Isolasi Sosial Jiwa
Isolasi Sosial Jiwa
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan jiwa adalah pelayanan kesehatan profesional yang
didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia
sepanjang siklus kehidupan dengan respons psiko-sosial yang maladaptif
yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial, dengan menggunakan
diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa melalui pendekatan proses
keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan
memulihkan masalah kesehatan jiwa individu, keluarga dan masyarakat
(Riyadi & Purwanto, 2009).
1
untuk mempertahankan hubungan yang bermakna, perasaan puas dan
menikmati hidup. Salah satu dari gangguan kepribadian yaitu isolasi
sosial (menarik diri).
Isolasi social atau menarik diri adalah suatu keadaan pasien yang
mengalami ketidakmampuan untuk mengadakan hubungan dengan orang
lain atau dengan lingkungan di sekitarnya secara wajar. Pada pasien
dengan perilaku menarik diri sering melakukan kegiatan yang ditujukan
untuk mencapai pemuasan diri, dimana pasien melakukan usaha untuk
melindungi diri sehingga ia menjadi pasif dan berkepribadian kaku, pasien
menarik diri juga melakukan pembatasan (isolasi diri), termasuk juga
kehidupan emosionalnya, semakin sering pasien menarik diri, semakin
banyak kesulitan yang dialami dalam mengembangkan hubungan sosial
dan emosional dengan orang lain.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar keperawatan jiwa dengan Isolasi Sosial ?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan jiwa dengan Isolasi Sosial ?
3. Bagaimana pengaplikasian asuhan keperawatan jiwa dengan Isolasi
Sosial ?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk menambah
pengetahuan dan wawasan mengenai asuhan keperawatan jiwa
dengan Isolasi sosial.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penulisan dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui tentang konsep dasar keperawatan jiwa
dengan isolasi sosial.
b. Untuk mengetahui tentang konsep asuhan keperawatan jiwa
dengan isolasi sosial.
c. Untuk mengetahui tentang pengaplikasian asuhan keperawatan
jiwa dengan isolasi sosial.
2
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu
Keperawatan Jiwa, khususnya materi asuhan keperawatan jiwa
dengan isolasi sosial.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa Jurusan Keperawatan
dalam asuhan keperawatan jiwa dengan isolasi sosial.
b. Memberikan pemahaman bagi mahasiswa lainnya mengenai
konsep dasar keperawatan jiwa dengan isolasi sosial, konsep
asuhan keperawatan jiwa dengan isolasi sosial, dan
pengaplikasian asuhan keperawatan jiwa dengan isolasi sosial.
c. Memberikan pemahaman bagi penulis mengenai konsep dasar
keperawatan jiwa dengan isolasi sosial, konsep asuhan
keperawatan jiwa dengan isolasi sosial, dan pengaplikasian
asuhan keperawatan jiwa dengan isolasi sosial..
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Keadaan ini dapat menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan
orang lain, lebih suka berdiam diri, menghindar dari orang lain, dan
kegiatan sehari-hari terabaikan.
a. Faktor predisposisi
1) Faktor perkembangan
Pada dasarnya kemampuan seseorang untuk berhubungan sosial
berkembang sesuai dengan proses tumbuh kembang mulai dari usai
bayi sampai dewasa lanjut untuk dapat mengembangkan hubungan
sosial yang positif, diharapkan setiap tahapan perkembangan dapat
dilalui dengan sukses. Sistem keluarga yang terganggu dapat
menunjang perkembangan respon sosial maladaptif.
Pada dasarnya kemampuan hubungan sosial berkembang sesuai
dengan proses tumbuh kembang individu mulai dari bayi sampai
dengan dewasa lanjut. Untuk mengembangkan hubungan sosial
yang positif, setiap tugas perkembangan setiap daur kehidupan
diharapkan dilalui dengan sukses. Kemampuan berperan serta dalam
proses hubungan diawali dengan kemampuan tergantung pada masa
bayi dan berkembang pada masa dewasa dengan kemampuan saling
tergantung (tergantung dan mandiri), mengenai tahap
perkembangan tersebut akan diuraikan secara rinci setiap tahap
perkembangan.
a) Masa bayi
Bayi sangat tergantung pada orang lain dalam pemenuhan
kebutuhan biologis dan psikologisnya. Bayi umumnya
menggunakan komunikasi yang sangat sederhana dalam
meyampaikan akan kebutuhannya. Respon lingkungan (ibu dan
pengasuh) terhadap kebutuhan bayi harus sesuai agar
berkembang rasa percaya diri bayi terhadap orang lain.
Kegagalan pemenuhan kebutuhan bayi melalui ketergantungan
pada orang lain akan mengakibatkan rasa tidak percaya pada
diri sendiri dan orang lain, serta menarik diri
b) Masa prasekolah
5
Anak prasekolah mulai memperluas hubungan sosialnya di luar
lingkungan keluarga khususnya ibu atau pengasuh. Anak
menggunakan kemampuan berhubungan yang telah diiliki untuk
berhubungan dengan lingkungan diluar keluarga. Dalam hal ini
anak membutuhkan dukungan dan bantuan dari keluarga
khususnya pemberian pengakuan yang positif terhadap perilaku
anak yang adaptif. Hal ini merupakan dasar rasa otonomi yang
berguna untuk mengembangkan kemampuan hubungan
interdependen.
