Seminar Akun Share Based Payment
Seminar Akun Share Based Payment
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap negara memiliki standar akuntansi yang berbeda – beda. Indonesia telah memiliki
sendiri standar akuntansi yang berlaku di Indonesia. Prinsip atau standar akuntansi yang secara
umum dipakai di Indonesia tersebut lebih dikenal dengan nama Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK).
PSAK disusun dan dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Ikatan Akuntan Indonesia
adalah organisasi profesi akuntan yang ada di Indonesia. IAI yang didirikan pada tahun 1957 selain
mewadahi para akuntan juga memiliki peran yang lebih besar dalam dunia akuntansi di Indonesia.
Peran tersebut seperti yang telah disebutkan sebelumnya adalah peran adalam rangka penyusunan
standar akuntansi. Standar akuntansi yang di Indonesia dikenal dengan nama PSAK (Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan) tersebut merupakan seperangkat standar yang mengatur tentang
pelaksanaan akuntansi didunia bisnis di Indonesia.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
tersebut mengatur perlakuan akuntansi secara menyeluruh untuk berbagai aktivitas bisnis
perusahaan di Indonesia. Standar-standar tersebut selain ditujukan untuk mengatur perlakuan
akuntansi dari awal sampai ke tujuan akhirnya yaitu untuk pelaporan terhadap pengguna, standar-
standar tersebut juga meliputi pedoman perlakuan akuntansi mulai dari perolehan, penggunaan,
sampai dengan saat penghapusan untuk setiap elemen-elemen akuntansi. Standar-standar tersebut
juga mengatur tentang pengakuan, pengukuran, penyajian dan pelaporan atas keuangan
perusahaan.
IAI selaku penyusun standar akuntansi di Indonesia tidak tinggal diam dalam menghadapi
perubahan-perubahan yang turut berimplikasi kepada dunia akuntansi. Beberapa kali revisi
terhadap beberapa pernyataan telah dilakukan untuk menyesuaikan standar akuntansi yang
dibuatnya. Revisi pertama dilakukan pada tahun 1973 dengan melakukan modifikasi atas standar-
standar akuntansi dalam bentuk Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI). Revisi berikutnya dilakukan
pada tahun 1984 dengan hasilnya adalah revisi berupa Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 (PAI
1984). Selanjutnya revisi dilakukan pada tahun 1994. Revisi pada tahun 1994 dilakukan secara
total terhadap PAI 1984 dan hasilnya adalah Standar Akuntansi Keuangan (SAK)1994. Dengan
semakin berkembangnya laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan dan karena adanya
permintaan dari negara – negara yang tergabung dalam anggota G – 20, maka indonesia harus
melakukan revisi terhadap PSAK dan melakukan penyesuian dengan standar yang dipakai di
internasional yaitu IFRS.
Salah satu bentuk revisi standar IAI yang berbentuk adopsi standar international menuju
konvergensi dengan IFRS tersebut dilakukan dengan revisi terakhir yang dilakukan pada tahun
2007. Revisi pada tahun 2007 tersebut merupakan bagian dari rencana jangka panjang IAI yaitu
menuju konvergensi dengan IFRS sepenuhnya pada tahun 2012. Skema menuju konvergensi
penuh dengan IFRS pada tahun 2012 dapat dijabarkan sebagai berikut:
a) Pada akhir 2010 diharapkan seluruh IFRS sudah diadopsi dalam PSAK;
b) Tahun 2011 merupakan tahun penyiapan seluruh infrastruktur pendukung untuk
implementasi PSAK yang sudah mengadopsi seluruh IFRS;
c) Tahun 2012 merupakan tahun implementasi dimana PSAK yang berbasis IFRS wajib
diterapkan oleh perusahaan-perusahaan yang memiliki akuntabilitas publik.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pembayaran berbasis saham dilakukan?
