Anda di halaman 1dari 6

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/274513122

PROSES BERPIKIR ARITMETIKA DAN BERPIKIR


ALJABAR SISWA DALAM MENYELESAIKAN
SOAL CERITA

Conference Paper · April 2013

CITATIONS READS

0 1,822

1 author:

Erry Hidayanto
State University of Malang
7 PUBLICATIONS 0 CITATIONS

SEE PROFILE

All in-text references underlined in blue are linked to publications on ResearchGate, Available from: Erry Hidayanto
letting you access and read them immediately. Retrieved on: 09 October 2016
PROSES BERPIKIR ARITMETIKA DAN
BERPIKIR ALJABAR SISWA
DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA

Erry Hidayanto
Jurusan Matematika FMIPA UM
erryhidayantoum@gmail.com

Abstrak: Soal cerita merupakan salah satu bentuk soal pemecahan masalah
(problem solving). Untuk menyelesaikan soal cerita tersebut siswa perlu melakukan
suatu proses, yang dinamakan proses berpikir, sehingga dapat menemukan jawab
dari soal yang ditanyakan. Penulisan artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan
bagaimana proses berpikirnya siswa dalam menyelesaikan soal cerita. Dalam
makalah ini dibicarakan hasil suatu survei tentang bagaimana proses berpikir siswa
ketika menyelesaikan soal cerita. Subyek yang disurvei adalah siswa sekolah
menengah tingkat pertama kelas 7 dan 8 di Malang. Hasil survei menunjukkan
bahwa dalam menyelesaikan soal cerita ini, ternyata masih ada siswa menggunakan
proses berpikir aritmetika tetapi sudah ada pula sudah menggunakan proses berpikir
aljabar.
.
Kata kunci: proses berpikir, berpikir aritmetika, berpikir aljabar, soal cerita.

Soal cerita merupakan salah satu bentuk lihat dari luar. Apa yang terjadi pada se-
soal pemecahan masalah (problem seorang yang sedang belajar tidak dapat
solving). Soal cerita ini muncul pada diketahui secara langsung tanpa orang itu
pelajaran matematika di semua jenjang menampakkan kegiatan yang merupakan
studi, mulai jenjang sekolah dasar sampai fenomena belajar.
ke jenjang sekolah menengah tingkat atas. Kemampuan kognitif yang dapat dili-
Soal cerita juga hampir muncul pada hat adalah tingkah laku sebagai akibat ter-
setiap topik bahasan pada pelajaran jadinya proses berpikir seseorang. Dari
matematika di berbagai jenjang. Untuk tingkah laku yang tampak itu dapat ditarik
menyelesaikan soal cerita tersebut siswa kesimpulan mengenai kemampuan kogni-
perlu melakukan suatu proses, yang tifnya. Kita tidak dapat melihat secara
dinamakan proses berpikir, sehingga dapat langsung proses berpikir yang sedang ter-
menemukan jawab dari soal yang jadi pada seorang siswa yang sedang diha-
ditanyakan. Pada tulisan ini penulis dapkan pada sejumlah pertanyaan, akan
bertujuan ingin mendeskripsikan bagai- tetapi kita dapat mengetahui kemampuan
mana proses berpikir yang mungkin kognitifnya dari jenis dan kualitas respon
dilakukan siswa yaitu apakah proses yang diberikan. Pada kesempatan ini penu-
berpikir aritmetika atau proses berpikir lis menyampaikan hasil survey terhadap
aljabar. terhadap siswa sekolah menengah pertama
Secara sederhana kemampuan kogni- dalam menyelesaikan soal cerita.
tif dapat diartikan sebagai suatu proses
berpikir atau kegiatan intelektual seseo-
rang yang tidak dapat secara langsung ter- Berpikir Aritmetika

173
174, Prosiding Seminar Nasional Aljabar dan Pembelajarannya, UM, 20 April 2013

