Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS PEMASARAN KEMIRI RAKYAT DI DESA PERBULAN, KECAMATAN

LAUBALENG, KABUPATEN KARO


(Marketing Analysis of Private Candlenut in Perbulan Village, Laubaleng Subdistrict, Karo
District)
Silvi Yulia Br Singarimbun1, Agus Purwoko2, Oding affandi2

1Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara 20155 (Penulis Korespondensi:
E-mail: silviyulia@yahoo.com)
2Staf Pengajar Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan

Abstract
Candlenut is the non-timber forest product, that seeds are used as an oil source and spices. This
study aims to determine the candlenut marketing channels, marketing margin and marketing efficiency levels
candlenut Perbulan Village, Laubaleng Subdistrict, Karo District. The method used in this research was
purposive sampling and snowball sampling method to determine the flow of marketing. The results showed
that there are four candlenut marketing channels. The average marketing margin earned by farmers is
69,75%, the traders paring receives an average marketing margin 17,21%, traders village receives an
average marketing margin 1,90%, average marketing margin earned by district collector is 5,16% and the
dealer receive marketing margin 5,43%. Candlenut marketing that took place in the Perbulan village
generally efficient. The most efficient marketing channel is a marketing channel II with the marketing
efficiency of 2,34%.

Keywords: marketing efficiency, candlenut, marketing chain, marketing margin

I. PENDAHULUAN
Identifikasi Masalah
Penurunan minat menanam kemiri di lahan
Produk hasil hutan bukan kayu merupakan
milik antara lain disebabkan oleh tidak tersedianya
salah satu sumber daya hutan yang terkait
informasi pasar yang lengkap sehingga
langsung dengan masyarakat sekitar hutan. Hasil
mengakibatkan tingginya rentabilitas yang diterima
hutan bukan kayu dapat memberikan atau
pedagang perantara, sementara petani menerima
meningkatkan usaha dan pendapatan masyarakat
rentabilitas yang rendah. Masalah yang
sekitar hutan.
memerlukan penelitian adalah pola pemasaran,
Sebagai hasil hutan bukan kayu kemiri
marjin pemasaran dan tingkat efisiensi pemasaran
mempunyai berbagai manfaat. Buahnya dapat
di Desa Perbulan, Kecamatan Laubaleng,
digunakan sebagai obat, bumbu masak, kosmetik
Kabupaten Karo.
dan berbagai manfaat lainnya. Tempurung kemiri
merupakan bahan baku yang baik untuk Tujuan Penelitian
pembuatan arang, sedangkan kayu kemiri banyak Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai
dipakai sebagai bahan bangunan. berikut:
Desa Perbulan merupakan salah satu desa di 1. Mengetahui saluran pemasaran kemiri di Desa
Kecamatan Laubaleng, Kabupaten Karo yang Perbulan, Kecamatan Laubaleng.
berpotensi menghasilkan kemiri. Salah satu hal 2. Menganalisis margin pemasaran dan tingkat
yang sangat berpengaruh kepada pendapatan efisiensi pemasaran kemiri di Desa Perbulan,
petani kemiri dalam segi pemasarannya adalah Kecamatan Laubaleng.
pola pemasaran yang digunakan oleh petani kemiri.
Setiap pola pemasaran memiliki tingkat harga yang
berbeda sehingga memberikan keuntungan yang II. METODE PENELITIAN
berbeda. Keuntungan yang diperoleh dipengaruhi Tempat dan Waktu
oleh tingkat harga yang diterima oleh petani. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Perbulan,
Tingkat harga yang diterima oleh petani selanjutnya Kecamatan Laubaleng, Kabupaten Karo, Provinsi
dipengaruhi oleh efisiensi pemasaran. Adanya Sumatera Utara. Pemilihan lokasi ini berdasarkan
pembagian keuntungan yang tidak adil antara data dari Badan Pusat Statistik (2011), yang
petani, pengumpul dan pedagang menyebabkan menyatakan bahwa lokasi tersebut merupakan
penurunan minat petani kemiri untuk memasarkan penghasil kemiri tertinggi di kecamatan Laubaleng.
kemiri.

