Anda di halaman 1dari 63

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan jiwa adalah pelayanan kesehatan profesional yang
didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia
sepanjang siklus kehidupan dengan respons psiko-sosial yang maladaptif
yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial, dengan menggunakan
diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa melalui pendekatan proses
keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan
memulihkan masalah kesehatan jiwa individu, keluarga dan masyarakat
(Riyadi & Purwanto, 2009).

Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang


menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang
mencerminkan kedewasaan kepribadiannya (WHO dalam Kusumawati,
2010). Kriteria sehat jiwa meliputi sikap positif terhadap diri sendiri,
tumbuh kembang dan aktualisasi diri, integrasi (keseimbangan/keutuhan),
otonomi, persepsi realitas, kecakapan dalam beradaptasi dengan
lingkungan (Depkes, 2000 dalam Kusumawati, 2010).

Seseorang harus memiliki hubungan interpersonal yang sehat,


mengalami kedekatan dengan orang lain sambil menjaga identitas mereka
sendiri secara terpisah untuk menemukan kepuasan dalam hidup.
Kedekatan atau keintiman ini termasuk kepekaan terhadap kebutuhan
orang lain, komunikasi terbuka terkait perasaan, penerimaan terhadap
orang lain sebagai individu yang dihargai dan terpisah serta pemahaman
empati. Seseorang yang mengalami kesulitan ekstrim dalam berhubungan
intim dengan orang lain mungkin memiliki perilaku yang merupakan ciri
khas dari gangguan kepribadian. Gangguan kepribadian adalah
seperangkat pola atau sifat yang menghambat kemampuan seseorang

1
untuk mempertahankan hubungan yang bermakna, perasaan puas dan
menikmati hidup. Salah satu dari gangguan kepribadian yaitu isolasi
sosial (menarik diri).

Isolasi social atau menarik diri adalah suatu keadaan pasien yang
mengalami ketidakmampuan untuk mengadakan hubungan dengan orang
lain atau dengan lingkungan di sekitarnya secara wajar. Pada pasien
dengan perilaku menarik diri sering melakukan kegiatan yang ditujukan
untuk mencapai pemuasan diri, dimana pasien melakukan usaha untuk
melindungi diri sehingga ia menjadi pasif dan berkepribadian kaku, pasien
menarik diri juga melakukan pembatasan (isolasi diri), termasuk juga
kehidupan emosionalnya, semakin sering pasien menarik diri, semakin
banyak kesulitan yang dialami dalam mengembangkan hubungan sosial
dan emosional dengan orang lain.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar keperawatan jiwa dengan Isolasi Sosial ?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan jiwa dengan Isolasi Sosial ?
3. Bagaimana pengaplikasian asuhan keperawatan jiwa dengan Isolasi
Sosial ?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk menambah
pengetahuan dan wawasan mengenai asuhan keperawatan jiwa
dengan Isolasi sosial.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penulisan dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui tentang konsep dasar keperawatan jiwa
dengan isolasi sosial.
b. Untuk mengetahui tentang konsep asuhan keperawatan jiwa
dengan isolasi sosial.
c. Untuk mengetahui tentang pengaplikasian asuhan keperawatan
jiwa dengan isolasi sosial.

2
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu
Keperawatan Jiwa, khususnya materi asuhan keperawatan jiwa
dengan isolasi sosial.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa Jurusan Keperawatan
dalam asuhan keperawatan jiwa dengan isolasi sosial.
b. Memberikan pemahaman bagi mahasiswa lainnya mengenai
konsep dasar keperawatan jiwa dengan isolasi sosial, konsep
asuhan keperawatan jiwa dengan isolasi sosial, dan
pengaplikasian asuhan keperawatan jiwa dengan isolasi sosial.
c. Memberikan pemahaman bagi penulis mengenai konsep dasar
keperawatan jiwa dengan isolasi sosial, konsep asuhan
keperawatan jiwa dengan isolasi sosial, dan pengaplikasian
asuhan keperawatan jiwa dengan isolasi sosial..

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa dengan Isolasi Sosial

1. Pengertian Isolasi Sosial


Menurut Depkes RI (2000), kerusakan interaksi sosial merupakan
suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang
tidak fleksibel menmbulkan prilaku maladaptive dan menganggu fungsi
seseorang dalam hubungan sosial.
Menurut Balitbang (2007), merupakan upaya menghindari suatu
hubungan komunikasi dengan orang lain karena merasa kehilangan
hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa,
pikiran dan kegagalan. Klien mengalami kesulitan dalam berhubungan
secara spontan dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan mengisolasi
diri, tidak ada perhatian, dan tidak sanggup berbagi pengalaman.
Menurut Stuart dan Sundeen (1998), kerusakan interaksi sosial adalah
satu gangguan kepribadian yang tidak fleksibel, tingkah maladaptive, dan
mengganggu fungsi individu dalam hubungan sosialnya.
Menurut Towsend (1998), kerusakan interaksi sosial adalah suatu
keadaan dimana seseorang berpartisipasi dalam pertukaran sosial dengan
kuantitas dan kualitas yang tidak efektif. Klien yang mengalami kerusakan
interaksi sosial mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain
salah satunya mengarah pada menarik diri.
Menurut Rawlins, 1993 dikutip keliat (2001), menarik diri merupakan
percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, mengindari
hubungan dengan orang lain.
2. Etiologi
Menurut Herman, Ade (2011) terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh
faktor predisposisi diantaranya perkembangan dan sosial budaya.
Kegagalan dapat mengakibatkan individu tidak percaya pada diri, tidak
percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap
orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan.

4
Keadaan ini dapat menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan
orang lain, lebih suka berdiam diri, menghindar dari orang lain, dan
kegiatan sehari-hari terabaikan.

Menurut Dalami, Ermawati dkk (2014) etiologi isolasi social meliputi:

a. Faktor predisposisi
1) Faktor perkembangan
Pada dasarnya kemampuan seseorang untuk berhubungan sosial
berkembang sesuai dengan proses tumbuh kembang mulai dari usai
bayi sampai dewasa lanjut untuk dapat mengembangkan hubungan
sosial yang positif, diharapkan setiap tahapan perkembangan dapat
dilalui dengan sukses. Sistem keluarga yang terganggu dapat
menunjang perkembangan respon sosial maladaptif.
Pada dasarnya kemampuan hubungan sosial berkembang sesuai
dengan proses tumbuh kembang individu mulai dari bayi sampai
dengan dewasa lanjut. Untuk mengembangkan hubungan sosial
yang positif, setiap tugas perkembangan setiap daur kehidupan
diharapkan dilalui dengan sukses. Kemampuan berperan serta dalam
proses hubungan diawali dengan kemampuan tergantung pada masa
bayi dan berkembang pada masa dewasa dengan kemampuan saling
tergantung (tergantung dan mandiri), mengenai tahap
perkembangan tersebut akan diuraikan secara rinci setiap tahap
perkembangan.
a) Masa bayi
Bayi sangat tergantung pada orang lain dalam pemenuhan
kebutuhan biologis dan psikologisnya. Bayi umumnya
menggunakan komunikasi yang sangat sederhana dalam
meyampaikan akan kebutuhannya. Respon lingkungan (ibu dan
pengasuh) terhadap kebutuhan bayi harus sesuai agar
berkembang rasa percaya diri bayi terhadap orang lain.
Kegagalan pemenuhan kebutuhan bayi melalui ketergantungan
pada orang lain akan mengakibatkan rasa tidak percaya pada
diri sendiri dan orang lain, serta menarik diri
b) Masa prasekolah

