Yelly M. Mulik
Made Sudarma
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas
tuntunan dan penyertaan-Nya sehinga penulis dapat menyelesaikan makalah ini pada
waktunya.
Makalah manajemen sumber daya peternakan adalah merupakan makalah yang dibuat
sebgaai bagian dari tugas terstruktur mata kuliah manajemen sumber daya peternakan. Topik
penulisan dalam ini adalah Pengembangan Cluster Bibit Sapi Potong Di Kawasan Timor
Tengah Utara Dalam Mendukung Pengembangan Nusa Tenggara Timur Sebagai Sentra
Produksi Bibit Nasional Bersertifikat. Hal ini dikarenakan belum adanya sentra pembibitan
ternak yang menghasilkan bibit ternak untuk memenuhi kebutuhan peternak akan adanya
bibit ternak yang berkualitas.
Penulis menyadari bahwa dalam tulisan ini masih banyak keterbatasannya maka
penulis sangat mengharapkan koreksi dari pembaca demi perbaikan makalah ini ke depan.
Terima kasih
Penulis
Hal
Kata pengantar ................................................................................................................ ii
Daftar isi ......................................................................................................................... iii
Daftar Tabel .................................................................................................................... iv
Daftar Diagram ............................................................................................................... vi
Bab I. Pendahuluan ......................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 1
1.3.Metode Penulisan .............................................................................................. 2
Bab II. Pembahasan ........................................................................................................ 3
2.1. Potensi Wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara............................................ 4
2.1.1. Potensi Peternakan ................................................................................. 5
2.1.2. Potensi Padang Penggembalaan ............................................................. 7
2.1.3. Jumlah Pemotongan dan Perdagangan ternak......................................... 7
2.1.4. Pengelolaan dan Penyebaran Ternak ...................................................... 8
2.2. Iklim Wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara............................................... 10
2.3. Pola Pengembangan Bibit Sapi Potong di Kabupaten Timor Tengah 10
Utara..................................................................................................................
2.4. Strategi Pengembangan Bibit Sapi Potong di Kabupaten Timor Tengah 11
Utara .................................................................................................................
2.4.1.Strategi pengembangan bibit sapi potong melalui kawasan sentra 11
peternakan terpadu (cluster) ...................................................................
2.4.2. Strategi Penyediaan Hijauan pakan dan pengolahan pakan di kawasan 12
pembibitan sapi potong ...........................................................................
2.4.3. Strategi Penyediaan Sarana dan Prasarana dalam kawasan pembibitan 13
ternak.......................................................................................................
2.4.4. Strategi penyediaan bibit ternak yang berkualitas................................... 13
2.4.5. Manajemen reproduksi ........................................................................... 14
2.4.6. Strategi pengembangan sumber daya manusia........................................ 15
2.4.7. Strategi pengembangan dukungan kelembagaan .................................... 16
Bab III. Penutup............................................................................................................... 17
3.1. Simpulan ........................................................................................................... 17
3.2. Saran ................................................................................................................. 17
Daftar pustaka ................................................................................................................. 18
Hal
Tabel 1. Jumlah populasi ternak menurut jenis ternak di kabupaten TTU Tahun 2007-
2009 .................................................................................................................. 5
Tabel 2. Jumlah rumah tangga yang memelihara ternak di kabupaten TTU pada tahun
2007, 2008, 2009.............................................................................................. 6
Tabel 3. Banyaknya Ternak yang Dipotong di RPH dan Non RPH di Kabupaten TTU
Tahun 2009 (ekor)............................................................................................. 7
Tabel 4. Banyaknya Ternak yang dikirim/diperdagangkan ke Luar Daerah Menurut
Jenis Ternak di Kabupaten TTU Tahun 2007-2009 (ekor)............................... 8
Tabel 5. Populasi Ternak Besar menurut Kecamatan di Kabupaten TTU Tahun 2008-
2009 .................................................................................................................. 9
Hal
Diagram 1. Model agribisnis sapi potong ....................................................................... 12
Diagram 2. Desain pengelolaan padang penggembalaan dan pengolahan pakan .......... 13
PENDAHULUAN
1.1.Pendahuluan
1.2.Rumusan Masalah
Peningkatan populasi merupakan program yang saat ini sedang digalakkan oleh
pemerintah propinsi NTT. Kabupaten TTU sebagai salah satu sentra pengembangan ternak
1.3.Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah dengan menggunakan
studi literatur. Baik itu publikasi dalam bentuk buku, laporan dinas, jurnal nasional, jurnal
internasional maupun melalui media internet.