Kegagalan anak dalam berhubungan dengan lingkungan disertai
respon keluarga yang negative akan mengakibatkan anak
menjadi tidak mampu mengontrol diri, tidak mandiri
(tergantung), ragu, menarik diri dari lingkungan, kurang percaya
diri, pesimis, takut perilakunya salah.
c) Masa Sekolah
Anak mulai mengenal hubungan yang luas khususnya
lingkungan sekolah. Pada usia ini anak mulai mengenal bekerja
sama, kompetisi, serta kompromi. Koflik sering terjadi dengan
orang tua karena pembatasan dan dukungan yang tidak
konsisten. Teman dengan orang dewasa diluar keluarga (guru,
oramg tua, teman) merupakan sumber pendukung yang penting
bagi anak.
Kegagalan dalam membina hubungandengan teman disekolah,
kurangnya dukungan guru dan pembatasan serta dukungan yang
tidak konsisten dari orang tua mengakibatkan anak frustasi
terhadap kemampuannya, putus asa, merasa tidak mampu dan
menarik diri dari lingkungan.
d) Masa Remaja
Pada usia ini anak mengembangkan hubungan intim dengan
teman sebaya dan sejenis dan umumnya memiliki sahabat karib.
Hubungan dengan teman sangat tergantung, sedangkan
hubungan dengan orang tuaa mulai independent. Kegagalan
membina hubungan dengan teman dan kurangnya dukungan
orang tua, akan mengakibatkan keraguan akan identitas,
6
ketidakmampuan mengidentifikasi karir dan rasa percaya diri
kurang.
e) Masa Dewasa Muda
Pada masa ini individu mempertahankan hubungan
interdependent dengan orang tua dan teman sebaya. Individu
belajar mengambil keputusan dengan memperhatikan saran dan
pendapat orang lain seperti memilih pekerjaan, memilih karir,
melangsungkan pernikahan.
7
mengakui bahwa dukungan orang lain dapat membantu dalam
menghadapi kehilangannya.
Kegagalan individu untuk menerima kehilangan yang terjadi
pada kehidupan serta menolakbantuan yang disediakan untuk
membantu akan mengakibatkan perilaku menarik diri.
2) Faktor komunikasi dalam keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan factor pendukung
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini yang
termasuk masalah dalam berkomukasi sehingga menimbulkan
ketidakjelasan (double bind) yaitu suatu keadaan dimana seorang
anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam
waktu bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga
yang menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan di luar
keluarga.
3) Faktor sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan
berhubungan. Hal ini diakibatkan oleh norma yang tidak
mendukung pendekatan terhadap orang lain, tidak mempunyai
anggota masyarakat yang kurang produktif seperti lanjut usia, orang
cacat dan penderita penyakit kronis. Isolasi dapat terjadi karena
mengadopsi norma, perilaku, dan sistem nilai yang berbeda dari
yang dimiliki budaya mayoritas.
4) Faktor biologis
Factor biologis juga merupakan salah satu factor pendukung
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang
dapat memengaruhi terjadinya gangguan hubungan sosial adalah
otak, misalnya pada klien skizofrenia yang mengalami masalah
dalam hubungan sosial memiliki struktur yang abnormal pada otak
seperti atropi otak, serta perubahan ukurn dan bentuk sel-sel dalam
limbic dan daerah kortikal.
b. Faktor prisipitasi
1) Faktor eksternal, contohnya stress sosiokultural
Stess dapat ditimbulkan oleh karena menurunya stabilitas unit
keluarga dan berpisah dari orang yang berarti, misalnya karena
dirawat di rumah sakit.
8
2) Faktor internal contohnya stressor psikologis
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk
berpisah dengan orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk
memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat menimbulkan ansietas
tingkat tinggi.
3. Psikopatologis
Menurut Stuart and Sundeen (1998) dalam Dalami, Ermawati (2014) .
Salah satu gangguan hubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri atau
isolasi sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga, yang bisa
dialami klien dengan latar belakang yang penuh dengan permasalahan,
ketegangan, kekecewaan dan kecemasan.
Klien semakin tenggelam dalam perjalanan dan tingkah laku masa lalu
serta tingkah laku primitif antara lain pembicaraan yang autistik dan tingkah
laku yang tidak sesuai dengan kenyantaan, sehingga berakibat lanjut
menjadi halusinasi.
4. Manifestasi Perilaku
a. Tanda dan gejala
1) Kurang spontan
2) Apatis ( acuh terhadap lingkungan )
3) Ekspresi wajah kurang berseri
4) Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
5) Tidak ada atau kurang komunikasi verbal
6) Mengisolasi diri
7) Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
8) Asupan makanan dan minuman terganggu
9) Retensi urine dan feses
10) Aktivitas menurun
11) Kurang energy (tenaga )
12) Rendah diri
9
13) Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus / janin ( khususnya pada
posisi tidur).
