Anda di halaman 1dari 59

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

TUGAS AKHIR

MANAJEMEN PEMBIBITAN SAPI BALI


DI BALAI PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL SAPI BALI
BALI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Ahli


Madya Peternakan Di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta

Program Studi Diploma III Agribisnis Peternakan

Oleh :
Agus Saputro Wibowo
H3409001

PROGRAM DIPLOMA III AGRIBISNIS MINAT PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
2012

ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

TUGAS AKHIR

MANAJEMEN PEMBIBITAN SAPI BALI


DI BALAI PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL SAPI BALI
BALI

Telah dipertahankan didepan dewan penguji


PadaTanggal: 18 Juli 2012
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji:

Penguji I Penguji II

Wara Pratitis S.S, S.Pt,. M.P Drh. Sunarto, M.Si.


NIP.19730422 200003 2 001 NIP.19550629 198601 1 001

Mengetahui
Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S


NIP. 195602251986011001
commit to user

iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya Sehingga penyusun dapat menyelesaikan
Tugas Akhir ini dengan judul “Manajemen Pembibitan Sapi Bali Di Balai
Pembibitan Ternak Unggul Sapi Bali. Bali”. Tugas Akhir ini ditulis untuk
memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Ahli Madya di Program
Studi Diploma III Agribisnis Minat Peternakan Di Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penyusun banyak mendapatkan
bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini, penyusun
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ketua Program D-III Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
3. Ketua Minat Program Studi D-III Agribisnis Minat Peternakan Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Wara Pratitits S.S, S.Pt.MP., selaku Dosen Pembimbing.
5. Drh. Sunarto, M. Si.,selaku Dosen Penuji.
6. Drh. Edi Suprapto,selaku Kepala Balai Pembibitan Ternak Unggul Sapi Bali
yang telah memberikan banyak pengalaman.
7. Orang tua yang telah memberikan motivasi dan dukungan, serta
8. Semua pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan satu-persatu.
Penyusun menyadari banyak kekurangan dari penyusunan Tugas Akhir
ini, oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca demi kesempurnaan Tugas Akhir ini.
Akhirnya penyusun berharap Tugas Akhir ini nantinya banyak membantu
dan berguna bagi penyusun pada khusunya dan semua pembaca pada umumnya.
Surakarta, Agustus 2012

commit to user Penyusun

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................
iii
KATA PENGANTAR............................................................................................
iv
DAFTAR ISI.............................................................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………… vii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................
viii
BAB I.PENDAHULUAN......................................................................................
1
A. Latar Belakang......................................................................................
1
B. Tujuan Kegiatan Magang.............................................................. 3
C. Perumusan Masalah..............................................................................
4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................
5
A. Pemeliharaan Pejantan………………...…………………………….5
B. Pemeliharaan Induk…………………...……………………………..6
C. Reproduksi atau Perkawinan ………...…………..………………….7
D. Pakan………………...………………………………………………9
E. Perkandangan...……………………………….........………... 10
F. Kesehatandan Penyakit Ternak..………...………………………. 11
BAB III. TATA PELAKSANAAN KEGIATAN .............................................
13
A. Waktu danTempat Pelaksanaan Magang...............................................
13
B. Materi dan Metode................................................................................
13
1. Materi….…………………………………………………………13
2. Metode………………….………………………...……………......
13
C. Cara Pengambilan Data………………………………………………
14
1. Pengamatan (Observasi)…...………………………………………
14
2. Wawancara………………………………………………………15
3. Studi Pustaka………………………………………………………
15
commit to user
D. Sumber Data…………………………………..……………………… 15

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................


16
A. KondisiUmumPerusahaan……………………………………
16
1. Sejarah Perusahaan………………………………………………...
16
2. Visi dan Misi………………………………………………………
17
3. Tugas Pokok dan Fungsi Balai…………………………………….
17
4. Lokasi Perusahaan…………………………………………………
18
5. Populasi Ternak……………………………………………………
19
6. Fasilistas…………………………………………………………...19
7. Struktur Organisasi………………………………………………...
20
8. Ketenagakerjaan………………………………………………… 21
B. HasilPembahasanKegiatanMagang……………………………
22
1. Pemeliharaan Pejantan……………………………………...22
2. Pemeliharaan Induk………………………………................23
3. Reproduksiatau Perkawinan................................................ 24
4. Manajemen Pakan………………………………………………… 26
5. Perkandangan………………………………………... 28
6. Kesehatan dan Penyakit Ternak……………………………...
32
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………
37
A. Kesimpulan…………………………………………………………...
37
B. Saran………………………………………………………………….
37
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….3
38
LAMPIRAN………………………………………………………………. 39

commit to user

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Gambar 1.Pejantanunggul………………………………………. 40
Gambar2.Pemeliharaan indukan di ranch……………………………. 41
Gambar 3.Perkawinan dengan kawin suntik atau IB………………. 41
Gambar4.Proses penyacahan rumput dengan chopper…………………….
41
Gambar5.Perkandangan………………………………………………42
Gambar6.Kebun hijauan……………………………………………. 42
Gambar7.Kebun jagung dan ubi kayu……………………………………
42
Gambar8.Penyakit baliziekte……………………………………….. 43
Gambar9.Obat-obatan………………………………………………….. 43
Gambar10.Pakan konsentrat……………………………………………..
43
Gambar11.Rumput kompetidor…………………………………… 44
Gambar12.Perkawinan alami………………………………………….
44
Info pedock BPTU Sapi Bali……………………………………… 46

commit to user

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Struktur Organisasi BPTU Sapi Bali……………………………………
21

commit to user

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sapi Sali merupakan salah satu plasma nulfah yang ada di
Indonesia yang telah lama dibudidayakan dan telah menyebar ke berbagai
penjuru Nusantara.Sapi Bali (Bos Sondaicus) merupakan sapi asli Indonesia
yang diduga sebagai hasil domestikasi (penjinakan) dari banteng liar.
Sebagian ahli yakin bahwa domestikasi tersebut berlangsung di Bali sehingga
disebut Sapi Bali. Sapi Bali menyebar ke pulau-pulau di sekitar pulau Bali
melalui komunikasi antar raja-raja pada zaman dahulu. Dengan demikian,
adaptabilitasnya terhadap iklim dan lingkungan tropis tidak diragukan lagi.
Selain itu Sapi Bali merupakan potensi lokal yang mempunyai nilai jual
tinggi dalam sektor agribisnis peternakan. Pembibitan Sapi Bali merupakan
salah satu usaha peternakan yang mempunyai prospek yang masih sangat
bagus. Hal ini karena kebutuhan maupun permintaan daging cenderung
meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini juga di karenakan meningkatnya
kesadaran dan juga tingkat pendapatan masyarakat. Dari karakteristik karkas,
Sapi Bali digolongkan sapi pedaging ideal ditinjau dari bentuk badan yang
kompak dan serasi, bahkan nilai lebih unggul daripada sapi pedaging Eropa
seperti Hereford, Shortorn. Oleh karena itu dianggap lebih baik sebagai
ternak pada iklim tropik yang lembab karena memperlihatkan kemampuan
tubuh yang baik dengan pemberian makanan yang bernilai gizi tinggi (Fikar,
2010). Selain mempunyai kualitas karkas dan pertumbuhan yang baik, Sapi
Bali mempunyai fertilitas yang sangat tinggi dan sangat bagus untuk usaha
pembibitan. Namun dari keunggulan tersebut timbul permasalahan salah
satunya adalah menurunnya populasi dan mutu genetik. Penurunuan populasi
dan mutu genetik disebabkan oleh banyak faktor, salah satu diantaranya
adalah manajemen reproduksi.
Sejalan dengan permasalahan tersebut, Balai Pembibitan Ternak Unggul
(BPTU) Sapi Bali merupakan commitsalah
to usersatu instansi pemerintah yang

1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id

berkewajiban untuk peduli akan kelestarian plasma nutfah Sapi Bali. BPTU
Sapi Bali mempunyai tugas pokok salah satunya pemurnian genetik untuk
menghasilkan dan menjaga keaslian genetik Sapi Bali yang unggul, dalam
rangka meningkatkan populasi ternak Sapi Bali agar plasma nutfah asli
indonesia ini tidak punah. Dalam melaksanakan tugas pokok, BPTU sapi Bali
menerapkan sistem manajemen mutu yang sesuai dengan standarisasi
nasional. Standarisasi nasional tersebut adalah dapat dilihat dalam pengelolaan
breeding center dalam pengadaan seleksi bibit yang mengacu kepada SNI
tentang Sapi Bali. Selain sistem manajemen mutu yang berstandar nasional
BPTU Sapi Bali mempunyai keunggulan dengan adanya tempat yang
representatif dalam pemuliabiakan yaitu dengan penerapan metode kandang
ranch. Metode ranchini sangat mendukung pemuliaan Sapi Bali, karena
sistem ranchdi rasa sesuai dengan habitat aslinya.
Lokasi yang dipilih untuk kegiatan magang mahasiswa ini adalah
BPTU Sapi Bali karena jarang sekali perusahaan peternakan di Indonesia yang
memelihara sapi dengan sistem ranch dengan padang penggembalaan yang
sangat luas disertai manajemen yang baik dan terarah. Selain itu, sebagai
institusi mitra, BPTU Sapi Bali merupakan mitra yang selalu terbuka dan
mendukung dalam kemajuan dunia pendidikan di Indonesia, dalam hal ini
transfer ilmu pengetahuan khusunya dalam hal seluk beluk Sapi Bali. Dengan
mengetahui bagaimana manajemen pemeliharaan pada pejantan dan induk
yang ada disini mulai dari bagaimana pemberian pakan hingga penanganan
terhadap penyakit pada sapi diharapakan dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi mahasiswa untuk kedepannya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id

B. Tujuan Kegiatan Magang


a. Agar mahasiswa memperoleh keterampilan dan pengalaman kerja
secara langsung dan dapat memecahkan permasalahan yang ada dalam
kegiatan pemeliharaan Sapi Bali.
b. Mengetahui dan memahami secara langsung tentang teknis
pemeliharaan dan penglolaan Sapi Bali.
c. Menambah pengetahuan, keterampilan dan wawasan bagi setiap
mahasiswa dalam dunia peternakan ruminansia khususnya Sapi Bali.
d. Meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai hubungan antara teori
dan penerapannya sehingga dapat memberikan bekal bagi mahasiswa
untuk dapat mengapdi ke masyarakat.
e. Mengetahui dan memahami secara langsung bagaimana manajemen
pemeliharaan pejantan dan indukan sapi bali yang dilakukan secara
ranch mulai dari pemberian pakan hingga pengelolaan kesehatan Sapi
Bali.
f. Memperoleh pengalaman kerja secara langsung sehingga dapat
membandingkan antara teori yang telah diperoleh dengan aplikasinya di
lapangan.
g. Memberikan pengetahuan dan pengalaman praktis kepada mahasiswa
dalam rangka kesiapan menghadapi dunia kerja yang mengarah pada
kegiatan kewirausahaan, dan penciptaan lapangan kerja.
h. Meningkatkan hubungan kerja sama yang baik antara perguruan tinggi,
pemerintah, dan perusahaan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id

