Fitriyani, dan Rizki | Seorang Wanita 33 Tahun dengan Myeloradikulopati Thorakal V-VI dengan Gambaran
MRI Schwannoma, namun Hasil Histopatologi adalah Spondilitis TB
(f)
Gambar 1. Rontgen Thoraks AP (a), Rontgen
Vertebrae Thorakal AP/Lateral (b), MRI Thorakal
(c)
(c), MRI Sagital T1 (d), MRI Sagital T2 (e), MRI
Aksial (f)
Pemeriksaan penunjang rontgen thoraks
didapatkan kesan dalam batas normal, rontgen
Vertebrae Thorakal AP/Lateral didapatkan
kesan normal, pemeriksaan MRI didapatkan
hasil berupa massa ekstradural vertebra
torakal 5–torakal 6 yang meluas melalui arcus
neuralis ke intradural yang memberikan
gambaran dumbbell shape yang mengoblitrasi
processus articularis superior dan inferior,
processus transversus, ligamentum flavum,
ligamentum longitudionalis posterior, epidural.
bagian posterior corpus vertebra torakal 5 dan
(d) torakal 6 serta medula spinalis yang
menyebabkan stenosis canalis spinalis
didaerah tersebut et causa spinal nerve sheath
tumor (Schwannoma).
Penatalaksanaan yang diberikan dibagi
menjadi 3 bagian; non-farmakologi,
farmakologi, dan operatif. Tatalaksana non-
medikamentosa berupa mobilisasi ringan
(berubah posisi dan duduk) dan latihan
menggerakkan kedua kaki secara perlahan dan
bertahap. Tatalaksana medikamentosa berupa
IVFD RL xx gtt/menit, ranitidine 2x50mg i.v,
metill prednisolon 2x125 mg i.v, ibuprofen
3x200 mg peroral. Tatalaksana selanjutnya
dilakukan tindakan operatif berupa tumor
removal. Dari pemeriksaan histopatologi (PA)
(e)
jaringan tumor didapatkan gambaran
mikroskopis berupa adanya jaringan ikat
fibrokolagen dengan sebukan sel-sel radang
limfoplasmasitik, sel epiteloid, multinukleated
giant cells dan tidak tampak ganas, dengan
kesimpulan spondilitis tuberkulosis (TB).
klinis berupa nyeri sering mendahului tanda dengan kelemahan motorik yang bervariasi.
dan gejala neurologis. Pada tumor intradural Selain itu, dapat pula terjadi gangguan fungsi
ekstramedular munculnya nyeri berkaitan kandung kemih dan anorektal.3,12
dengan radiks saraf, oleh karena itu nyeri Pemeriksaan fisik berupa pemeriksaan
radikular yang bersifat kronik mendahului neurologis penting dalam mendiagnosa kasus
gejala-gejala lainnya. Nyeri yang dirasakan yang berhubungan dengan sistem saraf.