65
Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Juni 2012 Data lapangan yang diperoleh ditabulasi,
sampai dengan Juli 2012. kemudian dianalisis secara deskriptif untuk melihat
hasil pemantauan saluran pemasaran kemiri yang
Alat dan Bahan berasal dari Desa Perbulan.
Alat yang digunakan adalah kamera digital
untuk dokumentasi objek penelitian, program Excel Analisis margin pemasaran dan efisiensi
untuk melakukan perhitungan serta alat tulis pemasaran
lainnya. Analisis yang digunakan untuk mengukur
Bahan yang dipakai adalah peta wilayah tingkat efisiensi pemasaran kemiri dalam penelitian
Kecamatan Laubaleng, Kabupaten Karo, kuisioner ini adalah dengan menggunakan beberapa
untuk mengumpulkan data primer maupun data pendekatan sebagai berikut:
sekunder. Laporan-laporan hasil penelitian a. Marjin pemasaran
terdahulu dan berbagai pustaka penunjang lainnya Tujuan analisis marjin pemasaran untuk
seperti buku. mengetahui alokasi distribusi biaya yang diterima
lembaga pemasaran pada sistem tata niaga yang
Penetapan Informan Kunci sedang berlangsung. Secara matematis formula
Informan kunci dalam penelitian ini adalah umum marjin pemasaran dirumuskan sebagai
petani kemiri yang tinggal di Desa Perbulan, berikut (Ulya dkk, 2007):
Kecamatan Laubaleng, Kabupaten Karo dan Mp = Pr – Pf
kelompok pedagang perantara yang ada di wilayah Keterangan:
penelitian. Penentuan informan kunci petani kemiri Mp = marjin pemasaran
dilakukan dengan metode Purposive sampling yaitu Pr = harga di tingkat konsumen
dengan jumlah 6 orang. Informan kunci yang Pf = harga di tingkat produsen
terpilih berdasarkan rujukan Kepala Desa daerah Suatu sistem distribusi dikatakan efisien
penelitian dengan indikator petani yang pekerjaan jika besarnya tingkat marjin pemasaran bernilai
utamanya adalah petani kemiri, luas kepemilikan kurang dari 50% dari tingkat harga yang dibayarkan
lahan kemiri dan tingkat pendidikan. Penentuan konsumen.
responden pedagang perantara dilakukan dengan
b. Efisiensi pemasaran
metode Snowball sampling.. Analisis efisiensi pemasaran merupakan
analisis untuk mengetahui tingkat efisiensi
Teknik dan Tahapan Pengambilan Data operasional (atau efisiensi teknis, yaitu tingkat
Teknik yang dilakukan dalam pengumpulan kemampuan menyampaikan/mendistribusikan
data adalah teknik observasi yaitu survei langsung barang dalam sistem tata niaga yang berjalan
ke lapangan dengan melihat kehidupan sehari-hari dengan biaya minimum). Dapat diformulasikan
masyarakat, teknik wawancara, dan studi pustaka. sebagai berikut (Soekartawi, 2002):
Pengumpulan data yang dilakukan di Ep: TB X 100 %
lapangan sebagai berikut: TNP
a. Data primer Keterangan:
Data yang diperlukan adalah karakteristik Ep = Efisiensi pemasaran
responden (nama, jenis kelamin, umur, pendidikan, TB = Total biaya pemasaran
luas lahan yang dimiliki). TNP = Total nilai produk
b. Data sekunder Besarnya nilai efisiensi pemasaran akan
Pengambilan data sekunder meliputi data menentukan tingkat efisiensi operasional sistem
tentang sosial ekonomi penduduk sekitar, data tataniaga yang berjalan. Nilai efisiensi pemasaran
tentang keadaan umum daerah penelitian serta diukur dalam persen (%). Nilai efisiensi pemasaran
data yang diperoleh dari sumber yang dapat yang makin rendah (kecil) menunjukkan bahwa,
dipercaya seperti instansi terkait baik lembaga tingkat efisiensi tataniaga suatu komoditi makin
pemerintahan maupun lembaga kemasyarakatan tinggi dan jika nilai tersebut semakin besar (tinggi)
yang ada di desa. maka dikatakan sistem tata niaga yang sedang
berjalan memiliki tingkat efisiensi operasional yang
Metode Analisis Data semakin rendah.
Analisis saluran pemasaran
Analisis ini ditujukan untuk mengindentifikasi III. HASIL DAN PEMBAHASAN
lembaga-lembaga dan saluran pemasaran yang
digunakan dalam pemasaran kemiri. penelusuran Saluran pemasaran dan marjin pemasaran
jalur-jalur pemasaran kemiri mulai dari tingkat kemiri
petani dengan menggunakan metode Snowball Lokasi produsen kemiri (petani) yang jauh
sampling. dengan konsumen (industri) yang berada di luar

66
Sumatera Utara menyebabkan diperlukannya
keterlibatan pihak-pihak pemasaran dalam proses
pemindahan biji kemiri dari petani hingga ke tangan
konsumen.
Secara umum terdapat empat saluran
pemasaran kemiri rakyat di Desa Perbulan,
Kecamatan Laubaleng, Kabupaten Karo yang
disajikan pada Gambar 1.

Gambar 2. Diagram alir saluran pemasaran I kemiri


rakyat Desa Perbulan

Sebaran rata-rata marjin, harga dan biaya


operasional pemasaran kemiri pada saluran
pemasaran I disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Sebaran rata-rata marjin, harga, biaya