C. Perumusan Masalah
Seiring dengan bertambahnya populasi penduduk serta meningkatnya
kesadaran masyarakat akan kebuuhan gizi yang diiringi dengan tingkat
pendapatan maka kebutuhan daging sebagai salah satu sumber protein hewani
turut meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan daging, terutama daging sapi
maka peluang usaha disektor peternakan masih sangat terbuka lebar
khususnya usaha peternakan sapi potong seperti breeding maupun fattening.
Semua aktivitas yang berhubungan dengan peningkatan populasi atau
kelompok ternak bibit dapat dilaksanakan dengan meningkatkan mutu genetik
ternak tersebut dengan cara manajemen pemeliharaan yang terarah dan tepat
guna.
Perumusan masalah mengenai manajemen pemeliharaan pada Sapi
Bali di Balai pembibitan Ternak Unggul (BPTU) Sapi Bali yang dapat
diuraikan antara lain:
1. Manajemen pemeliharaan pada pejantan dan induk Sapi Bali.
2. Manajemen reproduksi Sapi Bali,
3. Manajemen perkandangan dan tata letaknya.
4. Manajemen kesehatan dan penanganan penyakit Sapi Bali.
5. Manajemen pakan Sapi Bali.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemeliharaan Pejantan
Sapi Bali pejantan memiliki ciri khas antaranya bulu berwarna merah
keemasan, pada jantan dewasa akan menjadi hitam, kaki di bawah persendian
karpal dan tarsal berwarna putih seperti memakai kaus kaki, bagian pantat
berwarna putih membentuk setengah lingkaran, ujung ekor berwarna hitam.
Sapi Bali memiliki kepala pendek dengan kepala datar, Sapi Bali jantan
memiliki tanduk panjang dan besar yamg tumbuh ke samping belakang.
(Fikar, 2010)
Pejantan yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut: (a) umur
sekitar 4-5 tahun, (b) memiliki kesuburan tinggi, (c) daya menurunkan sifat
produksi yang tinggi kepada anak-anaknya, (d) berasal dari induk dan
pejantan yang baik, (e) besar badannya sesuai dengan umur, kuat, dan
mempunyai sifat-sifat pejantan yang baik, (f) kepala lebar, leher besar,
pinggang lebar, punggung kuat, (g) muka sedikit panjang, pundak sedikit
tajam dan lebar, (h) paha rata dan cukup terpisah, (i) dada lebar dan jarak
antara tulang rusuknya cukup lebar, (j) badan panjang, dada dalam, lingkar
dada dan lingkar perut besar, serta (k) sehat, bebas dari penyakit menular dan
tidak menurunkan cacat pada keturunannya (Ngadiyono, 2012).
Perkawinan pertama pada sapi jantan bisa dilakukan pada saat
umurnya mencapai 18 bulan.Pada saat ini, secara tubuh, sapi telah dewasa
dan mampu mengawini induk.Selain itu, produksi semen juga sudah cukup
banyak dengan kualitas yang baik.Agar hasil perkawinan bisa maksimal,
sebaiknya pejantan dikawinkan 2-3 kali dalam seminggu.Setelah dikawinkan,
sebaiknya pejantan diistirahatkan agar kondisi tubuhnya membaik dan
produksi semennya meningkat, baik secara kualitas maupun kuantitas.Seekor
pejantan yang prima mampu mengawini hingga 30 ekor induk.Pejantan
sebaiknya ditempatkan dikandang khusus pejantanyang letaknya berjauhan
commit to user

5
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id

dengan kandang induk.Agar kondisi pejantan prima dengan produksi semen


yang bagus, pejantan harus diberi pakan yang berkualitas tinggi (Fikar, 2010).
Sapi jantan akan mencapai kedewasaan pada umur 12 bulan.
Temperamen sapi jantan biasanya agresif apalagi terhadap orang yang tidak
dikenal.Oleh karenanya, sapi ini sebaiknya didekati dan dipegang setiap hari
untuk meminimalisir tingkat agresifnya. Dengan demikian sapi tersebut akan
mudah ditangani (Rianto dan Purbowati, 2010).
Seleksi pejantan menyangkut :
- kesehatan fisik: mata bersih dan bersinar, bulu bersih, halus dan mengkilap,
tidak ada leleran pada hidung, mulut bau rumput, bentuk kaki simetris dan
konsistensi feses normal.
- kualitas semen baik, dapat dilihat dari keturunannya atau diperiksa langsung
dengan mikroskop
- kapasitas servis yaitu kemampuan untuk dapat mengawini induk betina,
idealnya 1 ekor pejantan mampu mengawini 10 ekor betina (Fikar, 2010).

B. Pemeliharaan Induk
Sapi Bali memiliki tubuh menyerupai banteng tapi ukurannya lebih
kecil karena proses penjinakan. Warna bulu pada waktu masih pedet sawo
matang atau merah bata dan setelah dewasa warna bulu pada sapi bali betina
bertahan merah bata sedangkan yang jantan kehitam-hitaman. Bagian
keempat kakinya daribawah persendian karpal dan tarsal berwarna putih
seperti memakai kaus kaki. Kepala pendek dan dahi datar. Tanduk sapi betina
tumbuh agak ke dalam. (Fikar, 2010)
Sapi induk harus dipelihara dengan baik agar penampilan
reproduksinya meningkat.Sebaiknya, sapi induk digembalakan secara
teratur.Tujuannya agar pemberian pakan lebih ekonomis, ternak dapat
memilih sendiri pakan yang disukainya, serta melatih otot dan menjaga
kondisi tubuh (Santosa, 1995).
Kualitas pakan dan jumlah yang diberikan pada sapi induk harus
commit
benar-benar dikontrol.Tujuannya to kondisi
agar user tubuhnya tidak terlalu gemuk
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

atau terlalu kurus. Sapi betina yang terlalu kurus umumnya akan
menghasilkan anak yang kondisinya lemah karena kekurangan nutrisi.
Sementara induk yang terlalu gemuk akan mengalami kesulitan ketika
melahirkan (Fikar, 2010).
Waktu pertama kali kawin pada sapi dara harus benar-benar
diperhatikan.Memang pada umur 12-15 bulan sapi dara sudah menunjukkan
gejala estrus (birahi).Namun pada umur tersebut sapi belum bisa dikawinkan
karena pertumbuhan tubuhnya belum mencapai titik optimum. Perkawinan
yang terlalu muda dapat menyebabkan indukan kesulitan beranak karena sapi
betina masih terlalu muda. Selain itu, dapat menyebabkan alat reproduksi
menjadi rusak akibat kesulitan ketika beranak.Sebaiknya, sapi dara
dikawinkan pertama kali pada umur 18-24 bulan.Pada umur tersebut,
pertumbuhan tubuh pada sapi betina sudah mencapai optimum untuk
mendukung perkembangan janin.Untuk efektivitas perkawinan, induk sapi
tidak bisa dikawinkan setiap saat. Induk baru bisa dikawinkan ketika
mengalami estrus pada sapi, siklus estrus akan terulang setiap 21 hari. Pada
masa estrus inilah tingkat terjadinya pembuahan saat sapi dikawinkan sangat
tinggi (Rianto dan Purbowati, 2010).

C. Reproduksi atau Perkawinan


Keberhasilan usaha pembibitan sapi salah satunya di ukur dari berapa
jumlah anak yang bisa di hasilkan.Peranan manajemen perkawinan sangat
penting, terutama dalam hal menunjang keberhasilan perkawinan sehingga
terjadi kebuntingan pada sapi yang telah di kawinkan. Perkawinan pada sapi
potong bisa dilakukan secara alami maupun kawin suntik (Inseminasi
Buatan,IB). (Rianto dan Purbowati, 2010).
IB adalah proses memasukkan sperma ke dalam saluran reproduksi
betina dengantujuan untuk membuat betina jadi bunting tanpa perlu terjadi
perkawinan alami. Konsepdasar dari teknologi ini adalah bahwa seekor
pejantan secara alamiah memproduksipuluhan milyar sel kelamin jantan
commituntuk
(spermatozoa) per hari, sedangkan to user
membuahisatu sel telur (oosit) pada
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

hewan betina diperlukan hanya satu spermatozoon.Potensiterpendam yang


dimiliki seekor pejantan sebagai sumber informasi genetik, apalagi
yangunggul dapat dimanfaatkan secara efisien untuk membuahi banyak
betina (Feradis, 2010).
Namun dalam perkembangan lebih lanjut, program IB tidak hanya
mencakuppemasukan semen ke dalam saluran reproduksi betina, tetapi juga
menyangkut seleksidan pemeliharaan pejantan, penampungan, penilaian,
pengenceran, penyimpanan ataupengawetan (pendinginan dan pembekuan)
dan pengangkutan semen, inseminasi,pencatatan dan penentuan hasil
inseminasi pada hewan/ternak betina, bimbingan danpenyuluhan pada
peternak. Dengan demikian pengertian IB menjadi lebih luas yangmencakup
aspek reproduksi dan pemuliaan, sehingga istilahnya menjadi
artificialbreeding (perkawinan buatan).Tujuan dari IB itu sendiri adalah
sebagai satu alat yangampuh yang diciptakan manusia untuk meningkatkan
populasi dan produksi ternaksecara kuantitatif dan kualitatif.(Feradis, 2010).
Manfaat penerapan bioteknologi IB pada ternak (Fikar,2010) adalah
sebagaiberikut :
a. Menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan.
b. Mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi betina (inbreeding).
c. Dengan peralatan dan teknologi yang baik spermatozoa dapat simpan
dalam jangka waktu yang lama.
d. Semen beku masih dapat dipakai untuk beberapa tahun kemudian
walaupun pejantan telah mati.
e. Menghindari kecelakaan yang sering terjadi pada saat perkawinan karena
fisik pejantan terlalu besar.
f. Menghindari ternak dari penularan penyakit terutama penyakit yang
ditularkan dengan hubungan kelamin.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

D. Pakan
Secara teknis diketahui bahwa ruminan mempunyai potensi biologis
untuk dapat mengunakan hijauan dengan baik sebagai bahan makanan
utamanya. Hijauan terutama rumput relatif lebih mudah ditanam atau
dipelihara sehingga harganya sebagai sumber energi relatif lebih murah
dibandingkan dengan tanaman sumber karbohidrat lainnya. Akan tetapi di
lain pihak, hewan dapat mengadaptasikan diri terhadap berbagai keadaan
lingkungan (Siregar, 2008).
Pakan mempunyai peranan yang penting baik diperlukan bagi ternak-
ternak muda, maupun untuk mempertahankan hidupnya dan menghasilkan
suatu produksi serta tenaga bagi ternak dewasa dan berfungsi untuk
memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan. Pakan yang diberikan pada
seekor ternak harus sempurna dan mencukupi. Sempurna dalam arti bahwa
pakan yang diberikan pada ternak tersebut harus mengandung semua nutrien
yang diperlukan oleh tubuh dengan kualitas yang baik (AAK, 1983).
Pakan ternak yang dikonsumsi perlu untuk pemeliharaan dan
pertumbuhan. Jadi semakin cepat bobot yang dikehendaki dapat tercapai
nisbah antara bagian yang dimakan untuk pemeliharaan dengan bagian yang
perlu untuk pertumbuhan lebih menguntukngkan. Memelihara hewan-hewan
dengan kemampuan tubuh yang tinggi tanpa memberinya pakan yang
diperlukanmengakibatkan hasil yang lebih jelek dibanding dengan apa yang
didapat dari kedua bangsa lokal dalam kondisi sama. (Rianto dan Purbowati,
2010).
Air merupakan bahan pakan utama yang tidak bisa diabaikan, tubuh
hewanterdiri dari 70% air, sehingga air benar-benar termasuk kebutuhan
utama yangtidak dapat diabaikan. Kebutuhan air bagi ternak tergantung pada
berbagai factor yaitu kondisi iklim, bangsa sapi, umur dan jenis pakan yang
diberikan.(Santosa, 1995).Air dalam tubuh ternak berfungsi sebagai
transportasi zat pakanmelalui dinding-dinding usus ke dalam peredaran darah,
mengangkut zat-zat sisa,sebagai pelarut beberapa zat dan mengatur suhu
commitbagi
tubuh.Air minum sangat dibutuhkan to user
kesehatan sapi.Kebutuhan air minum
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

sapikurang lebih 20-40 liter/ekor/hari yang harus disediakan dalam


kandang.(Setiadi, 2001).