Berpikir aritmetika merupakan pola untuk dilakukan, mengingat pada awalnya


berpikir yang mengutamakan masalah semua upaya telah dilakukan untuk
menghitung bilangan, terutama tentang menguasai aritmetika. Sehingga ketika
hasil dari operasi-operasi pada bilangan. mereka dihadapkan pada masalah aljabar
Dalam aritmetika pendekatan yang maka pendekatan sederhana dengan cara
dilakukan siswa dapat dari kondisi yang aritmetika ini yang dilakukan. Bahkan
diketahui dan menemukan jawaban antara siswa yang berpikir aritmetikanya kuat,
untuk sampai pada jawaban dari masalah akan dapat berkembang semakin jauh
yang diberikan. Menurut Kieran (2004) dalam aljabar dengan menggunakan
dalam kerangka aritmetika operasi yang berpikir aritmetika. Sebagai contoh siswa
dilakukan siswa cenderung tidak melihat dapat memecahkan masalah persamaan
aspek relasional dari operasi, mereka kuadrat x2  x  6  0 hanya dengan
hanya fokus pada menghitung (calcu- menggunakan aritmetika dasar tanpa
lating). Jadi menurut pendapat Kieran ini, menggunakan aljabar sama sekali. Tetapi
berpikir aritmetika hanya fokus pada sebagai akibat adanya fenomena ini
perhitungan jawaban numerik (numerical mungkin siswa justru akan merasa
answer) bukan pada relasinya dan pada kesulitan untuk belajar aljabar. Karena
bilangan sendiri, bukan pada bilangan dan untuk belajar aljabar siswa harus berhenti
huruf. memikirkan cara berhitung seperti dalam
Pola berpikir dengan mengutamakan aritmetika dan harus belajar untuk berpikir
menghitung jumlah pada masing-masing secara aljabar.
sisi yang dinamakan berpikir aritmetika. Berpikir aljabar atau penalaran alja-
Jika diberikan suatu masalah dalam bar melibatkan pembentukan generalisasi
matematika maka masalah itu akan dibawa dari pengalaman dengan bilangan dan
ke dalam bentuk-bentuk perhitungan perhitungan, memformalkan ide-ide de-
(komputasi) serta hasil operasi-oprasi pada ngan menggunakan simbol yang berarti,
bilangan, yaitu operasi penjumlahan pada dan mengeksplorasi konsep dari pola dan
bilangan, operasi pengurangan pada fungsi. Berpikir aljabar dimulai pada saat
bilangan, operasi perkalian pada bilangan sebelum taman kanak-kanak dan dilan-
atau operasi pembagian pada bilangan. jutkan sampai pada sekolah yang lebih
Pola berpikir di sini masih belum tinggi. Berpikir aljabar terus dimasukkan
mengenal bentuk bilangan secara umum dalam setiap tingkat sekolah (Van de
yang diwujudkan bentuknya dalam huruf Walle dkk, 2010). Secara garis besar, Van
sebagai simbolnya. de Walle dkk (2010) menulis ada tiga
aspek dari berpikir aljabar, yaitu gene-
Berpikir Aljabar ralisasi (generalizations), pola (patterns),
Berpikir aljabar tidak hanya meng- dan fungsi (functions).
aritmetika-kan huruf berdasarkan suatu Sementara Kaput (dalam Van de
bilangan, tetapi berpikir aljabar ini Walle, 2010), mendiskripsikan lima
merupakan berpikir yang berbeda dengan bentuk berpikir aljabar, yaitu: menggene-
berpikir aritmetika. Dalam aljabar, operasi ralisasikan dari aritmetika dan dari pola
dasar merupakan sesuatu yang penting dalam semua dari matematika (genera-
seperti pada artimetika. Ketika siswa lization from arithmetic and from patterns
mulai belajar aljabar, mereka pasti in all of mathematics), penggunaan simbol
mencoba memecahkan masalah dengan yang bermakna (meaningful use of
berpikir aritmetika. Itu hal yang wajar symbols), mengkaji struktur dalam sistem
Hidayanto, Erry, Proses Berpikir Aritmetika dan Aljabar Siswa, 175