KERANGKA KONSEPTUAL
2.1 Pengertian
Sebuah pembayaran berbasis saham adalah transaksi di mana entitas menerima barang atau
jasa baik sebagai pertimbangan untuk instrumen ekuitas atau dengan menimbulkan kewajiban
untuk jumlah berdasarkan harga saham entitas atau instrumen ekuitas lainnya entitas. Persyaratan
akuntansi untuk pembayaran berbasis saham tergantung pada bagaimana transaksi akan
diselesaikan, yaitu dengan dikeluarkannya (a) ekuitas, (b) uang tunai, atau (c) saham atau kas.
Pembayaran Berbasis Saham yang dikeluarkan pada 1 Januari 2012. Termasuk IFRS dengan
tanggal efektif setelah tanggal 1 Januari 2012, tetapi tidak IFRS mereka akan menggantikan.
Tujuan IFRS ini adalah untuk menentukan keuangan pelaporan oleh entitas yang melakukan
berbasis saham-transaksi pembayaran. Secara khusus, ia membutuhkan suatu entitas untuk
mencerminkan laba atau rugi dan posisi keuangan efek transaksi pembayaran berbasis saham,
termasuk biaya yang berhubungan dengan transaksi di mana saham pilihan yang diberikan kepada
karyawan.
IFRS mengharuskan entitas untuk mengakui transaksi pembayaran berbasis saham dalam
laporan keuangan, termasuk transaksi dengan karyawan atau pihak lain untuk harus diselesaikan
secara tunai, aset lainnya, atau instrumen ekuitas entitas. Tidak ada pengecualian untuk IFRS,
selain untuk transaksi yang Standar lain yang berlaku. Hal ini juga berlaku untuk transfer
instrumen ekuitas induk entitas, atau ekuitas instrumen entitas lain dalam kelompok yang sama
sebagai entitas, kepada pihak yang telah disediakan barang atau jasa kepada entitas. IFRS
menetapkan prinsip pengukuran dan persyaratan khusus untuk tiga jenis transaksi pembayaran
berbasis saham:
Untuk transaksi pembayaran berbasis saham kas diselesaikan, IFRS mensyaratkan entitas
untuk mengukur barang atau jasa diperoleh dan kewajiban yang timbul pada nilai wajar kewajiban.
Sampai kewajiban dilunasi, entitas diharuskan untuk mengukur kembali nilai wajar kewajiban
pada setiap tanggal pelaporan dan pada tanggal penyelesaian, dengan perubahan nilai diakui dalam
laporan laba rugi periode berjalan. Untuk transaksi pembayaran berbasis saham di mana hal
pengaturan menyediakan salah satu entitas atau pemasok barang atau jasa dengan pilihan apakah
entitas mengendap transaksi tunai atau dengan menerbitkan instrumen ekuitas, entitas diharuskan
untuk memperhitungkan transaksi itu, atau komponen transaksi itu, sebagai transaksi pembayaran
berbasis saham kas diselesaikan jika, dan sejauh itu, entitas telah dikeluarkan kewajiban untuk
menetap di kas (atau aset lainnya), atau sebagai transaksi pembayaran berbasis saham ekuitas-
diselesaikan jika, dan sejauh itu, tidak ada kewajiban tersebut telah dikeluarkan.
Konsep pembayaran berbasis saham yang lebih luas dari opsi saham karyawan.
IFRS 2 meliputi penerbitan saham, atau hak untuk saham, dengan imbalan jasa dan barang.
Contoh item yang termasuk dalam ruang lingkup IFRS 2 adalah hak berbagi penghargaan,
rencana pembelian saham karyawan, rencana kepemilikan saham oleh karyawan, rencana
opsi saham dan rencana di mana penerbitan saham (atau hak untuk saham) mungkin
tergantung pada pasar atau non-pasar terkait kondisi.