Perilaku ini biasanya disebabkan karena seseorang manila dirina
rendah, sehingga timbul perasaan malu untuk berinteraksi dengan
orang lain. Bila tidak dilakukan intervensi lebih lanjut, maka akan
menyebabkan perubahan persepsi sensori : halusinasi dan resiko
mencederai diri, orang lain, bahkan lingkungan. Perilaku yang
tertutup dengan orang lain juga bisa menyebabkan intoleransi
aktivitas yang akhirnya bisa berpengaruh terhadap ketidakmampuan
untuk melakukan perawatan secara mandiri. Seseorang yang
mempunyai harga diri rendah awalnya disebabkan oleh
ketidakmampuan untuk menyelesaikan masalah dalam hidupnya,
sehingga orang tersebut berperilaku tidak normal ( koping individu
tidak efektif ). Peranan keluarga cukup besar dalam mendorong
klien agar mampu menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, bila
sistem pendukungnya tidak baik ( koping keluargatidak efektif )
makan akan mendukung seseorang memiliki harga diri rendah.
b. Mekanisme koping
Individu yang mengalami respon sosial maladaptif menggunakan
berbagai mekanisme dalam upaya untuk mengatasi ansietas. Mekanisme
tersebut berkaitan dengan dua jenis masalah hubungan yang spesifik
(Gail, W Stuart, 2006 dalam Dalami, Ermawati, 2014).
Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian antisosial
antara lain proyeksi, splitting dan merendahkan orang lain, koping yang
behubungan dengan gangguan kepribadian ambang splitting, formasi
reaksi, proyeksi, isolasi, idealisasi orang lain, merendahkan orang lain
dan identifikasi proyeksi.
c. Sumber koping
Menurut Gail W Stuart (2006) dalam Dalami, Ermawati (2014),
sumber koping yang berhubungan dengan respon sosial maladaptif
meliputi keterlibatan dalam hubungan keluarga yang luasan teman,
hubungan dengan hewan peliharaan dan penggunaan kreatifitas untuk
mengekspresikan stress interpersonal misalnya kesenian, musik atau
tulisan.
10
5. Rentang Respon
Menurut Dalami, Ermawati (2014) adapun rentang respon dari isolasi
sosial sebagi berikut :
Interdependen Curiga
a. Respon adaptif adalah respon yang diterima oleh norma sosial dan
kultural dimana individu tersebut menjelaskan masalah dalam batas
normal.
Adapun respon adaptif tersebut:
1) Menyendiri
11
Respon yang dibutuhkan untuk menentukan apa yang telah
dilakukan dilingkungan sosialnya dan merupakan suatu cara
mengawasi diri dan menentukan langkah berikutnya.
2) Otonomi
Suatu kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan
ide-ide pikiran.
3) Bekerja sama
Suatu keadaan dalam hubungan interpersonal dimana individu
tersebut mampu untuk memberi dan menerima.
4) Interdependen
Saling ketergantungan antara individu dengan orang lain dalam
hubungan interpersonal.
b. Respon maladaptif adalah respon yang dilakukan individu dalam
menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial dan
kebudayaan suatu tempat.
1) Menarik diri
Gangguan yang terjadi apabila seseorang memutuskan untuk tidak
berhubungan dengan orang lain untuk mencari ketenangan
sementara waktu.
2) Manipulasi
Adalah hubungan sosial yang terdapat pada individu yang
menganggap orang lain sebagai objek dan berorientasi pada diri
sendiri atau pada tujuan, bukan berorientasi pada orang lain.
Individu tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
3) Ketergantungan
Individu gagal mengembangkan rasa percaya diri dan kemampuan
yang dimiliki.
4) Impulsif
Ketidakmampuan merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari
pengalaman, tidak dapat diandalkan, mempunyai penilaian yang
buruk dan cenderung memaksakan kehendak.
5) Narkisisme
Harga diri yang rapuh, secara terus menerus berusaha mendapatkan
penghargaan dan pujian, memiliki sikap egosentris, pencemburu dan
marah jika orang lain tidak mendukung.
12
Pohon Masalah
Risti mencederai diri, orang lain, dan lingkungan
6. Penatalaksanaan
a. Terapi Psikofarmaka
Terapi Psikofarmaka menurut Rasmun (2001)
1) Clorpromazine (CPZ)
Indikasi: Untuk syndrome psikosis yaitu berdaya berat dalam
kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai
norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi
13
-fungsi mental: waham, halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku
yang aneh atau, tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi
kehidupan sehari -hari, tidak mampu bekerja, hubungan sosial dan
melakukan kegiatan rutin.
Mekanisme kerja: Memblokade dopamine pada reseptor paska
sinap di otak khususnya sistem ekstra piramidal.
Efek samping: Sedasi, gangguan otonomik (hipotensi,
antikolinergik/ parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi,
dan defikasi, hidung tersumbat,mata kabur, tekanan intra okuler
meninggi, gangguan irama jantung), gangguan ekstra piramidal
(distonia akut, akatshia, sindromaparkinson/tremor, bradikinesia
rigiditas), gangguan endokrin, metabolik, hematologik, agranulosis,
biasanya untuk pemakaian jangka panjang.
Kontra indikasi: Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan
jantung, febris, ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan
kesadaran disebabkan CNS Depresan.
2) Haloperidol (HP)
Indikasi: Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam
fungsi netral serta dalam fungsi kehidupan sehari —hari.
Mekanisme kerja: Obat anti psikosis dalam memblokade dopamine
pada reseptor paska sinaptik neuron di otak khususnya sistem
limbik dan sistim ekstra piramidal.
Efek samping: Sedasi dan inhibisi psikomotor, gangguan otonomik
(hipotensi, antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan
miksi dan defikasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan
intraokuler meninggi, gangguan irama jantung).
Kontra indikasi: Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan
jantung, febris, ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan
kesadaran.
3) Trihexy phenidyl (THP)
Indikasi: Segala jenis penyakit parkinson,termasuk paska ensepalitis
dan idiopatik, sindrom parkinson akibat obat misalnya reserpin dan
fenotiazine.