E. Perkandangan
Tipe kandang berdasarkan bentuknya ada 2, yaitu kandang tunggal
dankandang ganda.Kandang tunggal terdiri satu baris kandang yang
dilengkapilorong jalan dan selokan atau parit.Kandang ganda ada 2 macam
yaitu sapisaling berhadapan head to head dan sapi saling bertolak belakang
tail to tail yangdilengkapi lorong untuk memudahkan pemberian pakan dan
pengontrolan ternak(Ngadiyono, 2012).Fungsi kandang adalah melindungi
sapi potong darigangguan cuaca, tempat sapi beristirahat dengan nyaman,
mengontrol agar sapitidak merusak tanaman di sekitar lokasi, tempat
pengumpulan kotoran sapi,melindungi sapi dari hewan pengganggu, dan
memudahkan pelaksanaanpemeliharaan sapi tersebut(Fikar, 2010).
Beberapa hal yang harus diperhatikan mengenai kandang diantaranya
adalah desain layout, kapasitas dan materi bangunan kandang terutama lantai
dan atap kandang. Kesemuanya itu harus diperhatikan dalam rangka
mempermudahkan alur kegiatan pemeliharaan mulai dari kedatangan bakalan,
kemudahan proses pemberian pakan ternak dan minum, sekaligus menyangkut
kemudahan membersihkan kandang baik dari sisa kotoran, makanan dan
genangan air serta persiapan pngangkutan sapi yang siap dijual (Santosa,
1995).
Konstruksi kandang dirancang sesuai dengan keadaan iklim setempat,
jenis ternak, dan tujuan pemeliharaan sapi itu sendiri.Dalam merancang
kandang ternak yang penting untuk diperhatikan adalah tinggi bangunan,
kedudukan atap dan bayangan atap, serta lantai kandang.Lantai kandang untuk
penggemukan sebaiknya disemen dengan kemiringan 4-5 cm. Kemiringan itu
bertujuan agar air kencing, air siraman pembersih kandang atau cairan lain di
dalam kandang dapat mengalir keluar dengan mudah (Setiadi, 2001).
Perlengkapan kandang untuk ternak sapi potong adalah tempat pakan
dan tempat minum permanencommit to user
dari semen lebih menghemat tenaga kerja dan
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

tahan lama.Tempat tendon pakan hijauan atau pakan konsentrat.Saluran


pembuangan air, air kencing dan tempat penampungan kotoran, sisa-sisa
pakan tersedia diluar kandang. Peralatan kandang seperti sekop, sapu lidi, arit
atau parang untuk emoting hijauan ( Susilorini, 2008).

F. Kesehatan dan Penyakit Ternak


Sapi bali rentan terhadap penyakit jembrana dan malignant catarrhal
fever (MCF). Selain itu tingkat kematian pedet sebelum sapih mencapai 15 –
20 persen. Tingkah laku sapi memberikan gambaran tentang status kesehatan
sapi tersebut.Sapi yang sehat akan menampakkan gerakan yang aktif,selalu
sadar dan tanggap terhadap perubahan situasi disekitarnya. Tingkat kesehatan
yang baik dan hasil produksi serta reproduksi yang optimal memerlukan
ketersediaan padang rumput yang cukup dan bermutu (Fikar, 2010).
Keberhasilan peternakan sapi potong tidak hanya terletak pada usaha
pengembangan jumlah ternak yang dipelihara, namun juga pada perawatan
dan pengawasan, sehingga kesehatan ternak sapi tetap terjaga. Perawatan dan
pengobatan pada ternak sapi juga memerlukan pertimbangan dari berbagai
segi, baik dari segi penyakit ( ringan, tidak menular, atau menular ) maupun
dari segi ekonomis
(Rianto dan Purbowati, 2010).
Pengertian umum tentang hewan sakit adalah setiap penyimpangan
dari kondisi normalnya.Dalam arti yang lebih spesifik, hewan sakit adalah
suatu kondisi yang ditimbulkan oleh suatu individu hidup atau oleh penyebab
lainnya, baik yang diketahui maupun tidak, yang merugikan kesehatan hewan
yang bersangkutan. Dari pengertian ini, maka hewan yang sakit dapat
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor mekanis, termis,
kekurangan nutrisi, pengaruh zat kimia, faktor keturunan, dan sebagainya
(Siregar, 2008).
Pemberian vaksin cukup dilakukan pada saat sapi berada di kandang
karantina.Vaksinasi yang penting dilakukan adalah vaksinasi Anthrax.
Beberapa jenis penyakit yangcommit
dapat to user
meyerang sapi potong adalah cacingan,
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), kembung (Bloat) dan lain-lain (Syarif dan
Harianto, 2011).
Vaksinasi pencegahan hendaknya dianggap sebagai perlindungan
tambahan dibandingkan dengan pentingnya menjaga kebersihan.Keberhasilan
vaksinasi jarang mencapai 100% dan hewan muda mungkin peka, jadi
hendaknya hati-hati untuk mengurangi resiko intensitas dan penyebaran
infeksi.Caranya adalah dengan menghindari kontak dengan hewan sakit,
kontak dengan lendir, kotoran dan benda-benda tercemar (Rianto dan
Purbowati).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III. TATA PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Magang


Kegiatan magang dilaksanakan mulai tanggal 6 Februari sampai dengan 6
Maret 2012. Kegiatan proses magang dimulai pada puku 07.30 WITA
berakhir pada pukul 16.00 WITA. Kegiatan magang ini dilaksanakan 6 hari
kerja, dimulai dari hari senin sampai dengan sabtu.Kegiatan magang ini
dilaksanakan di Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) Sapi Bali, Jl Raya
Gilimanuk-Denpasar, berjarak sekitar 40 Km dari pusat kota Jembrana di Desa
Pangyangan, Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali.

B. Materi dan Metode


1. Materi
a. Alat : kandang, tempat pakan dan minum, timbangan sapi, sekop,
cangkul, selang air, karung, sabit, traktor, mobil pick up, chopper,
suntikan, dan buku recording.
b. Bahan : sapi potong jenis Sapi Bali pedet, calon indukan dan calon
pejantan, pejantan, indukan, vaksin, obat mata, vitamin, pakan hijauan
dan konsentrat, serta air.
2. Metode
a. Pemeliharaan pejantan
Pemeliharaan pejantan meliputi pembersihan kandang dua kali sehari
pada pagi dan sore, pemberian pakan dan minum dua kali sehari,
exercise dilakukan setiap hari dan perawatan kesehatan yang meliputi
spraying setiap bulan dan vaksinasi serta pemberian obat cacing dan
vitamin.
b. Pemeliharaan induk
Pada umumnya calon induk maupun indukan dipelihara di padang
penggembalaan sehingga pemeliharaannya lebih mudah. Sapi diberi
commit to user
tambahan hijauan dan konsentrat jika sapi induk bunting tua dan habis

13
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

melahirkan serta jika rumput di padang penggembalaan berkurang


kualitas dan kuantitasnya. Untuk spraying dilakukan setiap bulan.
Selain itu di vaksinasi dan rutin di drenching atau pemberian obat
cacing.
c. Manajemen Reproduksi
Manajemen perkawinan yang tepat merupakan salah satu salah satu
cara untuk memperoleh tingkat keberhasilan kebuntingan pada hewan
ternak. Manajemen ini meliputi pola perkawinan ternak, pengamatan
waktu birahi, pemilihan sapi pejantan yang tepat, serta ketrampilan
petugas dan peternak dalam teknik perkawinan.
d. Manajemen pakan
Pemberian pakan untuk ternak yang dikandangkan dilakukan dengan
mencampurkan konsentrat dan hijauan yang sudah di chopper serta
mineral mix. Sedangkan untuk ternak yang digembalakan diberikan
tambahan konsentrat dan hijauan jika ketersediaan rumput di padang
penggembalaan berkurang kualitas maupun kuantitasnya.
e. Manajemen kesehatan dan penyakit
Untuk mengantisipasi terjadinya penularan penyakit maka dilakukan
pembersihan kandang dua kali setiap hari pada pagi dan sore.
Pengawasan kesehatan ternak setiap hari dan melakukan pengobatan
terhadap sapi yang mengalami penyakit atau luka.

C. Cara Pengambilan Data


Cara pengambilan data yang digunakan untuk memperoleh data yang
diperlukan adalah:
1. Pengamatan (Observasi)
Mahasiswa mengadakan pengamatan langsung mengenai kondisi dan
kegiatan yang ada di lokasi magang, yang meliputi :
1) Observasi tentang penyediaan bahan baku dan cara pengelolaannya.
2) Observasi tentang pengendalian mutu dari material sampai produk
akhir. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

2. Wawancara
Wawancara dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab dengan pihak-
pihak dari instansi yang bersangkutan mengacu pada quisioner yang telah
dibuat, serta bagian-bagian yang kurang jelas pada kegiatan magang guna
mengetahui segala hal yang diperlukan dalam penyusan laporan.
3. Studi Pustaka
Studi Pustaka adalah mencari dan mempelajari pustaka mengenai
permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan
magang.Studi pustaka dilakukan dengan mencari informasi pendukung
yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan dengan cara memanfaatkan
data pustaka yang tersedia misalnya buku, data perusahaan dan majalah
ilmiah.