Tekad untuk mengembalikan propinsi NTT sebagai gudang ternak saat ini sedang
digalakkan oleh pemerintah baik yang di tingkat propinsi maupun yang di tingkat kabupaten.
Namun banyak tantangan yang dihadapi oleh pemerintah. Beberapa tantangan yang dimaksud
misalnya terjadinya peningkatan pemotongan betina produktif yang berakibat pada
menurunnya populasi ternak. Penyakit. Sistem pemeliharaarn yang bersifat tradisional.
Untuk mengantisispasi hal ini, langkah awal yang perlu dilakukan oleh pemerintah
adalah dengan melakukan pengembangan bibit sapi pototng sehingga didapatkan bibit yang
berkualitas dengan mutu yang baik, yang memenuhi kriteria sebagai bibit sehingga hasil yang
nantinya akan diperoleh pun maksimal. Pengembangan bibit sapi potong dilakukan sebagai
upaya mengembangkan kawasan sumber bibit di perdesaan atau terbentuknya Village
Breeding Center (VBC) yang melibatkan kelompok peternak.
Pengembangan bibit sapi potong hanya dapat dilakukan/ terlaksana dengan lancar bila
di daerah yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai sentra pengembangan bibit ternak.
Adapun syarat/ kriteria daerah yang dapat dijadikan sebagai sentra produksi bibit ternak sapi
potong adalah merupakan lokasi yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai wilayah
sumber bibit yang dinyatakan oleh pemerintah daerah, tidak bertentangan dengan rencana
umum tata ruang (RUTR) dan rencana detail tata ruang daerah (RDTRD), ketersediaan
sumber pakan lokal dan air, bukan merupakan daerah endemis penyakit menular, tersedianya
sarana dan prasarana serta petugas teknis peternakan dan kesehatan hewan, lokasi mudah
dijangkau bagi pembinaan dan pemasaran hasil.
Selain lokasi, keberhasilan pengembangan pembibitan sapi potong juga ditentukan
oleh ketepatan penentuan bangsa sapi. Bangsa sapi yang dikembangkan hendaknya bangsa
sapi lokal yang telah beradaptasi dengan baik pada kondisi lingkungan yang ada untuk
menambah populasi atau sapi bali untuk penyelamatan betina produktif.
Dari syarat tersebut di atas maka Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) adalah
merupakan salah satu kabupaten di Propinsi NTT yang dapat dijadikan sebagai sentra
pengembangan bibit sapi potong di propinsi NTT.
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa peningkatan ternak dari tahun ke tahun terus
meningkat. Untuk sapi potong peningkatannya sebesar 0,09%. Angka persentase kenaikan
ternak sapi cenderung kecil dan lamban. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain
kematian ternak sapi yang disebabkan oleh sejenis penyakit/virus seperti penyakit Brucellosis
dll. Di samping itu, karena banyak yang diekspor baik melalui pelabuhan laut dan darat serta
Jumlah rumah tangga usaha ternak menurut jenis ternak tahun 2009 tidak mengalami
perubahan dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2008 sedangkan kontribusi terhadap
pembentukan PDRB kabupaten TTU tahun 2010 adalah sebesar 14,30 persen atau terbesar
kedua setelah tanaman pangan, namun mengalami penurunan dari tahun 2008 sebesar 2,79 .
selengkapnya jumlah rumah tangga usaha ternak dari tahun 2007 – 2009 dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 2. Jumlah rumah tangga yang memelihara ternak di kabupaten TTU pada tahun 2007,
2008, 2009
Jenis Ternak Tahun
2007 2008 2009
Sapi Perah - - -
Sapi 17 677 43095 43095
Kerbau 241 421 421
Kuda 632 934 934
Babi 17653 42653 42653
Kambing 7287 12287 12287
Domba 87 12287 -
Ayam Buras 22244 46244 46244
Ayam Ras/Petelur 10 10 -
Itik 766 766 766
Sumber: Dinas Peternakan Kabupaten TTU, 2010
Jumlah rumah tangga yang mengusahakan ternak sapi potong di kabupaten TTU pada
tahun 2008 dan tahun 2009 sebanyak 43095 rumah tangga. Tahun sebelumnya (2007) hanya
17677. Hal ini berarti dari tahun ke tahun rumah tangga yang mengusahakan ternak tidak
mengalami perubahan. Tetapi bagaimana pun peternak selalu menempatkan posisi ternak
Dari tabel di atas, Menunjukan bahwa jumlah ternak yang dijual ke luar daerah
khususnya ternak sapi adalah merupakan jumlah yang terbesar. Selanjutnya diurutan kedua
diikuti ayam buras, babi, kambing, kuda dan kerbau.