14
Mekanisme kerja: Obat anti psikosis dalam memblokade dopamin
pada reseptor p aska sinaptik nauron diotak khususnya sistem
limbik dan sistem ekstra piramidal.
Efek samping: Sedasi dan inhibisi psikomotor Gangguan otonomik
(hypertensi, anti kolinergik/ parasimpatik, mulut kering,
kesulitanmiksi dan defikasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan
intra oluker meninggi, gangguan irama jantung).
Kontra indikasi:Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan
jantung, fibris, ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan
kesadaran.
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi, ECT,
Psikomotor, therapy okopasional, TAK , dan rehabilitas.
b. Terapi Individu
Terapi individu pada pasien dengan masalah isolasi sosial dapat
diberikan strategi pertemuan (SP) yang terdiri dari tiga SP dengan
masing-masing strategi pertemuan yang berbeda-beda. Pada SP satu,
perawat mengidentifikasi penyebab isolasi social, berdiskusi dengan
pasien mengenai keuntungan dan kerugian apabila berinteraksi dan
tidak berinteraksi dengan orang lain, mengajarkan cara berkenalan, dan
memasukkan kegiatan latihan berbiincang-bincang dengan orang lain ke
dalam kegiatan harian. Pada SP dua, perawat mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien, memberi kesempatan pada pasien
mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang, dan membantu
pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain
sebagai salah satu kegiatan harian. Pada SP tiga, perawat mengevaluasi
jadwal kegiatan harian pasien, memberi kesempatan untuk berkenalan
dengan dua orang atau lebih dan menganjurkan pasien memasukkan ke
dalam jadwal kegiatan hariannya (Purba, dkk. 2008)
c. Terapi kelompok
Menurut Purba, dkk (2008), aktivitas pasien yang mengalami
ketidakmampuan bersosialisasi secara garis besar dapat dibedakan
menjadi tiga yaitu:
15
1) Activity Daily Living (ADL)
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan sehari-hari yang meliputi:
16
b) Kontak sosial terhadap petugas, yaitu tingkah laku pasien
untuk melakukan hubungan sosial dengan petugas seperti tegur
sapa, menjawab pertanyaan waktu ditanya, bertanya jika ada
kesulitan dan sebagainya.
c) Kontak mata waktu berbicara, yaitu sikap pasien sewaktu
berbicara dengan orang lain seperti memperhatikan dan saling
menatap sebagai tanda adanya kesungguhan dalam
berkomunikasi.
d) Bergaul, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan
kemampuan bergaul dengan orang lain secara kelompok (lebih
dari dua orang).
e) Mematuhi tata tertib, yaitu tingkah laku yang berhubungan
dengan ketertiban yang harus dipatuhi dalam perawatan rumah
sakit.
f) Sopan santun, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan
tata krama atau sopan santun terhadap kawannya dan petugas
maupun orang lain.
g) Menjaga kebersihan lingkungan, yaitu tingkah laku pasien yang
bersifat mengendalikan diri untuk tidak mengotori
lingkungannya, seperti tidak meludah sembarangan, tidak
membuang puntung rokok sembarangan dan sebagainya.
1. Pengkajian
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa factor
presipitasi, penilaian stressor , suberkoping yang dimiliki klien. Setiap
melakukan pengajian ,tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat isi
pengkajian meliputi :
a. Identitas klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
pekerjaan, pendidikan, tangggal MRS, informan, tangggal pengkajian,
No Rumah klien dan alamat klien.
b. Keluhan utama
17
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain)
komunikasi kurang atau tidak ada, berdiam diri dikamar, menolak
interaksi dengan orang lain, tidak melakukan kegiatan sehari — hari,
dependen.
c. Factor predisposisi
Kehilangan, perpisahan, penolakan orang tua, harapan orang tua yang
tidak realistis, kegagalan / frustasi berulang, tekanan dari kelompok
sebaya; perubahan struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba tiba
misalnya harus dioperasi, kecelakaan dicerai suami, putus sekolah,
PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi (korban perkosaan,
tituduh kkn, dipenjara tiba — tiba) perlakuan orang lain yang tidak
menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri yang
berlangsung lama.
b. Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan, TB, BB) dan
keluhan fisik yang dialami oleh klien.
c. Aspek Psikososial
1) Genogram yang menggambarkan tiga generasi
2) Konsep diri
a) Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau
yang akan terjadi. Menolak penjelasan perubahan tubuh,
persepsi negatif tentang tubuh. Preokupasi dengan bagian tubuh
yang hilang, mengungkapkan keputusasaan, mengungkapkan
ketakutan.
b) Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri, sukar menetapkan keinginan
dan tidak mampu mengambil keputusan.
c) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit,
proses menua, putus sekolah, PHK.
d) Ideal diri
Mengungkapkan keputusasaan karena penyakitnya :
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.
e) Harga diri
18
Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri
sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat,
mencederai diri, dan kurang percaya diri.
3) Hubungan social
Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat, hambatan dalam
berhubungan dengan orang lain.
4) Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan beribadah.
d. Status mental
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak
mata, kurang dapat memulai pembicaraan, klien suka menyendiri dan
kurang mampu berhubungan dengan orang lain, adanya perasaan
keputusasaan dan kurang berharga dalam hidup.
e. Kebutuhan persiapan pulang
1) Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
2) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan
WC, membersikan dan merapikan pakaian.
3) Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi
4) Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas
didalam dan diluar rumah
5) Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.
f. Mekanisme koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan
nya pada orang orang lain (lebih sering menggunakan koping menarik
diri).
g. Aspek medik
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT,
Psikomotor, therapy okopasional, TAK , dan rehabilitas.
19
6. Intoleransi aktivitas
3. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial
20
4. Intervensi dan Implementasi
RENCANA TINDAKAN
DIAGNOSA
N
Isolasi Sosial Setelah dilakukan asuhan SP 1
keperawatan selama 1 x 20
1. Identifikasi penyebab
menit diharapkan pasien dapat a. Siapa yang satu rumah dengan
berinteraksi dengan orang lain pasien
baik secara individu maupun b. Siapa yang dekat dengan pasien
c. Siapa yang tidak dekat dengan
secara berkelompok dengan
pasien
kriteria hasil : 2. Tanyakan keuntungan dan kerugian
berinteraksi dengan orang lain
1. Klien dapat membina
a. Tanyakan pendapat pasien
hubungan saling percaya.
tentang kebiasaan berinteraksi
2. Dapat menyebutkan
dengan orang lain
penyebab isolasi sosial.
b. Tanyakan apa yang menyebabkan
3. Dapat menyebutkan
pasien tidak ingin berinteraksi
keuntungan dan kerugian
dengan orang lain
berhubungan dengan orang
c. Diskusikan keuntungan bila
lain.
pasien memiliki banyak teman
4. Dapat berkenalan dan
dan bergaul akrab dengan mereka
bercakap-cakap dengan
d. Diskusikan kerugian bila pasien
orang lain secara bertahap.
hanya mengurung diri dan tidak
bergaul dengan orang lain
e. Jelaskan pengaruh isolasi sosial
terhadap kesehatan fisik pasien
3. Latih berkenalan
a. Jelaskan kepada klien cara
berinteraksi dengan orang lain
b. Berikan contoh cara berinteraksi
21
dengan orang lain
c. Berikan kesempatan pasien
memperaktikkan cara
berinteraksi dengan orang lain
yang dilakukan dihadapan
perawat
d. Mulailah bantu pasien
berinteraksi dengan satu orang
teman/anggota keluarga
e. Bila pasien sudah menunjukkan
kemajuan, tingkatkan jumlah
interaksi dengan 2, 3, 4 orang
dan seterusnya
f. Beri pujian untuk setiap
kemajuan interaksi yang telah
dilakukan oleh pasien
g. Siap mendengarkan ekspresi
perasaan pasien setelah
berinteraksi dengan orang lain,
mungkin pasien akan
mengungkapkan keberhasilan
atau kegagalannya, beri dorongan
terus menerus agar pasien tetapa
semangat meningkatkan
interaksinya.
4. Masukkan jadwal kegiatan pasien
SP 2
22
SP 3
23
A. Aplikasi Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial
I. PENGKAJIAN
2. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. B
Umur : 40 Tahun
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Status : Cerai
No. RM : 2093xx
3. ALASAN MASUK
Data Primer : pasien mengatakan masuk RSJ karena pernah
bertengkar dengan istri karena Tn.B tidak bekerja dan hanya istri saya
24
saja yang menafkahi keluarga, dan Tn.B merasa tidak berguna
dikeluarganya.
Data Sekunder : Pasien diam saja, lemas dan gelisah, duduk di pojok
kamar, sulit tidur, dan pasien terlihat mondar-mandir.
4. FAKTOR PRESIPITASI
Baru pertama kali masuk RSJ klien selalu diam dan menyendiri sejak
enam bulan terakhir setelah bertengkar dengan istrinya sehingga
memutuskan untuk berpisah. Jika diajak berkomunikasi klien tidak
mau menjawab dan enggan untuk berinteraksi.
5. FAKTOR PREDISPOSIS
Riwayat Penyakit Masa Lalu
a. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
Jika, Ya, jelaskan:
b. Pengobatan sebelumnya
Jelaskan:
25
Masalah Keperawatan: Penatalaksanaan regiment terapeutik
inefektif
Riwayat Trauma
3 Penolakan - - - -
4 Kekerasan dalam keluarga - - - -
5 Tindakan criminal - - - -
Jelaskan:
Tahun 2018 klien aneh, sakit kepala, minder, melempar gelas, jika
keinginan tidak dituruti akan menantang.
Jelaskan:
26
Klien bercerai dengan istrinya dan jika tidak punya uang klien marah-
marah
Kalau ada :
Hubungan keluarga:
Gejala :
Riwayat pengobatan:
6. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum:
Rambut terlihat kotor, kontak mata kurang, telinganya kotor,
wajahnya berjerawat, bibirnya pucat, kuku tangannya sangat kotor
dan panjang, kakinya juga sangat kotor.
b. Tanda vital
TD: 110/60 MmHg
Nadi: 84 x/menit
Suhu: 360 C
RR: 22 X/menit
27
c. Ukur
Berat badan: 47 kg
d. Keluhan fisik
Jelaskan:
Kulit : bersih
Ekstremitas atas : 5
Ekstremitas bawah : 5
28
Nenek dan kakek klien sudah meninggal. Ayah klien dua bersaudara.
Klien masih memiliki orang tua yang masih sehat. Klien memiliki
saudara berjumlah delapan orang. Anak pertama laki-laki, kedua laki-
laki, ketiga perempuan, keempat laki-laki, kelima perempuan, keenam
perempuan, ketujuh klien, dan yang terakhir perempuan. Klien
bercerai dengan istrinya dan memiliki satu anak perempuan.