operasional pemasaran kemiri pada
saluran pemasaran I di Desa Perbulan
Gambar 1. Diagram alir saluran pemasaran Uraian Harga (Rp/kg) Bagian (%)
kemiri rakyat Desa Perbulan Petani
Biaya 1.333,33 4,83
1. Saluran pemasaran I Pemanenan 1.333,33 4,83
Harga Jual 5.000,00 18,11
Saluran pemasaran ini petani menjual Marjin Keuntungan 3.666,67 13,28
langsung biji kemiri yang masih berupa gelondong, Marjin Pemasaran 5.000,00 18,12
yaitu tanpa proses pengupasan terlebih dahulu Pedagang pengupas
kepada pedagang pengupas dengan harga Rp Biaya 3.966,67 14,37
5.000/kg. Pedagang pengupas pada umumnya - Pengupasan 466,67 1,69
- Penyusutan 3.350,00 12,14
adalah petani kemiri yang memiliki tempat - trasportasi 100,00 0,36
persinggahan sebagai tempat bertransaksi kemiri di - Penimbangan 50,00 0,18
lahan hutan kemiri rakyat. Petani menanggung Harga Jual 24.000,00 86,95
biaya tenaga kerja pemanenan sebesar Rp Harga beli 5.000,00 18,11
Marjin Keuntungan 15.033,33 54,47
20.000/15 kg kemiri gelondong. Sementara Marjin Pemasaran 19.000,00 68,84
pedagang pengupas menanggung biaya PPD
transpotasi dan biaya pengupasan kemiri, masing- Biaya 0,00 0,00
masing sebesar Rp 10.000/100 kg (pengangkutan Harga Jual 24.300,00 88,04
Harga beli 24.000,00 86,95
dari lahan kemiri) dan Rp 7.000/15 kg. Marjin Keuntungan 300,00 1,09
Selanjutnya pedagang pengupas menjual kemiri Marjin Pemasaran 300,00 1,09
kepada PPD dalam bentuk kemiri kupas dengan PPK
harga Rp 24.000/kg. Pada umumnya proses jual Biaya 87,67 0,32
beli berlangsung di rumah penjual yakni pedagang - Transportasi 21,67 0,08
- Retribusi 6,00 0,02
pengupas. Selanjutnya kemiri tersebut dijual - Bongkar muat 60,00 0,22
kepada PPK. Pedagang pengumpul kecamatan Harga Jual 26.100,00 94,56
menjual kemiri tersebut kepada penyalur yang Harga beli 24.300,00 88,04
terdapat di Medan. Pedagang pengumpul Marjin Keuntungan 1.712,33 6,20
Marjin Pemasaran 1.800,00 6,52
kecamatan menanggung biaya transportasi, biaya Penyalur
penimbangan, dan biaya retribusi. Sedangkan Biaya 396,27 1,43
penyalur menanggung biaya penyortiran, - Penimbangan 8,82 0,06
transportasi, asuransi, pengepakan/pengemasan, - Penyortiran (tenaga 43,33 0,15
kerja)
dan biaya kontainer. Secara sederhana saluran ini - Alat pengemasan 50,00 0,18
disajikan pada Gambar 2. - Transportasi & kontainer 294,12 1,06
Harga Jual 27.600,00 100,00
Harga beli 24.300,00 88,04
Marjin Keuntungan 1.103,73 4,00
Marjin Pemasaran 1.500,00 5,43
Total biaya 5.783,94 20,95
Total Marjin pemasaran 22.600,00 81,88

