Anda di halaman 1dari 8

Andrian,

Fitriyani, dan Rizki | Seorang Wanita 33 Tahun dengan Myeloradikulopati Thorakal V-VI dengan Gambaran
MRI Schwannoma, namun Hasil Histopatologi adalah Spondilitis TB

Seorang Wanita 33 Tahun dengan Myeloradikulopati Thorakal V-VI dengan


Gambaran MRI Schwannoma, namun Hasil Histopatologi adalah Spondilitis
TB

Andrian Prasetya Wicaksono, Fitriyani, Rizki Hanriko
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Spondilitis tuberkulosa (TB) adalah peradangan granulomatosa pada vertebrae yang bersifat kronis destruktif oleh
Mycobacterium tuberculosis. Manifestasi klinis yang ditimbulkan cenderung lambat dan biasanya didahului gejala
prodromal seperti demam, keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan, dan defisit neurologis terjadi pada tahap
klinis selanjutnya. Seorang wanita 33 tahun dengan keluhan utama kelemahan pada kedua tungkai sejak +1 minggu yang
lalu. Awalnya os mengalami keluhan nyeri pinggang kiri sekitar +7 bulan SMRS. Keluhan nyeri yang dirasakan seperti
terbakar dan menghilang sementara jika diberikan obat pereda nyeri. Kemudian +2 bulan SMRS os mulai merasakan
kelemahan pada bagian kaki kiri dan juga terasa kebas. Sekitar +1 minggu SMRS keluhan yang sama mulai terjadi pada kaki
kanan sehingga os menjadi tidak dapat berjalan. Keluhan yang paling dirasakan saat ini adalah kelemahan pada kedua
tungkai, namun nyeri sudah berkurang. Pada pemeriksaan neurologis, sensibilitas didapatkan adanya penurunan sensasi
raba, nyeri, dan suhu dimulai dari sejajar proccessus xiphoideus ke arah bawah sampai ujung kaki pada sisi kiri dan kanan.
Pada pemeriksaan motorik didapatkan kelemahan kedua tungkai dengan nilai 2/2, pemeriksaan refleks fisiologis ditemukan
hiperefleks kedua tungkai (patella dan achilles), refleks patologis (babinsky, chaddock, dan schaefer) positif, dan klonus
kedua tungkai positif. Berdasarkan pemeriksaan fisik ditemukan bahwa sensibilitas menurun mulai dari setinggi
dermatomal torakal V. Pasien awalnya didiagnosistumor medulla spinalis vertebra torakalis V-VI dan mendapatkan terapi
berupa non-farmakologis, farmakologis. Namun setelah dilakukan tindakan operatif berdasarkan hasil pemeriksaan
histopatologi pasien di diagnosa dengan Spondilitis TB vertebrae torakalis V-VI.

Kata kunci: Mycobacterium tuberculosis, Spondilitis Tuberkulosa

A Woman 33 Years with Myeloradiculopathy Thoracal V-VI with MRI Imaging
Schwannoma, however Results of Histopathology is Spinal Tuberculosis

Abstract
Spinal tuberculosis (TB) is a granulomatous inflammation in chronic destructive vertebrae by Mycobacterium tuberculosis.
Clinical manifestations generated tends to be slow and is usually preceded by prodromal symptoms such as fever, night
sweats, anorexia, weight loss and neurological deficits occur in later clinical stage. A woman, 33 years old with a chief
complaint of weakness in both legs since +1 weeks ago. Initially os experiencing back pain complaints about +7 months left
SMRs. Perceived pain, burning, and disappeared while if given pain medication. About +2 months later began to feel
weakness in the left leg and also felt numb. Approximately, +1 weeks same complaints started in the right foot, and became
unable to walk. Complaints are most felt at the moment is the weakness in the legs, but the pain has been reduced. On
neurological examination, obtained a decrease sensibility of touch, pain, and temperature starting from parallel proccessus
xiphoideus downward to toe on both. Motor system examination, obtained the weakness of both legs with a value of 2/2,
physiological reflex examination found hiperefleks of lower extremity (patellar and achilles), pathological reflexes
(Babinsky, chaddock, and schaefer) is positive, and lower extremity clonus are positive. Based on the physical examination
found that the sensibility decreases ranging from as high as dermatomal thoracic V. Patients initially diagnosed with a spinal
cord tumor thoracic vertebrae V-VI and get a form of non-pharmacological therapy, pharmacological. However, after the
surgery, based on the results of histopathological examination, patients diagnosed with spinal tuberculosis vertebrae
thoracalis V-VI.