5
Anak prasekolah mulai memperluas hubungan sosialnya di luar
lingkungan keluarga khususnya ibu atau pengasuh. Anak
menggunakan kemampuan berhubungan yang telah diiliki untuk
berhubungan dengan lingkungan diluar keluarga. Dalam hal ini
anak membutuhkan dukungan dan bantuan dari keluarga
khususnya pemberian pengakuan yang positif terhadap perilaku
anak yang adaptif. Hal ini merupakan dasar rasa otonomi yang
berguna untuk mengembangkan kemampuan hubungan
interdependen.
Kegagalan anak dalam berhubungan dengan lingkungan disertai
respon keluarga yang negative akan mengakibatkan anak
menjadi tidak mampu mengontrol diri, tidak mandiri
(tergantung), ragu, menarik diri dari lingkungan, kurang percaya
diri, pesimis, takut perilakunya salah.
c) Masa Sekolah
Anak mulai mengenal hubungan yang luas khususnya
lingkungan sekolah. Pada usia ini anak mulai mengenal bekerja
sama, kompetisi, serta kompromi. Koflik sering terjadi dengan
orang tua karena pembatasan dan dukungan yang tidak
konsisten. Teman dengan orang dewasa diluar keluarga (guru,
oramg tua, teman) merupakan sumber pendukung yang penting
bagi anak.
Kegagalan dalam membina hubungandengan teman disekolah,
kurangnya dukungan guru dan pembatasan serta dukungan yang
tidak konsisten dari orang tua mengakibatkan anak frustasi
terhadap kemampuannya, putus asa, merasa tidak mampu dan
menarik diri dari lingkungan.
d) Masa Remaja
Pada usia ini anak mengembangkan hubungan intim dengan
teman sebaya dan sejenis dan umumnya memiliki sahabat karib.
Hubungan dengan teman sangat tergantung, sedangkan
hubungan dengan orang tuaa mulai independent. Kegagalan
membina hubungan dengan teman dan kurangnya dukungan
orang tua, akan mengakibatkan keraguan akan identitas,

6
ketidakmampuan mengidentifikasi karir dan rasa percaya diri
kurang.
e) Masa Dewasa Muda
Pada masa ini individu mempertahankan hubungan
interdependent dengan orang tua dan teman sebaya. Individu
belajar mengambil keputusan dengan memperhatikan saran dan
pendapat orang lain seperti memilih pekerjaan, memilih karir,
melangsungkan pernikahan.

Kegagalan individu dalam melanjutkan sekolah, pekerjaan,


perkawinan akan mengakibatkan individu menghindari
hubungan intim, menjauhi orang lain, putus asa akan karir.

f) Masa Dewasa Tengah


Individu pada masa dewasa tengah umumnya tengah umumnya
telah pisah tempat tinggal dengan orang tua, khususnya individu
yang telah menikah. Jika ia telah menikah maka peran menjadi
orang tua dan mempunyai hubungan antar orang dewasa
merupakan situasi tempat menguji kemampuan hubungan
interdependent. Individu yang perkembangannya baik akan
dapat mengembangkan hubungan dan dukungan yang baru.
Kegagalan pisah tempat dengan orang tua, membina hubungan
yang baru, dan mendapat dukungan dari orang dewasa lain akan
mengakibatkan perhatian hanya tertuju pada diri sendiri,
produktifitas dan kreatifitas berkurang, perhatian pada orang
lain berkurang.

g) Masa Dewasa Lanjut


Pada masa ini individu akan mengalami kehilangan, baik itu
kehilangan fungsi fisik, kegiatan, pekerjaan, teman hidup (teman
sebaya dan paasangan), anggota keluarga (kematian orang tua).
Individu tetap memerlukan hubungan yang memuaskan dengan
orang lain. Individu yang mengalami perkembangan yang baik
dapat menerima kehilangan yang terjadi dalam hidupnya dan

7
mengakui bahwa dukungan orang lain dapat membantu dalam
menghadapi kehilangannya.
Kegagalan individu untuk menerima kehilangan yang terjadi
pada kehidupan serta menolakbantuan yang disediakan untuk
membantu akan mengakibatkan perilaku menarik diri.
2) Faktor komunikasi dalam keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan factor pendukung
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini yang
termasuk masalah dalam berkomukasi sehingga menimbulkan
ketidakjelasan (double bind) yaitu suatu keadaan dimana seorang
anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam
waktu bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga
yang menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan di luar
keluarga.
3) Faktor sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan
berhubungan. Hal ini diakibatkan oleh norma yang tidak
mendukung pendekatan terhadap orang lain, tidak mempunyai
anggota masyarakat yang kurang produktif seperti lanjut usia, orang
cacat dan penderita penyakit kronis. Isolasi dapat terjadi karena
mengadopsi norma, perilaku, dan sistem nilai yang berbeda dari
yang dimiliki budaya mayoritas.
4) Faktor biologis
Factor biologis juga merupakan salah satu factor pendukung
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang
dapat memengaruhi terjadinya gangguan hubungan sosial adalah
otak, misalnya pada klien skizofrenia yang mengalami masalah
dalam hubungan sosial memiliki struktur yang abnormal pada otak
seperti atropi otak, serta perubahan ukurn dan bentuk sel-sel dalam
limbic dan daerah kortikal.
b. Faktor prisipitasi
1) Faktor eksternal, contohnya stress sosiokultural
Stess dapat ditimbulkan oleh karena menurunya stabilitas unit
keluarga dan berpisah dari orang yang berarti, misalnya karena
dirawat di rumah sakit.

8
2) Faktor internal contohnya stressor psikologis
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk
berpisah dengan orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk
memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat menimbulkan ansietas
tingkat tinggi.

3. Psikopatologis
Menurut Stuart and Sundeen (1998) dalam Dalami, Ermawati (2014) .
Salah satu gangguan hubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri atau
isolasi sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga, yang bisa
dialami klien dengan latar belakang yang penuh dengan permasalahan,
ketegangan, kekecewaan dan kecemasan.

Perasaan tidak berharga menyebabkan klien makin sulit dalam


mengembangkan hubungan dengan orang lain. Akibatnya klien menjadi
regresi atau mundur, mengalami penurunan dalam aktivitas dan kurangnya
perhatian terhadap penampilan dan kebersihan diri.

Klien semakin tenggelam dalam perjalanan dan tingkah laku masa lalu
serta tingkah laku primitif antara lain pembicaraan yang autistik dan tingkah
laku yang tidak sesuai dengan kenyantaan, sehingga berakibat lanjut
menjadi halusinasi.

4. Manifestasi Perilaku
a. Tanda dan gejala
1) Kurang spontan
2) Apatis ( acuh terhadap lingkungan )
3) Ekspresi wajah kurang berseri
4) Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
5) Tidak ada atau kurang komunikasi verbal
6) Mengisolasi diri
7) Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
8) Asupan makanan dan minuman terganggu
9) Retensi urine dan feses
10) Aktivitas menurun
11) Kurang energy (tenaga )
12) Rendah diri

9
13) Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus / janin ( khususnya pada
posisi tidur).
Perilaku ini biasanya disebabkan karena seseorang manila dirina
rendah, sehingga timbul perasaan malu untuk berinteraksi dengan
orang lain. Bila tidak dilakukan intervensi lebih lanjut, maka akan
menyebabkan perubahan persepsi sensori : halusinasi dan resiko
mencederai diri, orang lain, bahkan lingkungan. Perilaku yang
tertutup dengan orang lain juga bisa menyebabkan intoleransi
aktivitas yang akhirnya bisa berpengaruh terhadap ketidakmampuan
untuk melakukan perawatan secara mandiri. Seseorang yang
mempunyai harga diri rendah awalnya disebabkan oleh
ketidakmampuan untuk menyelesaikan masalah dalam hidupnya,
sehingga orang tersebut berperilaku tidak normal ( koping individu
tidak efektif ). Peranan keluarga cukup besar dalam mendorong
klien agar mampu menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, bila
sistem pendukungnya tidak baik ( koping keluargatidak efektif )
makan akan mendukung seseorang memiliki harga diri rendah.
b. Mekanisme koping
Individu yang mengalami respon sosial maladaptif menggunakan
berbagai mekanisme dalam upaya untuk mengatasi ansietas. Mekanisme
tersebut berkaitan dengan dua jenis masalah hubungan yang spesifik
(Gail, W Stuart, 2006 dalam Dalami, Ermawati, 2014).
Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian antisosial
antara lain proyeksi, splitting dan merendahkan orang lain, koping yang
behubungan dengan gangguan kepribadian ambang splitting, formasi
reaksi, proyeksi, isolasi, idealisasi orang lain, merendahkan orang lain
dan identifikasi proyeksi.
c. Sumber koping
Menurut Gail W Stuart (2006) dalam Dalami, Ermawati (2014),
sumber koping yang berhubungan dengan respon sosial maladaptif
meliputi keterlibatan dalam hubungan keluarga yang luasan teman,
hubungan dengan hewan peliharaan dan penggunaan kreatifitas untuk
mengekspresikan stress interpersonal misalnya kesenian, musik atau
tulisan.