67
Pada saluran pemasaran I, petani menjual Saluran pemasaran ini petani menjual kemiri
kemiri dengan harga rata-rata Rp 5.000 per kg. dalam bentuk kemiri kupas dengan harga Rp
Petani memperoleh marjin pemasaran sebesar 24.000/kg. Proses jual beli kemiri kupas dapat
18,12% dari harga yang dibayarkan kepada dilakukan di rumah penjual/petani atau petani
konsumen dan marjin keuntungan sebesar 13,28% membawa kemiri kupas ke pasar kecamatan
sehingga bagi petani hal ini kurang efisien, namun karena jaraknya hanya 5 km dari Desa Perbulan.
karena kebutuhan yang mendesak menyebabkan Kemudian PPD menjual hasil pembeliannya
petani tetap menggunakan saluran pemasaran I. kepada PPK. Pada umumnya PPK dan PPD
Harga jual kemiri dari pedagang pengupas kepada adalah langganan tetap. Demikian juga antara
PPD sebesar 86,95% dari harga yang diterima di PPK dengan penyalur serta penyalur dengan
tingkat konsumen akhir. Marjin pemasaran yang konsumen. Secara sederhana saluran ini disajikan
diterima pedagang pengupas adalah 68,84% yang pada Gambar 3.
terdiri dari biaya pemasaran 14,37% dan
keuntungan pemasaran 54,47%. Marjin pemasaran
di tingkat PPD adalah 1,09% yang terdiri dari biaya
pemasaran 0% dan marjin keuntungan pemasaran
1,09%. Sedangkan PPK menerima marjin
pemasaran sebesar 6,25% yang terdiri dari biaya
pemasaran yaitu 0,32% dan marjin keuntungan Gambar 3. Diagram alir saluran pemasaran II
sebesar 6,20%. Sementara penyalur menerima kemiri rakyat Desa Perbulan
marjin pemasaran sebesar 5,43% yang terdiri dari Sebaran rata-rata marjin, harga dan biaya
biaya pemasaran 1,43% dan keuntungan operasional pemasaran kemiri rakyat pada saluran
pemasaran sebesar 4,00%. pemasaran II disajikan pada Tabel 2.
Distribusi marjin pemasaran di tiap tingkatan Tabel 2. Sebaran rata-rata marjin, harga, biaya
tidak merata dan keuntungan tertinggi dinikmati operasional pemasaran kemiri pada
oleh pedagang pengupas yaitu sebesar 54,47%. saluran pemasaran II di Desa Perbulan
Jika membandingkan biaya keuntungan, sudah Uraian Harga Bagian (%)
(Rp/kg)
sewajarnya pedagang pengupas memperoleh Petani
marjin keuntungan yang tinggi dibandingkan Biaya 1.900,00 6,89
dengan PPD dan pihak pemasaran yang terlibat - Pemanenan 1.333,33 4,83
karena pedagang pengupas menanggung biaya - Pengupasan 466,67 1,69
yang tertinggi serta melakukan proses pengerjaan - trasportasi 100,00 0,36
Harga Jual 24.000,00 86,96
kemiri gelondong menjadi kemiri kupas. Marjin Keuntungan 22.100,00 80,07
Distribusi marjin pemasaran terendah diterima Marjin Pemasaran 24.000,00 86,96
oleh PPD. Nilai marjin pemasaran dan marjin PPD
keuntungan yang diterima PPD bernilai sama yaitu Biaya 0,00 0,00
Harga beli 24.000,00 86,96
1,09% hal tersebut karena PPD tidak menanggung Harga Jual 24.300,00 88,04
biaya pemasaran, jadi sudah sewajarnya PPD Marjin Keuntungan 300,00 1,09
memperoleh marjin yang terendah. Marjin Pemasaran 300,00 1,09
Berdasarkan data hasil penelitian bahwa PPK
Biaya 87,67 0,32
marjin pemasaran pada saluran pemasaran I tidak - Transportasi 21,67 0,08
efisien, karena total marjin pemasaran 81,88%. - Retribusi 6,00 0,02
Andayani (2005) menyebutkan bahwa suatu sistem - Bongkar muat 60,00 0,22
dikatakan efisien jika besarnya tingkat marjin Harga beli 24.300,00 88,04
Harga Jual 26.100,00 94,56
pemasaran bernilai kurang dari 50% dari tingkat Marjin Keuntungan 1.712,33 6,20
harga yang dibayarkan konsumen. Hal ini sejalan Marjin Pemasaran 1.800,00 6,52
dengan pernyataan Sylviani dan Elvida (2010) Penyalur
dalam Rozalina (2012) yaitu, semakin tinggi Biaya 396,27 1,43
proporsi harga yang diterima produsen, semakin - Penimbangan 8,82 0,06
- Penyortiran 43,33 0,15
efisien sistem pemasaran tersebut. - Alat pengemasan 50,00 0,18
Penyebaran marjin yang tidak merata juga - Transportasi & kontainer 294,12 1,06
mengindikasikan penguasaan informasi pasar yang Harga beli 26.100,00 94,56
tidak seimbang diantara pelaku pemasaran. Harga Jual 27.600,00 100,00
Marjin Keuntungan 1.103,73 4,00
Semakin maju pengetahuan produsen, lembaga Marjin Pemasaran 1.500,00 5,43
pemasaran dan konsumen terhadap penguasaan Total Biaya 2.383,94 8,63
informasi pasar, maka semakin merata distribusi Total Marjin pemasaran 3.600,00 13,04
keuntungan yang diterima (Ulya dkk., 2007).
2. Saluran pemasaran II

