Dosen Pembimbing :
Saraswati Kartikasari, S.Pd. M.Pd.
Disusun Oleh :
Siwi Dwi Ariyanti
2016229
1E
2
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan penulisan makaah materi tentang PPKn yaitu :
1. Menjadikan peserta didik lebih mengatahui seberapa pentingnya pancasila di
Indonesia
2. Membuat inspirasi bagaimana cara generasi muda untuk lebih bisa
menghargai dan mematuhi peraturan yang ada di negara Indonesia
3. Menjadikan peserta didik menjadi lebih bisa berfikir kritis terhadap kegunaan
pancasila dalam kehidupan sehari – hari
BAB II
PEMBAHASAN
B. Tujuan Penyelenggaraan
Dengan penyelenggaraan Pendidikan Pancasila di perguruan tinggi,
diharapkan dapat tercipta suatu wahana pembelajaran bagi para mahasiswa
untuk secara akademik mengkaji, menganalisis, dan merencanakan
masalah-masalah pembangunan bangsa dan Negara dalam perspektif nilai-
nilai Dasar Pancasila yang sebagai Ideologi dan Dasar Negara RI.
Pendidikan Pancasila sebagai bagian dari pendidikan nasional
bertujuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Sistem
pendidikan nasional yang ada merupakan rangkaian konsep, program, tata
cara, dan usaha untuk mewujudkan tujuan nasional yang sudah
diamanatkan UUD 1945, yaitu mencerdaskan kehidupan Bangsa.
Jadi, tujuan penyelenggaraan Pendidikan Pancasila di perguruan
tinggi pun merupakan bagian dari upaya untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa. Secara spesifik, tujuan peneyelenggaraan pendidikan Pancasila di
perguruan tinggi yaitu :
1. Memperkuat Pancasila sebagai dasar falsafah Negara dan ideologi
bangsa melalui revitalisasi nilai-nilai dasar Pancasila sebagai norma
dasar kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara;
2. Memberikan pemahaman dan penghayatan atas jiwa dan nilai-nilai
dasar Pancasila kepada Mahasiswa sebagai warga Negara RI, serta
membimbing untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
3. Mempersiapkan mahasiswa agar mampu menganalisis dan mencari
solusi terhadap berbagai persoalan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara melalui sistem pemikiran yang berdasarkan
nilai-nilai Pancasila dan UUD NKRI 1945.
Membentuk sikap mental mahasiswa yang mampu mengapresiasi
nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, kecintaan pada tanah air dan kesatuan
bangsa, serta penguatan masyarakat madani yang demokratis, berkeadilan,
dan bermartabat berlandaskan Pancasila, untuk mampu berinteraksi
dengan dinamika internal dan eksternal masyarakat bangsa Indonesia.
C. Capaian Pembelajaran
1. Memiliki kemampuan analisis, berpikir rasional, bersikap kritis dalam
menghadapi persoalan-persoalan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
2. Memiliki kemampuan dan tanggung jawab intelektual dalam
mengenali masalah-masalah dan memberi solusi berdasarkan nilai-
nilai Pancasila.
3. Mampu menjelaskan dasar-dasar kebenaran bahwa Pancasila adalah
ideologi yang sesuai bagi bangsa Indonesia yang majemuk (Bhinneka
Tunggal Ika).
4. Mampu mengimplementasikan dan melestarikan nilai-nilai Pancasila
dalam realitas kehidupan.
5. Memiliki karakter ilmuwan dan profesional Pancasilais yang memiliki
komitmen atas kelangsungan hidup dan kejayaan Negara Kesatuan RI.
D. Metode Pembelajaran
Pilihan strategi pengembangan metode pembelajaran pendidikan
Pancasila yang berbasis kompetensi dengan pendekatan Student Active
Learning membawa konsekuensi perubahan paradigma metode
pembelajaran. Dengan pendekatan Student Active Learning, mahasiswa
lebih banyak melakukan eksplorasi daripada secara pasif menerima
informasi yang disampaikan oleh pengajar. Keuntungannya, mahasiswa
tidak hanya memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan
dengan bidang keahliannya saja, tetapi juga berkembang keterampilan
komunikasi, bekerja dalam kelompok, insiatif, berbagi informasi dan
penghargaan terhadap orang lain. Dengan metode pendekatan Student
Active Learning ini antara lain :
1. Studi kasus
Pada metode pembelajaran ini mahasiswa diberikan kasus yang perlu
dicari pemecahan masalahnya sesuai dengan pokok bahasan yang
sedang dibahas.