IFRS 2 berlaku untuk semua entitas. Tidak ada pengecualian untuk swasta atau
lebih kecil. Selain itu, anak perusahaan menggunakan ekuitas orang tua atau rekan mereka
anak perusahaan sebagai pertimbangan untuk barang atau jasa berada dalam lingkup
Standar. Ada dua pengecualian terhadap prinsip lingkup umum:
1. Pertama, penerbitan saham dalam kombinasi bisnis harus dicatat dengan IFRS 3
Kombinasi Bisnis. Namun, perawatan harus dilakukan untuk membedakan pembayaran
berbasis saham yang terkait dengan akuisisi dari orang-orang yang terkait dengan jasa
karyawan terus
2. Kedua, IFRS 2 tidak membahas pembayaran berbasis saham dalam lingkup paragraf 8-
10 dari IAS 32 Instrumen Keuangan: Penyajian, atau paragraf 5-7 dari IAS 39 Instrumen
Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran. Oleh karena itu, IAS 32 dan IAS 39 harus
diterapkan untuk kontrak derivatif berbasis komoditas yang dapat diselesaikan dalam
saham atau hak untuk saham.
IFRS 2 tidak berlaku untuk berbagi berbasis transaksi pembayaran selain untuk
akuisisi barang dan jasa. Oleh karena dividen saham, pembelian saham treasury, dan
penerbitan saham tambahan di luar ruang lingkup.
BAB III
PEMBAHASAN
b) Apabila harga pasar tersebut tidak mungkin diperoleh maka nilai wajar ditentukan
dengan estimasi berdasar pada harga aktiva sejenis.
c) Apabila estimasi tersebut tidak mungkin diperoleh maka nilai wajar ditentukan
dengan metode penilaian yangsesuai dengan kondisi masing-masing.
Metode pengukuran
Kompensasi yang Dilakukan dengan Penerbitan Instrumen Ekuitas:
1. Saham tanpa hak
Nilai wajar saham tanpa hak yang diberikan kepada karyawan diukur dengan harga pasar
saham (atau harga pasar estimasian apabila saham tersebut tidak tercatat di bursa efek),
seolaholah saham tersebut telah menjadi hak karyawan dan diterbitkan pada tanggal
pemberian kompensasi.
2. Saham berbatas jual
Saham berbatas jual dinilai sebesar nilai wajar saham yang berhak penuh (vested share)
dan beredar (atau taksiran harga pasar, bila saham tersebut tidak tercatat di bursa efek).
9.Pengungkapan
Perusahaan yang memiliki satu atau lebih program kompensasi berbasis saham menyajikan
penjelasan mengenai program kompensasi, termasuk persyaratan umum program
kompensasi, seperti persyaratan pemberian hak kompensasi, periode maksimum opsi, dan
jumlah saham yang ditetapkan untuk opsi atau instrument ekuitas lainnya.
3.1.2 Sesudah Revisi menjadi ED PSAK 53
Yang membedakan PSAK 53 dengan ED PSAK adalah sebagai berikut:
1.Tujuan.
Dalam ED PSAK 53 tujuannya adalah Mensyaratkan entitas untuk menyajikan dalam laporan laba
rugi dan laporan posisi keuangan dampak transaksi pembayaran berbasis saham.
2.Ruang lingkup.
Secara jelas membagi transaksi pembayaran berbasis saham dikelompokkan menjadi:
a) Transaksi pembayaran berbasis saham yang diselesaikan dengan instrumen ekuitas
b) Transaksi pembayaran berbasis saham yang diselesaikan dengan instrumen kas
c) Transaksi yang memberikan pilihan kepada entitas atau suplier untuk diselesaikan
dengan instrument ekuitas atau dengan kas.
3.Defenisi
Tanggal pemberian adalah tanggal pada saat persetujuan tersebut diperoleh.
5.Pengukuran
Tidak mengatur.
6.Klasifikasi transaksi PBS yang diselesaikan dengan kas.
Entitas harus mengukur barang atau jasa yang diperoleh dan liabilitas yang timbul sebesar nilai
wajar liabilitas. Sampai dengan liabilitas tersebut diselesaikan, entitas harus mengukur kembali
nilai wajar liabilitas pada setiap akhir periode pelaporan dan pada tanggal penyelesaian, dimana
setiap perubahan nilai wajar diakui dalam laporan laba rugi pada periode tersebut.
