Anda di halaman 1dari 9

PREPARE UJIAN SYARAF

1. Definisi stroke
Stroke adalah gangguan fungsi otak yang menyebabkan deficit neurologi
yang bersifat fokal atau global berlangsung mendadak gejalanya lebih dari
dua puluh empat jam dan dapat menyebabkan kematian dengan taka da
penyebab lain kecuali gangguan vascular.

Gejala berdasarkan letak lesi


a. Subkorteks serebri
- Hemiparese /Hemiplegi (Defisit motoric) sama berat
- Afasia motoric subkortikal (afasia murni: penderita tidak dapat
menyampaikan isi pikiran secara lisan namun masih dapat
menyampaikan secara tulisan dan isyarat)
b. Korteks serebri
- Hemiparese /Hemiplegi (Defisit motoric) tidak sama berat
- Afasia motorik cortikal (afasia cortikal: penderita tidak dapat
menyampaikan isi pikiran secara lisan, tulisan dan isyarat)
- deficit sensorik pada sisi yang lemah
-gejala iritatif (kejang)

c. Capsula Interna
- Hemiparese /Hemiplegi (Defisit motoric) sama berat
- Parese Nervus Fasialis tipe central
- Parese nervus Hypoglosus tipe central

Stadium Stroke
a. Denervasi akut : terjadinya gangguan fungsi saraf saraf seluruh otot yang
lumpuh dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Pada inspeksi dapat dijumpai:
- deviasi konjugae: mata melirik pada sisi yang lemah
- pernapasan kantong tembakau : dada pada sisi yang lemah terlihat
tertinggal pada saat bernapas
- fenomena des bretes beines yaitu otot pada sisi yang lemah terlihat
lebih besar saat berada di tempat tidur
b. Menifestasi piramidalis
- terjadi gerakan namun belum tangkas, hal ini desbabkan perfusi dari
system piramidalis ke sisi kontralateral.
Gejalanya: terjadi hipertonus, hiper reflex, reflek patologi (+)

c. Residual
- Kecacatan :ankylosis, shorthing tendo achiles, pes equinovar
- Penyembuhan : terjadi gerakan tangkas

2. Hemiparese berdasarkan letak lesi:


a. Hemiparese tipikal : kelemahan yang terjadi kontralateral dengan letak lesi.
Dapat disertai parese nervus cranialis yang kontra lateral pula dengan letak
lesi. Pada tipe ini lesi dapat terjadi di subkorteks, korteks dan kapsula
interna.
b. Hempiarese aternans : kelemahan yang terjadi kontralateral dengan letak
lesi namun parese nervus cranialis homolateral dengan letak lesi. Lesi
kemungkinan terjadi pada pons, mescenephalon, medulla oblongata.
c. Hemiparese cruciate : kelemahan tungkai kontralateral dengan letak lesi
namun lengan homolateral dengan letak lesi, lesi terjadi di decusatio
piramidalis atau tempat persilangan serabut saraf yang kontralateral.

3. Tetanus adalah : penyakit system saraf yang berlangsung akut dengan


kharakteristik spasme TONUS persisten dan eksaserbasi akut yang
disebabkan oleh neurotoksin yang dihasilkan dari bakteri clostiidium tetani.
Gejalanya hipertonus dan spasme otot dan trismus.
-Klasifikasi
a. Tetanus neonatorum : pada bayi baru lahir, penyebabnya pengguntingan
tali pusar yang tidak steril. Gejalanya bayi sulit disusui karena terjadi
kekakuan dan kelemahan
b. Tetanus generalisata : peningkatan tonus otot atau SPASME
GENERALISATA
-rigiditas
-spasme otot
-disfungsi otonom : trismus/LOCKJAW ( spasme otot masetter) , risus
sardonikus, kaku kuduk/leher, disfagia, opsistotonus (kekakuan otot
punggung,dada/perut), iritabel (kejang bila diberi rangsangan
suara/sentuhan)
c. Tetanus localis : spasme otot disekitar area luka
d. Tetanus cephalic : disfungsi 1 atau lebih nervus cranialis , yang paling
sering adalah nervus fasialis, , trismus, kelumpuhan otot masetter, risus
sardonicus (muka kaku alis tertarik keatas seperti sinis), disfagia.