D. Sumber Data
Sumber data yang diperoleh berdasarkan sifat data yang dikumpulkan
ada dua jenis yaitu:
1. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden.
Dalam pelaksanaan kegiatan magang perusahaan ini, data primer didapat
dari wawancara dengan kepala Balai Pembibitan ternak Unggul Sapi Bali,
Ka.Si. Pelayanan Teknis, Kepala Instalasi, penanggung jawab divisi
pemuliaan ternak, penanggung jawab divisi kesehatan ternak, penanggung
jawab divisi hijauan makanan ternak, staf dan karyawan BPTU Sapi Bali.
2. Dalam kegiatan magang perusahaan ini, yang menjadi data sekunder
adalah data yang diambil dari buku, catatan yang diperoleh selama berada
di perusahaan dan jurnal yang berhubungan dengan kegiatan magang
perusahaan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum Perusahaan


1. Sejarah Perusahaan
Pada pertengahan dekade 70-an, ada dua isu besar tentang Sapi
Bali. Pertama adalah menurunnya populasi Sapi Bali di Indonesia, yang
disebabkan oleh pemotongan sapi betina produktif dan ekspor Sapi Bali
yang tidak terkendali.Kedua adalah dampak ikutan dari terkurasnya Sapi
Bali tersebut sehingga menimbulkan penurunan populasi disertai dengan
penurunan mutu genetik Sapi Bali padahal Sapi Bali sangat berperan
penting dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Berawal dari kondisi
tersebut, pada tahun 1976 berdirilah Proyek Pembibitan dan
Pengembangan Sapi Bali (P3 Bali) , sesuai dengan SK Menteri Pertanian
no.776/Kpts/Um/12/1976. Tahun1977, pemeritah lewat Bank Rakyat
Indonesia, menyalurkan Kredit ternak sapi ke masyarakat sebagai upaya
mendukung kegiatan P3 Bali,yang nantinya menjadi Instalasi Populasi
Dasar (IPD).
Tahun 1986, dibangunlah Pusat Pembibitan Pulukan (Breeding
CenterPulukan (BC Pulukan)) di desa Pangyangan, Kecamatan Pakutatan,
Kabupaten Jembrana, Bali sebagai tempat Uji dan Seleksi Sapi Bali karena
hanya ditempat inilah terdapat tanah luas yang cocok untuk dijadikan
padang penggembalaan (Ranch) untuk Sapi Bali dan akhirnya pada tahun
2007, karena pertimbangan pentingnya melestarikan plasma nutfah
potensial asli Indonesia dan dala perkembangan cukup menggembirakan,
maka sesuai dengan SK Menteri Pertanian no.
13/Permentan/OT/140/2/2007, P3 Bali resmi menjadi Balai Pembibitan
Ternak Unggul Sapi Bali (BPTU Sapi Bali).Karena Balai Pembibitan
Ternak Unggul Sapi Bali ini memiliki nomor izin balai yang sah dari
Kementrian Pertanian.Maka status balai Pembibitan Ternak Unggul
commit
(BPTU) Sapi Bali ini berbentuk to userpemerintah.
instansi

16
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

2. Visi dan Misi


BPTU memiliki visi yaitu terwujudnya BPTU Sapi Bali dalam
peningkatan mutu genetikbibit ternak Sapi Bali, dan pelestarian plasma
nutfah nasional yang berwawasan agribisnis. Dan misi-misinya antara lain:
1) Melaksanakan pemuliabiakan dan kelestarian Sapi Sali
2) Melaksanakan pengujian mutu genetik ternak bibit Sapi Bali
3) Melaksanakan pengembangan dan penyebaran bibit Sapi Bali
4) Mengembangkan kerjasama dengan stake-holders dalam rangka
pembangunan subsektor peternakan
5) Meningkatkan SDM bidang peternakan
6) Melaksanakan manajemen administrasidan evaluasi dalam
melaksanaan Kegiatan Balai.

3. Tugas Pokok dan Fungsi Balai


Tugas pokok dari BPTU Sapi Bali yaitu melaksanakan pelestarian,
pemuliaan, pembibitan, produksi dan pengembangan serta penyebaran
hasil produksi bibit Sapi Bali unggul secara nasional.
Sedangkan fungsi balai sendiri antara lain:
1) Pelaksanaan pemeliharaan bibit Sapi Bali murni unggul
2) Pelaksanaan pelestarian, pemuliaan dan pembibitan melalui teknologi
pemurnian
3) Pelaksanaan pencatatan (recording) pembibitan Sapi Bali murni
4) Pelaksanaan seleksi berdasarkan uji performance dan uji progeny Sapi
Bali murni unggul
5) Pelaksanaan standarisasi teknis bibit Sapi Bali murni unggul
6) Pelaksanaan sertifikasi bibit Sapi Bali murni unggul
7) Pemberian saran teknik pemeliharaan Sapi Bali murni unggul
8) Pelaksanaan penyebaran hasil produksi bibit Sapi Bali murni unggul
9) Pelaksanaan penyebaran hasil produksi bibit Sapi Bali murni unggul

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

10) Pemberian pelayanan teknik kegiatan pelestarian, pemuliaan,


pembibitan, produksi dan pengembangan serta penyebaran hasil
produksi bibit Sapi Bali murni unggul secara nasional
11) Pelaksanaan evaluasi kegiatan pembibitan Sapi Bali murni unggul
12) Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga balai

4. Lokasi Perusahaan
Kantor pusat dari BPTU terletak di jalan Gurita III Pegok, Sesetan,
Denpasar, Bali.Kepemilikan BPTU langsung dibawah Direktorat Jendral
Peternakan. Alasan dipilih Denpasar sebagai kantor pusat karena Denpasar
merupakan Ibukota Provinsi yang dapat memudahkan dalam mengurus
perijinan.BPTU Sapi Bali memiliki dua unit breeding center yang terletak
di desa Pangyangan, Kecamatan Pakutatan, Kabupaten Jembranadan di
Dompu (NTB).
Breeding Centre (BC) di Jembrana lebih terkenal dengan nama BC
Pulukan terletak di Desa Pangyangan. Kecamatan Pekutatan. Kabupaten
Jembrana Bali.Jembrana dipilih untuk dijadikan BC karena lahan yang
terdapat di Jembrana masih luas sehingga sistim pemeliharaan bisa
menggunakan sistim Ranch. Sistim Ranch digunakan karena Sapi Bali
merupakan keturunan dari banteng yang mengalami domestikasi sehingga
Sapi Baliakanberkembang biak dengan baik jika dilepas diluar.BC
Pulukan dibangun di atas tanah milik Pemerintah Daerah Provinsi
Bali.Berjarak 40 kilometer dari pusat kota Jembrana dan 80 kilometer dari
pusat kota Denpasar Bali.
Letak lokasi BC Pulukan sangat strategis karena hanya berjarak
satu kilometer dari jalan raya Denpasar-Gilimanuk. Luas Lahan yang
dimiliki BC Pulukan adalah 102 hektar yang terdiri dari 82 hektar lahan
terolah dan 20 hektar dipinjam perusahaan daerah untuk pelestarian
plasma nutfah coklat. 82 lahan terdiri dari 14 hektar lahan pakan dan 68
hektar untuk Ranch.Sedangkan BCyang ada di Dompu untuk saat ini
commit
sedang mengalami perbaikan to user
ulang.
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

Secara geografis BCPulukan BPTU Sapi Bali berada di lokasi yang


berbukit dengan kemiringan 10 persen sampai 25 persen dengan
ketinggian sekitar 125 meter di atas permukaan laut. Curah hujan rata –
rata 458 mm/tahun dengan temperatur rata – rata 28oC sampai 30oC, dan
kelembaban relatif antara 60 persensampai 70 persen. Peternakan Sapi
Bali merupakan usaha untuk mendukung peningkatan taraf hidup
masyarakat peternak dan mendukung penyediaan daging nasional.

5. Populasi Ternak
Sapi yang ada di BC pulukan pada bulan Februari 2012 berjumlah
737 ekor yang terdiri dari induk 130 ekor, calon induk 277 ekor, betina
muda 38 ekor, pedet betina 49 ekor, sisa performance test (PT) 89 ekor,
pejantan 8 ekor, calon pejantan 97 ekor, pedet jantan 49 ekor.

6. Fasilistas
Fasilitas yang dimiliki unit BCPulukan antara lain dua bangunan
mess untuk karyawan, satu bangunan untuk kantor administrasi, tiga
mesin chopper, dua mobil pick upuntuk pengangkutan pakan, satu buah
tractoruntuk pengangkutan pakan, silo atau tempat pembutan silase,
timbangan analitik, gudang pakan yakni gudang untuk penyimpanan
hijauan dan gudang untuk penyimpanan konsentrat, satu kandang pejantan
PT, satu kandang untuk program Embrio Transfer (ET), dua kandang
penggemukan, dan kandang isolasi serta Cattle yard. Cattle yard yang
dimiliki BPTU Sapi Bali dibangun pada awal pendiriannya, yaitu pada
tahun 1986. Cattle yard BC Pulukan BPTU Sapi Bali memiliki bangunan
antara lain loading unit, forcing yard, gang way, crush, alat spraying,
tempat penimbangan dan tempat IB.
Selain memiliki fasilitas diatas, BC Pulukan memiliki laboratorium
reproduksi yang digunakan sebagai laboratorium analisa sperma pejantan
unggul Sapi Bali yang siap dikirim ke Balai Besar Inseminasi Buatan
(BBIB) Singosari. Selain itu juga digunakan sebagai tempat penyimpanan
commit to user
straw Sapi Bali intuk program kawin dengan IB, obat-obatan dan vaksin.
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

Pada peternakan dengan model semi intensif, penggembalaan atau


ranching, pagar atau pemagaran merupakan sebuah titik yang
penting.Selain membatasi ternak dengan dunia luar, pagar juga dapat
digunakan untuk melindungi sumber daya penting di dalam maupun di luar
kawasan ternak seperti kebun rumput, sumber air, kawasan gudang dan
kawasan-kawasan lain yang diharapkan tidak dijamah oleh
ternak.Sekaligus pagar juga dibuat untuk melindungi ternak terhadap
gangguan dari luar, seperti pencurian ternak ataupun serangan
predator.Dengan pemagaran, seorang peternak dapat membuat sistem gang
untuk memudahkan manajemen ternak.Begitu banyak dan penting manfaat
dari pagar, namun seringkali masalah ini tidak dilihat secara serius.Padahal
investasi pagar ini boleh jadi merupakan investasi termahal setelah biaya
pembelian ternak itu sendiri.Pada BC Pulukanyang manajemen
pemeliharaannya menggunakan sistem ranch ini, pemagaran dilakukan
untuk tiap-tiap paddock.Fasilitas pagar yang dimiliki BCPulukanterbuat
dari besi dengan tinggi 120 sentimeter. Namun karena keterbatasan dana,
sehingga ada beberapa paddock yang masih menggunakan pagar kayu dan
kawat berduri.