68
Pada saluran pemasaran II, petani menjual
kemiri dengan harga rata-rata Rp 24.000 per kg
kepada PPD, dengan demikian petani menerima
marjin pemasaran sebesar 86,96 dari harga yang
diterima di tingkat konsumen. Marjin pemasaran
yang diterima petani terdiri dari marjin keuntungan
sebesar 80,07% dan biaya pemasaran sebesar
6,88%.
Dengan demikian saluran pemasaran II sudah
efisien, karena pada sisi petani, pemasaran Gambar 4. Diagram alir saluran pemasaran III
dikatakan efisien bila dapat memberikan tingkat kemiri rakyat Desa Perbulan
harga yang relatif tinggi (Rozalina, 2012).
Harga jual kemiri dari PPD kepada PPK Tabel 3. Sebaran rata-rata marjin, harga, biaya
sebesar 88,04% dari harga yang diterima di tingkat operasional pemasaran kemiri pada
konsumen akhir. Namun marjin pemasaran yang saluran pemasaran III di Desa Perbulan
Uraian Harga Persentase
diterima PPD hanya 1,09%. Hal ini karena PPD (Rp/Kg) (%)
hanya berperan sebagai perantara petani dengan Petani
PPK. Nilai marjin pemasaran yang diterima oleh Biaya 1.950,00 7,06
PPD merupakan upah yang diberikan PPK karena - Panen 1.333,33 4,83
- Pemecahan 466,67 1,69
telah membantu PPK untuk mengumpulkan kemiri
- Penimbangan 50,00 0,18
dari petani. Sedangkan PPK menerima marjin - Transportasi 100,00 0,36
pemasaran sebesar 6,25% yang terdiri dari biaya Marjin Keuntungan 22.050,00 79,89
pemasaran yaitu 0,32% dan marjin keuntungan Marjin Pemasaran 24.000,00 86,96
Harga jual 24.000,00 86,96
sebesar 6,20%. Sementara penyalur menerima
PPK
marjin pemasaran sebesar 5,43% yang terdiri dari Biaya 87,67 0,32
biaya pemasaran 1.43% dan keuntungan - transportasi 21,67 0,08
pemasaran sebesar 4,00%. - retribusi 6,00 0,02
Distribusi marjin pemasaran di tiap tingkatan - bongkar muat 60,00 0,22
Marjin Keuntungan 2.012,33 7,29
tidak merata dan marjin keuntungan tertinggi Marjin Pemasaran 2.100,00 7,61
dinikmati oleh petani yaitu sebesar 80,07%. Harga beli 24.000,00 86,96
Distribusi marjin pemasaran yang terendah diterima harga jual 26.100,00 91,07
oleh PPD. Nilai marjin pemasaran dan marjin Penyalur
Biaya 396,27 1,43
keuntungan yang diterima PPD bernilai sama yaitu - transportasi 294,11 1,06
1,09 %, hal tersebut karena PPD tidak - penimbangan 8,82 0,03
menanggung biaya pemasaran, jadi sudah - Penyortiran 43,33 0,15
sewajarnya PPD memperoleh marjin yang - bahan pengemasan 50,00 0,18
Marjin Keuntungan 1.103,73 4,00
terendah. Marjin Pemasaran 1.500,00 5,43
Sedangkan PPK menerima marjin pemasaran Harga beli 26.100,00 91,07
sebesar 6,25% yang terdiri dari biaya pemasaran harga jual 27.600,00 100,00
yaitu 0,32% dan marjin keuntungan sebesar 6,20%. Total Biaya 2.433,94 8,81
Total Marjin pemasaran 3.600,00 13,04
Sementara penyalur menerima marjin pemasaran
sebesar 5,43% yang terdiri dari biaya pemasaran Pada saluran III, petani menjual kemiri dengan
1,43% dan keuntungan pemasaran sebesar 4,00%. harga rata-rata Rp 24.000 per kg kepada PPK,
dengan demikian petani menerima marjin
3. Saluran pemasaran III pemasaran sebesar 86,96% dari harga yang
Kegiatan pemasaran ini dilakukan karena PPK diterima di tingkat konsumen. Marjin pemasaran
berada di Desa Perbulan ataupun di pasar yang diterima petani terdiri dari marjin keuntungan
kecamatan yang ada di Desa Laubaleng. Pada sebesar 79,89% dan biaya pemasaran sebesar
kegiatan ini petani menanggung biaya pemanenan, 7,06%.
pengupasan dan penimbangan. Sementara PPK Harga jual kemiri dari PPK kepada penyalur
menanggung biaya bongkar muat barang, adalah Rp 26.100 sehingga PPK memperoleh
transportasi, dan retribusi. Penyalur menanggung marjin pemasaran sebesar Rp 2.100 atau sebesar
biaya penyortiran, pengemasan, transportasi, 7,61% dari harga yang diterima di tingkat
hingga sampai ke tangan konsumen. Secara konsumen akhir. Marjin pemasaran yang diterima
sederhana saluran ini disajikan pada Gambar 4. PPK terdiri dari biaya pemasaran yaitu 0,32% dan
Sebaran rata-rata marjin, harga dan biaya marjin keuntungan sebesar 7,29%. Sementara
operasional pemasaran kemiri rakyat pada saluran penyalur menerima marjin pemasaran sebesar
pemasaran III disajikan pada Tabel 3

69
5,43% yang terdiri dari biaya pemasaran 1,43% Tabel 4. Sebaran rata-rata marjin, harga, biaya
dan keuntungan pemasaran sebesar 4,00%. operasional pemasaran kemiri pada
Distribusi marjin pemasaran di tiap tingkatan saluran pemasaran IV di Desa Perbulan
tidak merata dan keuntungan tertinggi dinikmati Uraian Harga Bagian (%)
oleh petani yaitu sebesar 79,89%. Distribusi marjin (Rp/Kg)
Petani
pemasaran yang terendah diterima oleh penyalur Biaya 1.950,00 7,06
yaitu sebesar 5,43%. Meskipun dalam - panen 1.333,33 4,83
memasarkan penyalur menanggung biaya - pemecahan 466,67 1,69
pemasaran yang banyak seperti penyortiran, - penimbangan 50,00 0,18
- transportasi 100,00 0,36
pengemasan,penimbangan, tetapi penyalur hanya Marjin Keuntungan 22.050,00 79,89
mengambil sedikit keuntungan. Marjin Pemasaran 24.000,00 86,95
Harga jual 24.000,00 86,95
4. Saluran pemasaran IV PPD
Saluran pemasaran ini dapat terjadi jika PPD Biaya 130,00 0,47
- transportasi 90,00 0,32
memiliki kendaraan pribadi, yaitu mobil dengan - bongkar muat 40,00 0,14
jenis bak terbuka untuk mengangkut barang-barang Marjin Keuntungan 1.970,00 7,14
(kemiri kupas) untuk dijual kepada penyalur. Pada Marjin Pemasaran 2.100,00 7,61
saluran pemasaran ini petani menanggung biaya Harga beli 24.000,00 86,95
harga jual 26.100,00 94,56
pemanenan, transportasi (pengangkutan dari lahan Penyalur
kemiri) pengupasan dan penimbangan. Sedangkan Biaya 396,27 1,43
PPD menanggung biaya transportasi, bongkar - Penimbangan 8,82 0,03
muat barang, retribusi. penyalur menanggung biaya - Penyortiran (tenaga kerja) 43,33 0,15
- Transportasi dan kontainer 294,12 1,06
penyortiran (tenaga kerja), transportasi, - Bahan pengemasan 50,00 0,18
pengemasan, dan biaya kontainer. Marjin Keuntungan 1.103,73 4,00
Marjin Pemasaran 1.500,00 5,43
harga jual 27.600,00 100,00
Harga beli 26.100,00 94,56
Total biaya pemasaran 2.476,27 8,97
Total Marjin pemasaran 3.600,00 13,04