Penyebab:
-luka operasi tidak steril/tidak dibersihkan dengan baik
-luka tusuk, gigitan hewan
-pemotongan tali pusar tidak steril,
-otitis media, karies gigi, luka kronik

Tatalaksana:
 Antitetanus serum 20.000 iu/hari/i.m selama 3-5 hari
 Antitoksin HTIG (human tetanoimunoglobulin. Dosis 500-3000 iu/i.m single
dose
 Antibiotik: ampisilin dosis 1 gram per 8 jam i.v
 Antiamoeba Metronidazole 500 mg / 8 jam drips i.v
 Antikonvulsan : diazepam 0,5-1 mg/kgBB/4 jam (im)
 Penanganan luka: cross insisi dan irigasi dengan H2O2  ubah suasana luka
dari anaerob menjadi aerob

4. Insult dan Kronologi


a. insult merupakan gambaran pada saat serangan pertama kali terjadi, insult
dipakai pada anamnesis saat terjadi serangan yang akut.
Itanyakan diagnosis klinis,
Diagnosis etiologi,
Diagnosis topic.
Contoh : Stroke
b. Kronologi berupa gejala deficit/iritatif yang terjadi pada penyakit yang
dihubungkan dengan waktu.
Ditangyakan kapan pertama kali timbul gejala,
Kapan gejala semakin memberat
Darimanan gejala awal muncul
Contoh : SGB, Parkinson

5. Perbedaan parese N7 dan 12 sentral dan perifer


Perifer Central
Nervus 7 Tidak dapat mengerutkan Dapat mengerutkan dahi
dahi pada sisi yang lumpuh. Lagopthalmus (-) karena
Lagopthalmus (+) karena otot Otot kelompak mata bagian
kelompak mata bagian atas bawah lumpuh
lumpuh Lipat nasolabialis datar
Lipat nasolabialis datar Sudut mulut tertinggal
Sudut mulut tertinggal
Nervus 12 Deviasi lidah ke arah Deviasi ldah ke arah kelumpuhan
kelumpuhan Disarthria (+)
Disarthria (+) Fasikulasi (-)
Fasikulasi (+) Atropi papil lidah (-)
Atropi papil lidah (+)

6. Parkinson Disease
Sindroma Parkinson: adalah suatu syndrome yang ditandai dengan
- tremor pada waktu istirahat
- kekakuan (rigidity)
- bradikinesia/akinesia (penurunan gerakan)
- hilangnya reflex postural ( tidak bisa berdiri/bergetar saat berdiri)
Penyakit parkinso adalah bagian dari parkinsonism yang secara patologis ditandai
oleh degenerasi ganglia basalis tertama di substansia nigra pars kompakta
disertai dengan lewy bodies (inklusi sitoplasmik eosinofilik)

Klasifikasi
-primer : idiopatik, pengaruh toksin lingkungan, peran fungsi genetik
-sekunder : setelah terpajan penyakit (ensefalitis,, dll)
pasca stroke, pengaruh konsumsi dopamine, hipotiroid, hipoparatiroid, tumor,
trauma otak

Diagnosa: 1. Mask Face (wajah kaku, berliur, tanpa ekspresi)


2. postur parkinson (badan bungkuk)
3. PILL ROLLING TREMOR
4. langkah kaku

Tatalaksana : Levodopa, dopamin agonist

7. Sindroma Gullain Barre


Adalah kelumpuhan motoric akut/subakut jenis LMN yang bersifat progresif
terjadi pada kedua tungkai dan atau keempat anggota gerak yang didahului oleh
infeksi ISPA/diare.
Diagnosis Klinis
 Kelumpuhan LMN
 Hipotoni
 Hiporefleks
 Gangguan N. craniales (biasanay N7 bilateral)
 Didahului demam karena infeksi

Terapi : Imunoglobulin dosis tinggi 0,4 gram.kgbb selama 5 hari. I.V. Kortikosteroid

8. Myastenia Gravis
Definisi : Penyakit autoimun yang disebabkan oleh gangguan penghantaran
impuls pada neuromuskular junction yang ditandai kelumpuhan atau kelemahan
otot lurik yang terjadi saat aktivitas dan membaik saat istirahat.