Keyword: Mycobacterium tuberculosis, spinal cord tumor, spinal tuberculosis

Korespondensi: Andrian Prasetya Wicaksono, S.Ked.,alamat Jl. Kopi Arabika 5 No. 12 Bandar Lampung, HP 081333319988,
email andrianprasetyaw@outlook.com


Pendahuluan Penyakit tulang dan sendi yang berkaitan
Tuberkulosis merupakan penyakit yang dengan tuberkulosis merupakan penyakit yang
sudah lama dikenal, tetapi sampai saat ini jarang ditemukan, yaitu kira-kira hanya 1-2%
masih belum dapat diberantas. Frekuensi dari seluruh kasus tuberkulosis
tuberkulosis tulang dan sendi selama tiga ekstrapulmoner. Spondilitis tuberkulosa (TB)
dekade terakhir menurun bersamaan dengan adalah peradangan granulomatosa pada
menurunnya frekuensi tuberkulosis paru.1 vertebrae yang bersifat kronis destruktif oleh

J Medula Unila | Volume 7 | Nomor 2 | April 2017 | 22



Andrian, Fitriyani, dan Rizki | Seorang Wanita 33 Tahun dengan Myeloradikulopati Thorakal V-VI dengan Gambaran
MRI Schwannoma, namun Hasil Histopatologi adalah Spondilitis TB

Mycobacterium tuberculosis. Dikenal pula Riwayat merokok dan minum-minum alkohol


dengan nama Pott’s disease of the spine atau disangkal.
tuberculousvertebral osteomyelitis. Pada Dari pemeriksaan fisik didapatkan
umumnya predileksi tulang dan sendi yang keadaan umum pasien tampak sakit sedang,
terkena adalah sendi atau tulang penopang kesadaran kompos mentis, tanda-tanda vital
berat badan. Oleh karena itu, keterlibatan tekanan darah 130/80 mmHg, frekuensi nadi
predileksi tersering tuberkulosis tulang atau 93x/menit, frekuensi pernafasan 24x/menit,
sendi adalah di bagian tulang vertebrae.2,3 suhu 36,6°C. Pemeriksaan sensibilitas
Defisit neurologis muncul pada 10-47% didapatkan adanya penurunan sensasi raba,
kasus pasien dengan spondilitis tuberkulosa. Di nyeri, dan suhu dimulai dari sejajar proccessus
negara yang sedang berkembang, penyakit ini xiphoideus ke arah bawah sampai ujung kedua
merupakan penyebab paling sering untuk kaki. Pada pemeriksaan motorik, didapatkan
kondisi paraplegia non-traumatik. Paraplegia kelemahan kedua tungkai dengan nilai
terjadi lebih tinggi pada orang dewasa kekuatan motorik 2/2, pemeriksaan refleks
dibandingkan dengan anak-anak. Hal ini fisiologis ditemukan hiperefleks kedua tungkai
berhubungan dengan insidensi usia terjadinya (patella dan achilles) dan refleks patologis
infeksi tuberkulosa pada tulang belakang, (babinsky, chaddock, schaefer) didapatkan hasil
kecuali pada dekade pertama (paraplegia positif. Kemudian, pada pemeriksaan klonus
jarang ditemukan pada usia muda.3 pasien didapatkan hasil positif pada kedua
tungkai.
Kasus
Seorang wanita, Ny.M, 33 tahun datang
dengan keluhan utama kelemahan pada kedua
tungkai sejak +1 minggu yang lalu. Awalnya os
mengalami keluhan nyeri pinggang kiri yang
dirasakan terus-menerus sekitar +7 bulan
sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Keluhan
nyeri yang dirasakan seperti terbakar dan
menghilang sementara jika diberikan obat
pereda nyeri. Selama keluhan muncul, os

belum pernah melakukan pemeriksaan diri ke (a)
dokter dan hanya membeli obat pereda nyeri
di warung. Kemudian +2 bulan SMRS os mulai
merasakan kelemahan pada bagian kaki kiri
dan juga terasa kebas yang menyebabkan os
sulit berjalan karena harus menyeret kaki yang
sakit sehingga os menjadi sulit untuk
beraktifitas sehari-hari. Sekitar +1 minggu
SMRS keluhan yang sama mulai terjadi pada
kaki kanan sehingga os menjadi tidak dapat
berjalan. Selanjutnya, os memeriksakan diri ke
dokter dan dilakukan perawatan di Rumah
Sakit Abdul Moeloek. Keluhan yang paling
dirasakan saat ini adalah kelemahan pada
kedua tungkai, namun nyeri sudah berkurang.
Keluhan tersebut baru pertama kali dirasakan
dan belum pernah mendapatkan pengobatan
dari dokter. Riwayat jatuh atau terbentur (b)
sebelumnya disangkal, adanya keluhan BAB
dan BAK disangkal, demam disangkal. Riwayat
penyakit dahulu seperti diabetes melitus,
penyakit jantung, dan penyakit infeksi lainnya
disangkal. Keluarga ataupun kerabat dekat os
tidak ada yang memiliki keluhan serupa.