Pada saluran pemasaran IV, marjin


Gambar 5. Diagram alir saluran pemasaran IV
pemasaran dan marjin keuntungan yang diterima
kemiri rakyat
oleh petani sama dengan saluran pemasaran III.
Pedagang pengumpul desa memperoleh marjin
Sebaran rata-rata marjin, harga dan biaya
pemasaran sebesar Rp 2.100/kg atau sebesar
operasional pemasaran kemiri rakyat pada saluran
7,61% dari harga yang dibayarkan oleh konsumen.
pemasaran IV disajikan pada Tabel 4.
Marjin pemasaran terdiri dari marjin keuntungan
sebesar 7,13% dan biaya pemasaran sebesar
0,47%. Sementara penyalur memperoleh marjin
pemasaran sebesar 5,43% yang terdiri dari marjin
keuntungan sebesar 4,00% dan biaya pemasaran
sebesar 1,43%.
Distribusi marjin pemasaran yang paling tinggi
dinikmati oleh petani yaitu sebesar 86,95% dari
harga yang dibayarkan oleh konsumen. Sudah
sewajarnya petani memperoleh marjin pemasaran
dan marjin keuntungan yang tinggi, karena
petanilah yang melakukan kegiatan produksi yaitu
pemanenan, pengeringan hingga proses
pemecahan cangkang kemiri.
Total marjin pemasaran pada keempat saluran
pemasaran berbeda. Perbedaan ini disebabkan
banyaknya lembaga pemasaran yang terlibat, biaya
pemasaran yang dikeluarkan oleh lembaga
pemasaran dan tingkat keuntungan yang
diharapkan.
Keempat saluran pemasaran yang berjalan
berdasarkan marjin pemasaran bahwa, yang
efisien adalah saluran pemasaran II, III, IV yaitu

70
dengan nilai total marjin pemasaran Rp 3.600,00/kg tingkat efisien. Disebut efisien karena biaya yang
atau 13,04% dari harga yang dibayarkan oleh ditanggung konsumen adalah 3,59%, berarti dalam
konsumen. Hal ini berdasarkan pernyataan setiap Rp 100 nilai yang dibayar oleh konsumen
Andayani (2005) bahwa suatu sistem distribusi pembelian kemiri yang berasal dari Desa Perbulan
dikatakan efisien jika besarnya tingkat marjin RP 3,59 merupakan biaya pemasaran. Tabel 7
pemasaran bernilai kurang dari 50% dari tingkat menunjukkan bahwa saluran pemasaran yang
harga yang dibayarkan konsumen. paling efisien adalah saluran pemasaran II dengan
nilai efisiensi pemasaran 2,34%. Ulya, dkk. (2007)
Efisiensi Pemasaran Kemiri Rakyat menyebutkan bahwa pemasaran tidak efisien jika
Efisiensi pemasaran adalah kemampuan jasa- lebih dari 30% nilai yang dibayar oleh konsumen
jasa pemasaran untuk dapat menyampaikan suatu merupakan biaya pemasaran.
produk dari produsen ke konsumen secara adil Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1986)
dengan memberikan kepuasan pada semua pihak dalam Yusran (1999) bahwa suatu sistem
yang terlibat untuk suatu produk yang sama. Nilai pemasaran dikatakan efisien apabila marjin
efisiensi pemasaran diperoleh dari hasil pembagian keuntungan yang diterima tiap lembaga yang
total biaya pemasaran (Tabel 5) dengan total nilai terlibat dalam proses pemasaran berada pada
kemiri (Tabel 6). Efisiensi pemasaran kemiri tingkat wajar yaitu proporsional dengan biaya yang
disajikan pada Tabel 7. dikeluarkan.
Saluran pemasaran II memiliki rantai pasar
Tabel 5. Total biaya pemasaran masing- yang paling panjang dibandingkan dengan saluran
masing saluran pemasaran pemasaran lainnya, namun saluran pemasaran II
Pelaku Biaya pemasaran kemiri (Rp) menanggung biaya yang paling kecil. Hal tersebut
pemasaran dikarenakan pembelian kemiri pada saluran
saluran 1 saluran saluran saluran 4
2 3 pemasaran III dan IV oleh PPD dan PPK dengan
Petani 1.333,33 1.900,00 1.950,00 1.950,00 volume rendah sehingga biaya yang ditanggung
p.pengupas 3966,67 - - -
lebih besar. Menurut Rasyaf (1999) dalam Mukson
(2005) besar kecilnya biaya pemasaran yang
PPD 0 0 - 130,00 dikeluarkan tergantung dari panjang pendeknya
PPK 87,67 87,67 87,67 - jalur pemasaran dan peran fungsi tataniaga.
Penyalur 396,27 396,27 396,27 396,27 Namun Mukson (2005) menyebutkan bahwa
saluran distribusi yang pendek belum tentu
Total 5.783,94 2.383,94 2.433,94 2.476,27
mengeluarkan biaya pemasaran yang sedikit.
Lembaga pemasaranyang banyak melakukan
fungsi pemasaran menyebabkan biaya pemasaran
Tabel 6. Total nilai kemiri pada masing-masing yang dikeluarkan semakin besar.
saluran pemsaran Menurut Mubyarto (1977) dalam Rozalina
Pelaku Nilai Produk (RP) (2012), sistem tataniaga dianggap efisien apabila
pemasaran
Saluran 1 Saluran 2 Saluran 3 Saluran 4 memenuhi syarat yaitu 1) mampu menyampaikan
hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen
Petani 5.000 24.00 24.000 24.000
dengan biaya semurah-murahnya, dan 2) mampu
P.pengupas 24.000 - - - mengadakan pembagian yang adil dari
PPD 24.300 24.300 - 26.100 keseluruhan harga yang dibayarkan konsumen
PPK 26.100 26.100 26.100 - terakhir kepada semua pihak yang ikut serta di
dalam kegiatan produksi tataniaga barang itu, yang
Penyalur 27.600 27.600 27.600 27.600
dimaksud adil dalam hal ini adalah pemberian
Tabel 7. Nilai biaya, nilai produk, dan efisiensi balas jasa fungsi-fungsi pemasaran sesuai
pemasaran kemiri rakyat di Desa sumbangannya masing-masing.
Perbulan Meskipun saluran pemasaran yang
Saluran Total Nilai Total Nilai Efisiensi efisien berlangsung di Desa Perbulan, dan secara
Pemasaran Biaya Produk Pemasaran umum harga yang berlaku menguntungkan petani
Pemasaran(Rp) (Rp) (%) namun ada petani yang mengganti tanaman kemiri
Saluran 1 5.783,94 107.000,00 5,41
menjadi tanaman yang lain seperti tanaman karet
Saluran 2 2.383,94 102.000,00 2,34
Saluran 3 2.433,94 77.700,00 3,13 dan jagung, karena faktor produksi kemiri yang
Saluran 4 2.476,27 77.700,00 3,19 menurun. Dengan meningkatkan pengetahuan
Rata-rata 3.269,52 91.100,00 3,59 petani akan teknik budidaya diharapkan produksi
kemiri yang dihasilkan meningkat sehingga petani
Berdasarkan Tabel 7, bahwa dari ke empat memperoleh keuntungan yang besar pula.
saluran pemasaran yang ada, semua berada pada