terutama pada saat malam hari. Terdapat Dengan pemeriksaan ini dapat
gangguan berjalan, retensi urin, dan gejala menggambarkan suatu kelainan saraf yang
myelopati. Tumor intradural-intramedular terjadi pada pasien. Pada pemeriksaan
muncul dengan progresifitas yang berjalan neurologis, sensibilitas didapatkan adanya
secara lambat dan bersifat tidak nyeri. Karena penurunan sensasi raba, nyeri, dan suhu
tumor ini dapat merusak berbagai struktur dimulai dari sejajar proccessus xiphoideus ke
daerah medula spinalis, daerah persilangan arah bawah sampai ujung kedua kaki. Hal
dari jaras saraf nyeri dan suhu rusak sehingga tersebut dapat menunjukkan bahwa
terjadi defisit sensoris pada penderita.10 sensibilitas menurun mulai dari setinggi
Pasien dengan tumor metastasis pasti dermatomal torakal V ke arah bawah. Pada
memiliki bagian dari asal tumor. Daerah pemeriksaan motorik, didapatkan kelemahan
vertebra torakolumbal merupakan predileksi kedua tungkai dengan nilai kekuatan motorik
tersering lokasi metastase tumor untuk 2/2, pemeriksaan refleks fisiologis ditemukan
tumbuh dan berkembang. Keluhan nyeri hiperefleks kedua tungkai (patella dan achilles)
merupakan keluhan yang paling dominan pada dan refleks patologis (babinsky, chaddock, dan
pasien dengan tumor metastasis. Keluhan nyeri schaefer) didapatkan hasil positif.Kemudian,
muncul terlebih dahulu sebelum keluhan pada pemeriksaan klonus pasien didapatkan
lainnya muncul selama mingguan atau hasil positif pada kedua tungkai.13
bulanan. Progresifitas dari pembesaran tumor Pada kondisi transverse myelopati,
nantinya akan menimbulkan desakan lebih kerusakan pada daerah tersebut akan
lanjut yang akan memperparah gangguan menyebabkan gangguan jaras asenden dan
neurologis seperti kelemahan motorik desenden dari persarafan dibawahnya.
bergantung pada lokasi tumor dan pola Sehingga, akan timbul gangguan sensoris dan
dermatomal inervasi saraf. Namun, pada motoris saraf dibawahnya. Transverse
spondilitis TB predileksinya pun terutama pada myelopati dapat disebabkan oleh tumor spinal
daerah torakolumbal dan progresifitasnya ataupun cedera spinal. Pada gangguan sensoris
berjalan secara kronik. Keluhan sensoris dan akan timbul gangguan sensasi raba (halus,
motorik juga dapat terjadi bergantung pada kasar), posisi, getaran, suhu, dan juga nyeri
lokasi kompresi.3,5,6,11 pada bagian saraf dibawah lokasi lesi.
Sedangkan, keluhan klinis spondilitis Gangguan motoris yang muncul berupa gejala
tuberkulosa bervariasi dari bulan hingga tahun. upper motor neuron yaitu adanya gangguan
Keluhan sistemis biasanya lebih sering hipertonik, hiperefleks, serta mungkin terdapat
didapatkan, secara umum dapat berupa paraplegia maupun quadriplegia bergantung
demam yang hilang timbul, keringat malam, pada setinggi level lesi.14
anoreksia, serta penurunan berat badan. Pada saat ini pemeriksaan yang
Abnormalitas neurologi berupa keluhan dilakukan untuk menunjang diagnosa pada
paraplegia, paraparesis, gangguan sensasi, daerah spinal sudah sangat maju. Pemeriksaan
nyeri radikal, dan sindrom kauda ekuina. Pada penunjang yang menjadi pilihan utama adalah
gangguan lanjut biasanya akan ada deformitas, Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan
dapat berupa: kifosis (gibbus/angulasi Computed Tomography Scan (CT Scan).
posterior), skoliosis, bayonet deformity, Namun, dalam mendiagnosa daerah spinal
subluksasi, spondilolistesis, dan dislokasi. pilihan terbaik adalah MRI karena MRI dapat
Insidensi paraplegia pada spondiitis lebih menunjukkan daerah medula spinalis, akar
banyak ditemukan pada infeksi di area torakal saraf, dan daerah sekitarnya dengan jelas.
dan servikal. Jika timbul paraplegia akan Selain itu, hasil MRI dapat dengan jelas
tampak kekakuan pada alat gerak bawah menentukan lokasi tumor medula spinalis.
dengan refleks tendon dalam keadaan Pemeriksaan penunjang MRI pasien didapatkan
hiperaktif, misalnya pola jalan yang kaku hasil berupa massa ekstradural vertebra
torakal 5–torakal 6 yang meluas melalui arcus Tatalaksana spondilitis TB dibagi menjadi
neuralis ke intradural yang memberikan 3 bagian utama, yaitu non-farmakologi,
gambaran dumbbell shape yang mengoblitrasi farmakologi, dan tindakan operatif.