2. Diskusi
3. Seminar
Mahasiswa diminta untuk mempersiapkan makalah/paper, kemudian
mempresentasikannya di depan mahasiswa lainnya dan dalam
kesempatan ini akan memperoleh masukan dan pertanyaan, baik dari
sesama mahasiswa lainnya maupun dari pengajar.
4. Tugas kelompok
Metode pembelajaran dengan memberikan tugas kepada mahasiswa
yang telah dibuat kelompok, misalnya dalam bentuk karangan atau
makalah, kliping dan/atau mengamati suatu kejadian.
5. Collaborative Learning (CL)
Merupakan proses belajar kelompok, dimana setiap anggota
menyumbangkan informasi, pengetahuan, pengalaman, ide, sikap,
pendapat, kemampuan, dan keterampilan yang dimilikinya, untuk
secara bersama-sama saling meningkatkan pemahaman seluruh
anggota.
2.2 Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
A. Pengertian Filsafat
Kata filsafat berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata “philos”
dan “sophos” menjadi philosophia. Philo/ philos/ philein yang artinya
cinta/pecinta/mencintai dan, sophia yang berarti kebijakan/
wisdom/kearifan/hikmah/hakikat kebenaran. Jadi philosophia atau filsafat
berarti cinta akan kebijakan/ hakikat kebenaran. Bisa diartikan juga filsafat
yang berarti cinta akan kebijakan atau hakikat kebenaran. Seorang ahli
pikir disebut filosof.
Kata ini mula-mula dipakai oleh Herakleitos. Berfilsafat berarti
berpikir sedalam-dalamnya (merenung) terhadap sesuatu secara metodik,
sistematis, menyeluruh, dan univesal, untuk mencari hakikat sesuatu.
Menurut D. Runes, filsafat berarti ilmu yang paling umum serta
mengandung usaha mencari kebijakan dan cinta akan kebijakan (BP-7,
1993 : 8).
Nilai-nilai sebagai hasil pemikiran yang sedalam-dalamnya tentang
kehidupan yang dianggap paling baik bagi bangsa Indonesia adalah
Pancasila, baik sebagai filsafat maupun sebagai pandangan hidup. Filsafat
merupakan kegiatan pemikiran yang tinggi dan murni (tidak terikat
langsung dengan suatu objek), yang mendalam, daya pikir subjek manusia
dalam memahami segala sesuatu dalam mencari kebenaran. Berpikir aktif
dalam mencari kebenaran adalah potensi dan fungsi kepribadian manusia.
Ajaran filsafat merupakan hasil pemikiran yang sedalam-dalamnya tentang
kesemestaan, secara mendasar (fundamental dan hakiki). Filsafat sebagai
hasil pemikiran pemikir (filosof), merupakan suatu ajaran atau sistem
nilai, baik berwujud pandangan hidup (filsafat hidup) maupun sebagai
ideologi yang dianut suatu masyarakat atau bangsa dan negara. Filsafat
demikian telah berkembang dan terbentuk sebagai suatu nilai yang
melembaga (dengan negara) sebagai suatu paham (isme), seperti
kapitalisme, komunisme, sosialisme, nazisme, fasisme, theokratisme, dan
sebagainya yang cukup mempengaruhi kehidupan bangsa dan negara
modern.
Sedangkan Pancasila yang terdiri dari atas lima sila pada
hakikatnya merupakan sistem filsafat. Yang dimaksud dengan sistem
adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling
bekerja sama untuk satu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan
suatu kesatuan yang utuh, sistem lazimnya memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
1) Suatu kesatuan bagian-bagian.
2) Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri.
3) Saling berhubungan, saling ketergantungan.
4) Kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama
(tujuan sistem).
5) Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks
D. Legitimasi Kekuasaan
Pokok permasalahan etika politik adalah legitimasi etis kekuasaan,
yang dapat dirumuskan dengan suatu pertanyaan, yaitu dengan moral apa
seseorang atau sekelompok orang memegang dan menggunakan kekuasaan
yang mereka miliki.
Legitimasi Kekuasaan meliputi:
a. Legitimasi etis, yaitu pembenaran atau pengabsahan wewenang negara
(kekuasaan negara) berdasarkan prinisp-prinsip moral.
b. Legitimasi legalitas, yaitu keabsahan kekuasaan itu berkaitan dengan
fungsi-fungsi kekuasaan negara dan menuntut agar fungsi-fungsi itu
diperoleh dan dilakukan sesuai dengan hukum yang berlaku.
E. Pengertian Nilai, Moral, dan Norma
Nilai, moral, dan norma merupakan konsep yang saling berkaitan.
Ketiga konsep ini saling terkait dalam memahami Pancasila sebagai etika
politik.
a. Nilai
Nilai yang dalam bahasa Inggris disebut “value”, menurut
Djahiri (1999), dapat diartikan sebagai harga, makna, isi dan pesan,
semangat, atau jiwa yang tersurat dan tersirat dalam fakta, konsep, dan
teori, sehingga bermakna secara fungsional. Di sini, nilai difungsikan
untuk mengarahkan, mengendalikan, dan menentukan kelakuan
seseorang, karena nilai dijadikan standar perilaku
b. Moral
Moral berasal dari kata mos (mores) = kesusilaan, tabiat,
kelakuan. Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang
menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia. Seorang pribadi
yang taat kepada aturan-aturan, kaidah-kaidah dan norma yang berlaku
dalam masyarakatnya, dianggap sesuai dan bertindak benar secara
moral. Jika sebaliknya yang terjadi, maka pribadi itu dianggap tidak
bermoral. Moral dalam perwujudannya dapat berupa peraturan,
prinsip-prinsip yang benar, baik, terpuji, dan mulia. Moral dapat
berupa kesetiaan, kepatuhan terhadap nilai dan norma yang mengikat
kehidupan masyarakat, negara, dan bangsa.
c. Norma
Norma adalah tolok ukur/alat untuk mengukur benar salahnya
suatu sikap dan tindakan manusia. Norma juga bisa diartikan sebagai
aturan yang berisi Rambu-rambu yang menggambarkan ukuran
tertentu, yang di dalamnya terkandung nilai benar/salah (Margono,
2001:67). Dalam bahasa inggris, Norma diartikan sebagai standar. Di
samping itu, norma juga bisa diartikan kaidah atau petunjuk hidup
yang digunakan untuk mengatur perilaku manusia. Dalam kehidupan
bermasyarakat maupun bernegara. Jika norma dipahami sebagai
standar (ukuran) perilaku manusia, yang dapat dijadikan “alat” untuk
menghakimi (justifikasi) suatu perilaku manusia (benar atau salah),
maka dalam realitas kehidupan sehari-hari terdapat paling tidak 5
norma, yaitu:
(1) Norma agama,
(2) Norma hukum,
(3) Norma moral atau susila,
(4) Norma kebiasaan, dan
(5) Norma kesopanan.
2.4 Pancasila Sebagai Benteng Anti Korupsi
A. Pengertian Korupsi
Korupsi (bahasa Latin: corruption dari kata kerja corrumpere yang
bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok).
Secara harfiah, korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politikus
atau politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak
legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya,
dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada
mereka.
B. Sebab-sebab Korupsi
Penyebab adanya tindakan korupsi sebenarnya bervariasi dan
beraneka ragam. Akan tetapi, secara umum dapatlah dirumuskan, sesuai
dengan pengertian korupsi diatas yaitu bertujuan untuk mendapatkan
keuntungan pribadi /kelompok /keluarga/ golongannya.
