SIROSIS HEPATIS
Oleh:
Preseptor :
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Sirosis hati merupakan dampak tersering dari perjalanan klinis yang panjang dari
semua penyakit hati kronis yang ditandai dengan kerusakan parenkim hati. Sirosis hati
merupakan tahap akhir proses difus fibrosis hati progresif yang ditandai oleh distorsi
arsitektur hati dan pembentukan nodul regeneratif. Gambaran morfologi sirosis hati
pembentukan hubungan vaskular intrahepatik antara pembuluh darah hati aferen (vena
porta dan arteri hepatika) dan eferen (vena hepatika). Diseluruh dunia sirosis hati
Kebanyakan dari pasien sirosis adalah asimtomatis sampai stadium dekompensata terjadi,
oleh karenanya sulit untuk menilai angka prevalensi dan insiden dari sirosis pada populasi
umum. Di seluruh dunia prevalensi sirosis diperkirakan mencapai 100 per 100.000 penduduk,
sekitar 35.000 kematian dalam setiap tahunnya. Sirosis termasuk kedalam sembilan
penyebab utama kematian di Amerika Serikat dan bertanggung jawab terhadap 1,2%
kasus kematian disana. Penderita sirosis hati lebuh banyak laki-laki dari pada wanita
dengan puncaknya sekitar umur 40-49 tahun. Penyebab sirosis hati sebagian besar
adalah penyakit hati alkoholik dan non alkoholik steatohepatitis serta hepatitis C.
Angka kejadian di Indonesia akibat hepatitis B berkisar antara 21,2 – 46,9% dan
hati dekompensata, yang ditandai dengan adanya hipertensi portal dan penurunan
fungsi hepatoselular atau sebagian besar pasien datang ketika sudah muncul komplikasi
dari sirosis hati.Morbiditas dan mortalitas sirosis tinggi akibat komplikasinya sehingga
komplikasinya.4
Makalah ini ditulis dengan menggunakan metode tinjauan pustaka yang dirujuk
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Sirosis merupakan stadium akhir dari penyakit hati kronik setelah terjadinya
fibrosis hati yang berlangsung progresif dan ditandai dengan adanya kerusakan dari
ini tidak berhubungan dengan aliran darah normal. Nodul-nodul yang terbentuk dapat
sirosis dapat mengganggu aliran darah intrahepatik dan pada keadaan lanjut secara
2.2 Epidemiologi
dunia. Menurut WHO, sekitar 800.000 penduduk meninggal karena sirosis. Di Amerika
Serikat, angka mortalitasnya mencapai 32.000 penduduk pertahun, atau 10,3 per
100.000 penduduk. Terlebih lagi, penyakit hati kronis dan sirosis merupakan penyebab
nomor 6 kematian di Amerika Serikat pada individu yang berusia 25-44 tahun dan
dari beberapa pusat pendidikan saja. Di RS Dr. Sardjito Yogyakarta ditemukan jumlah
pasien sirosis hati sekitar 4,1% dari pasien yang di rawat di Bagian Penyakit Dalam
pada tahun 2004. Sedangkan di Medan ditemukan jumlah pasien sirosis hati sebanyak
819 (4%) pasien dari seluruh pasien yang dirawat di Bagian Penyakit Dalam selama
empat tahun.5 Untuk jumlah penderita sirosis hati di RSUP Dr. M Djamil Padang
ditemukan sebanyak 140 pasien dalam kurun waktu September 2014 hingga Juni 2015.
2.3 Etiologi
Di negara barat penyebab tersering dari sirosis hati adalah akibat alkoholik.
Sedangkan di Indonesia penyebab sirosis hati terutama disebabkan oleh infeksi virus
dan virus hepatitis C sebanyak 30-40%, dan untuk sisanya 10-20% kasus penyebabnya
tidak diketahui dan termasuk kelompok virus bukan B dan C. Untuk alcohol sebagai
penyebab sirosis hati, di Indonesia belum didapatkan data yang lengkap. Risiko sirosis
pada pasien dengan infeksi hepatitis C kronik dapat diperburuk oleh konsumsi alkohol
yang berlebihan.
2.4 Patogenesis
Sirosis hati terjadi melaui beberapa tahap fibrogenesis yang diakibatkan oleh
respon penyembuhan setelah timbulnya penyakit hati akut atau proses lanjutan dari
penyakit hati kronik, dan sirosis hati merupakan stadium akhir dari perjalanan fibrosis
hati. Proses yang terjadi pada fibrosis hati berkaitan dengan respon inflamasi terhadap
hepatic stellate cells yang dipicu oleh sitokin seperti TGF-bl yang mengaktivasi enzim
transglutaminase dan sintesis kolagen. Aktivasi dari hepatic stellate cells ini akan
menyebabkan peningkatan ekspresi gen matriks ekstraseluler dan otot polos serta
kolagen-kolagen.
