Anda di halaman 1dari 3

3.1 Incoming Material.

Incoming material adalah kegiatan pengecekan material yang datang dengan kebutuhan
fabrikasi di workshop yang di cocokan dengan BOM ( Bill Of Material ). Pada inspeksi ini
dilakukan pengecekan meliputi mengecek surat jalan apakah sudah sesuai dengan produk,
mengecek BOM dengan item yang ada, mengecek apakah mill certificate material sesuai
dengan material yang diinspeksi, mengecek bentuk material, mengecek kondisi material seperti
adanya cacat atau laminasi, serta ketebalan material. Untuk mengecek ketebalan material alat
yang digunakan adalah UTM ( Ultra Thickness Meter ). Setelah proses inpeksi selesai
dilakukan maka QC akan mendata material tersebut untuk di input ke MRR ( Material
Recieving Report ).

3.2 BSP Inpection.

BSP ( Bending, Shearing dan Plating ) adalah inspeksi yang dilakukan QC BSP untuk
mengecek ukuran material yang telah di potong sesuai cutting plan. Pada BSP juga dilakukan
pengecekan antara lain ; pengecekan ukuran hole setelah proses drilling, mengukur dimensi
material sesuai drawing yang ada, dan mengecek marking pada material apakah sudah benar
atau tidak, lalu melakukan transfer heat number setelah proses cutting. Proses cutting
dilakukan dengan proses CNC dan untuk drilling dilakukan dengan mesin Drill.

3.3 Visual Inspection.

Visual Inspection adalah salah satu dari jenis NDT yang dilakukan menggunakan
penglihatan secara langsung dengan menggunakan bantuan lampu senter untuk membantu agar
mata dapat melihat objek yang diinspeksi dengan jelas. Pada visual inspection kita mengecek
penampilan material dimana tidak terdapat cacat pada material maupun weld metal,mengecek
ukuran leg size dan reinforcement-nya menggunakan welding gauge, serta melihat weld
appearance-nya. Lalu untuk toleransi cacat pada weld metal mengacu pada AWS D1.1. Setelah
proses inspeksi selesai QC akan membuat report berkenaan dengan hasil inpeksi tersebut.
3.4 Penetrant test.

Penetrant test adalah salah satu jenis dari NDT yang dilakukan setelah visual inspection,
metode ini dipilih karena sangat mudah dan fleksibel untuk dilakukan. Biasanya pengujian ini
dilakukan pada 100% sambungan lifting lug, 10% dari panjang build up beam, 10% dari semua
part yang terdapat sambungan las, dan 100% dari hasil repair. QC penetrant melakukan proses
penetrant sesuai dengan prosedur yang diterapkan oleh Korindo dengan toleransi cacat yang
dapat dilihat pada prosedur dan ITP ( Inspection Test Plan ) dari customer.

3.5 Ultrasonic Test

Ultrasonic test inspection dilakukan setelah proses visual inspection selesai. Pada
Ultrasonic test di PT Korindo menggunakan probe normal dan probe sudut. Sebelum
melakukan Ultrasonic test dilakukan kalibrasi terlebih dahulu dengan menggunakan blok V1
dan V2. Kalibrasi tersebut dilakukan jika adanya pergantian operator ultrasonic test pada alat
yang sama atau tidak kesesuain gelombang yang terpancar. Pada ultrasonic test kita dapat
mengetahui letak cacat, kedalamannya dan ukuran cacatnya. Jika material yang di test lolos
maka diberi marking bertuliskan tanggal pengujian dan tulisan “UT ACCEPT”. Tetapi jika ada
cacat yang melebihi toleransi pada material yang diuji maka diberi tulisan “UT REPAIR” dan
diberi keterangan kedalaman cacat, letak dan ukuranya. Hal ini berfungsi mempermudah
Welder untuk melakukan gouging dilokasi cacat yang tepat.

3.6 Dimensional Inspection.

Inspeksi dimensi dilakukan oleh QC dimensi yang mana akan mengecek ukuran produk
berdasarkan drawing-nya. Pengecekan yang dilakukan antara lain mengukur dimensi produk
menggunakan roll meter, mengecek kelurusannya menggunakan theodolite, mengecek
kesikuannya dengan penggaris siku, mengecek letak part-part-nya pada produk apakah telah
sesuai atau tidak, dan mengecek diameter hole-nya. Batas toleransi yang diberikan pada salah
satu projek Di PT korindo yaitu Tanjung Jati adalah ± 2 mm. Jika ternyata ada yang melebihi
batas toleransi tersebut akan dilakukan repair sesuai prosedur. Untuk material yang kelebihan
panjangnya bisa digerinda, lalu untuk material yang bengkok karena terdeformasi akibat proses
las akan dilakukan straightening dengan cara di bakar pada lokasi yang telah ditentukan
menggunakan blander.
3.6 Visual Inpection After Blasting.

Proses blasting dilakukan untuk membersihkan material dari kotoran serta untuk
membantu melekatkan cat pada material. Pada pengecekan After blasting dilakukan
pengecekan secara visual. Proses blasting ini dilkukan dengan cara menyemburkan steel grit
dengan tekanan yang tinggi ke material dengan tujuan mengikis sedikit permukaan material
agar kotoran dan lapisan pelindungnya hilang. Sehingga cacat-cacat yang sebelumnya tertupi
kotoran akan nampak ketika material selesai di blasting.

3.7 Painting dan Galvanize Inspection.

Pada proses painting and Galvinize inspection, QC bertugas mengecek penampilan cat
tersebut. Lalu mengecek ketebalan cat dan markingnya. Pada proses pengecekan ketebalan cat
digunakan alat DFT yaitu Dry Film Thickness. DFT akan memunculkan ketebalan cat dengan
satuan micron. QC juga mengecek apakah keseluruhan material telah di cat secara merata dan
telah melalui 3 proses pengecetan yaitu primer coat, second coat dan top coat. Hal ini bertujuan
agar material benar-benar ter-cover dengan sempurna sehingga mencegah terjadinya korosi.
Setelah itu QC juga mencocokan marking yang ada pada material tersebut sudah sesuai dengan
drawing atau tidak.. Setelah proses inspeksi selesai, maka QC akan membuat report mengenai
hasil dari inspeksi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai