Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM MINGGUAN BIOKIMIA II

PERCOBAAN IV
ASPEK KUALITATIFASAM LEMAK DARI
MINYAK LEMAK

DISUSUN OLEH :

NAMA : DIAN FEBRIANI


NIM : E1M016015
PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS MATARAM
2019
PERCOBAAN IV
ASPEK KUALITATIF ASAM LEMAK DARI MINYAK / LEMAK
A. ABSTRAK

Praktikum ini bertujuan untuk menentukan sifat asam lemak dalam


minyak/lemak.Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah
bilangan iod dan bilangan penyabunan. Bilangan iodin sering digunakan
untuk menentukan jumlah ketidakjenuhan dalam asam lemak. Bilangan
penyabunan adalah banyaknya alkali yang dibutuhkan untuk
menyabunkan sejumlah contoh minyak. Sampel yang digunakan adalah
lima jenis minyak yaitu minyak kedelai, minyak bekas, minyak wijen,
minyak kelapa dan minyak sawit. Banyaknya minyak kedelai, minyak
bekas, minyak kelapa, minyak sawit dan minyak wijen yang digunakan
yaitu 360 tetes ( larutan berwarna kuning), 30 tetes ( larutan berwarna
orange), 200 tetes (larutan berwarna kuning), 900 tetes (lartan berwarna
kuning), dan 59 tetes (larutan berwarna emas). Volume titrasi yang
digunakan masing-masing sampel adalah 2 mL, 2mL, 32,8mL, 31,5 mL,
dan 2 mL.
Kata Kunci :Minyak, Bilangan Iod, Bilangan Penyabunan.

B. PENDAHULUAN

Suatu lipid didefinisikan sebgai senyawa organik yang terdapat dalam


alam serta tak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non polar
seperti suatu hidrokarbon atau dietil eter. Lipid adalah senyawa yang
merupakan ester dari asam lemak dengan gliserol yang kadang-kadang
mengandung gugus lain. Lipid tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut
organic seperti eter, aseton, kloroform, dan benzene. Lipid tidak memiliki
rumus molekul yang sama, akan tetapi terdiri dari beberapa golongan yang
berbeda. Berdasarkan kemiripan struktur kimia yang dimiliki, lipid dibagi
menjadi beberapa golongan, yaitu Asam lemak, Lemak dan fosfolipid
( Salirawati et al ,2007)

1
Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasilgliserol, kedua istilah
ini berarti “triester (dari) gliserol”. Perbedaan antara suatu lemak dan minyak
bersifat sebarang: pada temperatur kamar lemak berbentuk padat dan minyak
bersifat cair. Sebagian besar gliserida pada hewan adalah berupa lemak,
sedangkan gliserida dalam tumbuhan cenderung berupa minyak
(fessenden dan fessenden, 1982)

Lemak dan minyak adalah senyawa lipid yang paling banyak di


alam.Perbedaan antara keduanya adalah perbedaan konsistensi/sifat fisik
pada suhukamar, yaitu lemak berbentuk padat sedangkan minyak berbentuk
cair. Perbedaan titik cair dari lemak disebabkan karena perbedaan jumlah
ikatan rangkap, panjang rantai karbon, bentuk cis dan trans yang terkandung
di dalam asam lemak tidak jenuh. Komponen dasar lemak adalah asam
lemak dan gliserol yang diperoleh dari hasil hidrolisis lemak, minyak
maupun senyawa lipid lainnya.Asam lemak pembentuk lemak dapat
dibedakan berdasarkan jumlah atom C (karbon), ada atu tidaknya ikatan
rangkap, jumlah ikatan rangkap serta letak ikatan rangkap.Berdasarkan
struktur kimianya, asam lemak dapat dibedakan menjadi asam lemak jenuh
(saturated fatty acid/SFA) yaitu asam lemak yang tidak memiliki ikatan
rangkap. Sedangkan asam lemak yang memiliki ikatan rangkap disebut
sebgai asam lemak tak jenuh (unsaturated fatty acid), dibedakan menjadi
Mono Unsatyrated Fatty Acid ( MUFA) memiliki 1 (satu) ikatan rangkap,
dan Poly Unsaturated Fatty Acid (PUFA) dengan 1 atau lebih ikatan rangkap
(Sartika, 2009).

Pada umumnya, lemak apabila dibiarkan lama di udara akan


menimbulkan rasa dan bau yang tidak enak. Hal ini disebabkan oleh proses
hidrolisis yang menghasilkan asam lemak bebas. Di samping itu, dapat pula
terjadi proses oksidasi terhadap asam lemak tidak jenuh yang hasilnya akan
menambah bau dan rasa yang tidak enak. Oksidasi asam lemak tidak jenuh
akan menghasilkan peroksida dan selanjutnya akan terbentuk aldehida.
Inilah yang menyebabkan terjadinya bau dan rasa yang tidak enak atau

2
tengik. Kelembaban udara, cahaya, suhu tinggi dan adanya bakteri perusak
adalah faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya ketengikan lemak
(Poedjiadi dan Supriyanti, 2009).

Bilangan iod diunakan untuk menghitung ketidak jenuhanminyak


atau lemak.semakin bedsar angka iod, maka sam lemak tersebut semakin
tidak jenuh. Bilangan yodium adalah ukuran derajat ketidak jenuhan. Lemak
yang tidak jenuh dengan mudah dapat bersatu dengan yodium (dua atom
yodium ditambahkan pada setiap ikatan rangkap dalam lemak). Semakin
banyak yodium yang digunakan semakin tinggi derajat ketidakjenuhan.
Biasanya semakin tinggi titik cair semakin rendah kadar asam lemak tidak
jenuh dan demikian pula derajat ketidakjenuhan (bilangan yodium) dari
lemak bersangkutan. Asam lemak jenuh biasanya padat dan asam lemak
tidak jenuh adalah cair; karenanya semakin tinggi bilangan yodium semakin
tidak jenuh dan semakin lunak lemak tersebut. (Panangan, 2011)

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat-alat
Alat- alat yang digunakan dalam praktikum isolasi kasein adlah
sebagai berikut:
a. Buret
b. Erlenmeyer
c. Gelas kimia
d. Gelas ukur
e. Hot plate
f. Klem
g. Neraca analitik
h. Pengaduk
i. Pipet tetes
j. Statif
2. Bahan pratikum

3
Bahan-bahan praktikum yang digunakan dalam pratikum isolasi
kasein adalah sebagai berikut:
a. Aquades
b. Larutan iod
c. Larutan kloroform
d. Larutan KOH
e. Larutan HCl 0,5 M
f. Larutan indikator PP
g. Minyak kedelai
h. Minyak kelapa sawit
i. Minyak wijen
j. Minyak jelata
k. Minyak kelapa
l. Tissue

D. PROSEDUR KERJA
1. Bilangan Iod
a. Disiapkan 5 buah tabung reaksi dan diberi label 1, 2, 3, 4 dan 5.
b. Dimasukkan 12 mL larutan kloroform, kemudian ditambahkan 3
tetes larutan iod ke dalam masing-masing tabung reaksi tersebut.
c. Didalam tabung 1 yang berisi larutan berwarna merah ditetesi
dengan minyak kedelai, tabung 2 ditetesi dengan minyak bekas,
tabung 3 ditetesi dengan minyak kelapa, tabung 4 ditetesi dengan
minyak sawit, tabung 5 yang berisi ditetesi dengan minyak wijen.
d. Dicatat beberapa tetes minyak yang dibutuhkan sampai warna pada
masing-masing tabung reaksi hilang.
2. Bilangan Penyabunan
1. Disiapkan 5 buah erlenmeyer.
2. Ditimbang 1 gram minyak kedelai, minyak bekas, minyak sawit,
minyak kelapa dan minyak wijen, kemudian dimasukkan ke
dalam masing-masing erlenmeyer tersebut.