7. Struktur Organisasi
Balai Pembibitan Ternak Unggul Sapi Bali merupakan Unit
Pelaksanaan Teknis Daerah (UPTD) yang bertanggung jawab langsung ke
Dinas Peternakan Propinsi Bali Secara struktural organisasi di BPTU Sapi
Bali terdiri dari Kepala Balai, Kepala Tata Usaha, Kepala Seksi
Pelaksanaan Teknis dan Kelompok Jabatan Fungsional, (Gambar 1)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

Gambar 1. Struktur Organisasi BPTU Sapi Bali


Kepala balai mempunyai fungsi untuk memimpin, mengkoordinasi
dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan pengembangan pembibitan
ternak Sapi Bali. Kepala Tata Usaha mempunyai tugas untuk
melaksanakan penyusunan rencana kerja, pengelolaan administrasi,
kepegawaian, perlengkapan dan pelaporan. Kepala Seksi Pelaksanaan
Teknis mempunyai tugas pokok melaksanakan pengembangan bibit dan
teknologi pemeliharaan Sapi Bali di Balai Pembibitan Ternak Unggul Sapi
Bali dan bertugas mengawasi Instalasi Populasi Dasar. Di BPTU Sapi Bali
terdapat sub kepala yang bertugas di bendahara, kesehatan hewan, hijauan
makanan ternak, dan pembinaan ternak

8. Ketenagakerjaan
Keberhasilan program BPTU Sapi Bali tidak terlepas dari peranan
tenaga kerja yang ada. Jumlah tenaga kerja di BC Pulukan BPTU Sapi Bali
sebanyak 79 orang yang di bagi menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama
adalah tenaga kerja tetap yang terdiri dari kepala balai beserta stafnya yang
berstatus pegawai negri sipil berjumlah 45 orang.Kelompok kedua adalah
tenaga kerja honorer yang status kerjanya di dalam BPTU Sapi Bali
berjumlah 24orang terdiri dari tenaga honorer dan tenaga harian lepas dan
sebagian besar berasal dari daerah setempat, 4 di Kantor Pusat Denpasar,
dan 6 di BC Dompu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

B. Hasil Pembahasan Kegiatan Magang


1) Pemeliharaan Pejantan
Sesuai dengan visi dari BPTU Sapi Bali yakni melakukan
peningkatan mutu genetik bibit ternak Sapi Bali dan kelestarian plasma
nutfah Nasional yang berwawasan agrobisnis maka pemeliharaan pejantan
guna mendapatkan Elite Bull sangat mutlak dilakukan. Untuk menjaga
performance dari pejantanperformance test(Pejantan PT) dan pejantan
fattening maka pemeliharaan yang intensif mutlak diperlukan. Pemberian
pakan dilakukan dua kali sehari pada pagi dan sore. Pakan yang diberikan
berupa hijauan dan konsentrat. Komposisi pemberian yaitu hijauan
sebanyak 10% (berat basah) dari bobot badan sapi. Hijauan yang diberikan
berupa 70% rumput dan 30%leguminosae. Sedangkan konsentrat
menggunakan konsentrat Ultrafeed dengan kandungan protein 12% dan
Commfeed dengan kandungan pritein14%dengan pemberian sebesar 1-2
%dari bobot badan sapi. Jika dihitung perharinya maka setiap pejantan PT
dan Fatteningdengan bobot badan rata-rata 350 kilogram mendapatkan
jatah rata-rata pakan konsentrat empatkilogram tiap hari dan hijuan kurang
lebih 20 kilogram tiap hari sehingga total pakan yang diberikan untuk satu
hari adalah 24 kilogram. Sedangkan kebutuhan pakan ideal untuk pejantan
dengan bobot badan 350 kikogram sebanyak 35 kilogram hijauan dan 3,5
– 7 kilogram konsentrat.
Pemilihan bibit yang akan dijadikan sebagai pejantan harus
dilakukan dengan seksama agar hasil yang didapat bisa optimal. Bibit
untuk digunakan sebagai pejantan harus dipilih yang benar-benar memiliki
keunggulan.Pemilihan ini sebaiknya dilakukan dalam beberapa tahap,
yaitu saat sapi baru lahir, sapi umur sapih (205 hari), umur muda (365
hari), dan umur dewasa (tahun).
Tujuan utama dari perawatan dan pemeliharaan pejantan adalah
untuk mencari pejantan-pejantan yang memiliki sifat-sifat baik yang
nantinya dapat diwariskan pada generasi berikutnya. Pejantan pada Sapi
commit to user
Balidiharapkan dapat menurunkan keunggulan dari Sapi Bali yaitu
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

fertilitas tinggi, dan kualitas karkas yang baik dengan kondisi pakan yang
buruk, serta tidak cacat fisik maupu genetik serta mempunyai daya
adaptabilitas yang tinggi terhadap iklim dan lingkungan tropis.

2) Pemeliharaan Induk
Sapi induk harus dipelihara dengan baik agar penampilan
reproduksinya meningkat. Sebaikya, sapi induk digembalakan tujuannya
agar pemberian pakan lebih ekonomis, ternak dapat memilih sendiri pakan
yang disukainya. Selain itu penggembalaan pada sapi induk sangat bagus
untuk melatih otot dan menjaga kondisi tubuh yang berguna menguatkan
kebuntingan.
Salah satu faktor yang sangat menunjang keberhasilan peternakan
sapi adalah pakan. Pakan yang dimanajemen dengan baik akan menunjang
menjamin kelangsungan hidup serta pertumbuhan sapi. Kualitas pakan dan
jumlah yang diberikan pada sapi induk harus benar-benar dikontrol.
Tujuannya agar kondisi tubuhnya tidak terlalu gemuk atau terlalu kurus.
Sapi yang kurus umumnya akan menghasilkan anak yang kondisinya
lemah karena kekurangan nutrisi bahkan sampai mengakibtakan abortus.
Sementara induk yang terlalu gemuk akan mengalami distokia atau
kesulitan ketika melahirkan.
Karena ternak-ternak betina di sini dipelihara dipadang
penggembalaan atau ranch maka pemberian pakan lebih efisien, ternak
betina bisa memilih sendiri rumput yang akan dimakan. Ketersediaan
rumput tak terbatas di padang penggembalaan. Rumput yang ada dipadang
penggembalaan antara lain rumput belulang (Eleusine Indica), rumput teki
(Cyperus ratundus), rumput jarum (Cenchrus ciliaris)dan beberapa
paddock ditanami rumput Kompetidor yang asli dari Brasil. Namun pada
saat tertentu misal pada musim kemarau dan ketersediaan rumput di
padang penggembalaan mulai menipis maka dilakukan sistem rolling atau
pergantian. Ternak dipindahkan dari peddock 1 ke peddock lainnya. Untuk
mencukupi kebutuhan commit
ternakto user
di padang gembalaan, kadang
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

diberikantambahan hijauan berupa rumput gajah dan konsentrat. Selain


pakan, air untuk minum ternak yang digembalakan juga sangat penting.
Oleh karena itu air disediakan secara ad libitum atau terus menerus dengan
cara dibuatkan kolam air ditengah ranch atau sungai-sungai kecil.

3) Reproduksi atau Perkawinan


Seorang peternak harus mengetahui kapan ternak-ternak di dalam
kelompok ternaknya mulai bunting.Setiap tahun biasanya terjadi banyak
kerugian akibat pemotongan hewan ternak yang bunting. Indikasi
kebuntingan yang sederhana dan cukup efektif, ialah ternak tersebut
dinyatakan bunting jika setelah kurang lebih 45 hari setelah perkawinan
tidak birahi kembali, tetapi tidak diketahui oleh pemilik dan anggapan
bahwa ternak tersebut telah bunting sama sekali keliru. Sebaliknya dapat
pula terjadi bahwa ternak birahi kembali meskipun sebenarnya ia telah
bunting. Cara yang paling umum untuk menyidik kebuntingan ialah
melalui palpasi rektal, dan seseorang yang telah berpengalaman dapat
menyatakannya dengan ketepatan yang tinggi mengenai status dan umur
kebuntingan (Fikar,2010).
Program perkawinan yang ada di BPTU Sapi Bali dilakukan pada
bulan Oktober-Desember sehingga pemeriksaan kebuntingan(PKB)
dilakukan pada bulan Maret-Mei dan diperkirakan pedet akan lahir pada
bulan Juli-September. Untuk betina yang sedang bunting 8 bulan akan
dipisahkan dari kelompok dan dicampur dengan betina bunting lain dan
diberikan pakan yang lebih untuk menjaga kebuntingan, nutrisi induk dan
calon pedet. Pakan tambahan yang diberikan berupa konsentrat dengan
kandungan protein 14 %dan penambahan pakan hijauan. Proses kelahiran
pada sapi tidak memerlukan bantuan dari peternak.
Birahi kembali setelah melahirkan (estrus post partum) pada sapi
Bali memiliki jarak yang relatif lama, sehingga mempengaruhi lamanya
interval beranak. Pada sapi-sapi Eropa, jangka waktu birahi kembali
setelah melahirkan hanyacommit
50-70 to user
hari.Sedangkan sapi-sapi tropis jangka
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

waktu birahi kembali setelah melahirkan biasanya lebih dari 160 hari. Pada
Sapi Bali, jangka waktu birahi kembali setelah melahirkan dapat mencapai
182 hari (Feradis, 2012).
Interval beranak adalah jangka waktu antara satu kelahiran dan
kelahiran berikutnya atau sebelumnya. Dibandingkan dengan jenis sapi-
sapi lain, terutama sapi-sapi Eropa, interval beranak pada Sapi Bali lebih
panjang. Hal ini antara lain disebabkan oleh masa birahi setelah
melahirkan pada Sapi Bali relatif panjang. Namun pada BPTU Sapi Bali,
interval calving hanya 12 bulan ini merupakan jarak beranak yang sangat
singkat dan S/C 1,5. Denganinterval calving yang singkat dan S/C yang
cukup bagus ini dapat dicapai dengan manajemen pemeliharaan yang baik,
manajemen perkawinan yang terarah dan pakan yang bagus di BPTU Sapi
Bali.
Pemeliharaan induk harus sangat diperhatikan, karena berat badan,
kesehatan dan segala macam yang menyangkut tentang induk akan
berkorelasi terhadap pedet yang akan dilahirkan. Pengafkiran pada sapi
betina dilakukan karena sapi betina tidak layak sebagai bibit, misal tidak
masuk dalam Breeding cow dan betina elite. Selain itu berasal dari betina
yang tidak produktif lagi yaitu berumur 10 tahun yakni 7 kali beranak.
Setelah mengalami kebuntingan 9 bulan ±10 hari di hitung dari
hari perkawinan, sapi akan beranak. (Fikar, 2010). Proses kelahiran pedet
di BPTU Sapi Bali biasa terjadi secara alami namun apabila indukan
kesulitan dalam beranak akan di bantu oleh petugas medis dandokter
hewan. Setelah pedet lahir bagian tubuhnya di bersihkan dengan kain lap
kering terutama baguan mulut dan hidung. Tali pusar di bersihkan
kemudian di potong. Pedet di pastikan minum kolostrum dalam waktu 30
menit setelah lahir. Induk yang baru selesai beranak di beri antibiotik
dengan cara di suntik.
Pemeliharaan pedet atau anak sapi merupakan salah satu bagian
penting untuk menghasilkan bibit sapi yang bermutu, baik baik untuk di
besarkan menjadi calon commit
indukantodan
userpejantan atau untuk digemukan.
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

Pemeliharaan pedet fase kolostrum dilakukan sejak pedet baru lahir


hingga pedet berumur empat hari. (Fikar, 2010). Pedet yang baru lahir
kemudian di ukur berat lahirnya sebagai data awal untuk recording. Pedet
yang bobot lahirnya kurang dari standar akan mengalami pertumbuhan
yang lambat sehingga dinyatakan sebagai bibit apkir. Standar bibit sapi
bali 15 – 18 kg. Identifikasi atau pemberian tanda pada pedet dilakukan
ketika pedet berumur 2 – 4 hari. Pemberian tanda ini bertujuan untuk tanda
pengenal pada sapi dalam kartu kelahiran.
Pedet lepas sapih atau pedet pada umur 205 hari akan di recording
kembali dengan mengukur bobot badan, bobot badan yang lulus seleksi
pada fase ini adalah pedet betina yang memiliki bobot badan di atas 78 kg.
Dan memiliki warna bulu merah bata.
Sapi dara umur satu tahun di recording kembali dengan mencatat
bobot badan, tempramen dan warna bulu. Bobot badan sapi yang kan di
jadikan induknya minimal 109 kg. Dengan tempramen jinak dan warna
bulu coklat kemerahan.
Penilaian terakhir sebelum sapi dara di jadikan calon indukan
adalahbobot badan sapi minimal 150 kg. Dengan warna bulu coklat
kemerahan, memiliki ambing yang simetris, dengan panjang badan
minimal 101 cm. Dan tinggi badan minimal 103 cm.