Gejala klinis:
- kelemahan/kelumpuhan otot berulang setelah aktivitas dan membaik
setelah istirahat
- dapat menyerang mata
- kelumpuhan otot anggota badan
- kelumpuhan otot yang dipersarafi oleh n craniales
- kelumpuhan otot pernapasan.

9. Bells Palsy
Definisi: suatu parasilis fasialis (akut, unilateral, perifer) disebabkan oleh
polyneuritis yang kemungkinan terjadi karena virus, inflamasi, iskemik dan
autoimun.
Diagnosis:
- Parese N7 Perifer
- Nyeri auricular posterior
- Otalgia
- Hiperakusis
- Penurunan produksi air mata
- Gangguan pengecapan

Penatalaksanaan: Asiklovir 5x400 mg dalam 10 hari, kortikosteroid prednisone


1mg/kgbb max 60 mg/hari selama 6 hari

10. Vertigo Vestibular


Definisi: Adanya sensasi gerakan dari tubuh/lingkungan sekitarnya disertai
gejala otonom, yang disebabkan gangguan keseimbangan tubuh oleh berbagai
keadaan./penyakit.

Gejala Vestibular Non Vestibular


Sifat vertigo Rasa berputar Rasa melayang
Serangan episodik kontinue
Gangguan pendengaran + -
Faktor pencetus Gerakan kepala Gerakan objek visual
Situasi pencetus ?, mual muntah (+) Tempat yang ramai dan
bising

Gejala Perifer Sentral


Kejadiaan Episodik Konstan
Arah nistagmus Satu arah Bervariasi
Aksis nigtasmus horizontal horizontal
Tipe nistagmus Fase cepat lambat Fase ireguler
Hilang pendengaran + +/-
Derajat vertigo Berat
Gejala autonomy + +/-
Kehilangan kesadaran - +/-
TL: betahistine 3x8-24 mg, metoclopramide 3x10 mg, latihan visual vestibular.

11. Trauma Kapitis.

Subdural hematom Epidural Hematom


Terjadi karena robekan briding vein Terjadi karena robekan arteri meningea
media
Subakut/kronik Biasanya terjadi 2x24 jam setelah
trauma
didahului sakit kepala, Didahului lucid interval, kemudian
kesadaran memburuk
Lateralisasi, udema papil Lateralisasi, reflek patologis (+)
80% fraktur tulang tengkoral 70 % fraktur os temporalis

GCS
Cedera kepala ringan sedang Berat
GCS 13-15 GCS 9-13 Bila ada GCS <9 dalam
waktu 48 jam
Hasil CT scan tidak ada Ada kelainan pada CT scan
kelainan
Tidak memerlukan Memerlukan tindakan
tindakan operasi untuk lesi intrakranial
Dapat dirawat di RS < 48 Diarawat di RS setidaknya
jam 48 jam

Komosio Cerebri Kombustio Cerebri


Gegar otak Geger otak
Pingsan <10 menit Pingsan >10 menit sampai beberapa hari
Pusing,nyeri kepala, mual muntah atau Gangguan kesadaran berupa apatis atau
amnesia anterogard/retrogard, GCS >13 delirium, disorientasi
Pemeriksaan neurologi normal Ditemukan deficit neurologi

12. Patofisiologi stroke menyebabkan


a. Stroke Non Hemoragik
Faktor risiko aterosklerosis  Hipertensi  thrombus  penyumbatan pada arteri
di cerebrum  suplay darah dan perfusi serebral tidak adekuat  iskemik deficit
neurologi  hemiparese/ parese nervus cranialis

b. Stroke Hemoragik
Aterosklerosis, factor risiko aneurisma aorta  hipertensi  rupture a. cerebri 
eksavasasi darah diotak/subarachnoid  perfusi serebral tidak adekuat  iskemik
deficit neurologi  hemiparese/ parese nervus cranialis

Anda mungkin juga menyukai