Faktor-faktor secara umum yang menyebabkan seseorang
melakukan tindakan korupsi yaitu:
a. Ketiadaan atau kelemahan kepemimpinan dalam posisi-posisi kunci
yang mampu memberi ilham dan mempengaruhi tingkah laku yang
menjinakkan korupsi. Kelemahan pengajaran-pengajaran agama dan
etika
b. Kolonialisme, suatu pemerintahan asing tidaklah menggugah
kesetiaan dan kepatuhan yang diperlukan untuk membendung korupsi
c. Kurangnya pendidikan
d. Adanya banyak kemiskinan
e. Tidak adanya tindakan hukum yang tegas
Dalam teori yang dikemukakan oleh Jack Bologne atau sering
disebut GONE Theory, bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
korupsi meliputi:
a. Greeds (keserakahan)
Berkaitan dengan adanya perilaku serakah yang secara potensial ada
di dalam diri setiap orang
b. Opportunities (kesempatan)
Berkaitan dengan keadaan organisasi atau instansi atau masyarakat
yang sedemikian rupa, sehingga terbuka kesempatan bagi seseorang
untuk melakukan kecurangan
c. Needs (kebutuhan)
Berkaitan dengan faktor-faktor yamg dibutuhkan oleh individu-
individu untuk menunjang hidupnya yang wajar;
d. Exposures (pengungkapan)
Berkaitan dengan tindakan atau konsekuensi yang dihadapi oleh
pelaku kecurangan apabila pelaku diketemukan melakukan
kecurangan.
b). Agama
Bangsa Indonesia dari dulu termasuk bangsa yang beragama, baik
agama Hindu, Budha, Islam, Katolik, maupun Kristen. Di antara kelima
agama tersebut, agama Islam merupakan agama yang dianut oleh
mayoritas bangsa Indonesia, walaupun demikian, tidak diharuskan
bahwa hukum Islam menjadi hukum Negara.
c). Kebudayaan
Kebudayaan merupakan keseluruhan pengetahuan manusia sebagai
makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta
pengalamannya dan yang, menjadi pedoman tingkah laku dan amal
perbuatan.
d). Bahasa
Bahasa adalah sistem lambang yang bersifat sewenang-wenang
dibentuk atas unsur-unsur bunyi ucapan manusia dan digunakan sebagai
sarana komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran. Di nusantara
terdapat banyak berbagai ragam bahasa daerah sebagai sarana interaksi
antarmanusia yang mewakili banyaknya suku bangsa atau etnis. Negara
menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya
nasional.
Dari unsur-unsur identitas nasional di atas, dapat dirumuskan
pembagiannya menjadi tiga bagian yaitu :
(1) Identitas Fundamental, yaitu pancasila sebagai falsafat bangsa, dasar
negara dan ideologi negara.
(2) Identitas Instrumental, yaitu berisi UUD 1945 dan tata perundang-
undangannya. Dalam hal ini, bahasa yang digunakan bahasa Indonesia,
bendera negara Indonesia, lambang negara Indonesia, lagu kebangsaan
Indonesia yaitu Indonesia Raya.
(3) Identitas Alamiah, yaitu meliputi negara kepulauan dan pluralisme
dalam suku, budaya, bahasa dan agama serta kepercayaan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendidikan Kewarganegaraan dapat diartikan sebagai sarana untuk
mengembangkan dan melestarkan nilai luhur dan moral sebagi pedoman
masyarakat bangsa Indonesia dengan adanya Pansacila dan Dasar Negara
di Indonesia. Yang diharapkan dapat mewujudkan dalam bentuk perilaku
kehidupan sehari- hari peserta didik individu, anggota masyarakat dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan adanya Pancasila sebagai
pedoman hidup maka masyarakat harus mentaati peraturan dan mematuhi
hukum yang berlaku.
Pancasila adalah Dasar Negara Republik Indonesia, sekaligus
menjadi pandangan hidup bangsa. Pancasila juga merupakan sumber
kejiwaan masyarakat Negara Republik Indonesia. Maka manusia
Indonesia menjadikan pengamalan Pancasila sebagai perjuangan utama
dalam kehidupan bermasyarakat dan kehidupan kenegaraan. Oleh karena
itu, pengamalannya harus dimulai dari setiap warga negra Indonesia.
Daftar Pustaka