4) Manajemen Pakan
Pakan merupakan kebutuhan yang penting yang harus selalu
diperhatikan dalam setiap usaha peternakan.Setiap hewan ternak
membutuhkan unsur-unsur pakan yang memenuhi syarat yang meliputi
protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin dan air.Unsur tersebut
didalam tubuh sapi berguna untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok,
memelihara fungsi jaringan tubuh dan menghasilkan energi sehingga sapi
mampu bermetabolisme dengan baik.
Pakan yang diberikan pada Sapi Bali di BPTU Sapi Bali unit BC
Pulukan ini ada dua yaitucommit
pakantohijuan
user dan pakan konsentrat. Hijauan
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

yang diberikan yaitu hijauan kering berupa jerami padi (Oryza sativa)
yang berasal dari sawah sekitar BPTU Sapi Bali dan hijaun segar berupa
rumput gajah (Pennicetum purpureum) dari ladang sendiri seluas sembilan
hektar. Sedangkan konsentrat berupaUltra Feed dari Malang Jawa Timur
dan Gemuk A produksi dari Comfeed. Konsentrat ini mengandung bahan-
bahan seperti jagung kuning, wheat brand, soy bean meal, mollases, palm
oil, asam aimino esensial, mineral esensial, premik, dan vitamin.
BPTU Sapi Bali pernah beberapa kali melakukan pengolahan
pakan seperti pembuatan hay dan jerami fermentasi. Untuk pemberian
pakannya, BPTU Sapi Bali menggunakan prinsip pemberian hijauan 10%
dari bobot badandan pemberian konsentrat1% dari bobot badan.Cara
pemberian pakan di BPTU Sapi Bali ini dengan mencampurkan hijauan
yang telah dichopper dengan konsentrat sekaligus.Penchopperan hijauan
ini bertujuan agar semua bagian hijauan termakan oleh sapi. Susunan
ransum yang biasa dipakai di BPTU Sapi Bali ini antara lain
a. Rumput gajah + Ultra feed + Gemuk A + premix
b. Rumput gajah + ultra feed + premix
c. Rumput gajah + jerami + ultra feed + premix
d. Jerami + ultra feed + tetes
Pakan diberikan dua kali setiap hari pada pagi hari pukul 08.00
WITA dan sore hari pada pukul 15.00 WITA.Porsi yang diberikan pada
ternak bervariasi tergantung pada bobot badan sapi.Untuk pejantan PT
diberikan porsi jumbo yaitu kurang lebih 12 kilogram untuk satu kali
makan dan untuk sapi selain pejantan PT diberikan porsi biasa yaitu
delapan kilogram untuk sekali makan.Untuk ternak yang baru datang dari
pengadaan biasanya diberikan porsi delapan hingga 16 kilogram setiap
hari.
Untuk ternak yang digembalakan tidak mendapatkan jatah ransum
karena ketersediaan rumput di ranch sudah cukup terpenuhi.Rumput yang
ada dipadang penggembalaan antara lain rumput belulang (Eleusine
commit toratundus),
Indica), rumput teki (Cyperus user rumput jarum (Cenchrus
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

ciliaris)dan rumput Kompetidor yang asli dari Brasil. Rumput kompetidor


memiliki kelebihan yaitu tahan injakan, senggutan dan mampu
berproduksi pada musim kemarau. Rumput ini didatangkan langsung dari
Selandia Baru yang merupakan hasil kerjasama antara BPTU Sapi Bali
dengan pemerintah Selandia Baru. Namun karena keterbatasan dana,
penanaman rumput kompetidor ini baru beberapa paddock saja dan akan
menjadi program BPTU selanjutnya untuk menanami seluruh paddock
dengan rumput jenis ini.
Untuk memenuhi kebutuhan pakan jika ketersediaan rumput di
paddock berkurang khususnya pada musim kemarau atau pada musim
penghujan yang menyebabkan rumput basah dan berbau dan sapi tidak
mau memakan maka diberi tambahan hijauan berupa rumput gajah atau
jerami serta konsentrat. Pemberian tambahan hijauan bisanya langsung
disebar ke paddock tanpa di chopper. Konsentrat yang diberikan biasanya
hanya 1 karung atau 50 kilogram per paddock.
Selain pakan, air sebagai minum ternak juga penting diberikan
untuk metabolisme tubuh sapi.Untuk ternak yang dikandangkan,
pemberian air minum dilakukan dua kali setip hari yakni sebelum diberi
pakan.Sedangkan untuk ternak yang digembalakan, air diberikan secara ad
libitum atau tak terbatas karena dalam paddock ada aliran sungai. Untuk
paddock yang tidak ada aliran sungai, dibuatkan bak penampungan air
ditengah ranch.

5) Perkandangan
Tujuan pembuatan kandang adalah pertama-tama diupayakan untuk
melindungi sapi terhadap gangguan luar yang merugikan baik terhadap
sengatan terik matahari, kedinginan, kehujanan, dan tiupan angin yang
dingin (Siregar,2008).Di BPTU Sapi Bali ini hanya terdapat enam kandang
karena sistim pemeliharaan di BC pulukan adalah ranch.Ranch merupakan
sistim pemeliharaan dengan melepas sapi sehingga sapi bisa bergerak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id

bebas.Sistim ini digunakan karena Sapi Bali merupakan keturunan banteng


yang tidak cocok apabila dipelihara dengan dikandangkan atau diikat.
Kandang di BPTU Sapi Bali ini hanya berjumlah enam buah
masing-masing dipergunakan untuk sapi-sapi jantan yang masuk program
fattening berjumlah dua kandang, kandang isolasi bagi ternak sapi yang
berjumlah dua kandang, untuk pejantan Performen Test satu kandang dan
satu kandang untuk program embrio transfer. Kegunaan kandang bagi
pejantan Sapi Bali di BPTU ini sangat perlu karena dengan dikandangkan,
pejantan akan mempunyai temperamen yang jinak, performance tetap
terjaga dan mengurangi resiko pejantan terkena penyakit sehingga akan
memaksimalkan program perbaikan mutu genetik dari Sapi Bali.
Kandang yang ada di BPTU bertipe head to head dan tail to
tail.Pembuatan kandang tipe head to head atau sapi saling berhadapan
dilengkapi dengan tempat pakan yang sekaligus menjadi tempat minum
yang membujur sepanjang kandang dengan jalan ditengah.Hal ini
bertujuan untuk lebih efisien dalam pemberian pakan dan lebih efisien
dalam pengontrolan kesehatan. Sedangkan kandang tipe tail to tail dibuat
dengan tujuan agar jika ada sapi yang sakit tidak menularkan ke sapi lain.
Untuk kandang pejantan PT bertipe tail to tail, memiliki ukuran
panjang kandang 10 meter, lebar tujuh meter dan tinggi 3,25 meter yang
berkapasitas tujuh ekor sapi yang dibuat sekat-sekat dengan besi sehingga
menjadi kandang individu. Kandang individu ini berguna untuk
menghindari sapi untuk saling beradu dan untuk selalu menjaga
performance dari sapi. Atap kandang berbentuk monitor dengan kerangka
dari beton dan atap menggunakan genting dengan pertimbangan tahan
lama dan pertimbangan segi estetika. Hal ini sesuai dengan pendapat
Ngadiyono (2012), atap terbuat dari bahan genting, seng, rumbia, asbes
dan lain-lain.Untuk daerah panas (dataran rendah) sebaiknya mengunakan
bahan genting sebagai atap kandang.Bentuk dan model atap kandang
hendaknya menghasilkan sirkulasi udara yang baik di dalam kandang,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id

sehingga kondisi lingkungan dalam kandang memberikan kenyamanan


ternak.
Lantai kandang untuk pejantanPerformen Test(PT) menggunakan
bahan dari semen agar sapi dapat berdiri dengan baik, beristirahat dengan
baik, mudah dibersihkan dan lantai kuat sehingga tidak mudah hancur oleh
injakan sapi.Kemiringan lantai hanya 3 %.Tempat pakan dan minum
disediakan secara individu atau untuk tiap-tiap ternak.Tempat pakan dan
tempat minum memiliki ukuran masing-masing panjang 54 centimeter,
lebar 42 centimeter dan tinggi 34 centimeter.Kandang untuk pejantan PT
dilengkapi oleh sarana kebersihan seperti selang air, sekop, sapu, dan
ember.
Kandang penggemukan ada dua yaitu terletak di paddock 1 dan di
paddock 3. Untuk kandang penggemukan di paddock 1 bertipe head to
head dengan ukuran panjang 15 meter, lebar 6 meter dan tinggi 2,5 meter
dari lantai dasar. Kandang ini berkapasitas 25 ekor sapi. Sedangkan
kandang penggemukan di paddock3 bertipe tail to tail dan memiliki
panjang 15 meter, lebar 6meter dan tinggi 2,5 meter. Kandang ini
berkapasitas 24 ekor sapi.
Atap yang digunakan untuk kedua kandang penggemukan ini dari
seng menggunakan tipe gable dengan kerangka dari pipa besi.Lantai
terbuat dari bahan semen sehingga kuat dan tahan terhadap
injakan.Kemiringan lantai hanya 3%.Untuk tempat pakan, kedua kandang
ini mempunyai tempat pakan yang memanjang tanpa sekat.Tempat pakan
difungsikan sekaligus sebagai tempat minum.Ukuran tempat pakan untuk
kandang penggemukan di paddock 1 yaitu panjang 13 meter, lebar 60
centimeter dan tinggi 50 centimeter.Sedangkan tempat pakan yang ada di
kandang penggemukan di paddock 3 memiliki ukuran panjang 13 meter,
lebar 60 centimeter dan tinggi 30 centimeter.
Kandang isolasi ada dua buah, difungsikan bagi ternak yang perlu
penanganan khusus seperti sapi yang sedang sakit tetapi yang tidak
menular, betina yang tidakcommit to user dan ternak dari pengadaan yang
mau menyusui
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id