10
5. Rentang Respon
Menurut Dalami, Ermawati (2014) adapun rentang respon dari isolasi
sosial sebagi berikut :

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Menyendiri Merasa sendiri Menarik diri

Otonomi Dependensi Ketergantungan

Bekerja sama Curiga Manipulasi

Interdependen Curiga

Keterangan rentang respon

a. Respon adaptif adalah respon yang diterima oleh norma sosial dan
kultural dimana individu tersebut menjelaskan masalah dalam batas
normal.
Adapun respon adaptif tersebut:

1) Menyendiri

11
Respon yang dibutuhkan untuk menentukan apa yang telah
dilakukan dilingkungan sosialnya dan merupakan suatu cara
mengawasi diri dan menentukan langkah berikutnya.
2) Otonomi
Suatu kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan
ide-ide pikiran.
3) Bekerja sama
Suatu keadaan dalam hubungan interpersonal dimana individu
tersebut mampu untuk memberi dan menerima.
4) Interdependen
Saling ketergantungan antara individu dengan orang lain dalam
hubungan interpersonal.
b. Respon maladaptif adalah respon yang dilakukan individu dalam
menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial dan
kebudayaan suatu tempat.

Karakteristik dari perilaku maladaptif tersebut adalah:

1) Menarik diri
Gangguan yang terjadi apabila seseorang memutuskan untuk tidak
berhubungan dengan orang lain untuk mencari ketenangan
sementara waktu.
2) Manipulasi
Adalah hubungan sosial yang terdapat pada individu yang
menganggap orang lain sebagai objek dan berorientasi pada diri
sendiri atau pada tujuan, bukan berorientasi pada orang lain.
Individu tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
3) Ketergantungan
Individu gagal mengembangkan rasa percaya diri dan kemampuan
yang dimiliki.
4) Impulsif
Ketidakmampuan merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari
pengalaman, tidak dapat diandalkan, mempunyai penilaian yang
buruk dan cenderung memaksakan kehendak.
5) Narkisisme
Harga diri yang rapuh, secara terus menerus berusaha mendapatkan
penghargaan dan pujian, memiliki sikap egosentris, pencemburu dan
marah jika orang lain tidak mendukung.

12
Pohon Masalah
Risti mencederai diri, orang lain, dan lingkungan

Defisit perawatan diri GPS: Halusinasi

Intoleransi aktivitas Isolasi Sosial

Harga diri rendah kronis

Koping individu tidak efektif Koping keluarga tidak efektif


Sumber: Fitria (2009) dalam Herman, Ade (2011)

6. Penatalaksanaan

a. Terapi Psikofarmaka
Terapi Psikofarmaka menurut Rasmun (2001)
1) Clorpromazine (CPZ)
Indikasi: Untuk syndrome psikosis yaitu berdaya berat dalam
kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai
norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi

13
-fungsi mental: waham, halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku
yang aneh atau, tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi
kehidupan sehari -hari, tidak mampu bekerja, hubungan sosial dan
melakukan kegiatan rutin.
Mekanisme kerja: Memblokade dopamine pada reseptor paska
sinap di otak khususnya sistem ekstra piramidal.
Efek samping: Sedasi, gangguan otonomik (hipotensi,
antikolinergik/ parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi,
dan defikasi, hidung tersumbat,mata kabur, tekanan intra okuler
meninggi, gangguan irama jantung), gangguan ekstra piramidal
(distonia akut, akatshia, sindromaparkinson/tremor, bradikinesia
rigiditas), gangguan endokrin, metabolik, hematologik, agranulosis,
biasanya untuk pemakaian jangka panjang.
Kontra indikasi: Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan
jantung, febris, ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan
kesadaran disebabkan CNS Depresan.
2) Haloperidol (HP)
Indikasi: Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam
fungsi netral serta dalam fungsi kehidupan sehari —hari.
Mekanisme kerja: Obat anti psikosis dalam memblokade dopamine
pada reseptor paska sinaptik neuron di otak khususnya sistem
limbik dan sistim ekstra piramidal.
Efek samping: Sedasi dan inhibisi psikomotor, gangguan otonomik
(hipotensi, antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan
miksi dan defikasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan
intraokuler meninggi, gangguan irama jantung).
Kontra indikasi: Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan
jantung, febris, ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan
kesadaran.
3) Trihexy phenidyl (THP)
Indikasi: Segala jenis penyakit parkinson,termasuk paska ensepalitis
dan idiopatik, sindrom parkinson akibat obat misalnya reserpin dan
fenotiazine.

14
Mekanisme kerja: Obat anti psikosis dalam memblokade dopamin
pada reseptor p aska sinaptik nauron diotak khususnya sistem
limbik dan sistem ekstra piramidal.
Efek samping: Sedasi dan inhibisi psikomotor Gangguan otonomik
(hypertensi, anti kolinergik/ parasimpatik, mulut kering,
kesulitanmiksi dan defikasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan
intra oluker meninggi, gangguan irama jantung).
Kontra indikasi:Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan
jantung, fibris, ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan
kesadaran.
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi, ECT,
Psikomotor, therapy okopasional, TAK , dan rehabilitas.

b. Terapi Individu
Terapi individu pada pasien dengan masalah isolasi sosial dapat
diberikan strategi pertemuan (SP) yang terdiri dari tiga SP dengan
masing-masing strategi pertemuan yang berbeda-beda. Pada SP satu,
perawat mengidentifikasi penyebab isolasi social, berdiskusi dengan
pasien mengenai keuntungan dan kerugian apabila berinteraksi dan
tidak berinteraksi dengan orang lain, mengajarkan cara berkenalan, dan
memasukkan kegiatan latihan berbiincang-bincang dengan orang lain ke
dalam kegiatan harian. Pada SP dua, perawat mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien, memberi kesempatan pada pasien
mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang, dan membantu
pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain
sebagai salah satu kegiatan harian. Pada SP tiga, perawat mengevaluasi
jadwal kegiatan harian pasien, memberi kesempatan untuk berkenalan
dengan dua orang atau lebih dan menganjurkan pasien memasukkan ke
dalam jadwal kegiatan hariannya (Purba, dkk. 2008)

c. Terapi kelompok
Menurut Purba, dkk (2008), aktivitas pasien yang mengalami
ketidakmampuan bersosialisasi secara garis besar dapat dibedakan
menjadi tiga yaitu:

15
1) Activity Daily Living (ADL)
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan sehari-hari yang meliputi:

a) Bangun tidur, yaitu semua tingkah laku/perbuatan pasien


sewaktu bangun tidur.
b) Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK), yaitu semua
bentuk tingkah laku/perbuatan yang berhubungan dengan BAB
dan BAK.
c) Waktu mandi, yaitu tingkah laku sewaktu akan mandi, dalam
kegiatan mandi dan sesudah mandi.
d) Ganti pakaian, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan
keperluan berganti pakaian.
e) Makan dan minum, yaitu tingkah laku yang dilakukan pada
waktu, sedang dan setelah makan dan minum.
f) Menjaga kebersihan diri, yaitu perbuatan yang berhubungan
dengan kebutuhan kebersihan diri, baik yang berhubungan
dengan kebersihan pakaian, badan, rambut, kuku dan lain-lain.
g) Menjaga keselamatan diri, yaitu sejauhmana pasien mengerti dan
dapat menjaga keselamatan dirinya sendiri, seperti, tidak
menggunakan/menaruh benda tajam sembarangan, tidak
merokok sambil tiduran, memanjat ditempat yang berbahaya
tanpa tujuan yang positif.
h) Pergi tidur, yaitu perbuatan yang mengiringi seorang pasien
untuk pergi tidur. Pada pasien gangguan jiwa tingkah laku pergi
tidur ini perlu diperhatikan karena sering merupakan gejala
primer yang muncul padagangguan jiwa. Dalam hal ini yang
dinilai bukan gejala insomnia (gangguan tidur) tetapi bagaimana
pasien mau mengawali tidurnya.
2) Tingkah laku sosial
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan kebutuhan sosial
pasien dalam kehidupan bermasyarakat yang meliputi:
a) Kontak sosial terhadap teman, yaitu tingkah laku pasien untuk
melakukan hubungan sosial dengan sesama pasien, misalnya
menegur kawannya, berbicara dengan kawannya dan
sebagainya.