Data-data yang telah ditampilkan menunjukan bahwa ternak sapi potong menempati
urutan utama dalam kehidupan peternak. Baik itu dalam jumlah populasi maupun jumlah
yang dipotong untuk dikonsumsi dan jumlah yang diperdagangkan antar pulau. Ternak yang
di antar pulaukan dari kabupaten TTU umumnya dikirim ke DKI, Jabar, Sulsel. Ini adalah
merupakan potensi yang harus terus digalakkan demi peningkatan kesejahteraan petani.
2.4.1. Strategi pengembangan bibit sapi potong melalui kawasan sentra peternakan
terpadu (cluster)
Usaha pembibitan ternak adalah usaha yang dalam sistem produksi tergolong
ke dalam subsistem hulu. Dalam kebijakan pengembangan usaha pembibitan ternak
sapi potongdiarahkan pada suatu kawasan khusus maupun terintegrasi dengan
komoditi lainnya serta terkonsentrasi di suatu wilayah untuk mempermudah
pembinaan, bimbingan dan pengawasan dalam usaha pembibiitan sapi potong yang
baik dengan penerapan sistem reproduksi secara inseminasi buatan (IB) dan transfer
embrio. Pusat pembibitan ternak ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan akan
ternak bibit ke seluruh wilayah kabupaten TTU sehingga peternak tidak lagi
menggunakan bibit yang inbreeding.
Dengan adanya kawasan peternakan terpadu, diharapkan potensi dan peluang
yang ada dapat dimanfaatkan demi pengembangan pembibitan sapi potong di
kabupaten TTU. Pengembangan dan peningkatan kawasan peternakan terpadu
dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan sehingga mengarah kepada wilayah
yang berkembang, mandiri dan memiliki nilai ekonomis.
Breeding Fattening
Jantan, betina, afkir
P
A
PABRIK PAKAN RPH
Pastura, HMT, S
pengolahan limbah
pertanian A
R
Industri Pengolahan
Hasil Ternak
Hay
Rumput Unggul
Silase
P3
Suplemen
Pelet Pengolahan
Pakan
Multinutrient
Block
Sapi bakalan
3.1. Simpulan
Dari uraian pada bab terdahulu, dapat disimpulkan bahwa pengembangan bibit sapi
potong sangat potensial untuk dikembangkan di Kabupaten TTU dalam mendukung tekad
pemerintah Propinsi NTT untuk menjadikan NTT sebagai Propinsi Ternak.
Program yang dapat dilakukan untuk menjawab tekad ini adalah
denganmengindentifikasi lokasi yang yang berpotensi dijadikan sebagailokasi pembibitan
sapi potong, pemilihan bibit yang berkualitas dengan memperhatikan syarat mutu bibit,
penyediaan hijauan pakan danpengolahan pakan, penguatan sumber daya manusia (peternak
dan tenaga peternakan lainnya), serta penguatan lembaga mitra.
3.2. Saran
Diperlukan adanya identifikasi yang jelas tentang daerah pembibitan sapi potong di
kabupaten TTU dengan memperhatikan potensi pakan.
Perlu adanya standar mutu sapi potong yang diterapkan di Kabupaten TTU
Diperlukan adanya kerja sama dari berbagai pihak yang terkait dalam pengembangan
bibit sapi potong di kabupaten TTU guna mendukung tekad propinsi NTT sebagai
propinsi ternak.
BPS NTT. 2011. NTT dalam Angka 2010. Badan Pusat Statistik NTT. Kupang, NTT.
Dinas Peternakan Propinsi NTT. 2011. Statistik Peternakan NTT 2010. Kupang, NTT.
Dinas Peternakan Kabupaten TTU. 2011. Renstra Disnak Kab. TTU 2011-2015.
Kefamenanu, TTU
Jelantik, I. G.N 2007. Rancangan Pengembangan Pusat Pembibitan (Breeding Farm) Sapi
Bali Timor Konotuef Dinas Peternakan Kabupaten TTU. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Sapi Timor. Lembaga Penelititan UNDANA. Kupang
Kementrian Pertanian. Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2011. Renstra Ditjen
Peternakan dan Kesehatan Hewan 2011-2014. Edisi revisi. Jakarta.
Rangkuti, F. 2005. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia. Jakarta.