4
3. Ditambahkan 50 mL larutan KOH (40 gram KOH/1L alkohol) ke
dalam masing-masing erlenmeyer tersebut.
4. Ditutup dengan pendingin balik dan didihkan selama 30 menit
dengan hati-hati.
5. Dititrasi dengan larutan standard 0,5 M HCl jika kelebihan KOH.
6. Dititrasi blanko tanpa bahan / lemak.
E. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Hasil
1. Bilangan Iod
No Sampel Larutan kloroform+3 tetes Banyak tetesan yang
larutan iod diperlukan hingga
warna pink hilang
1 1 Larutan pink 360
2 2 Larutan pink 30
3 3 Larutan pink 200
4 4 Larutan pink 900
5 5 Larutan pink 59

2. Bilangan Penyabunan
N Perlakuan Sampel
o 1 2 3 4 5
1 50 mL larutan Kuning Kuning Kuning Kuning Bening
KOH (40 g bening bening bening bening kuning
KOH/1L
alkohol)
2 Setelah Kuning Terbentu Putih Putih, Lebih
dipanaskan bening k 2 fase keruh ada bening
yaitu gelembu
minyak ng
dan
KOH

5
3 Setelah Pink Pink Pink Pink Pink
didinginkan dan
ditambahkan
indikator PP
4 Setelah dititrasi Putih Putih Putih Putih Putih
dengan larutan
standard 0,5 M
HCl

b. Pembahasan
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan sifat lemak dalam
minyak /lemak. Lemak dan minyak adalah senyawa lipid yang paling
banyak di alam.Perbedaan antara keduanya adalah perbedaan
konsistensi/sifat fisik pada suhukamar, yaitu lemak berbentuk padat
sedangkan minyak berbentuk cair. Perbedaan titik cair dari lemak
disebabkan karena perbedaan jumlah ikatan rangkap, panjang rantai
karbon, bentuk cis dan trans yang terkandung di dalam asam lemak tidak
jenuh. Komponen dasar lemak adalah asam lemak dan gliserol yang
diperoleh dari hasil hidrolisis lemak, minyak maupun senyawa lipid
lainnya.Asam lemak pembentuk lemak dapat dibedakan berdasarkan
jumlah atom C (karbon), ada atu tidaknya ikatan rangkap, jumlah ikatan
rangkap serta letak ikatan rangkap.Berdasarkan struktur kimianya, asam
lemak dapat dibedakan menjadi asam lemak jenuh (saturated fatty
acid/SFA) yaitu asam lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap.
Sedangkan asam lemak yang memiliki ikatan rangkap disebut sebgai
asam lemak tak jenuh (unsaturated fatty acid), dibedakan menjadi Mono
Unsatyrated Fatty Acid ( MUFA) memiliki 1 (satu) ikatan rangkap, dan
Poly Unsaturated Fatty Acid (PUFA) dengan 1 atau lebih ikatan rangkap.
Pada percobaan pertama yaitu bilangan iod. Bilangan iod atau
bilangan penyerapan iodin atau indeks iodin dalam ilmu kimia adalah
massa iodin dalam gram yang terserap pada 100 gram suatu zat kimia

