PLTMH
PLTMH
akan energi terus bertambah dari tahun ke tahun, terutama energi listrik. Untuk
menyeimbangkan permintaan dengan persediaan, berbagai macam metode untuk
menggenerasi energi listrik terus dikembangkan, terutama yang berasal dari sumber
energi terbarukan dan ramah lingkungan. Salah satu provinsi di Indonesia, yaitu
Sumatera Utara, memiliki permintaan daya yang bertambah 10% tiap tahunnya.
Tahun ke tahun, persediaan daya dari pembangkit listrik yang sudah ada tidak
mampu memenuhi seluruh permintaan daya daerah tersebut, sehingga terdapat
kekurangan energi listrik mencapai 200 MW. Hal inilah yang mendasari perlunya
dicari pembangkit listrik tenaga alternatif untuk memenuhi permintaan yang
melonjak ini, terutama di Sumatera Utara.
Adapun dari aspek keuangan, proyek PLTMH Karai memiliki komponen biaya
sebagai berikut:
Biaya keseluruhan dari proyek PLTMH Karai ini tercantum pada tabel di
bawah ini, dengan biaya proyek sudah termauk biaya Teknik sipil, perlengkapan
kelistrikan, fasilitas transmisi daya, dan biaya pembangunan (kurs yang digunakan
adalah 119,23 JPY/USD):
Karena EIRR untuk proyek PLTMH Karai ini melebihi general social
discount rate yang sebesar 12% dengan margin yang sangat besar, maka dapat
ditentukan bahwa proyek ini layak untuk dikerjakan.
Selain itu, dari rangkuman dari hasil analisis finansial berupa FIRR
(financial internal rate of return), NPV, dan B/C untuk 20 tahun pertama masa
pengoperasain terdapat pada tabel berikut (bunga yang digunakan untuk NPV dan
B/C adalah sebesar 7,75%, berdasarkan kebijakan Bank Indonesia):
Bank Indonesia. (2013). Pola Pembiayaan Pembankit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTM).
Otoritas Jasa Keuangan. (2014). Energi Bersih Buku Pedoman untuk Lembaga Jasa
Keuangan.
Permen ESDM No. 19/2015 tentang Pembelian Tenaga Listrik Tenaga Air dengan
kapasitas sampai 10 MW.
https://www.meti.go.jp/meti_lib/report/2015fy/000472.pdf