processus articularis superior dan inferior, Tatalaksana non-farmakologi dapat dilakukan
proccessus transversus, ligamentum flavum, dengan tirah baring dan ambulasi minimal
ligamentum longitudionalis posterior, pada pasien, hal tersebut dimaksudkan sebagai
epidural. bagian posterior corpus vertebra sarana penunjang upaya pengobatan medis,
torakal 5 dan torakal 6 serta medula spinalis pada kasus ini pasien telah diupayakan agar
yang menyebabkan stenosis canalis spinalis tirah baring serta ambulasi minimal.
didaerah tersebut ec spinal nerve sheath tumor Tatalaksana farmakologi dengan anti
(Schwannoma).15,16 tuberkulosis harus diberikan segera mungkin
Dari sudut pandang radiologis, karena pemberian obat anti tuberkulosis (OAT)
penegakkan diagnosis suatu tumor pada merupakan terapi kausatif yang diharapkan
daerah tulang berdasarkan hasil pencitraan dapat mengeradikasi patogen penyebab
bukanlah hal yang dianjurkan, karena pada penyakit. Pada kasus ini, karena kecurigaan
beberapa kasus terdapat kesulitan untuk awal mengarah pada suatu penyakit tumor
membedakan tumor dengan suatu infeksi. sehingga terapi yang diberikan berupa IVFD RL
Pada beberapa kasus tumor khususnya xx gtt/menit, ranitidine 2x50 mg i.v, metil
schwannoma jarang sekali berada pada bagian prednisolon 2x125 mg i.v, ibuprofen 3x200 mg
intramedular, oleh karena itu gambaran peroral. Pemberian kortikosteroid pada pasien
radiologi pada schwannoma berada pada area tujuannya adalah untuk menekan respon
perluasan tulang, namun korteks biasanya inflamasi sekitar jaringan lesi agar tidak
tetap utuh, atau mengalami penipisan, bulging, memperburuk kerusakan jaringan tersebut.
ataupun dapat juga mengalami perlubangan Pilihan kortikosteroid yang digunakan adalah
membentuk dumbbell shape. Berbeda halnya metil prednisolon, hal ini juga bertujuan agar
dengan tuberkulosis tulang, pada gambaran dapat menurunkan derajat nyeri dan
radiologi dapat ditemukan tiga temuan penting memperbaiki serta meningkatkan fungsi
yang khas pada TB, yaitu endplate disruption, neurologis pada pasien. Kemudian, diberikan
paravertebral soft tissue abscess, dan juga ibuprofen yang merupakan golongan
terdapatnya peningkatan densitas pada discus NSAID yang berfungsi sebagai pain relief
intervertebralis T2W.17,18,19,20 (analgesik) dan anti inflamasi. Pilihan terapi
Diagnosa pasti (gold standard) NSAID memiliki berbagai keuntungan karena
ditegakkan berdasarkan gambaran secara statistik lebih efektif dalam
histopatologi baik kasus tumor maupun menghilangkan nyeri serta memberikan respon
tuberkulosis tulang. Pada kasus tumor klinis yang baik pada pasien. Tatalaksana
(schwannoma) karakteristik khas yang dapat operatif spondilitis TB dianggap tidak perlu
ditemukan adalah gross appearance yang dilakukan apabila tatalaksana farmakologi OAT
massa nya dibatasi oleh jaringan degeneratif sudah memberikan hasil perbaikan klinis,
variasi compact spindle, hiposelular, mikrositik, namun beberapa kasus mungkin memerlukan
yang mengandung banyak makrofag dan tindakan operatif dengan indikasi 1). Tumor
jaringan kolagen serta adanya kapsul yang dan jaringan tidak dapat didiagnosis, 2). Kasus
berbatas tegas. Sedangkan pada tuberkulosis berulang, 3). Kifosis, 4). Defisit neurologis, 5).