Dalam keadaan normal, hepatic stellate cells merupakan sel penghasil utama
matriks ekstraselular setelah terjadi cidera pada hati. Matriks ekstraseluler akan
diproduksi lebih banyak pada kondisi hepatic stellate cells yang teraktivasi dan akan
Kapilarisasi sinusoid kemudian mengubah pertukaran normal aliran vena porta dengan
langsung masuk ke aliran darah sistemik dan menghambat material yang diproduksi
hati masuk ke darah. Proses ini akan menimbulkan pembentukan jaringan fibrotik
disertai dengan penurunan fungsi hepatoselular sampai adanya manifestasi klinik dari
Pada kebanyakan kasus sirosis, ditemukan tiga pola khas yang mendasari
Sirosis laenec dikenal juga dengan sirosis alkoholik yang berhubungan dengan
penggunaan alkohol yang lama. Perubahan pertama pada hati yang disebabkan oleh
alkohol adalah terjadinya akumulasi lemak di dalam sel-sel hati (infiltrasi lemak).
menurunnya sekresi trigliserida dari hati, dan menurunnya oksidasi asam lemak.
Apabila konsumsi alkohol tetap diteruskan, maka akn terbentuk jaringan parut yang
luas di hati. Penyebab utama kerusakan hati akibat alkohol lebih banyak ditemui
Secara makroskopis hati akan terlihat membesar, rapuh, tampak berlemak, dan
secara mikroskopis ditandai dengan nekrosis hepatoseluler, sel-sel balon, dan infiltrasi
PMN di hati.
B. Sirosis Pascanekrotik
Hepatosit dikelilingi oleh jaringan parut dengan kehilangan banyak sel hati dan
diselingi dengan parenkim hati yang normal. Kasus sirosis pascanekrotik berjumlah
sekitar 10% dari seluruh kasus sirosis. Sekitar 25-75% kasus memiliki riwayat hepatitis
virus sebelumnya dan kebanyakan pasien memiliki hasil uji HBsAg positif. Sirosis
hepatoseluler).
C. Sirosis Biliaris
Pola sirosis biliaris dimulai dengan adanya kerusakan sel hati di sekitar ductus
sel-sel hati dan pada akhirnya akan terbentuk lembar-lembar fibrosa di tepi lobules.
Cirinya hati membesar, keras, bergranula halus, dan berwarna kehijauan. Ikterus,
pruritus, malabsorbsi, dan steatorea merupakan gambaran awal dari sirosis biliaris.
Gejala dini pasien sirosis hati bersifat samar dan tidak spesifik yang meliputi :
diare), berat badan berkurang, mual, dan muntah terutama pada pagi hari, nyeri tumpul
atau perasaan berat pada epigastrium atau kuadaran kanan. Manifestasi utama dan
lanjut dari sirosis terjadi akibat dua tipe gangguan fisiologis yaitu :
b. Hipertensi portal
penyakit hati kronik dan berhubungan dengan peningkatan tekanan vena portal yang
patologis. Peningkatan tekanan portal akibat peningkatan resistensi vaskular dan aliran
berkisar antar 5-10 mmHg. Hipertensi portal timbul bila terdapat kenaikan tekanan
dalam sistem portal yang bersifat menetap dan melebihi 15 mmHg. Manifestasi
2.6 Diagnosis
A. Anamnesa
Hal yang perlu dipertanyakan adalah riwayat yang berhubungan dengan resiko
liver disease
B. Pemeriksaan Fisik
Temuan klinis sirosis meliputi:
Suatu lesi vaskular yang dikelilingi beberapa vena kecil. Tanda ini sering
diketahui dengan pasti, diduga terkait dengan peningkatan kadar estradiol dan
testosteron.
b Eritema Palmaris
Warna merah saga pada thenar dan hipothenar telapak tangan. Tanda ini tidak
spesifik pada sirosis, hal ini dikaitkan juga dengan perubahan metabolisme
dipisahkan dengan warna normal kuku d. Jari gada, lebih sering ditemukan pada
sirosis bilier
dengan sirosis. Tanda ini juga bisa ditemukan pada pasien diabetes melitus,
e Ginekomastia
ditemukan juga hilangnya rambut dada dan aksila pada laki-laki, sehingga
hemakromatosis.