7. Transaksi Pembayaran berbasis saham yang memberikan opsi kepada entitas atau suplier untuk
diselesaikan dengan instrument ekuitas atau kas. Transaksi PBS dimana persyaratan perjanjian
memberikan pilihan kepada entitas atau suplier untuk diselesaikan dengan kas (atau aset lain) atau
dengan penerbitan instrumen ekuitas, maka entitas harus mengakui transaksi tersebut atau
komponen transaksi tersebut sebagai transaksi pembayaran berbasis saham dengan penyelesaian
kas, jika dan sepanjang, entitas telah menimbulkan liabilitas untuk diselesaikan dengan kas atau
aset lain, atau sebagai transaksi pembayaran berbasis saham dengan diselesaikan instrumen ekuitas
jika dan sepanjang,tidak terdapat liabilitas yang timbul.
8.Ketentuan transisi
Retrospektif.
3.2 Akuntansi Untuk Pembayaran Berbasis Saham yang Diselesaikan Dengan Ekuitas
Untuk transaksi pembayaran berbasis saham yang diselesaikan dengan instrumen ekuitas,
entitas harus mengukur barang atau jasa yang diterima, dan kenaikan ekuitas terkait, secara
langsung, pada nilai wajar barang atau jasa yang diterima, kecuali jika nilai wajar tersebut tidak
dapat diestimasi secara andal. Jika entitas tidak dapat mengestimasi nilai wajar barang atau jasa
yang diterima secara andal, maka entitas harus mengukur nilai barang dan jasa tersebut, dan
kenaikan ekuitas terkait, secara tidak langsung, dengan mengacu pada nilai wajar instrumen
ekuitas yang diberikan.
Untuk menerapkan ketentuan pada transaksi dengan karyawan dan pihak lain yang
memberikan jasa serupa dengan karyawan, entitas harus mengukur nilai wajar jasa yang diterima
dengan mengacu pada nilai wajar instrumen ekuitas yang diberikan, karena pada umumnya tidak
mungkin untuk mengestimasi nilai wajar jasa yang diterima secara andal. Nilai wajar instrumen
ekuitas tersebut harus diukur pada tanggal pemberian.
Secara umum, saham, opsi saham atau instrumen ekuitas lain yang diberikan kepada
karyawan sebagai bagian dari paket remunerasi, sebagai tambahan dari gaji tunai dan imbalan
kerja lainnya. Biasanya, tidak memungkinkan untuk mengukur secara langsung jasa yang diterima
atas komponen tertentu dari paket remunerasi karyawan. Tidak memungkinkan juga untuk
mengukur nilai wajar dari jumlah paket remunerasi secara terpisah, tanpa mengukur secara
langsung nilai wajar instrumen ekuitas yang diberikan. Selanjutnya, saham atau opsi saham
terkadang diberikan sebagai bagian dari bonus, dan bukannya sebagai bagian dari remunerasi
pokok, misalnya sebagai insentif kepada karyawan untuk tetap bekerja di entitas atau untuk
menghargai mereka atas usahanya dalam meningkatkan kinerja entitas. Dengan memberikan
saham atau opsi saham, sebagai tambahan atas remunerasi lain, entitas membayarkan remunerasi
tambahan untuk memperoleh manfaat tambahan. Mengestimasi nilai wajar dari manfaat tambahan
tersebut sepertinya akan sulit. Dikarenakan kesulitan untuk mengukur nilai wajar jasa yang
diterima secara langsung, entitas harus mengukur nilai wajar dari jasa karyawan yang diterima
dengan mengacu kepada nilai wajar instrumen ekuitas yang diberikan.
Pada transaksi dengan pihak selain karyawan, harus terdapat asumsi bahwa nilai wajar
barang atau jasa yang diterima dapat diestimasi secara andal. Nilai wajar tersebut harus diukur
pada tanggal entitas menerima barang atau pihak lawan transaksi memberikan jasa. Dalam kasus
yang jarang terjadi, jika entitas menolak asumsi ini karena entitas tidak dapat mengestimasi secara
andal nilai wajar barang dan jasa yang diterima, entitas harus mengukur barang atau jasa yang
diterima dan kenaikan ekuitas terkait, secara tidak langsung, dengan mengacu pada nilai wajar
instrumen ekuitas yang diberikan, yang diukur pada tanggal entitas menerima barang atau pihak
lawan memberikan jasa.