16
b) Kontak sosial terhadap petugas, yaitu tingkah laku pasien
untuk melakukan hubungan sosial dengan petugas seperti tegur
sapa, menjawab pertanyaan waktu ditanya, bertanya jika ada
kesulitan dan sebagainya.
c) Kontak mata waktu berbicara, yaitu sikap pasien sewaktu
berbicara dengan orang lain seperti memperhatikan dan saling
menatap sebagai tanda adanya kesungguhan dalam
berkomunikasi.
d) Bergaul, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan
kemampuan bergaul dengan orang lain secara kelompok (lebih
dari dua orang).
e) Mematuhi tata tertib, yaitu tingkah laku yang berhubungan
dengan ketertiban yang harus dipatuhi dalam perawatan rumah
sakit.
f) Sopan santun, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan
tata krama atau sopan santun terhadap kawannya dan petugas
maupun orang lain.
g) Menjaga kebersihan lingkungan, yaitu tingkah laku pasien yang
bersifat mengendalikan diri untuk tidak mengotori
lingkungannya, seperti tidak meludah sembarangan, tidak
membuang puntung rokok sembarangan dan sebagainya.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Isolasi Sosial

1. Pengkajian
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa factor
presipitasi, penilaian stressor , suberkoping yang dimiliki klien. Setiap
melakukan pengajian ,tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat isi
pengkajian meliputi :

a. Identitas klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
pekerjaan, pendidikan, tangggal MRS, informan, tangggal pengkajian,
No Rumah klien dan alamat klien.
b. Keluhan utama

17
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain)
komunikasi kurang atau tidak ada, berdiam diri dikamar, menolak
interaksi dengan orang lain, tidak melakukan kegiatan sehari — hari,
dependen.
c. Factor predisposisi
Kehilangan, perpisahan, penolakan orang tua, harapan orang tua yang
tidak realistis, kegagalan / frustasi berulang, tekanan dari kelompok
sebaya; perubahan struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba tiba
misalnya harus dioperasi, kecelakaan dicerai suami, putus sekolah,
PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi (korban perkosaan,
tituduh kkn, dipenjara tiba — tiba) perlakuan orang lain yang tidak
menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri yang
berlangsung lama.
b. Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan, TB, BB) dan
keluhan fisik yang dialami oleh klien.
c. Aspek Psikososial
1) Genogram yang menggambarkan tiga generasi
2) Konsep diri
a) Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau
yang akan terjadi. Menolak penjelasan perubahan tubuh,
persepsi negatif tentang tubuh. Preokupasi dengan bagian tubuh
yang hilang, mengungkapkan keputusasaan, mengungkapkan
ketakutan.
b) Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri, sukar menetapkan keinginan
dan tidak mampu mengambil keputusan.
c) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit,
proses menua, putus sekolah, PHK.
d) Ideal diri
Mengungkapkan keputusasaan karena penyakitnya :
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.
e) Harga diri

18
Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri
sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat,
mencederai diri, dan kurang percaya diri.
3) Hubungan social
Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat, hambatan dalam
berhubungan dengan orang lain.
4) Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan beribadah.
d. Status mental
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak
mata, kurang dapat memulai pembicaraan, klien suka menyendiri dan
kurang mampu berhubungan dengan orang lain, adanya perasaan
keputusasaan dan kurang berharga dalam hidup.
e. Kebutuhan persiapan pulang
1) Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
2) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan
WC, membersikan dan merapikan pakaian.
3) Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi
4) Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas
didalam dan diluar rumah
5) Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.
f. Mekanisme koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan
nya pada orang orang lain (lebih sering menggunakan koping menarik
diri).
g. Aspek medik
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT,
Psikomotor, therapy okopasional, TAK , dan rehabilitas.

2. Masalah Keperawatan yang mungkin muncul


1. Isolasi Sosial

2. Harga diri rendah kronis

3. Perubahan persepsi sensori : halusinasi

4. Koping individu tidak efektif

5. Koping keluarga tidak efektif

19
6. Intoleransi aktivitas

7. Defisit perawatan diri

8. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain, dan lingkungan

3. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial

20
4. Intervensi dan Implementasi

RENCANA TINDAKAN

DIAGNOSA

KEPERAWATA TUJUAN INTERVENSI

N
Isolasi Sosial Setelah dilakukan asuhan SP 1
keperawatan selama 1 x 20
1. Identifikasi penyebab
menit diharapkan pasien dapat a. Siapa yang satu rumah dengan
berinteraksi dengan orang lain pasien
baik secara individu maupun b. Siapa yang dekat dengan pasien
c. Siapa yang tidak dekat dengan
secara berkelompok dengan
pasien
kriteria hasil : 2. Tanyakan keuntungan dan kerugian
berinteraksi dengan orang lain
1. Klien dapat membina
a. Tanyakan pendapat pasien
hubungan saling percaya.
tentang kebiasaan berinteraksi
2. Dapat menyebutkan
dengan orang lain
penyebab isolasi sosial.
b. Tanyakan apa yang menyebabkan
3. Dapat menyebutkan
pasien tidak ingin berinteraksi
keuntungan dan kerugian
dengan orang lain
berhubungan dengan orang
c. Diskusikan keuntungan bila
lain.
pasien memiliki banyak teman
4. Dapat berkenalan dan
dan bergaul akrab dengan mereka
bercakap-cakap dengan
d. Diskusikan kerugian bila pasien
orang lain secara bertahap.
hanya mengurung diri dan tidak
bergaul dengan orang lain
e. Jelaskan pengaruh isolasi sosial
terhadap kesehatan fisik pasien
3. Latih berkenalan
a. Jelaskan kepada klien cara
berinteraksi dengan orang lain
b. Berikan contoh cara berinteraksi

21
dengan orang lain
c. Berikan kesempatan pasien
memperaktikkan cara
berinteraksi dengan orang lain
yang dilakukan dihadapan
perawat
d. Mulailah bantu pasien
berinteraksi dengan satu orang
teman/anggota keluarga
e. Bila pasien sudah menunjukkan
kemajuan, tingkatkan jumlah
interaksi dengan 2, 3, 4 orang
dan seterusnya
f. Beri pujian untuk setiap
kemajuan interaksi yang telah
dilakukan oleh pasien
g. Siap mendengarkan ekspresi
perasaan pasien setelah
berinteraksi dengan orang lain,
mungkin pasien akan
mengungkapkan keberhasilan
atau kegagalannya, beri dorongan
terus menerus agar pasien tetapa
semangat meningkatkan
interaksinya.
4. Masukkan jadwal kegiatan pasien
SP 2

1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)


2. Latih berhubungan sosial secara
bertahap
3. Masukkan jadwal kegiatan pasien

22
SP 3

1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1


dan SP 2)
2. Latih cara berkenalan dengan dua
orang atau lebih
3. Masukkan jadwal kegiatan pasien

23
A. Aplikasi Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial

I. PENGKAJIAN
2. IDENTITAS KLIEN

Nama : Tn. B

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Umur : 40 Tahun

Pendidikan : SMA

Agama : Islam

Status : Cerai

Alamat : Jln. Dewi Sri No. 2, Bangli

Pekerjaan : Tidak bekerja

No. RM : 2093xx

Tanggal Dirawat : 20 Februari 2018

Tanggal Pengkajian : 15 Maret 2018

Ruang Rawat : Jalak

Sumber Informasi : Pasien

3. ALASAN MASUK
Data Primer : pasien mengatakan masuk RSJ karena pernah
bertengkar dengan istri karena Tn.B tidak bekerja dan hanya istri saya

24
saja yang menafkahi keluarga, dan Tn.B merasa tidak berguna
dikeluarganya.