tulang, temuan yang paling sering pada Dan juga perburukan klinis. Pada kasus ini
histopatologi adalah terdapatnya sel epiteloid tindakan operatif dilakukan pada pasien
granulomatous, jaringan nekrosis, adanya dengan indikasi adanya defisit neurologis yang
infiltrasi limfosit, dan sebukan sel berinti mendasari keluhan utama pada pasien.20,23-27
(multinucleated) dan Langhan’s giant cells. Komplikasi yang mungkin dapat
Pada kasus ini pemeriksaan histopatologi (PA) ditimbulkan oleh spondilitis TB berupa
didapatkan gambaran mikroskopis berupa paraplegia atau mungkin quadriplegia
adanya jaringan ikat fibrokolagen dengan bergantung pada predileksinya dan hal
sebukan sel-sel radang limfoplasmasitik, sel tersebut merupakan komplikasi yang serius
epiteloid, multinukleated giant cells dan tidak karena dapat menentukan suatu prognosis
tampak ganas, serta kesimpulan berupa yang akan didapat. Pada kasus ini, didapatkan
spondilitis tuberkulosis (TB).21,22 pasien sudah mengalami kondisi paraparese
akibat dari progresifitas spondilitis TB, dan 8. Gebauer GP, Farjoodi, Sciubba DM,
belum mencapai kondisi paraplegia. Namun, Gokaslan ZL. Riley LH, Bruce A, et al.
adanya suatu kondisi defisit neurologis Magnetic resonance imaging of spine
merupakan prognosis yang buruk pada pasien- tumors: classification, differential
pasien spondilitis TB. Oleh karena itu, diagnosis, and spectrum of disease. J
prognosis pasien ini adalah dubia ad Bone Joint Surg Am. 2008; 90 Suppl 4:146-
malam.20,22 62.
9. Satyanegara. Tumor spinal. Dalam:
Simpulan Satyanegara, Hasan RY, Abubakar S,
Seorang wanita usia 33 tahun datang Maulana AJ, Sufarnap E, Benhadi I, et al.,
dengan keluhan utama kelemahan pada kedua editors. Ilmu bedah saraf. Jakarta:
tungkai sejak +1 minggu yang lalu. Melalui Gramedia; 2002. hlm. 407-29.
anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang 10. Rao UM, Perisetti BB, Reddy S, Lalitha J.
didapatkan kecurigaan kearah tumor. Namun, Magnetic resonance evaluation of intra
setelah dilakukan pemeriksaan histopatologi dural spinal tumors with histopathology
jaringan post operasi, didapatkan hasil berupa correlation. Int J Res Med Sci. 2015;
spondilitis TB. 3(11):3051-57.
Progresifitas spondilitis TB yang lambat 11. Ekayuda I. Infeksi tulang dan sendi. Dalam:
menimbulkan kesulitan dalam penegakan Ekayuda I, editor. Radiologi diagnostik.
diagnosa. Manifestasi klinis yang muncul Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
berupa gangguan neurologis, memiliki Indonesia; 2005. hlm. 62-73.
kecenderungan ke arah kondisi tumor. 12. Isbaniyah F, Thabrani Z, Soepandi PZ,
Pencitraan MRI sekalipun memiliki kelemahan Burhan E, Reviono, Soedarsono, et al.
dalam ketepatan diagnosa. Oleh karena itu, Tuberkulosis pedoman diagnosis dan
pemeriksaan histopatologi tetap menjadi suatu penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta:
gold standard. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
(PDPI); 2011.
Daftar Pustaka 13. Lumbantobing SM. Neurologi klinik
1. Setiyohadi B, Tambunan AS. Infeksi tulang pemeriksaan fisik dan mental. Jakarta:
dan sendi. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi Fakultas Kedokteran Universitas
B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Indonesia; 2015.
Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta: 14. Brazis PW, Masdeu JC, Biller J. Spinal cord.
Interna Publishing; 2009. hlm. 2639-49. Dalam: Brazis PW, Masdeu JC, Biller J,
2. Munir B. Neurologi dasar. Jakarta: Sagung editors. Localization clinical neurology.
Seto; 2015. Philadelphia: Lippincoltt Williams &
3. Helmi, ZN. Buku ajar gangguan Wilkins; 2011. hlm. 99-126.
muskuloskeletal. Jakarta: Salemba 15. Kasim KA, Thurnher MM, Mckeever P,
Medika; 2013. Sundgren PC. Intradural spinal tumors:
4. Ravi N, Manjappa BH. MRI evaluation of current classification and MRI features.
different spectrum of spinal tumors. SSRG- Neuroradiology. 2008; 50(4):301-14.
IJMS. 2014; 1(2):14-30. 16. Quiles E, Gomez RG, Laguillo R, Garcia R,
5. Westphal M. Intramedullary tumors. Caro F, Perez S. A comprehensive review
Dalam: Tonn JC, Westphal M, Rutka JT, of intraspinal tumors: diagnostic,
editors. Oncology of CNS tumor. London: classification and radio-pathologic
Springer; 2010:688-708. correlation. Spain: Girona; 2013.
6. Rooper AH, Samuel, Klein JP. Diseases of 17. Celli P, Trillo G, Ferrante L. Spinal
spinal cord. Dalam: Rooper AH, Samuel, extradural schwannoma. J Neurosurg
Klein JP, editors. Adams and Victor’s Spine. 2005; 2(4):447-56.
principle of neurology. New York: 18. Rodriguez FJ, Folpe AL, Giannini C, Perry A.
McGraw-Hill; 2014. hlm. 1274-87. Pathology of peripheral nerve sheath
7. Goethem JWM, Hauwe LVD, Ozsarlak O, tumors: diagnostic overview and update
Schepper AMAD, Parizel PM. Spinal on selected diagnostic problems. Acta
tumors. Eur J Radiol. 2004; 50(2):159-76. Neuropathol. 2012; 123(2):295-319.
19. Anley CM, Brandt AD, Dunn R. Magneting pada metastase spinal. Jakarta:
resonance imaging findings in spinal Universitas Kristen Krida Wacana; 2008.
tuberculosis: comparison of HIV positive 25. Ong CKS, Lirk P, Tan CH, Seymour RA. An
and negative patients. Indian J Orthop. evidence-based update on nonsteroidal
2012; 46(2):186-90. anti-inflammatory drugs. Clin Med Res.
20. Garg RK, Somvanshi DS. Spinal 2007; 5(1):19-34.
tuberculosis: a review. J Spinal Cord Med. 26. Wegman A, Daniele VDW, Maurits VT,
2011; 34(5):440-54. Stalman W, Theo DV. Nonsteroidal
21. Canbay S, Hasturk AE, Basmaci M, Erten F, antiinflammatory drugs or acetaminophen
Harman F. Management of thoracal and for osteoarthritis of the hip or knee: A
lumbar schwannomas using a unilateral systematic review of evidence and
approach without instability: an analysis guidelines. J Rheumatol. 2004; 31(2):344-
of 15 cases. Asian Spine J. 2012; 6(1):43-9. 54.
22. Moorthy S, Prabhu NK. Spectrum of MRI 27. Harrop DS, Sharan AD. Spinal cord tumors
imaging findings in spinal tuberculosis. - management of intradural
AJR. 2002; 179(4):979-83. intramedullary neoplasms [internet]. New
23. Ruppert LM. The role of corticosteroids in York: Medscape; 2009 [diakses tanggal 1
the treatment of metastatics epidural Maret 2017]. Tersedia dari:
spinal cord compression. Int J Phys Med http://emedicine.medscape.com/article/2
Rehabil. 2013; 1(1):1-2. 49306-print.
24. Pinzon R. Peran kortikosteroid sistemik
sebagai terapi adjuvan nyeri punggung