Secara khusus, jika imbalan yang diterima dapat diidentifikasi (jika ada) oleh entitas tampak
kurang dari nilai wajar instrumen ekuitas yang diberikan atau liabilitas yang dibayar, biasanya
kondisi ini mengindikasikan bahwa imbalan lain (barang atau jasa tidak teridentifikasi) telah (atau
yang akan) diterima oleh entitas. Entitas harus mengukur barang atau jasa yang teridentifikasi akan
dapat diterima sesuai dengan pernyataan ini. Entitas harus mengukur barang atau jasa yang tidak
teridentifikasi akan diterima (atau akan diterima) sebagai selisih antara nilai wajar kompensasi
berbasis saham dan nilai wajar setiap barang atau jasa teridentifikasi yang diterima (atau akan
diterima). Entitas harus mengukur barang atau jasa tidak teridentifikasi yang diterima pada tanggal
pemberian. Namun, untuk transaksi yang diselesaikan dengan kas, liabilitas harus diukur kembali
pada akhir periode pelaporan sampai transaksi ini ditunaikan.
Transaksi di mana jasa diterima, jika instrumen ekuitas yang diberikan vest segera, pihak
lawan transaksi tidak diharuskan untuk menyelesaikan suatu periode pemberian jasa tertentu
sebelum berhak atas instrumen ekuitas tersebut. Sebaliknya, entitas harus mengasumsikan bahwa
jasa yang diberikan pihak lawan transaksi diperhitungkan sebagai imbalan atas instrumen ekuitas
telah diterima. Dalam hal ini, pada tanggal pemberian entitas harus mengakui jasa yang diterima
secara penuh, sebesar kenaikan ekuitas terkait.
Apabila instrumen ekuitas yang diberikan tidak vest sampai dengan pihak lawan transaksi
menyelesaikan periode pemberian jasa tertentu, entitas harus mengasumsikan bahwa jasa yang
diberikan pihak lawan transaksi yang akan diperhitungkan sebagai imbalan atas pemberian
instrumen ekuitas, akan diterima di masa yang akan datang, selama periode vesting (vesting
period). Entitas harus mencatat jasa tersebut pada saat jasa tersebut diberikan oleh pihak lawan
transaksi selama periode vesting, sebesar kenaikan ekuitas terkait. Sebagai contoh:
Jika karyawan diberikan opsi saham dengan syarat bekerja selama 3 tahun, maka entitas
harus mengasumsikan bahwa jasa yang diberikan karyawan sebagai imbalan atas
pemberian opsi saham, akan diterima di masa yang akan datang, selama 3 tahun periode
vesting tersebut.
Jika karyawan diberikan opsi saham dengan syarat pencapaian kinerja tertentu dan tetap
bekerja pada entitas sampai dengan tercapainya kinerja tertentu tersebut, dan lama
periode vesting bervariasi tergantung pada saat pencapaian kinerja tersebut, entitas harus
mengasumsikan bahwa jasa yang diberikan karyawan sebagai imbalan atas pemberian
opsi saham, akan diterima pada masa yang akan datang, selama periode vesting yang
diekspektasi. Entitas harus mengestimasi lamanya periode vestingyang diekspektasi
pada tanggal pemberian, berdasarkan hasil pencapaian kinerja yang paling
memungkinkan. Jika kinerja tertentu yang dimaksud adalah kondisi vesting kinerja
pasar, estimasi lamanya periode vesting yang diekspektasi harus konsisten dengan
asumsi yang digunakan dalam mengestimasi nilai wajar opsi yang diberikan, dan
seharusnya tidak direvisi. Jika kinerja tertentu yang dimaksud bukan kondisi vesting
kinerja pasar, entitas harus merevisi estimasi lamanya periode vesting, jika diperlukan,
apabila informasi berikutnya mengindikasikan bahwa lamanya periode vesting berbeda
dengan estimasi sebelumnya
Sebagai contoh, entitas dapat memberikan hak atas kenaikan harga saham (share
appreciation rights) kepada karyawan sebagai bagian dari paket remunerasi, di mana karyawan
akan memperoleh hak untuk menerima pembayaran kas di masa yang akan datang (dan bukannya
instrumen ekuitas), berdasarkan kenaikan harga saham entitas dari level tertentu selama periode
waktu tertentu. Atau entitas dapat memberikan kepada karyawan hak untuk menerima pembayaran
kas di masa yang akan datang dengan memberikan kepada mereka berupa hak atas saham
(termasuk saham yang akan diterbitkan karena adanya eksekusi opsi saham) yang dapat ditebus,
baik karena diwajibkan (misalnya karena penghentian kontrak kerja) atau atas pilihan karyawan
sendiri.