Data Sekunder : Pasien diam saja, lemas dan gelisah, duduk di pojok
kamar, sulit tidur, dan pasien terlihat mondar-mandir.

4. FAKTOR PRESIPITASI
Baru pertama kali masuk RSJ klien selalu diam dan menyendiri sejak
enam bulan terakhir setelah bertengkar dengan istrinya sehingga
memutuskan untuk berpisah. Jika diajak berkomunikasi klien tidak
mau menjawab dan enggan untuk berinteraksi.

Berdasarkan keterangan perawat: di rumah sering diam, sulit tidur,


tidak control, tidak minum obat rutin.

5. FAKTOR PREDISPOSIS
Riwayat Penyakit Masa Lalu
a. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
Jika, Ya, jelaskan:

Iya, saat ditanya klien menjawab pernah masuk di RSJ Bangli


tahun 2012 dengan gejala marah-marah.

b. Pengobatan sebelumnya
Jelaskan:

Pada tahun 2013 kembali di RSJ Bangli, minum obat tidak


teratur.

Pengobatan sebelumnya kurang berhasil karena obatnya tidak


diminum.

25
Masalah Keperawatan: Penatalaksanaan regiment terapeutik
inefektif

c. Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh


kembang)
Jelaskan:

Klien mengatakan pernah mengalami flu, panas, pilek, dan batuk

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

Riwayat Trauma

Trauma Usia Pelaku Korban Saksi

1 Aniaya fisik 28 tahun √ - -


2 Aniaya seksual - - - -

3 Penolakan - - - -
4 Kekerasan dalam keluarga - - - -

5 Tindakan criminal - - - -

Jelaskan:

Tahun 2018 klien aneh, sakit kepala, minder, melempar gelas, jika
keinginan tidak dituruti akan menantang.

Klien tidak mengalami aniaya seksual, penolakan, kekerasan dalam


keluarga, dan tindakan kriminal.

d. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan (Bio, Psiko, Sosio,


Kultural, dan Spiritual)

Jelaskan:

26
Klien bercerai dengan istrinya dan jika tidak punya uang klien marah-
marah

Masalah Keperawatan: resiko perilaku kekerasan

e. Riwayat Penyakit Keluarga


Anggota keluarga yang gangguan jiwa

Kalau ada :

Hubungan keluarga:

Klien mengatakan tidak ada

Gejala :

Klien mengatakan tidak ada

Riwayat pengobatan:

Klien mengatakan tidak ada

Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

6. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum:
Rambut terlihat kotor, kontak mata kurang, telinganya kotor,
wajahnya berjerawat, bibirnya pucat, kuku tangannya sangat kotor
dan panjang, kakinya juga sangat kotor.
b. Tanda vital
TD: 110/60 MmHg

Nadi: 84 x/menit

Suhu: 360 C

RR: 22 X/menit

27
c. Ukur
Berat badan: 47 kg

Tinggi badan: 160 cm

d. Keluhan fisik
Jelaskan:

DS: Pada jam 08.30 WIB tanggal 20 Februari 2018, klien


mengatakan dia habis muntah, pada waktu sarapan makan nasi pecel,
tambahan obat metoklopramin 3X1, dan ranitidine 2X1.

5. Pemeriksaan fisik (Head to toe)

Rambut : kotor berwarna hitam

Mata : ada kotoran

Wajah : pucat, berjerawat

Kulit : bersih

Kuku tangan : bersih setelah kukunya dipotong

Kuku kaki : bersih setelah kukunya dipotong

Ekstremitas atas : 5

Ekstremitas bawah : 5

Masalah keperawatan: Resiko gangguan volume cairan

7. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (Sebelum dan sesudah sakit)


1. Genogram

28
Nenek dan kakek klien sudah meninggal. Ayah klien dua bersaudara.
Klien masih memiliki orang tua yang masih sehat. Klien memiliki
saudara berjumlah delapan orang. Anak pertama laki-laki, kedua laki-
laki, ketiga perempuan, keempat laki-laki, kelima perempuan, keenam
perempuan, ketujuh klien, dan yang terakhir perempuan. Klien
bercerai dengan istrinya dan memiliki satu anak perempuan.

Jelaskan :

Pola asuh : klien sejak kecil dibesarkan oleh ayah dan ibunya

Pola komunikasi : klien mengatakan jarang berkomunikasi kalau


komunikasi lewat sms.

Pola pengambilan keputusan : klien mengatakan di dalam keluarga


dia sebagai ayah.

2. Konsep diri

29
a. Citra tubuh : Klien mengatakan bagian tubuh yang paling disukai
hidung karena bisa bernafas dan bagian tubuh yang paling tidak
disukai adalah rambut karena akan beruban
b. Identitas : Klien berjenis kelamin laki-laki, berumur 34 tahun.
Klien seorang duda sudah bercerai dengan istrinya. Saat ditanya
dia tidak ingin menikah lagi karena klien ingin di rumah dulu.
c. Peran : Saat sebelum di RSJ Bangli, klien berperan sebagai ayah,
sedangkan di RSJ klien sebagai pasien.
d. Ideal diri : Klien mengatakan bercita-cita menjadi seorang arsitek
dan ingin segera pulang bertemu ibunya karena kangen
e. Harga diri : Sejak klien sakit, klien merasa bosan
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti/terdekat :
Klien mengatakan kalau di rumah dekat dengan ibunya.
Sedangkan di RSJ klien mengatakan tidak dekat dengan siapa-
siapa.

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat :


Klien mengatakan tidak ikut serta dalam kegiatan kelompok di
dalam masyarakat dikarenakan sedang sakit

c. Hambatan dalam berbuhungan dengan orang Lain :


Hambatannya yaitu klien mengatakan merasa malu karena tidak
punya pekerjaan dan tidak mampu menafkahi keluarga, klien
tampak berbicara pelan dan menunduk saat diajak berinteraksi,
kontak mata pasien tampak kurang. Klien mengatakan ingin
sendirian, klien terlihat jarang sekali berbicara dengan teman-
teman lainnya, lebih sering menyendiri. Jarang bertatap muka
dengan orang lain.

Masalah keperawatan: HDR dan Isolasi sosial

4. Spiritual

30
a. Nilai dan keyakinan :
Pasien sholat lima waktu dalam sehari, klien berdoa sebelum
makan, klien sholat di waktu dhuhur.

Pasien beragama islam, menurut klien dalam agama islam


gangguan jiwa adalah gangguan dari luar yang mengganggu
aktivitas seseorang dalam bekerja

b. Kegiatan ibadah :
Pasien mengatakan sholat lima waktu dalam sehari. Tetapi
terkadang tidak sholat

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

8. STATUS MENTAL
a. Penampilan : Pengunaan pakaian rapi
Jelaskan:

Pasien menggunakan pakaian rapi baju dan celana tidak terbalik,


rambut klien berwarna hitam tertata rapi, mata terlihat seperti orang
yang terus mengantuk, wajah klien berjerawat, tangan klien kotor,
mukosa mulut kering, gigi klien sangat kotor dan bau mulut, bau
badan, kuku tangan dan kaki sangat kotor.

Masalah Keperawatan : Defisit Perawatan Diri.

b. Interaksi selama wawancara


Curiga

Jelaskan :

Pasien saat ditanya tidak konsisten, kadang hanya diam tidak


menjawab pertanyaan, jarang sekali memulai pembicaraan. Di saat
berbicara dengan klien, teman-teman perawat masuk ruangan, klien

31
langsung diam dan tatapan matanya curiga terhadap teman-teman
perawat.

3. Pembicaraan

Tidak mampu memulai pembicaraan

Lambat.

Jelaskan: Klien kebanyakan diam tidak mampu memulai pembicaraan


dan jika menjawab pertanyaan, jawabannya lambat dan terkadang
tidak di jawab.

Masalah Keperawatan : kerusakan komunikasi verbal

4. Aktivitas Motorik

Lesu

Gelisah

Jelaskan : Klien terlihat lesu, gelisah, menyendiri.

Saat ditanya jawabannya pelan dan lambat.

Masalah Keperawatan : Isolasi social

5. Kesadaran

a. Kuantitatif
Somnolensia

Jelaskan: Klien saat di tanya tingkat kesadarannya somnolensia.