belum bisa beradaptasi di paddock.Letak kandang ada di dekat laboratorim


reproduksi dan dekat dengan cattle yard. Kandang yang di dekat
laboratorium reproduksi bertipe head to head memiliki ukuran panjang 9
meter, lebar 7 meter dan tinggi 2,7 meter. Kandang ini berkapasitas 24
ekor dan berisi 20 ekor sapi. Kandang yang terletak didekat cattleyard
bertipe head to head dan memiliki ukuran panjang 9 meter, lebar 6 meter
dan tinggi 2,7 meter. Kandang ini berisi 18 ekor sapi.
Tempat pakan dari kedua kandang isolasi ini dibuat memanjang
tanpa sekat tanpa tempat minum.Minum diberikan ember dan pada tempat
pakan sebelum pakan diberikan.Tempat pakan kandang isolasi dekat
laboratium berukuran panjang 9 meter, lebar 50 centimeter dan tinggi 30
centimeter. Sedangkan kandang isolasi yang terletak didekat cattle yard
berukuran panjang 9 meter, lebar 40 centimeter dan tinggi 35 centimeter.
Atap kandang yang digunakan pada kedua kandang isolasi ini dari
bahan seng dengan pertimbangan tahan lama dan biaya perawatan
murah.Langit-langit kandang dibuat cukup baik dengan model gable
dengan kerangka pipa besi.Sedangkan lantai terbuat dari semen dengan
pertimbangan untuk kenyamanan sapi dan tahan terhadap injakan,
kemiringan lantai 3-4 %.
Kandang untuk program embrio transfer terletak berseberangan
dengan cattle yard. Difungsikan untuk betina-betina yang nantinya akan
mendapat transfer embrio dari Balai Embrio Transfer (BET) Cipelang.
Kandang ini bertipe head to head dan berukuran panjang 9 meter, lebar 7
meter dan tingggi 2,5 meter. Kandang ini diisi 16 ekor sapi.Tempat pakan
dibuat memanjang tanpa sekat seperti pada kandang isolasi.Ukuran tempat
pakan yaitu panjang 6 meter, lebar 40 centimeter, tinggi 37
centimeter.Untuk model atap menggunakan model gable dengan bahan
terbuat dari seng dan kerangka dari pipa besi.Lantai mempunyai
kemiringan 3-4 % dan terbuat dari bahan semen.
Perkandangan, fungsinya adalah salah satu upaya manusia untuk
melindungi ternaknya daricommit to user
pengaruh iklim yang negatif serta menciptakan
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id

kondisi iklim mikro yang optimal bagi ternaknya. Beberapa persyaratan


yang perlu diperhatikan dalam pembuatan kandang untuk sapi potong
antara lain dari segi teknis, ekonomis, kesehatan kandang (ventilasi
kandang, pembuangan kotoran), efisien pengelolaan dan kesehatan
lingkungan sekitarnya. Secara umum, dari segi teknis kandang yang ada di
BPTU Sapi Bali unit BC Pulukan ini sudah cukup baik karena jauh dari
pemukiman penduduk, kontruksi kandang kuat, cukup mudah dibersihkan,
mempunyai sirkulasi udara yang baik, tidak lembab.Kontruksi lantai
kandang dari semen sehingga mampu menahan beban benturan dan
dorongan yang kuat dari ternak.Pada kandang sapi belum ada tempat
penampungan kotoran beserta saluran drainasenya.Hal inilah yang kurang
efisiensi dalam pengelolaan kesehatan kandang dan kesehatan lingkungan
sekitarnya.
Sanitasi kandang dilakukan setiap hari yaitu pada pagi dan sore
hari dengan membersihkan feses, air kencing, dan sisa pakan yang
tercecer.Pembersihan didahului dengan pembersihan feses dan sisa pakan
yang tercecer menggunakan sekop setelah itu disemprotdengan air hingga
kandang benar-benar bersih.

6) Kesehatan dan Penyakit Ternak


Pengendalian penyakit merupakan hal yang sangat penting
dilakukan disetiap perusahaan peternakan.Penyakit merupakan ancaman
yang perlu diwaspadai oleh setiap peternak.Penyakit juga dapat
menghambat pertumbuhan ternak dan mengurangi produktivitas
ternak.Pengendalian penyakit dilakukan dengan pencegahan penyakit.
Kesehatan ternak sangat berperan penting didalam proses
pemuliaan. Seekor ternak dapat dikatakan sebagai ellite bull apabila ternak
tersebut lulus dari berbagai penyakit dan kesehatannya bagus. Maka dari
itu BC Pulukan BPTU Sapi Bali menerapkan beberapa proses pencegahan,
pengendalian dan perawatan pada semua sapi-sapi yang sudah ada ataupun
yang baru datang. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id

Perawatan dan pengendalian penyakit yang dilakukan oleh BC


Pulukan BPTU Sapi Bali pada sapi yang baru datang adalah dengan
mengkarantina ternak-ternak yang baru datang, pemberian vitamin dan
antibiotik. Sapi-sapi yang baru didatangkan sebelum dimasukkan kedalam
paddock,dikarantina terlebih dahulu selama 7 hingga 10 hari untuk
mencegah terjadinya penularan penyakit pada sapi-sapi yang dipelihara
sebelumnya pada setiap paddock. Pada masa karantina, dilakukan
beberapa penanganan antara lain penyuntikan antibiotic, vitamin, vaksin
Septicemia Epizootica (SE), vaksin Jembrana Disease (JD), dan spraying.
Sprayingyaitu menyemprotkan cairan ke tubuh ternak
menggunakan alat otomatis spraying yang secara otomatis menyemprot
secara langsung dan teratur.Dimana alat tersebut dilewati secara bergiliran
oleh ternak-ternak.Pada alat spraying ini juga diberi campuran antiseptic
yang bertujuan untuk membunuh bakteri dan microorganisme.Antiseptic
yang di gunakanbernama Butox50.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh pihak BC PulukanBPTU
Sapi Bali dalam hal pengendalian penyakit adalah dengan melakukan
pengontrolan kesehatan.Pemeriksaan kesehatan dilakukan setiap hari di
kandang, di ranch, maupun di cattleyard.Pengontrolan dilakukan oleh
anak kandang yang bertugas memberi pakan dan petugas kesehatan
ternak.Pengontrolan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ternak
yang sakit atau terluka. Apabila ada ternak yang sakit atau terluka maka
anak kandang akan melaporkan ke bagian kesehatan ternak sehingga hal
ini menuntut anak kandang untuk jeli melihat tingkah laku sapi yang sakit
atau terluka. Pengamatan sapi yang sakit dilakukan dengan mengamati
konsumsi pakan (bagi sapi yang dikandangkan), tingkah laku, dan kondisi
fisiologisnya.Sapi yang sakit cenderung menyendiri, nafsu makan
menurun, kurang lincah,mata terlihat sayu dan pada saat makan tidak
mngibaskan ekornya.
Sapi secara rutin diberi vaksin.Vaksin yang dilakukan adalah
commit
vaksin Septicemia Epizootica (SE)tountuk
user mencegah sapi terkena penyakit
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id

ngorok dan vaksin Jembrana Disease (JD) agar sapi tidak terserang
penyakit jembarana.Vaksin SE dilakukan setiap 6 bulan sekali pada bulan
April dan Oktober.Sedangkan untuk vaksin JD biasanya dilakukan pada
bulan Januari dan selanjutnya dilakukan pengulangan pada bulan
Februari.Alasan dilakukan pengulangan karena mengurangi resiko adanya
sapi yang belum tervaksin dan mengantisipasi jika vaksin yang
disuntikkan belum membentuk antibodi bagi ternak.
Selain melakukan pengontrolan terhadap ternak-ternak yang ada
disana, pihak BC Pulukan BPTU Sapi Bali juga melakukan sanitasi seperti
pembersihan kandang dan tempat pakan.Pembersihan biasanya dilakukan
dengan membersihkan kotoran dengan sekop kemudian lantai disemprot
dengan air menggunakan selang.Tempat pakan biasanya dibersihkan agar
tidak menimbulkan jamur.Sisa pakan yang tercecer biasanya langsung
dibersihkan dengan sapu.Sanitasi untuk peralatan kandang hanya
dilakukan dengan membersihkan peralatan yang kotor dengan air bersih.
Tiga faktor yang saling berkaitan dalam permasalahan timbulnya
suatu penyakit, yaitu : faktor agen penyakit, hospes (ternak itu sendiri)
dan lingkungan. Penyakit yang penah terjadi di BPTU Sapi Bali ini antara
lain:
a. Penyakit mata putih.
Hal ini dikarenakan saat merumput di padang gembalaan, mata
sapi terkena bunga rumput sehinga mata akan terasa gatal. Setelah ini,
sapi akan menggaruk-garukkan matanya dengan kakinya sehingga mata
akan iritasi parah, berair, berwarna putih dan jika tidak segera diobati
akan menyebabkan kebutaan. Pengobatan mata putih ini menggunakan
oxytetraciclin 1% atau ag+.Sedangakan untuk pencegahan yaitu dengan
perabasan rumput.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id

b. Penyakit Malignant catarrhal fever (MCF) atau penyakit ingusan


MCF adalah penyakit fatal yang disebabkan oleh virus terutama
menyerang sapi, kerbau dan rusa.Penyakit ini menyebabkan proliferasi
serta infiltrasi limfoid yang diikuti oleh nekrosis di berbagai
jaringan.Untuk pengobatan biasanya dengan pengobatan infeksi
sekunder karena pengobatan yang efektif untuk penyakit ini belum ada.

c. Penyakit Baliziekte
Penyakit ini pertama kali ditemukan di Bali.Penyebabnya adalah
sapi yang memakan sejenis tumbuhan seperti kirinju (daun tanah),
sibentar bunga (Eupotorium inufolium), rumput embun (Drymaria
cordata).Sapi yang terserang penyakit ini mengalami perlukaan (erosi)
di beberapa bagian tubuh, yang umumnya bersifat simetris. Artinya,
jika menyerang kaki kiri, kaki kanan akan terserang pula. Penyakit ini
tidak menyebabkan kematian bahkan terkadang sembuh dengan
sendirinya namun jika sudah menyerang organ pencernaan bisa
dipastikan sapi akan mati.
Penyakit ini secara tidak langsung akan mengurangi tingkat
pertumbuhan karena nafsu makannya menurun. Sapi yang terserang
penyakit ini dihindarkan dari sinar matahari langsung dan air hujan
secara langsung. Pengobatan bisa dilakukan dengan pemberian olesan
salep atau penyuntikan antibiotika, vitamin A dan B pada hewan untuk
menghindari infeksi sekunder.
d. Penyakit Demam Tiga Hari (Three Days Sickness) atau Bovine
Ephemeral Fever (BEF)
Penyakit demam tiga hari adalah suatu penyakit vital pada sapi
dan kerbau ditandai dengan terjadinya demam tinggi, rasa sakit otot,
dan kepincangan.Sapi yang menderita sakit ini cepat sembuh bila tanpa
komplikasi.Penyakit ini biasa menyerang pada musim pancaroba atau
peralihan dari kemarau ke hujan.
Penyakit Demam Tiga Hari disebarkan oleh Cullicoides sp. dan
commit to user
nyamuk.Cullicoides yang terinfeksi dapat menyebarkan penyakit
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id

mencapai jarak 2.000 km. Ada dugaan penyebaran dapat pula terjadi
melalui angin.Pengobatan dilakukan simtomatik dan pencegahan
terhadap infeksi sekunder karena vaksin yang efektif belum ada.
Untuk ternak yang sakit biasanya ditempatkan pada kandang
isolasi agar penyakit tidak menular pada kelompok ternak lain di
padang gembalaan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Manajemen pemeliharaan sapi Bali di BPTU Sapi Bali unit breeding
centerpulukan dikategorikan sudah baik, Pemeliharaan pejantan, indukan,
pedet dan dara sudah baik.Manajemen perkawinan dengan sistem kawin
suntik (IB) dan kawin alami sudah baik. Manajemen pakan dan perkandangan
di BPTU Sapi Bali cukup baik. Manajemen Kesehatan sudah baik.
B. Saran
Pemberian pakan untuk ternak yang di kandangkan agar di perbanyak
karena dengan pemberian yang ada di rasa belum mencukupi kebutuhan
nutrisi ternak tersebut. Untuk kandang ternak yang ada di isi dengan
kapasitas yang ideal yaitu setiap sapi di berikan ruang sebesar :panjang 2
meter dengan lebar 1,5 meter.

commit to user

37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1983. Hijauan Makanan TernakPotong, Kerja dan Perah. Kanisius.