6
pada kondisi pengujian yang digunakan. Bilangan iodin sering digunakan
untuk menentukan jumlah ketidakjenuhan dalam asam lemak.
Ketidakjenuhan tersebut berada dalam bentuk ikatan rangkap, yang akan
bereaksi dengan senyawa iodin. Semakin tinggi bilangan iodin, semakin
banyak pula ikatan C=C yang ada pada lemak tersebut. Pada percobaan
ini digunakan lima sampel minyak yaitu minyak kedelai, minyak bekas,
minyak wijen, minyak kelapa dan minyak sawit. Minyak bekas adalah
minyak limbah yang berasal dari jenis-jenis minyak goreng, yang bekas
digunakan oleh kebutuhan rumah tangga. Minyak kedelai adalah minyak
nabati yang dihasilkan dari biji kedelai. Minyak ini dapat mengeras
seiring dengan waktu selagi dibiarkan terpapar dengan udara. Minyak
kelapa adalah minyak yang dibuat dari bahan baku kelapa segar, diproses
dengan pemanasan terkendali atau tanpa pemanasan sama sekali, tanpa
bahan kimia dan RDB. Minyak sawit adalah minyak nabati edible yang
didapatkan dari mesocarp buah pohon kelapa sawit. Minyak sawit
mengandung 41% lemak jenuh, 81% minyak inti sawit, dan 86% minyak
kelapa. Minyak wijen adalah minyak nabati yang berasal dari ekstraksi
biji wijen.Asam lemak dalam minyak wijen adalah asam palmitat, asam
palmitoleat, asam stearate, asam oleat, asam linoleat, asam linolenat, dan
asam eikosenat. Keima sampel tersebut digunakan agar menghilangkan
warna pada campuran klorofom dan larutan iod. Dan berdasarkan hasil
percobaan didapatkan volume masing masing minyak sampai larutan
camputa klorofom dan iod berubah warna yaitu wijen 360 tetes ( larutan
berwarna kuning), 30 tetes ( larutan berwarna orange), 200 tetes (larutan
berwarna kuning), 900 tetes (lartan berwarna kuning), dan 59 tetes
(larutan berwarna emas). Minyak kedelai memiliki bilangan iodin yaitu
120-136, minyak kelapa memiliki bilangan iodin yaitu 7-12, minyak
sawit memiliki bilangan iodin yaitu 44-51.
Percobaan kedua yaitu bilangan penyabunan. Bilangan
penyabunan adalah banyaknya alkali yang dibutuhkan untuk
menyabunkan sejumlah contoh minyak. Angka Penyabunan dapat

7
dilakukan untuk menentukan berat molekul minyak dan lemak secara
kasar. Minyak yang disusun asam lemak berantai C pendek berarti
mempunyai berat molekul relative kecil, akan mempunyai angka
penyabunan yang besar dan sebaliknya, minyak dengan berat molekul
yang besar mempunyai angka penyabunan relative kecil. Angka
penyabunan dinyatakan sebagai banyaknya (mg) KOH yang dibutuhkan
untuk menyabunkan satu gram (1 g) lemak atau minyak. Alcohol yang
ada pada KOH berfungsi untuk melarutkan asam lemak hasil hidrolisa
agar mempermudah reaksi dengan basa sehingga membentuk sabun.
Sabun merupakan merupakan suatu bentuk senyawa yang dihasilkan dari
reaksi saponifikasi. Istilah saponifikasi dalam literatur berarti “soap
making”. Akar kata “sapo” dalam bahasa Latin yang artinya soap / sabun.
Pengertian Saponifikasi (saponification) adalah reaksi yang terjadi ketika
minyak / lemak dicampur dengan larutan alkali. Ada dua produk yang
dihasilkan dalam proses ini, yaitu Sabun dan Gliserin. Dan hasil
percobaan yaitu Minyak kedelai,minyak kelapa dan minyak
sawit,menghasilkan larutan berwarna kuning bening setelah direaksikan
dengan KOH, minyak bekas yang telah direaksikan dengan KOH
menghasilkan larutan berwarna putih kekuningan,dan minyak wijen yang
telah direaksikan dengan KOH menghasilkan larutan berwarna bening
kuning, setelah dipanaskan semua larutan menjadi pink. Setelah dititrasi
dengan 0,5 M HCl larutan minyak kedelai,minyak bekas, minyak kelapa ,
dan minyak wijen berubah menjadi putih, serta larutan minyak sawit
berubah menjadi putih keruh. Volume titrasi yang digunakan masing-
masing sampel adalah 2 mL, 2mL, 32,8mL, 31,5 mL, dan 2 mL.

F. KESIMPULAN

Berdasarkan tujuan praktikum, analisis data, hasil pengamatan dan


pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

8
1. Lipid tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organic seperti eter,
aseton, kloroform, dan benzene.
2. Bilangan iod atau bilangan penyerapan iodin atau indeks iodin adalah
massa iodin dalam gram yang terserap pada 100 gram suatu zat kimia.
3. volume masing masing minyak sampai larutan camputa klorofom dan iod
berubah warna yaitu wijen 360 tetes ( larutan berwarna kuning), 30 tetes
( larutan berwarna orange), 200 tetes (larutan berwarna kuning), 900 tetes
(lartan berwarna kuning), dan 59 tetes (larutan berwarna emas).
4. Minyak kedelai memiliki bilangan iodin yaitu 120-136, minyak kelapa
memiliki bilangan iodin yaitu 7-12, minyak sawit memiliki bilangan iodin
yaitu 44-51.
5. Bilangan penyabunan adalah banyaknya alkali yang dibutuhkan untuk
menyabunkan sejumlah contoh minyak
6. Volume titrasi yang digunakan masing-masing sampel adalah 2 mL, 2mL,
32,8mL, 31,5 mL, dan 2 mL.