J Medula Unila | Volume 7 | Nomor 2 | April 2017 | 23


Andrian, Fitriyani, dan Rizki | Seorang Wanita 33 Tahun dengan Myeloradikulopati Thorakal V-VI dengan Gambaran
MRI Schwannoma, namun Hasil Histopatologi adalah Spondilitis TB


(f)
Gambar 1. Rontgen Thoraks AP (a), Rontgen
Vertebrae Thorakal AP/Lateral (b), MRI Thorakal
(c)
(c), MRI Sagital T1 (d), MRI Sagital T2 (e), MRI

Aksial (f)

Pemeriksaan penunjang rontgen thoraks
didapatkan kesan dalam batas normal, rontgen
Vertebrae Thorakal AP/Lateral didapatkan
kesan normal, pemeriksaan MRI didapatkan
hasil berupa massa ekstradural vertebra
torakal 5–torakal 6 yang meluas melalui arcus
neuralis ke intradural yang memberikan
gambaran dumbbell shape yang mengoblitrasi
processus articularis superior dan inferior,
processus transversus, ligamentum flavum,
ligamentum longitudionalis posterior, epidural.
bagian posterior corpus vertebra torakal 5 dan
(d) torakal 6 serta medula spinalis yang
menyebabkan stenosis canalis spinalis
didaerah tersebut et causa spinal nerve sheath
tumor (Schwannoma).
Penatalaksanaan yang diberikan dibagi
menjadi 3 bagian; non-farmakologi,
farmakologi, dan operatif. Tatalaksana non-
medikamentosa berupa mobilisasi ringan
(berubah posisi dan duduk) dan latihan
menggerakkan kedua kaki secara perlahan dan
bertahap. Tatalaksana medikamentosa berupa
IVFD RL xx gtt/menit, ranitidine 2x50mg i.v,
metill prednisolon 2x125 mg i.v, ibuprofen
3x200 mg peroral. Tatalaksana selanjutnya
dilakukan tindakan operatif berupa tumor
removal. Dari pemeriksaan histopatologi (PA)
(e)
jaringan tumor didapatkan gambaran
mikroskopis berupa adanya jaringan ikat
fibrokolagen dengan sebukan sel-sel radang
limfoplasmasitik, sel epiteloid, multinukleated
giant cells dan tidak tampak ganas, dengan
kesimpulan spondilitis tuberkulosis (TB).

J Medula Unila | Volume 7 | Nomor 2 | April 2017 | 24



Andrian, Fitriyani, dan Rizki | Seorang Wanita 33 Tahun dengan Myeloradikulopati Thorakal V-VI dengan Gambaran
MRI Schwannoma, namun Hasil Histopatologi adalah Spondilitis TB