Yogyakatra.
Feradis. 2012. Bioteknologi Reproduksi Pada Ternak. Alfabeta. Bandung.
Fikar, S dan Ruhyadi, D. 2010. Buku Pintar Beternak dan Bisnis Sapi Potong.
Agromedia Pustaka. Jakarta.
Ngadiyono, N.2012.Beternak Sapi Potong Ramah Lingkungan. PT Citra Aji
Pratama, Yogyakarta.
Rianto, E dan Purbowati, E. 2010.Panduan Lengkap Sapi Potong. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Santosa, U.1995. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Setiadi, B. 2001.Beternak Sapi Daging dan Masalahnya. Aneka Ilmu. Semarang.
Siregar, S. B. 2008. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Susilorini, T. E. 2008. Budi Daya 22 Ternak Potensial.Penebar Swadaya. Jakarta.
Syarif, E. K. 2011. Buku Pintar Beternak dan Bisnis Sapi Perah.Agromedia
Pustaka. Jakarta.

commit to user

38
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id

LAMPIRAN

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id

Gambar 1.Pejantan unggul


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.Pemeliharaan indukan di ranch

Gambar 3.Perkawinan dengan kawin suntik atau IB

commit to user
Gambar 4.Proses penyacahan rumput dengan chopper
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id

Gambar 5.Perkandangan

Gambar 6.Kebun hijauan

Gambar 7.Kebun jagung dan ubi kayu


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id

Gambar 8.Penyakit baliziekte

Gambar 9.Obat-obatan

commit to user
Gambar 10.Pakan konsentrat
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id

Gambar 11.Rumput kompetidor

Gambar 12.Perkawinan alami

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id

Info paddock BPTU Sapi Bali

1. Paddock 1
Luas lahan : 4,5 hektar
Peruntukan : Padang gembalaan
Kapasitas ternak berdasarkan perlakuan
· Normal : 18-32 ekor
· Perlakuan rumput potong dan konsentrat : 50-60 ekor
· Program kawin : -
Kapasitas ternak bersasarkan umur
commit to user
· Jantan dan betina umur sapih : 58–65 ekor
perpustakaan.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id

· Jantan dan betina umur satu tahun : 58–65 ekor


· Betina muda umur 1,5 tahun : 40-45 ekor
· Pejantan s/d umur satu tahun :-
· Calon induk umur 2 tahun : 40-45 ekor
· Induk program kawin : 58-67 ekor
· Induk bunting : 18-27 ekor
Fasilitas
· Kandang postal A berkapasitas : 12 ekor
· Kandang postal B berkapasitas : 14 ekor
· Jumlah bak pakan : 2 buah
· Jumlah bak minum : 2 buah
· Pagar pembatas : ada
· Pagar setrum : ada
Tanaman pendukung
· Rumput kompetidor
· Pohon gamal
· Pohon angsana
2. Paddock2
Luas lahan : 9 hektar
Peruntukan : hijuan makanan ternak
Jenis tanaman hijuan
· Runput gajah : 7 hektar
· Leguminosa : 2 hektar
· Lain-lain (singkong) : 0 hektar
Jumlah produksi
· Runput gajah : 700 ton/tahun
· Leguminosa : 1 ton/tahun
· Lain-lain (singkong) : 0

3. Paddock3
Luas lahan : 3,5 hektar
Peruntukan : Padang gembalaan
Kapasitas ternak berdasarkan perlakuan
· Normal : 14-25 ekor
· Perlakuan rumput potong dan konsentrat : 40-45 ekor
· Program kawin : -
Kapasitas ternak bersasarkan umur
commit to user
· Jantan dan betina umur sapih : 45-50 ekor
perpustakaan.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id

· Jantan dan betina umur satu tahun : 45-50 ekor


· Betina muda umur 1,5 tahun : 30-35 ekor
· Pejantan s/d umur satu tahun :-
· Calon induk umur 2 tahun : 30-35 ekor
· Induk program kawin : 45-55 ekor
· Induk bunting : 15-21 ekor
Fasilitas
· Kandang postal A berkapasitas : 126 ekor
· Jumlah bak pakan : 2 buah
· Jumlah bak minum : 1 buah
· Pagar pembatas : ada
· Pagar setrum : ada
4. Paddock4
Luas lahan : 7 hektar
Peruntukan : Padang gembalaan
Kapasitas ternak berdasarkan perlakuan
· Normal : 30-50 ekor
· Perlakuan rumput potong dan konsentrat : 80-90 ekor
· Program kawin : -
Kapasitas ternak bersasarkan umur
· Jantan dan betina umur sapih : 90-100 ekor
· Jantan dan betina umur satu tahun : 90-100 ekor
· Betina muda umur 1,5 tahun : 63-70 ekor
· Pejantan s/d umur satu tahun :-
· Calon induk umur 2 tahun : 63-70 ekor
· Induk program kawin : 90-100 ekor
· Induk bunting : 30-40 ekor
Fasilitas
· Jumlah bak pakan : 4 buah
· Jumlah bak minum : 4 buah
· Pagar pembatas : ada
· Pagar setrum : ada

5. Paddock 5
Luas lahan : 4 hektar
Peruntukan : Padang gembalaan
Kapasitas ternak berdasarkan commit to user
perlakuan
perpustakaan.uns.ac.id 49
digilib.uns.ac.id

· Normal : 16-28 ekor


· Perlakuan rumput potong dan konsentrat : 44-52 ekor
· Program kawin : -
Kapasitas ternak bersasarkan umur
· Jantan dan betina umur sapih : 52-56 ekor
· Jantan dan betina umur satu tahun : 52-56 ekor
· Betina muda umur 1,5 tahun : 36-40 ekor
· Pejantan s/d umur satu tahun :-
· Calon induk umur 2 tahun : 36-40 ekor
· Induk program kawin : 52-60 ekor
· Induk bunting : 16-24 ekor

6. Paddock6
Luas lahan : 8 hektar
Peruntukan : Padang gembalaan
Kapasitas ternak berdasarkan perlakuan
· Normal : 32-56 ekor
· Perlakuan rumput potong dan konsentrat : 88-104 ekor
· Program kawin : -
Kapasitas ternak bersasarkan umur
· Jantan dan betina umur sapih :-
· Jantan dan betina umur satu tahun : 100-110 ekor
· Betina muda umur 1,5 tahun : 70-80 ekor
· Pejantan s/d umur satu tahun : 100-110 ekor
· Calon induk umur 2 tahun : 70-80 ekor
· Induk program kawin : 105-120 ekor
· Induk bunting : 32-48 ekor

7. Paddock7
Luas lahan : 8 hektar
Peruntukan : Padang gembalaan
Kapasitas ternak berdasarkan perlakuan
· Normal : 32-56 ekor
· Perlakuan rumput potong dan konsentrat : 88-104 ekor
· Program kawin : -
Kapasitas ternak bersasarkan umur
commit to user
· Jantan dan betina umur sapih : 100-110 ekor
perpustakaan.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id

· Jantan dan betina umur satu tahun : 100-110 ekor


· Betina muda umur 1,5 tahun : 70-80 ekor
· Pejantan s/d umur satu tahun :-
· Calon induk umur 2 tahun : 70-80 ekor
· Induk program kawin : 105-120 ekor
· Induk bunting : 105-120 ekor

8. Paddock8
Keterangan : lahan bukan milik BPTU Sapi Bali lagi.

9. Paddock9
Keterangan : lahan bukan milik BPTU Sapi Bali lagi.
10. Paddock10
Luas lahan : 6 hektar
Peruntukan : hijuan makanan ternak
Jenis tanaman hijuan
· Rumput gajah : 4 hektar
· Leguminosa : 1 hektar
· Lain-lain (singkong) : 1 hektar
Jumlah produksi
· Runput gajah : 400 ton/tahun
· Leguminosa : 0,5 ton/tahun
· Lain-lain (singkong) : 400 ton/pertahun

11. Paddock11
Luas lahan : 8,5 hektar
Peruntukan : Padang gembalaan
Kapasitas ternak berdasarkan perlakuan
· Normal : 35-60 ekor
· Perlakuan rumput potong dan konsentrat : 94-110 ekor
· Program kawin : -
Kapasitas ternak bersasarkan umur
· Jantan dan betina umur sapih : 110-120 ekor
· Jantan dan betina umur satu tahun : 110-120 ekor
· Betina muda umur 1,5 tahun : 75-85 ekor
· Pejantan s/d umur satu tahun :-
· Calon induk umur 2 tahuncommit to user
: 75-85 ekor
· Induk program kawin : 110-125 ekor
perpustakaan.uns.ac.id 51
digilib.uns.ac.id

· Induk bunting : 35-50 ekor

12. Paddock12
Luas lahan : 8,5 hektar
Peruntukan : Padang gembalaan
Kapasitas ternak berdasarkan perlakuan
· Normal : 35-60 ekor
· Perlakuan rumput potong dan konsentrat : 94-110 ekor
· Program kawin : -
Kapasitas ternak bersasarkan umur
· Jantan dan betina umur sapih : 110-120 ekor
· Jantan dan betina umur satu tahun : 110-120 ekor
· Betina muda umur 1,5 tahun : 75-85 ekor
· Pejantan s/d umur satu tahun :-
· Calon induk umur 2 tahun : 75-85 ekor
· Induk program kawin : 110-125 ekor
· Induk bunting : 35-50 ekor

13. Paddock13
Keterangan : lahan bukan milik BPTU Sapi Bali lagi.

14. Paddock14
Luas lahan : 15 hektar
Keterangan : Lahan belum terpakai

15. Paddock15
Luas lahan : 15 hektar
Keterangan : Lahan belum terpakai

16. Paddock16
Luas lahan : 3 hektar
Peruntukan : hijuan makanan ternak
Jenis tanaman hijuan
· Rumput gajah : 2 hektar
· Leguminosa : 0,5 hektar
· Lain-lain (singkong) : 0,5 hektar
Jumlah produksi
· Runput gajah : 200 ton/tahun
· Leguminosa : 0,25 ton/tahun
· Lain-lain (singkong) : 20 ton/pertahun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 52
digilib.uns.ac.id

17. Paddock17
Luas lahan : 3 hektar
Keterangan : Lahan belum terpakai

18. Paddock 18
Luas lahan : 10 hektar
Keterangan : Lahan belum terpakai

commit to user

Anda mungkin juga menyukai