DAFTAR PUSTAKA
Alirawati et al. 2007 . Belajar kimia menarik . Jakarta: Grasindo
Fessenden, RJ dan Joan F. 1986. Kimia Organik . Jakarta: Erlangga
Panagan , Almunady T., dkk. 2011. “ Analisis Kualitatif dan Kuantitatif
AsamLemak Tak Jenuh Omega-3 dari Minyak Ikan Patin
(Pangasisus Pangasius) dengan Metode Kromatografi
Gas”.Jurnal Penelitian Sains. 14(4).38-42.
Poedjiadi dan Supriyanti, 2009.Penuntun Praktikum Biokimia. Medan :
FMIPA UNIMED.

Sartika, 2009.Biokimia Dasar .Makassar.Lembah Harapan Press.

9
LAMPIRAN LAPORAN SEMENTARA

10
11
LAMPIRAN GAMBAR

1. Minyak kedelai

Bilangan Iod

Bilangan Penyabunan

2. Minyak Bekas

Bilangan Iod

12
Bilangan Penyabunan

3. Minyak Kelapa

Bilangan Iod

Bilangan Penyabunan

13
LAMPIRAN ANALISIS DATA

a. Persamaan Reaksi
1. Bilangan Iod

2. Bilangan Penyabunan

3. Perhitungan
 Bilangan Iod

Minyak bekas = 30 tetes


Minyak kedelai = 360 tetes
Minyak kelapa (jelengan) = 200 tetes
Minyak sawit = 900 tetes
Minyak wijen = 59 tetes

 Bilangan Penyabunan
a. Minyak Bekas

Diketahui : massa minyak bekas = 1 gram

V HCL = 2 mL
V Blanko = 29 mL
Ditanya : Bilangan Penyabunan ?
Jawan :

14
28,5 (𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑏− 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠)
Bilangan penyambunan = 𝑥 0,1
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒
28,5(29−2)
= 𝑥 0,1
1 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 76,95
b. Minyak Wijen
Diketahui : massa minyak wijen = 1 gram
V HCL = 2 mL
V blanko = 29 mL
Ditanya : Bilangan Penyabunan ?
Jawab :
28,5 (𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑏− 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠)
Bilangan penyabunan = 𝑥 0,1
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒
28,5(29−2)
= 𝑥 0,1
1 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 76,95
c. Minyak Kelapa Sawit
Diketahui : massa minyak sawit = 1 gram
V HCL = 31,5 mL
V blanko = 29 mL
Ditanya : Bilangan Penyabunan ?
Jawab :
28,5 (𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑏− 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠)
Bilangan penyabunan = 𝑥 0,1
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒
28,5(29−31,5)
= 𝑥 0,1
1 𝑔𝑟𝑎𝑚

= -7,125
d. Minyak kedelai

Diketahui : massa minyak kedelai = 1 gram

V HCL = 2 mL
V blanko = 29 mL
Ditanya : Bilangan Penyabunan ?
Jawab :
28,5 (𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑏− 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠)
Bilangan penyabunan = 𝑥 0,1
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒
28,5(29−2)
= 𝑥 0,1
1 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 76,95
e. Minyak Kelapa (Jelengan)

15
Diketahui : massa minyak kelapa = 1 gram
V HCL = 32,8 mL
V blanko = 29 mL
Ditanya : Bilangan Penyabunan ?
Jawab :
28,5 (𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑏− 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠)
Bilangan penyabunan = 𝑥 0,1
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒
28,5(29−32,8)
= 𝑥 0,1
1 𝑔𝑟𝑎𝑚

16

Anda mungkin juga menyukai