bilangan (study of structure in the number


systems), mengkaji pola dan fungsi (study
of patterns and functions), dan mengolah
model-model matematika dan menginte- 1. Menurut pendapatmu berapa saja ban-
grasikan 4 item tersebut (process of yaknya kelereng yang mungkin dapat
mathematical modeling, integrating the diisikan masing-masing ke kantong A
first four list items). Lebih lanjut Kaput dan ke kantong B tersebut?
menjelaskan bahwa berpikir aljabar 2. Jika banyaknya kelereng di kantong A
bukanlah merupakan ide tunggal tetapi tertentu, tentukan banyaknya kelereng
disusun dari bentuk-bentuk berbeda dari yang dapat dimasukkan ke kantong B?
pikiran dan pemahaman dari suatu simbol. 3. Jika banyaknya kelereng di kantong A
Sejalan dengan Kaput, Van de Walle dkk harus dua kali lipat dari banyaknya
(2010) berpendapat bahwa dalam berpikir kelereng di kantong B, tentukan ban-
aljabar ada lima tema yang dibicarakan yaknya kelereng yang dapat dima-
yaitu: generalisasi dari aritmetika dan dari sukkan masing-masing ke kantong A
pola (generalization from arithmetic and dan ke kantong B?
from patterns), penggunaan simbol yang 4. Jika banyaknya kelereng di kantong A
bermakna (meaningful use of symbols), harus tiga kali lipat dari banyaknya
membuat struktur dalam sistem bilangan kelereng di kantong B, tentukan ban-
secara eksplisit (making structure in the yaknya kelereng yang dapat dimasuk-
number system explicit), mengkaji pola kan masing-masing ke kantong A dan
dan fungsi (study of patterns and ke kantong B?
functions), dan memodelkan matematika Jawaban siswa terhadap soal tersebut
(mathematical modeling). adalah sebagai berikut.
Untuk siswa kelas 7, dalam menjawab per-
Hasil dan Pembahasan tanyaan nomor 1, mereka mendaftar se-
Soal cerita yang penulis gunakan adalah se- mua kemungkinan dengan cara mema-
bagai berikut: sangkan bilangan-bilangan yang berjumlah
24, yaitu kelereng di kantong A sebanyak
Andi mempunyai dua kantong kosong, 1 butir dan kelereng di kantong B 23 butir,
yaitu kantong A dan kantong B seperti yaitu kelereng di kantong A sebanyak 2
pada gambar berikut ini butir dan kelereng di kantong B 22 butir,
yaitu kelereng di kantong A sebanyak 3
butir dan kelereng di kantong B 21 butir,
kosong
yaitu kelereng di kantong A sebanyak 4
butir dan kelereng di kantong B 20 butir,
dan seterusnya sehingga menuliskan ada
sebanyak 12 kemungkinan. Dalam men-
jawab pertanyaan nomor 2, siswa juga
menjawab dengan cara yang sama seperti
menjawab soal nomor 1, yaitu bilangan
tertentu dimisalkan 1, makakelereng di
Kantong-kantong tersebut akan diisi keler- kantong B ada 23, jika di kantong A ada 2,
eng berjumlah 24 butir , seperti pada gam- maka di kantong B ada 22, dan seterusnya.
bar Dalam menjawab soal nomor 3, siswa
membagi 24 dengan 3, hasilnya 8, ke-
176, Prosiding Seminar Nasional Aljabar dan Pembelajarannya, UM, 20 April 2013

mudian 8 dikalikan 2, hasilnya 16 itu yang selanjutnya dibuat persamaan 𝐴 = 2𝐵.