71
Sampai saat ini belum ada peran serta pemasaran) pada Hasil Hutan Bukan
KUD (Koperasi Unit Desa) sebagai pengumpul atau Kayu. Jurnal Hutan Rakyat 7(2):1-10.
penampung kemiri di Desa Perbulan Kecamatan Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia,
Laubaleng. Diharapkan KUD dapat berperan serta, Jilid 2: 1174-1177. Yayasan Sarana
sehingga para petani dapat lebih diuntungkan Wana Jaya. Jakarta.
dengan harga yang lebih baik, selain itu KUD Kotler, P. 1997. Manajemen Pemasaran: Analisis,
diharapkan dapat menjalin kerja sama yang baik Pemasaran, Implementasi dan
dengan pihak industri. Untuk itu pemerintah daerah Pengendalian. Prenhallindo. Jakarta.
diharapkan dapat memberikan motivasi Lubis, A. N. 2004. Strategi Pemasaran dalam
menggerakkan KUD, sehingga tercipta pangsa Persaingan Bisnis. USU Digital Library.
pasar baik domestik maupun ekspor. Medan.
Mukson, S. I. Santosa, Setiyawan dan B. Suryanto.
IV. KESIMPULAN 2005. Analisis Efisiensi Pemasaran Telur
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian Ayam Ras di Kabupaten Kendal Jawa
ini adalah terdapat empat saluran pemasaran Tengah. Universitas Diponegoro Press.
kemiri rakyat di Desa Perbulan Kecamatan Semarang.
Laubaleng, Kabupaten Karo. Marjin pemasaran Nasution, R. 2003. Teknik Sampling. Fakultas
rata-rata yang diterima oleh petani yaitu 69.75%, Kesehatan Masyarakat Universitas
pedagang pengupas menerima marjin pemasaran Sumatera Utara. Medan.
rata-rata 17.21%, pedagang pengumpul desa Nurapriyanto I, A. Tuharea dan N. Arifin. 2003.
menerima marjin pemasaran rata-rata 1.90%, Sistem Pengusahaan Beberapa Hasil
marjin pemasaran rata-rata yang diterima Hutan Bukan Kayu dan Alur
pedagang pengumpul kecamatan sebesar 5.16% Tataniaganya di Jayapura, Papua.
dan penyalur menerima marjin pemasaran sebesar Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan
5.43%. Pemasaran kemiri yang terjadi di Desa Kehutanan. Jayapura.
Perbulan sudah efisien, yang paling efisien adalah Oka, N.P dan Achmad, A. 2005. Kontribusi Hasil
pola pemasaran II dengan nilai efisiensi 2.34%. Hutan Bukan Kayu Terhadap
Penghidupan Masyarakat Hutan. Jurnal
DAFTAR PUSTAKA Penelitian Kehutanan. Fakultas Pertanian
Andayani, W. 2005. Pola Distribusi dan Tingkat dan Kehutanan Universitas Hasanuddin.
Efisiensi Tataniaga Biji Mete Makasar.
(Anarcardium occidentale L) Rakyat di Paimin, F. R. 1994. Kemiri Budidaya dan Prospek
Kabupaten Wonogiri. Jurnal Hutan Bisnis. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rakyat: 7(2): 11-42. Purwanti, R. 2007. Pendapatan Petani Dataran
Awang, S., W. Andayani, B. Himmah, W. T. Tinggi Sub DAS Malino. Jurnal Penelitian
Widayanti, dan A. Affianto. 2002. Hutan Sosial dan Ekonomi Kehutanan 4: 257-
Rakyat: Sosial Ekonomi dan Pemasaran. 269.
BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta. Riana, F.D. dan Baladina, N. 2008. Teori
Baharuddin dan I. Taskirawati. 2009. Hasil Hutan Pemasaran, Aspek Pasar dan Strategi
Bukan Kayu. Buku Ajar. Fakultas Pemasaran Perusahaan Agribisnis.
Kehutanan. Universitas Hasanuddin. Modul Perkuliahan. Universitas
Makasar. Brawijaya.
BPS. 2011. Kecamatan Laubaleng dalam Angka Rozalina. 2012. Analisis Kelestarian dan Tataniaga
2010. Badan Pusat Statistik Kabupaten Kayu Kebun Campuran di Desa Karacak
Karo. Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor.
Daniel, M. 2001. Pengantar Ekonomi Pertanian. Tesis. Pasca Sarjana IPB. Bogor.
Bumi Aksara. Jakarta. Salaka, F. J. 2010. Strategi Kebijakan Pemasaran
Darmawan, S. dan R. Kurniadi. 2007. Studi Hasil Hutan Bukan Kayu di Kabupaten
Pengusahaan Kemiri di Flores, NTT dan Seram Bagian Barat Provinsi Maluku.
Lombok, NTB. Info Sosial Ekonomi 7(2): Tesis. Program Pascasarjana IPB. Bogor.
117-129. Saputra, M. Haris. 2007. Analisis Pemasaran
Globalstats. 2011. Pengambilan Beruntun Produk Agroforestri Kemiri (Alerites
(Snowball sampling). molluccana) di Kecamatan Camba,
http://globalstatistik.com/detail_artikel.php Kabupaten Maros, Propinsi Sulawesi
?id=275 [16 Desember 2012]. Selatan. Skripsi. IPB. Bogor.
Hendarto, K. A dan Lukas R.W. 2005. Bagaimana Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Manajemen
Menghitung Efisiensi Tata Niaga (Rantai Pemasaran Hasil-hasil Pertanian Teori

72
dan Aplikasinya: Edisi Revisi. Raja Rakyat di Kabupaten Lampung Timur.
Grafindo Persada. Jakarta. Info Sosial dan Kehutanan 7(4): 211-221.
Suad, H. dan M. Suwarsono. 2000. Studi Vlosky, R. 2005. Developing Louisiana’s Forest
Kelayakan Proyek. Penerbit AMP YKPN. Products Industry: Adding Value for the
Yogyakarta. Future. School of Renewable Natural
Sudarmalik, Rochmayanto dan Purnomo. 2006. Resources. LSU. A Forest Products
Peranan Beberapa Hasil Hutan Bukan Development Center. LSU Agricultural
Kayu (HHBK) di Riau dan Sumatera Center 2005 Ag Outlook Conference-
Barat. Litbang Hasil Hutan:199-219. January 12, 2005.
Sudarmi, S. dan Waluyo. 2008. Galeri Wibowo S. 2007. Pengusahaan Kemiri (Aleurites
Pengetahuan Sosial Terpadu 2: mollucana) di Desa Kuala, Tiga Binanga,
SMP/MTs Kelas VIII. Pusat Perbukuan Tanah Karo. Info Sosial Ekonomi 7(2):
Departemen Pendidikan Nasional. 71-77.
Jakarta. Yusran. 1999. Analisis Model Pengelolaan Hutan
Sunanto, H. 1994. Budidaya Kemiri Komoditas Kemiri Rakyat di Kabupaten Maros
Ekspor. Kanisius. Yogyakarta. Propinsi Sulawesi Selatan. Tesis.
Ulya, N. A., Erwin M., Bambang T. P., dan Andi N. Pascasarjana IPB. Bogor.
2007. Kajian Pemasaran Kayu Jati

73

Anda mungkin juga menyukai