Di buktikan dengan saat di tanya klien menguap terus dan
ngantuk.

32
b. Kualitatif
Diri sendiri
Jelaskan: Klien tidak mampu membina hubungan dengan orang
lain maupun membina hubungan dengan temanya.

Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial

6. Orientasi

Waktu

Tempat

Orang

Jelaskan:

Waktu: Ds : klien mengatakan sekarang pukul 06:00 WIB.

Do : klien mengarah ke jam tangan perawat.

Tempat: Ds: klien mengatakan sekarang ada di Rumah Sakit


Jiwa Bangli.

Do: wajah klien datar.

Orang: Ds : klien mengatakan nama ibunya Damawiyah


penjahit Matematika dan ayahnya guru Agama.

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

7. Perasaan

a. Emosi
Sedih

b. Afek
Datar

33
Jelaskan:

Saat klien di beri stimulus klien bercerita perasaanya sedih karena


ingin pulang. Saat bercerita dengan stimulus afek datar.
Dibuktikan dengan ditanya dulu baru bicara.

Masalah Keperawatan : Kerusakan Komunikasi Verbal

8. Persepsi-Sensori

Jelaskan:

Saat dikaji klien tidak menglami halusinasi pendengaran, penglihatan,


perabaan, pengecapan dan penciuman.

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

9. Proses Pikir

a. Arus Pikir
Blocking

Masalah Keperawatan : Kerusakan Komunikasi Verbal

b. Isi Pikir
Pikiran isolasi social.

Pikiran rendah diri.

Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial

c. Bentuk pikir
Rasional
Jelaskan:
Klien saat di tanya, jumlah pengurangan bisa menghitung dengan
benar. Contoh: 100-70 =93-7=86-7=79-7 lagi sampai seterusnya.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
10. Memori

34
Gangguan daya ingat jangka panjang (< 1 bulan)

Gangguan daya ingat jangka pendek (1 hari- 1 bulan)

Gangguan daya ingat saat ini (< 24 jam)

Jelaskan :

a. Memori jangka panjang (>1 bulan) : klien saat ditanya tentang


masa lalunya tidak ingat, tetapi setelah terus ditanya lagi secara
peran klien menjawab.
b. Memori jangka pendek (1 hari- 1 bulan) :Klien mengatakan nama
depan perawat tetapi bukan nama lengkap.
c. Memori saat ini (<24 jam) : klien bangun tidur mandi dulu lalu
sarapan.
Masalah Keperawatan: Penurunan Daya Kognitif
11. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Jelaskan:
Saat ditanya soal 100-7=93-7=86-7=79-7 sampai seterusnya.
12. Kemampuan penilaian
Gangguan ringan
Jelaskan :
Klien mengatakan habis mandi gosok gigi dan sebelum tidur malam
gosok gigi dulu.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Kepeawatan
13. Daya tilik diri
Mengingkari penyakit yang diderita
Jelaskan:
Klien mengatakan bahwa dirinya tidak tahu kalau dirinya mengalami
gangguan jiwa.
Masalah Keperawatan: Penyangkalan Total Terhadap Penyakit.

9. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


a. Makan
Bantuan minimal

Bantuan total

35
Jelaskan:

Klien makan tanpa bantuan 3x sehari, porsi makan 1 piring tidak


habis

b. BAB/BAK
Bantuan minimal

Bantuan total

Jelaskan: klien menggunakan toilet sebagai sarana BAB dan BAK


serta mampu membersihkan toilet setelah BAB dan BAK, klien BAB
2 x sehari dan BAK 2 x sehari.

c. Mandi
Bantuan minimal

Bantuan total

Jelaskan: klien mandi dikamar mandi, mandi 2 x sehari dengan


disuruh oleh perawat

d. Berpakaian/berhias
Bantuan minimal

Bantuan total

Jelaskan: klien memakai baju dengan rapi setiap hari ganti pakaian 1
hari sekali menurut kriteria klien pakaian yang rapi itu tidak terbalik
warna hijau

e. Istirahat dan tidur


Tidur siang, lama: 12.00 s/d 15.00

Tidur malam, lama 20.00 s/d 05.00

36
Jelaskan: klien mulai tidur siang jam 12.00 dan klien tidur malam jam
20.00 sehabis sholat isya.

f. Penggunaan obat
Bantuan minimal

Bantuan total

Jelaskan: klien teratur mengkonsumsi obat selama di RSJ lawang


pagi, siang dan sore.

g. Pemeliharaan kesehatan
Pemeliharaan kesehatan
Perawatan lanjut
Sistem pendukung

h. Aktivitas dalam rumah


Mempersiapkan makanan
Menjaga kerapihan rumah
Mencuci pakaian

i. Aktivitas di luar rumah


Belanja
Transportasi
Lain lain
Jelaskan: Pemeliharaan kesehatan mendapatkan dukungan dari
keluarga tim medis dan tenaga kesehatan lainnya

Aktifitas didalam rumah, klien mengatakan aktifitasnya adalah


menonton TV

Aktifitas diluar rumah, klien mengatakan bekerja sebagai buruh


serabutan

Masalah keperawatan: Tidak ada

37
10. MEKANISME KOPING

Adaptif Maladaptif
 Bicara dengan orang lain  Minum alkohol
 Mampu menyelesaikan  Reaksi lambat/berlebihan
 Bekerja berlebihan
masalah
 Menghindar
 Teknik relaksasi
 Menciderai diri
 Aktifitas konstruktif
 Lain-lain..........................
 Olahraga
 Lain-lain.......................

Masalah keperawatan: Koping individu maladaptive

11. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


a. Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya tidak ikut
kelompok kegiatan apapun
b. Masalah hubungan dengan lingkungan, spesifiknya klien
mengatakan ketika dirumah kegiatannya yaitu bersih-bersih
nyapu, ngepel, cuci piring
c. Masalah dengan pendidikannya, spesifiknya klien mengatakan
pendidikannya sampai jenjang SMA
d. Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya klien mengatakan dulunya
bekerja sebagai buruh serabutan
e. Masalah dengan rumah, spesifiknya klien mengatakan tinggal
dirumah bersama orang tuanya dan rumahnya milik kedua orang
tuanya
f. Masalah dengan ekonomi, spesifiknya klien mengatakan uang
yang didapatkan sebagian besar hasil dari mencari nafkah sendiri
yaitu sebagai guru untuk keluarga
g. Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya jarak pelayanan
kesehatan puskesmas dari rumah klien adalah 2 km
h. Masalah lainnya, spesifiknya
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

12. PENGETAHUAN KURANG TENTANG

38
Apakan klien mempuyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan
yang kurang tentang suatu hal?

a. Penyakit/gangguan jiwa
b. Sistem pendukung
c. Faktor prespitasi
d. Mekanisme koping
e. Penyakit fisik
f. Obat-obatan
g. Lain-lainnya, jelaskan
2) Klien tidak mengetahui jika klien mengalami ganguan jiwa
3) Klien tidak mau bersosialisasi dengan orang lain
Masalah keperawatan: Isolasi sosial

13. ASPEK MEDIS


Diagnosa medik: F.20.13 skizofrenia
Terapi medik:

a. Risperidone 2 mg 1x1
b. Mersibion 5000 mg 1x1
c. Merlopam 2 mg 1x1
d. Metokloframin 3x1
e. Ranitidin 2x1

I. ANALISA DATA

NO DATA DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Ds: Klien mengatakan merasa malu karena Harga Diri Rendah
tidak punya pekerjaan dan tidak mampu
menafkahi keluarga

DO: Klien tampak berbicara pelan dan


menunduk saat diajak berinteraksi, kontak

39
mata pasien tampak kurang

2 DS : Klien mengatakan ingin sendirian Isolasi sosial

DO: Klien terlihat jarang sekali berbicara


dengan teman-teman lainnya, lebih sering
menyendiri dan jarang bertatap muka
dengan orang lain.
3. DS : Pasien mengatakan merasa lemah, Defisit Perawatan Diri
malas untuk beraktivitas dan tidak berdaya

DO : Klien tampak menggunakan pakaian


rapi baju dan celana tidak terbalik, rambut
klien berwarna hitam tertata rapi, mata
terlihat seperti orang yang terus
mengantuk, wajah klien berjerawat, tangan
klien kotor, mukosa mulut kering, gigi klien
sangat kotor dan bau mulut, bau badan,
kuku tangan dan kaki sangat kotor.