Pembahasan menyebabkan destruksi tulang sehingga dapat


Kebanyakan infeksi tuberkulosis tulang menyebabkan kolapnya korpus vertebrae dan
dan sendi disebabkan oleh strain lebih lanjut akan menyebabkan perubahan
Mycobacterium tuberculosis. Infeksi pada pada diskus intervertebral dan akan timbul
sistem muskuloskeletal disebabkan oleh deformitas berbentuk gibus. Seluruh proses
penyebaran hematogen dari lesi primer pada peradangan tersebut dapat menyebabkan
traktus respiratorius. Reaksi infeksi dapat kompresi pada medula spinalis sehingga akan
timbul segera setelah lesi primer atau mungkin menyebabkan kelemahan motorik.3,4,5,6
bertahun-tahun sebagai reaktivasi penyakit. Tumor medula spinalis adalah suatu
Pada penyakit spondilitis TB sering dicurigai penyakit yang umumnya jarang dijumpai dan
sebagai tumor spinal metastasis oleh karena hanya terjadi pada beberapa populasi kecil.
diagnosa banding yang paling mungkin selain Namun, penyakit ini dapat menimbulkan
penyakit infeksi pada tulang belakang.3 kelemahan pada anggota gerak bahkan dapat
Berdasarkan anamnesis, pasien awalnya menyebabkan suatu kematian. Dalam
mengalami keluhan berupa nyeri pinggang kiri mendiagnosa suatu penyakit tumor medula
sekitar +7 bulan SMRS, nyeri yang dirasakan spinalis, tempat dari lokasi tumor merupakan
seperti sensasi terbakar. Keluhan timbul terus- hal yang sangat penting. Magnetic Resonance
menerus dan menghilang sementara dengan Imaging (MRI) memiliki peran utama dalam
obat pereda nyeri. Sekitar +2 bulan SMRS os mendiagnosa tumor medula spinalis serta
mulai merasakan kelemahan pada bagian kaki penentuan letak dari tumor tersebut.7
kiri dan juga terasa kebas, hal tersebut Tumor medula spinalis umumnya
menyebabkan os sulit berjalan karena harus dikelompokkan berdasarkan lokasi, yaitu
menyeret kaki yang sakit sehingga os menjadi esktradural, intradural-ekstramedular,
sulit untuk beraktifitas sehari-hari. Sekitar +1 intradural-intramedular. Lesi pada masing-
minggu SMRS keluhan yang sama mulai terjadi masing lokasi memiliki manifestasi klinis yang
pada kaki kanan, sehingga os menjadi tidak khas dan dapat membantu dalam penentuan
dapat berjalan. Keluhan yang paling dirasakan lokasi tumor berada. Pada saat lesi tumor
saat ini adalah terdapatnya kelemahan pada berada pada salah satu lokasi, maka diagnosis
kedua kaki, namun keluhan nyeri sudah banding dapat diperoleh dari kemungkinan
berkurang. penyakit apa saja yang paling sering
Dari anamnesis, diketahui bahwa gejala menyerang lokasi tersebut. Lokasi tumor
awal berupa keluhan nyeri yang sangat medula spinalis dapat diidentifikasi melalui
dominan sebelum timbul tanda dan gejala pemeriksaan radiologis yaitu MRI, yang
neurologis lainnya. Hal tersebut, memberikan merupakan modalitas utama untuk melakukan
kecenderungan kearah tumor medula spinalis penegakkan diagnosis yang definitif. Tumor
karena pada pasien tidak didapatkan keluhan esktradural berada di luar duramater yaitu
seperti demam, keringat malam, anoreksia, berasal dari jaringan tulang vertebrae, namun
serta penurunan berat badan yang biasanya dapat juga berasal dari jaringan saraf, jaringan
terjadi pada penyakit TB. Selain itu, riwayat ikat, jaringan lemak, pembuluh darah, dan
penyakit infeksi sebelumnya pun disangkal. jaringan limfe sekitar duramater. Namun,
Namun, karena keluhan yang paling menonjol umumnya tumor ini berasal dari metastase
adalah keluhan neurologis yang berasal dari tumor. Tumor intradural-ekstramedular adalah
daerah spinal, maka diagnosa banding yang lesi tumor yang berada di dalam lapisan
dapat memungkinkan selain tumor medula duramater tetapi di luar medula spinalis,
spinalis adalah spondilitis TB. Pada tumor sedangkan tumor intradural-intramedular
spinal gejala neurologis muncul dikarenakan adalah tumor yang berasal dari medula
adanya desakan dari massa tumor yang spinalis.8,9
tumbuh secara progresif dan akan Manifestasi klinis yang ditimbulkan dari
mengganggu radiks saraf pada lokasi tersebut tumor medula spinalis bergantung pada lokasi
sehingga timbul nyeri radikular, kemudian tumor dan memiliki karakteristik khas yang
desakan lebih lanjut akan menyebabkan berbeda-beda. Pada tumor esktradural
kelemahan motorik. Pada spondilitis TB, area biasanya menimbulkan keluhan nyeri yang
lesi secara bertahap bertambah besar dan luas sangat dominan sesuai dengan lokasi dan
serta kemampuannya berpenetrasi yang penjalaran radiks dermatomal. Manifestasi

