa. Unnes Science Education dan Pemahaman Konsep Antara Siswa pada
Journal, Vol. 4, No. 2, hlm. 920-926. Pembelajaran IPA Menggunakan
Rai, K. (2001). It Begins with the People: Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) dan
Community Development and Indigenous Ekspositori di Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah
Wisdom. Adult Learning Vol. 13, No. 1, PGSD FIP UNJ, Vol. 5, No. 1, hlm. 145-
hlm. 14-17. 153.
Rosyidah, A.N., Sudarmin, & Siadi, K. (2013).
Pengembangan Modul IPA Berbasis
Etnosains Zat Aditif Dalam Bahan Makanan

Anda mungkin juga menyukai