II. DAFTAR MASALAH


1. Harga diri rendah
2. Isolasi sosial
3. Defisit Perawatan Diri

III. PATHWAY

Defisit Perawatan Diri

40
Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

IV. DIAGNOSA

Isolasi Sosial

41
V. Intervensi Keperawatan

TGL/ DX KEP. TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL


JAM

Kamis , 15 Isolasi TUM : Setelah diberikan tindakan Bina hubungan saling percaya dengan Hubungan saling percaya
maret sosial Pasien dapat keperawatan selama 1 x 10 mengungkapkan prinsip komunikasi merupakan dasar untuk
2018 berhubungan menit diharapkan pasien dapat therapeutic : kelancaran hubungan
dengan orang membina hubungan saling interaksi selanjutnya.
09.00 wita 1. Sapa pasien dengan ramah dan baik
lain secara percaya dengan kriteria hasil :
1. Mau berjabat tangan, mau secara verbal dan non verbal.
optimal. 2. Perkenalkan diri dengan sopan.
menyebut nama, mau 3. Tanyakan nama lengkap pasien dan
menjawab salam nama panggilan yang disukai pasien.
2.Ekspresi wajah bersahabat 4. Jelaskan tujuan pertemuan.
TUK 1 : 3.Menunjukan rasa senang 5. Jujur dan menepati janji.
Pasien dapat 4.Ada kontak mata 6. Tunjukkan sikap empati dan
5.Mau duduk berdampingan
membina menerima pasien apa adanya.
dengan perawat 7. Beri perhatian pada pasien dan
hubungan saling
6. Mau mengutarakan
percaya perhatikan kebutuhan dasar pasien
masalah yang dihadapi.

42
kamis, 15 Isolasi TUK 2 Setelah diberikan tindakan Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial Untuk mengetahui sejauh
Pasien dapat
Maret Sosial keperawatan selama 1 x 10 mana pasien dapat
mengidentifikasi 1. Kaji pengetahuan klien tentang
2018 menit diharapkan pasien mengidentifikasi
penyebab isolasi perilaku menarik diri dan tanda-
menyadari penyebab isolasi penyebab dari isolasi
09.10 wita sosial tandanya
social yang dialami dengan 2. Beri kesempatan kepada klien untuk social yang dirasakan.
kriteria hasil : mengungkapkan perasaan penyebab
1. Mampu menyebutkan
menarik diri atau mau bergaul
penyebab dari interaksi 3. Diskusikan bersama klien tentang
sosial perilaku menarik diri, tanda-tanda
serta penyebab yang muncul
4. Berikan pujian terhadap
kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya

43
Kamis, 15 Isolasi TUK 3 : Setelah diberikan tindakan 1. Identifikasi bersama klien cara Membangun hubungan
Pasien dapat
maret Sosial keperawatan selama 1 x 10 tindakan yang dilakukan jika terjadi sosial pasien
mengetahui
2018 menit diharapkan pasien dapat halusinasi ( tidur, marah,
keuntungan
mengetahui keuntungan menyibukkan diri dll)
09.20 berinteraksi 2. Kaji pengetahuan klien tentang
berinteraksi dengan orang lain
dengan orang manfaat dan keuntungan
dan kerugian tidak
lain dan berhubungan dengan orang lain
berinteraksi dengan orang lain
a. Beri kesempatan kepada klien untuk
kerugian tidak dengan kriteria hasil:
1. Dapat menyebutkan mengungkapkan perasaan tentang
berinteraksi
keuntungan berhubungan keuntungan berhubungan dengan
dengan orang
dengan orang lain. prang lain.
lain
2. Dapat menyebutkan b. Diskusikan bersama klien tentang
kerugian tidak manfaat berhubungan dengan orang
berhubungan dengan lain
c. Beri reinforcement positif terhadap
orang lain
kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan
berhubungan dengan orang lain
3. Kaji pengetahuan klien tentang
kerugian bila tidak berhubungan

44
dengan orang lain
a. Beri kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan perasaan dengan
orang lain
b. Diskusikan bersama klien tentang
kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain
c. Beri reinforcement positif terhadap
kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain
Kamis, 15 Isolasi TUK 4 Setelah diberikan tindakan Lakukan interaksi dengan orang lain Agar klien dapat
Pasien dapat
maret Sosial keperawatan selama 1 x 10 secara bertahap melaksanakan hubungan
melakukan
2018 menit diharapkan pasien dapat social
interaksi social 1. Kaji kemampuan klien membina
berinteraksi dengan orang lain
10.00 wita dengan orang dengan kriteria hasil: hubungan dengan orang lain
1. Pasien dapat berinteraksi 2. Dorong dan bantu kien untuk
lain secara
dengan orang lain tanpa berhubungan dengan orang lain
bertahap 3. Beri reinforcement positif terhadap
canggung
keberhasilan yang telah dicapai.
4. Bantu klien untuk mengevaluasi

45
manfaat berhubungan
5. Diskusikan jadwal harian yang
dilakukan bersama klien dalam
mengisi waktu
6. Motivasi klien untuk mengikuti
kegiatan ruangan
7. Beri reinforcement positif atas
kegiatan klien dalam kegiatan
ruangan
8. Klien dapat mengungkapkan
perasaannya setelah berhubungan
dengan orang lain
a. Dorong klien untuk
mengungkapkan perasaannya bila
berhubungan dengan orang lain
b. Diskusikan dengan klien tentang
perasaan masnfaat berhubungan
dengan orang lain.
c. Beri reinforcement positif atas
kemampuan klien mengungkapkan

46
perasaan manfaat berhubungan
engan orang lain

VI. IMPLEMENTASI
HARI/TGL/ DIAGNOSA IMPLEMENTASI RESPON PARAF

47
JAM

Jumat 16 Isolasi social “Selamat pagi Pak” “Selamat pagi Sus”


maret 2018

Pukul 09.00
“Perkenalkan nama saya Mirawati. “Nama saya Andiansyah, saya
WITA
Saya senang dipanggil Mira. Saya senang dipanggil Andi”
perawat yang bertugas pada hari ini
mulai pukul 07.30-13.30. Nama bapak
siapa? senang dipanggil apa?”

“Apa keluhan Bapak Andi hari ini?”

“Saya tidak nyaman dengan


suasana yang berisik disini.”

“Baiklah Pak, bagaimana kalau kita


“Baiklah Sus saya bersedia sus”
berbincang-bincang mengenai kondisi

48
Bapak? Apakah Bapak bersedia”

Pukul 09.10
“Untuk waktu saya membutuhkan
WITA
kurang lebih 20 menit, bagaimana Pak?” “Baiklah Sus”

“Mau di mana kita berbincang-


bincang? Bagaimana kalau ditaman ?”

“Baik sus.”

“Baiklah Pak, kita mulai sekarang ya


Pak. Boleh saya tau siapa saja yang
“Saya tinggal dengan Bapak,
tinggal serumah dengan bapak?”
Ibu, dan anak saya”

“Ibu saya Sus.”

“Siapa yang paling dekat dengan “Anak saya”

49
bapak?

“Siapa yang jarang bercakap-cakap “Karena anak saya sudah punya


dengan bapak?” kesibukan sendiri”

“ Saya merasa kesepian”

“Apa yang membuat bapak jarang “Iya saya merasa sendirian, saya
bercakap-cakap dengannya?” kenal dengan beberapa orang
pasien disini tetapi saya enggan
berinteraksi dengan mereka”
“Apa yang bapak rasakan selama
“Saya hanya melakukan kegiatan
dirawat disini?”
bermain pingpong dengan teman
saya”

“Bapak merasa sendirian? Siapa saja “Saya merasa malu untuk


yang bapak kenal di ruangan ini?” memulai pembicaraan”

“Saya bisa berbagi cerita


masalah yang saya rasakan”

50
“Banyak teman ngobrol”

“Merasa kesepian”
“Apa saja kegiatan yang biasa Bapak
lakukan dengan teman yang bapak
“Iya ada sus, ada yang saja ajak
kenal?”
untuk bermain pingpong saat
sedang bosan”
Pasien: “Iya Sus saya mau”
“Apa yang menghambat bapak dalam Pasien: “Iya sus saya mau.”
berteman atau bercakap-cakap dengan
“Baik Sus”
pasien yang lain?”