J Medula Unila | Volume 7 | Nomor 2 | April 2017 | 25


Andrian, Fitriyani, dan Rizki | Seorang Wanita 33 Tahun dengan Myeloradikulopati Thorakal V-VI dengan Gambaran
MRI Schwannoma, namun Hasil Histopatologi adalah Spondilitis TB

klinis berupa nyeri sering mendahului tanda dengan kelemahan motorik yang bervariasi.
dan gejala neurologis. Pada tumor intradural Selain itu, dapat pula terjadi gangguan fungsi
ekstramedular munculnya nyeri berkaitan kandung kemih dan anorektal.3,12
dengan radiks saraf, oleh karena itu nyeri Pemeriksaan fisik berupa pemeriksaan
radikular yang bersifat kronik mendahului neurologis penting dalam mendiagnosa kasus
gejala-gejala lainnya. Nyeri yang dirasakan yang berhubungan dengan sistem saraf.
terutama pada saat malam hari. Terdapat Dengan pemeriksaan ini dapat
gangguan berjalan, retensi urin, dan gejala menggambarkan suatu kelainan saraf yang
myelopati. Tumor intradural-intramedular terjadi pada pasien. Pada pemeriksaan
muncul dengan progresifitas yang berjalan neurologis, sensibilitas didapatkan adanya
secara lambat dan bersifat tidak nyeri. Karena penurunan sensasi raba, nyeri, dan suhu
tumor ini dapat merusak berbagai struktur dimulai dari sejajar proccessus xiphoideus ke
daerah medula spinalis, daerah persilangan arah bawah sampai ujung kedua kaki. Hal
dari jaras saraf nyeri dan suhu rusak sehingga tersebut dapat menunjukkan bahwa
terjadi defisit sensoris pada penderita.10 sensibilitas menurun mulai dari setinggi
Pasien dengan tumor metastasis pasti dermatomal torakal V ke arah bawah. Pada
memiliki bagian dari asal tumor. Daerah pemeriksaan motorik, didapatkan kelemahan
vertebra torakolumbal merupakan predileksi kedua tungkai dengan nilai kekuatan motorik
tersering lokasi metastase tumor untuk 2/2, pemeriksaan refleks fisiologis ditemukan
tumbuh dan berkembang. Keluhan nyeri hiperefleks kedua tungkai (patella dan achilles)
merupakan keluhan yang paling dominan pada dan refleks patologis (babinsky, chaddock, dan
pasien dengan tumor metastasis. Keluhan nyeri schaefer) didapatkan hasil positif.Kemudian,
muncul terlebih dahulu sebelum keluhan pada pemeriksaan klonus pasien didapatkan
lainnya muncul selama mingguan atau hasil positif pada kedua tungkai.13
bulanan. Progresifitas dari pembesaran tumor Pada kondisi transverse myelopati,
nantinya akan menimbulkan desakan lebih kerusakan pada daerah tersebut akan
lanjut yang akan memperparah gangguan menyebabkan gangguan jaras asenden dan
neurologis seperti kelemahan motorik desenden dari persarafan dibawahnya.
bergantung pada lokasi tumor dan pola Sehingga, akan timbul gangguan sensoris dan
dermatomal inervasi saraf. Namun, pada motoris saraf dibawahnya. Transverse
spondilitis TB predileksinya pun terutama pada myelopati dapat disebabkan oleh tumor spinal
daerah torakolumbal dan progresifitasnya ataupun cedera spinal. Pada gangguan sensoris
berjalan secara kronik. Keluhan sensoris dan akan timbul gangguan sensasi raba (halus,
motorik juga dapat terjadi bergantung pada kasar), posisi, getaran, suhu, dan juga nyeri
lokasi kompresi.3,5,6,11 pada bagian saraf dibawah lokasi lesi.
Sedangkan, keluhan klinis spondilitis Gangguan motoris yang muncul berupa gejala
tuberkulosa bervariasi dari bulan hingga tahun. upper motor neuron yaitu adanya gangguan
Keluhan sistemis biasanya lebih sering hipertonik, hiperefleks, serta mungkin terdapat
didapatkan, secara umum dapat berupa paraplegia maupun quadriplegia bergantung
demam yang hilang timbul, keringat malam, pada setinggi level lesi.14
anoreksia, serta penurunan berat badan. Pada saat ini pemeriksaan yang
Abnormalitas neurologi berupa keluhan dilakukan untuk menunjang diagnosa pada
paraplegia, paraparesis, gangguan sensasi, daerah spinal sudah sangat maju. Pemeriksaan
nyeri radikal, dan sindrom kauda ekuina. Pada penunjang yang menjadi pilihan utama adalah
gangguan lanjut biasanya akan ada deformitas, Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan
dapat berupa: kifosis (gibbus/angulasi Computed Tomography Scan (CT Scan).
posterior), skoliosis, bayonet deformity, Namun, dalam mendiagnosa daerah spinal
subluksasi, spondilolistesis, dan dislokasi. pilihan terbaik adalah MRI karena MRI dapat
Insidensi paraplegia pada spondiitis lebih menunjukkan daerah medula spinalis, akar
banyak ditemukan pada infeksi di area torakal saraf, dan daerah sekitarnya dengan jelas.
dan servikal. Jika timbul paraplegia akan Selain itu, hasil MRI dapat dengan jelas
tampak kekakuan pada alat gerak bawah menentukan lokasi tumor medula spinalis.
dengan refleks tendon dalam keadaan Pemeriksaan penunjang MRI pasien didapatkan
hiperaktif, misalnya pola jalan yang kaku hasil berupa massa ekstradural vertebra