Jelaskan :
Pola asuh : klien sejak kecil dibesarkan oleh ayah dan ibunya
2. Konsep diri
29
a. Citra tubuh : Klien mengatakan bagian tubuh yang paling disukai
hidung karena bisa bernafas dan bagian tubuh yang paling tidak
disukai adalah rambut karena akan beruban
b. Identitas : Klien berjenis kelamin laki-laki, berumur 34 tahun.
Klien seorang duda sudah bercerai dengan istrinya. Saat ditanya
dia tidak ingin menikah lagi karena klien ingin di rumah dulu.
c. Peran : Saat sebelum di RSJ Bangli, klien berperan sebagai ayah,
sedangkan di RSJ klien sebagai pasien.
d. Ideal diri : Klien mengatakan bercita-cita menjadi seorang arsitek
dan ingin segera pulang bertemu ibunya karena kangen
e. Harga diri : Sejak klien sakit, klien merasa bosan
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti/terdekat :
Klien mengatakan kalau di rumah dekat dengan ibunya.
Sedangkan di RSJ klien mengatakan tidak dekat dengan siapa-
siapa.
4. Spiritual
30
a. Nilai dan keyakinan :
Pasien sholat lima waktu dalam sehari, klien berdoa sebelum
makan, klien sholat di waktu dhuhur.
b. Kegiatan ibadah :
Pasien mengatakan sholat lima waktu dalam sehari. Tetapi
terkadang tidak sholat
8. STATUS MENTAL
a. Penampilan : Pengunaan pakaian rapi
Jelaskan:
Jelaskan :
31
langsung diam dan tatapan matanya curiga terhadap teman-teman
perawat.
3. Pembicaraan
Lambat.
4. Aktivitas Motorik
Lesu
Gelisah
5. Kesadaran
a. Kuantitatif
Somnolensia
32
b. Kualitatif
Diri sendiri
Jelaskan: Klien tidak mampu membina hubungan dengan orang
lain maupun membina hubungan dengan temanya.
6. Orientasi
Waktu
Tempat
Orang
Jelaskan:
7. Perasaan
a. Emosi
Sedih
b. Afek
Datar
33
Jelaskan:
8. Persepsi-Sensori
Jelaskan:
9. Proses Pikir
a. Arus Pikir
Blocking
b. Isi Pikir
Pikiran isolasi social.
c. Bentuk pikir
Rasional
Jelaskan:
Klien saat di tanya, jumlah pengurangan bisa menghitung dengan
benar. Contoh: 100-70 =93-7=86-7=79-7 lagi sampai seterusnya.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
10. Memori
34
Gangguan daya ingat jangka panjang (< 1 bulan)
Jelaskan :
Bantuan total
35
Jelaskan:
b. BAB/BAK
Bantuan minimal
Bantuan total
c. Mandi
Bantuan minimal
Bantuan total
d. Berpakaian/berhias
Bantuan minimal
Bantuan total
Jelaskan: klien memakai baju dengan rapi setiap hari ganti pakaian 1
hari sekali menurut kriteria klien pakaian yang rapi itu tidak terbalik
warna hijau
36
Jelaskan: klien mulai tidur siang jam 12.00 dan klien tidur malam jam
20.00 sehabis sholat isya.
f. Penggunaan obat
Bantuan minimal
Bantuan total
g. Pemeliharaan kesehatan
Pemeliharaan kesehatan
Perawatan lanjut
Sistem pendukung
37
10. MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum alkohol
Mampu menyelesaikan Reaksi lambat/berlebihan
Bekerja berlebihan
masalah
Menghindar
Teknik relaksasi
Menciderai diri
Aktifitas konstruktif
Lain-lain..........................
Olahraga
Lain-lain.......................
38
Apakan klien mempuyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan
yang kurang tentang suatu hal?
a. Penyakit/gangguan jiwa
b. Sistem pendukung
c. Faktor prespitasi
d. Mekanisme koping
e. Penyakit fisik
f. Obat-obatan
g. Lain-lainnya, jelaskan
2) Klien tidak mengetahui jika klien mengalami ganguan jiwa
3) Klien tidak mau bersosialisasi dengan orang lain
Masalah keperawatan: Isolasi sosial
a. Risperidone 2 mg 1x1
b. Mersibion 5000 mg 1x1
c. Merlopam 2 mg 1x1
d. Metokloframin 3x1
e. Ranitidin 2x1
I. ANALISA DATA
39
mata pasien tampak kurang
III. PATHWAY
40
Isolasi Sosial
IV. DIAGNOSA
Isolasi Sosial
41
V. Intervensi Keperawatan
Kamis , 15 Isolasi TUM : Setelah diberikan tindakan Bina hubungan saling percaya dengan Hubungan saling percaya
maret sosial Pasien dapat keperawatan selama 1 x 10 mengungkapkan prinsip komunikasi merupakan dasar untuk
2018 berhubungan menit diharapkan pasien dapat therapeutic : kelancaran hubungan
dengan orang membina hubungan saling interaksi selanjutnya.
09.00 wita 1. Sapa pasien dengan ramah dan baik
lain secara percaya dengan kriteria hasil :
1. Mau berjabat tangan, mau secara verbal dan non verbal.
optimal. 2. Perkenalkan diri dengan sopan.
menyebut nama, mau 3. Tanyakan nama lengkap pasien dan
menjawab salam nama panggilan yang disukai pasien.