“Menurut Bapak, apa saja manfaatnya


kalau kita memiliki teman?“

“Baik sus, nama saya


Andiansyah, senang dipanggil
“Wah benar, ada teman bercakap-
Andi Asal saya dari kota Bangli,

51
cakap. Apa lagi?“ hobi main pingpong .”

“Baik Sus”
X : “Selamat pagi, perkenalkan
“Nah, apa kerugiannya kalau Bapak
nama saya Andiansyah, senang
tidak memiliki teman?“
dipanggil Andi. Asal saya dari
kota Bangli, hobi main pingpong.
Nama kamu siapa?”
“Menurut bapak adakah keuntungan
Y : “Iya selamat pagi, nama saya
fisik yang bapak dapatkan jika memiliki
Ainun Susanti, saya senang
teman misalnya menjadi ada yang diajak
Pukul 09.20
dipanggil Ainun. Asal saya dari
untuk berolahraga bareng
Negara, hobi saya menari joged
bumbung.”
X : “Wah bagus, saya malah tidak
“Jadi, apakah Bapak mau belajar
bisa menari lho.”
berkenalan dengan orang lain?”
Y : “Mau saya ajarkan?”
X : “Wah saya malu untuk belajar
nari. Sebelumnya saya tinggal
“Begini pak, untuk berkenalan dengan

52
orang lain kita sebutkan dulu nama kita, sebentar ya.”
nama panggilan yang kita suka, asal Y : “Oh baiklah.”
kita, dan hobi kita. Contohnya : Nama
“Iya Sus, tapi saya masih
saya Andiansyah, senang dipanggil
bingung mau menanyakan apalagi
Andi Asal saya dari kota bangli, hobi
agar tidak canggung karena ini
main pingpong .”
kali pertama saya berkenalan
“Ayo Bapak dicoba! Misalnya saya dengan orang lain.”
belum kenal dengan bapak. Coba
berkenalan dengan saya!“

“Nah tadi Bapak sudah berlatih


“Iya sus, saya merasa lebih
berkenalan dengan saya, sekarang coba
percaya diri berkenalan dengan
bapak praktekkan dengan pasien lain,
orang lain”
nanti saya akan mendampingi bapak
saat berkenalan dengan orang lain.” “Baik Sus”

53
“Baik Sus saya mau.”

“Iya Sus”

”Tidak sus”

” Iya Sus”

54
“Iya bagus sekali Bapak sudah dapat
mempraktekkan cara berkenalan dengan
baik.”

“Jika Bapak masih bingung, setelah


bapak berkenalan dengan orang
tersebut bapak bisa melanjutkan
percakapan tentang hal-hal yang
menyenangkan, misalnya tentang cuaca,
tentang hobi, tentang keluarga,
pekerjaan, dan sebagainya.”

55
“Bagaimana perasaan bapak setelah
kita latihan berkenalan?”

“Karena bapak sudah dapat melakukan


interaksi dengan orang lain, mari kita
masukkan kegiatan ini kedalam jadwal
harian bapak.”

“Bapak tadi sudah mempraktikkan cara


berkenalan dengan baik sekali.
Selanjutnya Bapak dapat mengingat-
ingat apa yang kita pelajari tadi

56
sehingga bapak lebih lancar untuk
berkenalan dengan orang lain.
Bagaimana kalau bapak mencoba
berkenalan dengan teman- teman bapak
yang ada lingkungan ini?”

“Baiklah karena waktu sudah habis,


bagaimana kalau nanti siang kita
lanjutkan latihan ini selesai jam makan
siang?”

“Baik kalau begitu, sebelum saya


pamit, apakah Bapak ada pertanyaan?

“Kalau tidak saya permisi dulu Pak.”

57
VII. EVALUASI

HARI/TANGGAL DIAGNOSA EVALUASI (SOAP) PARAF


/JAM

Sabtu 17 maret Isolasi Sosial TUK 1


S : Pasien mampu mengatakan bahwa namanya
2018/ pukul 09.10
Andiansyah senang dipanggil Andi
WITA
O : pasien tampak menyebutkan namanya,

58
terlihat pasien berjabat dengan perawat dan
ada kontak mata antara perawat dan pasien
A : TUK 1 tercapai
P : Lanjutkan tindakan keperawatan untuk
mencapai TUK 2
Sabtu 17 maret Isolasi Sosial TUK 2
2018 pukul 09.20
S : Pasien mampu menyebutkan bahwa penyebab
WITA
isolasi sosialnya karena ia merasa malu untuk
memulai pembicaraan dengan orang lain
O : Pasien tampak kooperatif dengan perawat saat
menyebutkan penyebab isolasi sosialnya.
A : TUK 2 tercapai
P : Lanjutkan tindakan keperawatan untuk
mencapai TUK 3
Sabtu 17 maret Isolasi Sosial TUK 3
2018 pukul 09.20
S : Pasien mengatakan bahwa keuntungan jika
WITA
memiliki teman ia bisa berbagi cerita
masalah yang saya rasakan, dan banyak
memiliki teman ngobrol jika memiliki

59
teman, dan kerugiannya ia merasa
kesepian.

O : Pasien tampak kooperatif, pasien mampu


menyebutkan keuntungan dan kerugian
berinteraksi dengan orang lain.

A : TUK 3 tercapai

P : Lanjutkan tindakan keperawatan untuk


mencapai TUK 4
Minggu 18 maret Isolasi Sosial TUK 4
2018 pukul 09.45
S : Pasien mengatakan merasa lebih percaya diri
WITA
untuk berkenalan dengan orang lain tanpa di
damping oleh perawat, dan sudah tidak
canggung

O : Pasien tampak mampu mempraktikkan cara


berkenalan dengan orang lain dan perawat

60
dengan baik tanpa di dampingi perawat,
pasien tampak tenang.

A : TUK 4 tercapai

P : Lanjutkan intervensi untuk masalah


keperawatan yang ke-2

61
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
1. Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan
mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya
dengan cara menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan.
2. Etiologi isolasi social meliputi:
a. Faktor predisposisi
b. Faktor prisipitasi
3. Salah satu gangguan hubungan sosial diantaranya perilaku menarik
diri atau isolasi sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga,
yang bisa dialami klien dengan latar belakang yang penuh dengan
permasalahan, ketegangan, kekecewaan dan kecemasan.
4. Manifestasi Perilaku
a. Tanda dan gejala
b. Mekanisme koping
c. Sumber koping
5. Rentang respon dari isolasi sosial sebagi berikut:
a. Respon adaptif
b. Respon maladaptif
6. Penatalaksanaan
a. Terapi Psikofarmaka
b. Terapi Individu
c. Terapi kelompok

B. Saran
Dengan ditulisnya makalah ini nantinya dapat dimanfaatkan secara
optimal terkait dengan pengembangan mata kuliah Keperawatan Jiwa.
Dan penulis menyarankan materi-materi yang ada dalam tulisan ini
dikembangkan lebih lanjut agar dapat nantinya menghasilkan tulisan-
tulisan sejarah yang bermutu. Demikianlah makalah ini penulis
persembahkan, semoga dapat bermanfaat.

62
DAFTAR PUSTAKA

Dalami, Ermawati dkk. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan


Jiwa. 2014. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Dermawan, D dan Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa: Konsep Dan Kerangka


Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing

Herman, Ade. 2011. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Kusumawati, F dan Hartono, Y. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.


Jakarta: Salemba Medika.

Purba, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah


Psikologi Dan Gangguan Jiwa. Medan: Usu Press.

Rasmun. 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiater Terintegrasi


Dengan Keluarga. Jakarta: CV. Agung Prasetya.

Riyadi, Sujono dan Teguh Purwato. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

63

Anda mungkin juga menyukai