J Medula Unila | Volume 7 | Nomor 2 | April 2017 | 26



Andrian, Fitriyani, dan Rizki | Seorang Wanita 33 Tahun dengan Myeloradikulopati Thorakal V-VI dengan Gambaran
MRI Schwannoma, namun Hasil Histopatologi adalah Spondilitis TB

torakal 5–torakal 6 yang meluas melalui arcus Tatalaksana spondilitis TB dibagi menjadi
neuralis ke intradural yang memberikan 3 bagian utama, yaitu non-farmakologi,
gambaran dumbbell shape yang mengoblitrasi farmakologi, dan tindakan operatif.
processus articularis superior dan inferior, Tatalaksana non-farmakologi dapat dilakukan
proccessus transversus, ligamentum flavum, dengan tirah baring dan ambulasi minimal
ligamentum longitudionalis posterior, pada pasien, hal tersebut dimaksudkan sebagai
epidural. bagian posterior corpus vertebra sarana penunjang upaya pengobatan medis,
torakal 5 dan torakal 6 serta medula spinalis pada kasus ini pasien telah diupayakan agar
yang menyebabkan stenosis canalis spinalis tirah baring serta ambulasi minimal.
didaerah tersebut ec spinal nerve sheath tumor Tatalaksana farmakologi dengan anti
(Schwannoma).15,16 tuberkulosis harus diberikan segera mungkin
Dari sudut pandang radiologis, karena pemberian obat anti tuberkulosis (OAT)
penegakkan diagnosis suatu tumor pada merupakan terapi kausatif yang diharapkan
daerah tulang berdasarkan hasil pencitraan dapat mengeradikasi patogen penyebab
bukanlah hal yang dianjurkan, karena pada penyakit. Pada kasus ini, karena kecurigaan
beberapa kasus terdapat kesulitan untuk awal mengarah pada suatu penyakit tumor
membedakan tumor dengan suatu infeksi. sehingga terapi yang diberikan berupa IVFD RL
Pada beberapa kasus tumor khususnya xx gtt/menit, ranitidine 2x50 mg i.v, metil
schwannoma jarang sekali berada pada bagian prednisolon 2x125 mg i.v, ibuprofen 3x200 mg
intramedular, oleh karena itu gambaran peroral. Pemberian kortikosteroid pada pasien
radiologi pada schwannoma berada pada area tujuannya adalah untuk menekan respon
perluasan tulang, namun korteks biasanya inflamasi sekitar jaringan lesi agar tidak
tetap utuh, atau mengalami penipisan, bulging, memperburuk kerusakan jaringan tersebut.
ataupun dapat juga mengalami perlubangan Pilihan kortikosteroid yang digunakan adalah
membentuk dumbbell shape. Berbeda halnya metil prednisolon, hal ini juga bertujuan agar
dengan tuberkulosis tulang, pada gambaran dapat menurunkan derajat nyeri dan
radiologi dapat ditemukan tiga temuan penting memperbaiki serta meningkatkan fungsi
yang khas pada TB, yaitu endplate disruption, neurologis pada pasien. Kemudian, diberikan
paravertebral soft tissue abscess, dan juga ibuprofen yang merupakan golongan
terdapatnya peningkatan densitas pada discus NSAID yang berfungsi sebagai pain relief
intervertebralis T2W.17,18,19,20 (analgesik) dan anti inflamasi. Pilihan terapi
Diagnosa pasti (gold standard) NSAID memiliki berbagai keuntungan karena
ditegakkan berdasarkan gambaran secara statistik lebih efektif dalam
histopatologi baik kasus tumor maupun menghilangkan nyeri serta memberikan respon
tuberkulosis tulang. Pada kasus tumor klinis yang baik pada pasien. Tatalaksana
(schwannoma) karakteristik khas yang dapat operatif spondilitis TB dianggap tidak perlu
ditemukan adalah gross appearance yang dilakukan apabila tatalaksana farmakologi OAT
massa nya dibatasi oleh jaringan degeneratif sudah memberikan hasil perbaikan klinis,
variasi compact spindle, hiposelular, mikrositik, namun beberapa kasus mungkin memerlukan
yang mengandung banyak makrofag dan tindakan operatif dengan indikasi 1). Tumor
jaringan kolagen serta adanya kapsul yang dan jaringan tidak dapat didiagnosis, 2). Kasus
berbatas tegas. Sedangkan pada tuberkulosis berulang, 3). Kifosis, 4). Defisit neurologis, 5).
tulang, temuan yang paling sering pada Dan juga perburukan klinis. Pada kasus ini
histopatologi adalah terdapatnya sel epiteloid tindakan operatif dilakukan pada pasien
granulomatous, jaringan nekrosis, adanya dengan indikasi adanya defisit neurologis yang
infiltrasi limfosit, dan sebukan sel berinti mendasari keluhan utama pada pasien.20,23-27
(multinucleated) dan Langhan’s giant cells. Komplikasi yang mungkin dapat
Pada kasus ini pemeriksaan histopatologi (PA) ditimbulkan oleh spondilitis TB berupa
didapatkan gambaran mikroskopis berupa paraplegia atau mungkin quadriplegia
adanya jaringan ikat fibrokolagen dengan bergantung pada predileksinya dan hal
sebukan sel-sel radang limfoplasmasitik, sel tersebut merupakan komplikasi yang serius
epiteloid, multinukleated giant cells dan tidak karena dapat menentukan suatu prognosis
tampak ganas, serta kesimpulan berupa yang akan didapat. Pada kasus ini, didapatkan
spondilitis tuberkulosis (TB).21,22 pasien sudah mengalami kondisi paraparese