2.Ekspresi wajah bersahabat 4. Jelaskan tujuan pertemuan.
TUK 1 : 3.Menunjukan rasa senang 5. Jujur dan menepati janji.
Pasien dapat 4.Ada kontak mata 6. Tunjukkan sikap empati dan
5.Mau duduk berdampingan
membina menerima pasien apa adanya.
dengan perawat 7. Beri perhatian pada pasien dan
hubungan saling
6. Mau mengutarakan
percaya perhatikan kebutuhan dasar pasien
masalah yang dihadapi.
42
kamis, 15 Isolasi TUK 2 Setelah diberikan tindakan Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial Untuk mengetahui sejauh
Pasien dapat
Maret Sosial keperawatan selama 1 x 10 mana pasien dapat
mengidentifikasi 1. Kaji pengetahuan klien tentang
2018 menit diharapkan pasien mengidentifikasi
penyebab isolasi perilaku menarik diri dan tanda-
menyadari penyebab isolasi penyebab dari isolasi
09.10 wita sosial tandanya
social yang dialami dengan 2. Beri kesempatan kepada klien untuk social yang dirasakan.
kriteria hasil : mengungkapkan perasaan penyebab
1. Mampu menyebutkan
menarik diri atau mau bergaul
penyebab dari interaksi 3. Diskusikan bersama klien tentang
sosial perilaku menarik diri, tanda-tanda
serta penyebab yang muncul
4. Berikan pujian terhadap
kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya
43
Kamis, 15 Isolasi TUK 3 : Setelah diberikan tindakan 1. Identifikasi bersama klien cara Membangun hubungan
Pasien dapat
maret Sosial keperawatan selama 1 x 10 tindakan yang dilakukan jika terjadi sosial pasien
mengetahui
2018 menit diharapkan pasien dapat halusinasi ( tidur, marah,
keuntungan
mengetahui keuntungan menyibukkan diri dll)
09.20 berinteraksi 2. Kaji pengetahuan klien tentang
berinteraksi dengan orang lain
dengan orang manfaat dan keuntungan
dan kerugian tidak
lain dan berhubungan dengan orang lain
berinteraksi dengan orang lain
a. Beri kesempatan kepada klien untuk
kerugian tidak dengan kriteria hasil:
1. Dapat menyebutkan mengungkapkan perasaan tentang
berinteraksi
keuntungan berhubungan keuntungan berhubungan dengan
dengan orang
dengan orang lain. prang lain.
lain
2. Dapat menyebutkan b. Diskusikan bersama klien tentang
kerugian tidak manfaat berhubungan dengan orang
berhubungan dengan lain
c. Beri reinforcement positif terhadap
orang lain
kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan
berhubungan dengan orang lain
3. Kaji pengetahuan klien tentang
kerugian bila tidak berhubungan
44
dengan orang lain
a. Beri kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan perasaan dengan
orang lain
b. Diskusikan bersama klien tentang
kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain
c. Beri reinforcement positif terhadap
kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain
Kamis, 15 Isolasi TUK 4 Setelah diberikan tindakan Lakukan interaksi dengan orang lain Agar klien dapat
Pasien dapat
maret Sosial keperawatan selama 1 x 10 secara bertahap melaksanakan hubungan
melakukan
2018 menit diharapkan pasien dapat social
interaksi social 1. Kaji kemampuan klien membina
berinteraksi dengan orang lain
10.00 wita dengan orang dengan kriteria hasil: hubungan dengan orang lain
1. Pasien dapat berinteraksi 2. Dorong dan bantu kien untuk
lain secara
dengan orang lain tanpa berhubungan dengan orang lain
bertahap 3. Beri reinforcement positif terhadap
canggung
keberhasilan yang telah dicapai.
4. Bantu klien untuk mengevaluasi
45
manfaat berhubungan
5. Diskusikan jadwal harian yang
dilakukan bersama klien dalam
mengisi waktu
6. Motivasi klien untuk mengikuti
kegiatan ruangan
7. Beri reinforcement positif atas
kegiatan klien dalam kegiatan
ruangan
8. Klien dapat mengungkapkan
perasaannya setelah berhubungan
dengan orang lain
a. Dorong klien untuk
mengungkapkan perasaannya bila
berhubungan dengan orang lain
b. Diskusikan dengan klien tentang
perasaan masnfaat berhubungan
dengan orang lain.
c. Beri reinforcement positif atas
kemampuan klien mengungkapkan
46
perasaan manfaat berhubungan
engan orang lain
VI. IMPLEMENTASI
HARI/TGL/ DIAGNOSA IMPLEMENTASI RESPON PARAF
47
JAM
Pukul 09.00
“Perkenalkan nama saya Mirawati. “Nama saya Andiansyah, saya
WITA
Saya senang dipanggil Mira. Saya senang dipanggil Andi”
perawat yang bertugas pada hari ini
mulai pukul 07.30-13.30. Nama bapak
siapa? senang dipanggil apa?”
48
Bapak? Apakah Bapak bersedia”
Pukul 09.10
“Untuk waktu saya membutuhkan
WITA
kurang lebih 20 menit, bagaimana Pak?” “Baiklah Sus”
“Baik sus.”
49
bapak?