Entitas harus mengakui jasa yang diterima, dan liabilitas untuk membayar jasa tersebut, pada
saat karyawan memberikan jasa. Sebagai contoh, beberapa hak atas kenaikan harga saham vest
segera, dan karenanya karyawan tidak dipersyaratkan untuk menyelesaikan masa kerja tertentu
agar berhak atas pembayaran kas. Sebaliknya, entitas harus mengasumsikan bahwa jasa yang
diberikan karyawan sebagai ganti hak atas kenaikan harga saham telah diterima. Oleh karena itu,
entitas harus segera mengakui jasa yang diterima dan liabilitas untuk membayar karyawan
tersebut. Jika hak atas kenaikan harga saham tidak vest sampai dengan karyawan menyelesaikan
masa kerja tertentu, entitas harus mengakui jasa yang diterima dan liabilitas untuk membayar
karyawan tersebut, pada saat karyawan menyerahkan jasa selama periode tersebut.
Liabilitas harus diukur, pada setiap awal dan setiap akhir periode pelaporan sampai dengan
diselesaikan, sebesar nilai wajar hak atas kenaikan harga saham, dengan menerapkan model
penetapan harga opsi (option pricing model), dengan mempertimbangkan syarat dan ketentuan
pemberian hak atas kenaikan harga saham, dan sejauh mana karyawan telah menyerahkan jasa
sampai dengan tanggal pengukuran tersebut.
3.4 Pengakuan
Penerbitan saham atau hak untuk saham memerlukan peningkatan komponen ekuitas. IFRS
2 mensyaratkan masuknya debit offsetting yang dibebankan pada saat pembayaran untuk barang
atau jasa tidak mewakili aset. Beban harus diakui sebagai barang atau jasa yang dikonsumsi.
Sebagai contoh, penerbitan saham atau hak untuk membeli saham persediaan akan disajikan
sebagai peningkatan persediaan dan akan dibebankan hanya sekali persediaan tersebut dijual atau
mengalami penurunan.
Penerbitan saham sepenuhnya pribadi, atau hak untuk saham, diduga berhubungan dengan
jasa lalu, membutuhkan jumlah penuh dari nilai wajar hibah-date yang dibebankan segera.
Penerbitan saham kepada karyawan dengan, katakanlah, masa vesting tiga tahun dianggap
berhubungan dengan layanan selama periode hak. Oleh karena itu, nilai wajar pembayaran
berbasis saham, ditentukan pada tanggal pemberian, harus dibebankan selama periode vesting.
Sebagai prinsip umum, total biaya yang terkait dengan pembayaran berbasis saham ekuitas-
diselesaikan akan sama dengan beberapa dari total instrumen yang rompi dan nilai wajar hibah-
tanggal instrumen tersebut. Singkatnya, ada truing untuk mencerminkan apa yang terjadi selama
periode vesting. Namun, jika pembayaran berbasis saham ekuitas-diselesaikan memiliki kondisi
kinerja pasar terkait, biaya akan tetap diakui jika semua kondisi vesting lainnya terpenuhi.
DISUSUN OLEH :
PERBANAS INSTITUTE
JAKARTA
2016
DAFTAR PUSTAKA
SMH Wallman, 1995, The Future of Accounting and Disclosure in an Evolving World: The
Need for Dramatic Change, Accounting Horizon, Sept, 81-91.
Bruce Mackenzie. 2012. International Financial reporting Standards. United States. Willey