J Medula Unila | Volume 7 | Nomor 2 | April 2017 | 27


Andrian, Fitriyani, dan Rizki | Seorang Wanita 33 Tahun dengan Myeloradikulopati Thorakal V-VI dengan Gambaran
MRI Schwannoma, namun Hasil Histopatologi adalah Spondilitis TB

akibat dari progresifitas spondilitis TB, dan 8. Gebauer GP, Farjoodi, Sciubba DM,
belum mencapai kondisi paraplegia. Namun, Gokaslan ZL. Riley LH, Bruce A, et al.
adanya suatu kondisi defisit neurologis Magnetic resonance imaging of spine
merupakan prognosis yang buruk pada pasien- tumors: classification, differential
pasien spondilitis TB. Oleh karena itu, diagnosis, and spectrum of disease. J
prognosis pasien ini adalah dubia ad Bone Joint Surg Am. 2008; 90 Suppl 4:146-
malam.20,22 62.
9. Satyanegara. Tumor spinal. Dalam:
Simpulan Satyanegara, Hasan RY, Abubakar S,
Seorang wanita usia 33 tahun datang Maulana AJ, Sufarnap E, Benhadi I, et al.,
dengan keluhan utama kelemahan pada kedua editors. Ilmu bedah saraf. Jakarta:
tungkai sejak +1 minggu yang lalu. Melalui Gramedia; 2002. hlm. 407-29.
anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang 10. Rao UM, Perisetti BB, Reddy S, Lalitha J.
didapatkan kecurigaan kearah tumor. Namun, Magnetic resonance evaluation of intra
setelah dilakukan pemeriksaan histopatologi dural spinal tumors with histopathology
jaringan post operasi, didapatkan hasil berupa correlation. Int J Res Med Sci. 2015;
spondilitis TB. 3(11):3051-57.
Progresifitas spondilitis TB yang lambat 11. Ekayuda I. Infeksi tulang dan sendi. Dalam:
menimbulkan kesulitan dalam penegakan Ekayuda I, editor. Radiologi diagnostik.
diagnosa. Manifestasi klinis yang muncul Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
berupa gangguan neurologis, memiliki Indonesia; 2005. hlm. 62-73.
kecenderungan ke arah kondisi tumor. 12. Isbaniyah F, Thabrani Z, Soepandi PZ,
Pencitraan MRI sekalipun memiliki kelemahan Burhan E, Reviono, Soedarsono, et al.
dalam ketepatan diagnosa. Oleh karena itu, Tuberkulosis pedoman diagnosis dan
pemeriksaan histopatologi tetap menjadi suatu penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta:
gold standard. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
(PDPI); 2011.
Daftar Pustaka 13. Lumbantobing SM. Neurologi klinik
1. Setiyohadi B, Tambunan AS. Infeksi tulang pemeriksaan fisik dan mental. Jakarta:
dan sendi. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi Fakultas Kedokteran Universitas
B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Indonesia; 2015.
Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta: 14. Brazis PW, Masdeu JC, Biller J. Spinal cord.
Interna Publishing; 2009. hlm. 2639-49. Dalam: Brazis PW, Masdeu JC, Biller J,
2. Munir B. Neurologi dasar. Jakarta: Sagung editors. Localization clinical neurology.
Seto; 2015. Philadelphia: Lippincoltt Williams &
3. Helmi, ZN. Buku ajar gangguan Wilkins; 2011. hlm. 99-126.
muskuloskeletal. Jakarta: Salemba 15. Kasim KA, Thurnher MM, Mckeever P,
Medika; 2013. Sundgren PC. Intradural spinal tumors:
4. Ravi N, Manjappa BH. MRI evaluation of current classification and MRI features.
different spectrum of spinal tumors. SSRG- Neuroradiology. 2008; 50(4):301-14.
IJMS. 2014; 1(2):14-30. 16. Quiles E, Gomez RG, Laguillo R, Garcia R,
5. Westphal M. Intramedullary tumors. Caro F, Perez S. A comprehensive review
Dalam: Tonn JC, Westphal M, Rutka JT, of intraspinal tumors: diagnostic,
editors. Oncology of CNS tumor. London: classification and radio-pathologic
Springer; 2010:688-708. correlation. Spain: Girona; 2013.
6. Rooper AH, Samuel, Klein JP. Diseases of 17. Celli P, Trillo G, Ferrante L. Spinal
spinal cord. Dalam: Rooper AH, Samuel, extradural schwannoma. J Neurosurg
Klein JP, editors. Adams and Victor’s Spine. 2005; 2(4):447-56.
principle of neurology. New York: 18. Rodriguez FJ, Folpe AL, Giannini C, Perry A.
McGraw-Hill; 2014. hlm. 1274-87. Pathology of peripheral nerve sheath
7. Goethem JWM, Hauwe LVD, Ozsarlak O, tumors: diagnostic overview and update
Schepper AMAD, Parizel PM. Spinal on selected diagnostic problems. Acta
tumors. Eur J Radiol. 2004; 50(2):159-76. Neuropathol. 2012; 123(2):295-319.