dimasukkan ke kantong A. Sedangkan di Selanjutnya menyelesaikan persamaan
kantong B diisikan sisanya 8 butir keler- sebagai berikut 24 = 𝐴 + 𝐵. Kemudian A
eng. Dalam menjawab soal nomor 4, ca- diganti dengan 2B sehingga diperoleh
ranya sama seperti dalam menjawab soal 24 = 2𝐵 + 𝐵. Diperoleh 24 = 3𝐵.
nomor 3, yaitu membagi 24 dengan 4, ha- Sehingga akhirnya diperoleh 𝐵 = 8. Jadi
silnya 6, kemudian 6 dikalikan 3 yaitu 18. kelereng yang diisikan ke kantong A
Selanjutnya 18 kelereng dimasukkan ke adalah 2 kali 8 yaitu 16 butir sedangkan
kantong A, sedangkan sisanya 6 kelereng kelereng yang dimasukkan ke kantong B
dimasukkan ke kantong B. ada 8 butir.
Dari jawaban siswa kelas 7 tersebut, penu- Dalam menjawab soal nomor 4, siswa ke-
lis menyimpulkan bahwa pola berpikir las 8 ini juga sudah memisalkan jumlah
siswa tersebut adalah berpikir aritmetika kelereng di kantong A adalah A, sedang-
dalam menyelesaikan soal cerita. Hal ini kan jumlah keereng di kantong B adalah
sesuai dengan pendapat Kieran (2004) B, selanjutnya dibuat persamaan 𝐴 = 3𝐵.
bahwa berpikir aritmetika hanya fokus Selanjutnya menyelesaikan persamaan
pada perhitungan jawaban numerik sebagai berikut 24 = 𝐴 + 𝐵. Kemudian A
(numerical answer). diganti dengan 3B sehingga diperoleh
Sedangkan untuk siswa kelas 8 yang 24 = 3𝐵 + 𝐵. Diperoleh 24 = 4𝐵. Se-
penulis temui, dalam menjawab perta- hingga akhirnya diperoleh 𝐵 = 6. Jadi
nyaan nomor 1, ternyata mereka juga kelereng yang diisikan ke kantong A
masih mendaftar semua kemungkinan adalah 3 kali 6 yaitu 18 butir sedangkan
dengan cara memasangkan bilangan- kelereng yang dimasukkan ke kantong B
bilangan yang berjumlah 24, yaitu ada 6 butir.
kelereng di kantong A sebanyak 1 butir Dari jawaban siswa kelas 8 ini penulis
dan kelereng di kantong B 23 butir, yaitu menyimpulkan bahwa siswa kelas 8 ini
kelereng di kantong A sebanyak 2 butir ketika menjawab soal nomor 1, berpikir
dan kelereng di kantong B 22 butir, yaitu aritmetika, tetapi ketika menjawab soal
kelereng di kantong A sebanyak 3 butir nomor 2, nomor 3, dan nomor 4 berpikir
dan kelereng di kantong B 21 butir, yaitu aljabar. Hal ini merupakan salah satu ben-
kelereng di kantong A sebanyak 4 butir tuk berpikir aljabar yang dikemukakan
dan kelereng di kantong B 20 butir, dan oleh Kaput (dalam Van de Walle, 2010),
seterusnya sehingga menuliskan ada yaitu: penggunaan simbol yang bermakna
sebanyak 12 kemungkinan. Dalam men- (meaningful use of symbols).
jawab pertanyaan nomor 2, siswa-siswa
kelas 8 ini teryata sudah memisalkan bi- KESIMPULAN
langan tertentu yang diamsukkan ke kan- Dari pembahasan di atas menun-
tog A adalah x, sehingga jumlah kelereng jukkan bahwa dalam menyelesaikan soal
yang diamsukkan ke kantong B adalah 24- cerita ini, ternyata masih ada siswa
x. Jadi siswa sudah tidak lagi mendaftar menggunakan proses berpikir aritmetika
semua kemungkinan seperti dalam men- tetapi sudah ada pula sudah menggunakan
jawab soal nomor 1. proses berpikir aljabar. Berpikir arit-
Dalam menjawab soal nomor 3, siswa ke- metika dalam menyelesaikan soal cerita
las 8 ini sudah memisalkan jumlah keler- dilakukan oleh siswa kelas 7, sedangkan
eng di kantong A adalah A, sedangkan berpikir aljabar dalam menyelesaikan soal
jumlah keereng di kantong B adalah B, cerita dilakukan oleh siswa kelas 8. Dari
Hidayanto, Erry, Proses Berpikir Aritmetika dan Aljabar Siswa, 177

kesimpulan tersebut penulis membidik tentang adanya suatu transisi berpikir dari
suatu dugaan untuk diteliti lebih lanjut berpikir aritmetika ke berpikir aljabar.

DAFTAR RUJUKAN
Kieran, Carolyn. 2004. Algebraic Think- 2010. Elementary and Middle
ing in the Early Grades: What Is School Mathematics, Teaching
It? The Mathematics Educator. Develop-mentally (7th ed). Boston:
Vol. 8. N0. 1, 139-151. Allyn & Bacon.
Van de Walle, John A., Karp, Karen S,
and Bay-Williams, Jennifer M.

Anda mungkin juga menyukai