“Apa yang membuat bapak jarang “Iya saya merasa sendirian, saya
bercakap-cakap dengannya?” kenal dengan beberapa orang
pasien disini tetapi saya enggan
berinteraksi dengan mereka”
“Apa yang bapak rasakan selama
“Saya hanya melakukan kegiatan
dirawat disini?”
bermain pingpong dengan teman
saya”
50
“Banyak teman ngobrol”
“Merasa kesepian”
“Apa saja kegiatan yang biasa Bapak
lakukan dengan teman yang bapak
“Iya ada sus, ada yang saja ajak
kenal?”
untuk bermain pingpong saat
sedang bosan”
Pasien: “Iya Sus saya mau”
“Apa yang menghambat bapak dalam Pasien: “Iya sus saya mau.”
berteman atau bercakap-cakap dengan
“Baik Sus”
pasien yang lain?”
51
cakap. Apa lagi?“ hobi main pingpong .”
“Baik Sus”
X : “Selamat pagi, perkenalkan
“Nah, apa kerugiannya kalau Bapak
nama saya Andiansyah, senang
tidak memiliki teman?“
dipanggil Andi. Asal saya dari
kota Bangli, hobi main pingpong.
Nama kamu siapa?”
“Menurut bapak adakah keuntungan
Y : “Iya selamat pagi, nama saya
fisik yang bapak dapatkan jika memiliki
Ainun Susanti, saya senang
teman misalnya menjadi ada yang diajak
Pukul 09.20
dipanggil Ainun. Asal saya dari
untuk berolahraga bareng
Negara, hobi saya menari joged
bumbung.”
X : “Wah bagus, saya malah tidak
“Jadi, apakah Bapak mau belajar
bisa menari lho.”
berkenalan dengan orang lain?”
Y : “Mau saya ajarkan?”
X : “Wah saya malu untuk belajar
nari. Sebelumnya saya tinggal
“Begini pak, untuk berkenalan dengan
52
orang lain kita sebutkan dulu nama kita, sebentar ya.”
nama panggilan yang kita suka, asal Y : “Oh baiklah.”
kita, dan hobi kita. Contohnya : Nama
“Iya Sus, tapi saya masih
saya Andiansyah, senang dipanggil
bingung mau menanyakan apalagi
Andi Asal saya dari kota bangli, hobi
agar tidak canggung karena ini
main pingpong .”
kali pertama saya berkenalan
“Ayo Bapak dicoba! Misalnya saya dengan orang lain.”
belum kenal dengan bapak. Coba
berkenalan dengan saya!“
53
“Baik Sus saya mau.”
“Iya Sus”
”Tidak sus”
” Iya Sus”
54
“Iya bagus sekali Bapak sudah dapat
mempraktekkan cara berkenalan dengan
baik.”
55
“Bagaimana perasaan bapak setelah
kita latihan berkenalan?”
56
sehingga bapak lebih lancar untuk
berkenalan dengan orang lain.
Bagaimana kalau bapak mencoba
berkenalan dengan teman- teman bapak
yang ada lingkungan ini?”
57
VII. EVALUASI
58
terlihat pasien berjabat dengan perawat dan
ada kontak mata antara perawat dan pasien
A : TUK 1 tercapai
P : Lanjutkan tindakan keperawatan untuk
mencapai TUK 2
Sabtu 17 maret Isolasi Sosial TUK 2
2018 pukul 09.20
S : Pasien mampu menyebutkan bahwa penyebab
WITA
isolasi sosialnya karena ia merasa malu untuk
memulai pembicaraan dengan orang lain
O : Pasien tampak kooperatif dengan perawat saat
menyebutkan penyebab isolasi sosialnya.
A : TUK 2 tercapai
P : Lanjutkan tindakan keperawatan untuk
mencapai TUK 3
Sabtu 17 maret Isolasi Sosial TUK 3
2018 pukul 09.20
S : Pasien mengatakan bahwa keuntungan jika
WITA
memiliki teman ia bisa berbagi cerita
masalah yang saya rasakan, dan banyak
memiliki teman ngobrol jika memiliki
59
teman, dan kerugiannya ia merasa
kesepian.
A : TUK 3 tercapai
60
dengan baik tanpa di dampingi perawat,
pasien tampak tenang.
A : TUK 4 tercapai
61
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan
mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya
dengan cara menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan.
2. Etiologi isolasi social meliputi:
a. Faktor predisposisi
b. Faktor prisipitasi
3. Salah satu gangguan hubungan sosial diantaranya perilaku menarik
diri atau isolasi sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga,
yang bisa dialami klien dengan latar belakang yang penuh dengan
permasalahan, ketegangan, kekecewaan dan kecemasan.
4. Manifestasi Perilaku
a. Tanda dan gejala
b. Mekanisme koping
c. Sumber koping
5. Rentang respon dari isolasi sosial sebagi berikut:
a. Respon adaptif
b. Respon maladaptif
6. Penatalaksanaan
a. Terapi Psikofarmaka
b. Terapi Individu
c. Terapi kelompok
B. Saran
Dengan ditulisnya makalah ini nantinya dapat dimanfaatkan secara
optimal terkait dengan pengembangan mata kuliah Keperawatan Jiwa.
Dan penulis menyarankan materi-materi yang ada dalam tulisan ini
dikembangkan lebih lanjut agar dapat nantinya menghasilkan tulisan-
tulisan sejarah yang bermutu. Demikianlah makalah ini penulis
persembahkan, semoga dapat bermanfaat.
62
DAFTAR PUSTAKA
63