J Medula Unila | Volume 7 | Nomor 2 | April 2017 | 28



Andrian, Fitriyani, dan Rizki | Seorang Wanita 33 Tahun dengan Myeloradikulopati Thorakal V-VI dengan Gambaran
MRI Schwannoma, namun Hasil Histopatologi adalah Spondilitis TB

19. Anley CM, Brandt AD, Dunn R. Magneting pada metastase spinal. Jakarta:
resonance imaging findings in spinal Universitas Kristen Krida Wacana; 2008.
tuberculosis: comparison of HIV positive 25. Ong CKS, Lirk P, Tan CH, Seymour RA. An
and negative patients. Indian J Orthop. evidence-based update on nonsteroidal
2012; 46(2):186-90. anti-inflammatory drugs. Clin Med Res.
20. Garg RK, Somvanshi DS. Spinal 2007; 5(1):19-34.
tuberculosis: a review. J Spinal Cord Med. 26. Wegman A, Daniele VDW, Maurits VT,
2011; 34(5):440-54. Stalman W, Theo DV. Nonsteroidal
21. Canbay S, Hasturk AE, Basmaci M, Erten F, antiinflammatory drugs or acetaminophen
Harman F. Management of thoracal and for osteoarthritis of the hip or knee: A
lumbar schwannomas using a unilateral systematic review of evidence and
approach without instability: an analysis guidelines. J Rheumatol. 2004; 31(2):344-
of 15 cases. Asian Spine J. 2012; 6(1):43-9. 54.
22. Moorthy S, Prabhu NK. Spectrum of MRI 27. Harrop DS, Sharan AD. Spinal cord tumors
imaging findings in spinal tuberculosis. - management of intradural
AJR. 2002; 179(4):979-83. intramedullary neoplasms [internet]. New
23. Ruppert LM. The role of corticosteroids in York: Medscape; 2009 [diakses tanggal 1
the treatment of metastatics epidural Maret 2017]. Tersedia dari:
spinal cord compression. Int J Phys Med http://emedicine.medscape.com/article/2
Rehabil. 2013; 1(1):1-2. 49306-print.
24. Pinzon R. Peran kortikosteroid sistemik
sebagai terapi adjuvan nyeri punggung

J Medula Unila | Volume 7 | Nomor 2 | April 2017 | 29

Anda mungkin juga menyukai