Ukuran hati yang sirotik bisa membesar, normal, atau mengecil. Bilamana hati
h. Splenomegali
i. Asites
hipoalbumimenia.
j. Fetor hepatikum
Bau napas yang khas pada pasien sirosis disebabkan peningkatan konsentrasi
k. Ikterus
bilirubin Dalam darah lebih dari 2-3 mg/dl. Akibat hiperbilirubinemia Warna
C. Pemeriksaan Laboratorium
a. Urine
Dalam urin terdapat urobilinogen, juga terdapat bilirubin bila penderita ada
ikterus. Pada penderita dengan asites, maka ekskresi Na dalam urin akan
hepatorenal
b. Tinja
Terdapat kenaikan kadar sterkobilinogen. Pada penderita dengan ikterus,
darah, di dalam usus akan diubah menjadi sterkobilin yaitu suatu pigmen yang
c. Darah
folik dan vitamin B12 atau karena splenomegali. Bilamana penderita pernah
meningkat
meningkat
alkoholik kronik
Penderita sirosis hati banyak mengalami gangguan tes faal hati, lebih lagi
penderita yang sudah disertai tanda-tanda hipertensi portal. Pada sirosis globulin
D. Pemeriksaan Pencitraan
ekodensitas hati meningkat dengan ekostruktur kasar homogen atau heterogen pada
sisi superficial, sedangkan pada sisi profunda ekodensitas menurun. Dapat dijumpai
terputus-putus. Hati mengecil dan splenomegali, asites tampak sebagai area bebas
derajat beratnya sirosis hati, misal dengan menilai ukuran lien, asites, dan kolateral
vaskular. Ketiga alat ini juga dapat untuk mendeteksi adanya karsinoma hepatoselular.
gaster pada penderita sirosis hati. Selain digunakan untuk diagnosis juga dapat
2.7 Tatalaksana
1. Sirosis kompensata
Dua tujuan utama dalam pengobatan pada pasien ini adalah mengobati
2. Sirosis Dekompensata
Pada stadium dekompensata, tujuan dari pengobatan adalah mengobati atau
a. Asites
Pasien sirosis dengan asites dianjurkan untuk tirah baring dan pembatasan
asupan garam harus juga dilakukan karena diet rendah natrium merupakan
tonggak utama terapi. Diet rendah natrium sekitar 800 mg (2 gram NaCl)
100-200 mg sekali sehari,obat ini karena kerjanya yang perlahan dan sifatnya
effect).
Respon diuretik bisa dimonitor dengan penurunan berat badan 0,5 kg/hari,
tanpa adanya edema kaki atau 1 kg/hari dengan adanya edema kaki. Bilamana
dengan dosis 20-40 mg/hari. Parasintesis dilakukan bila asites sangat besar,
pengeluaran asites bisa hingga 4-6 liter dan dilindungi dengan pemberian
albumin.
b. Ensefalopati hepatik
yang berperan sebagai laksatif osmotik, sirup laktulosa dapat diberikan dengan
dosis 30-50 ml setiap jam sampai tinjanya pasien lunak kemudian dosis
beta-blocker juga dapat diberikan ketika pasien sudah stabil, kemudian pasien
(TIPSS), tindakan ini bertujuan untuk mengurangi tekanan dalam sistem vena
Pada pasien sirosis yang mengalami komplikasi PBS pasien harus diberikan
sampai 14 hari.
e. Sindrom hepatorenal
Terapi biasanya kurang memberikan hasil yang memuaskan. Walaupun
2.8 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada pasien dengan sirosis hepatis seperti: hipertensi
karsinoma hepatoselular.
a. Hipertensi portal
Tekanan vena porta nomal berkisar 5-10 mmHg (rendah), hal ini
darah epogastrik yang menyebar dari umbilicus ke arah xipoid dan batas
varises.
c. Splenomegali
pansitopeni.
d. Asites
peritoneal.
infeksi cairan asites oleh satu jenis bakteri tanpa ada bukti infeksi
sekunder.
f. Sindrom Hepatorenal
g. Ensefalopati Hepatik
2.9 Prognosis
Prognosis sirosis hati sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh beberapa faktor
meliputi etiologi, beratnya kerusakan hati, komplikasi, dan penyakit penyerta lainnya
pada pasien. Klasifikasi Child-Pugh (tabel 2.1), juga untuk menilai prognosis pasien
sirosis hati yang akan menjalani operasi, variabelnya meliputi kadar albumin, kadar
bilirubin, ada tidaknya asites dan ensefalopati serta status nutrisi. Klasifikasi
selama satu tahun untuk pasien Child A (5-6), B(7-9), C(10-15) berturut-turut adalah
1 2 3
hepatic
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Ny.FH
No MR : 01014022
Umur : 37 tahun
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Alamat : Padang
ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Penurunan kesadaran sejak 5 jam yang lalu, perlahan pasien mulai banyak
tidur dan tidak bisa berkomunikasi dengan keluarga
Penurunan nafsu makan sejak dua minggu yang lalu, penurunan berat badan
tidak ada
Perut terasa membesar sejak 1 bulan sebelum masuk Rumah Sakit dan
semakin membesar sejak 2 minggu ini.
Sesak nafas dirasakan sejak 1 bulan yang lalu dan semakin bertambah sejak 2
minggu ini, sesak tidak menciut, sesak tidak dipengaruhi aktivitas, cuaca, dan
makanan. Riwayat terbangun malam hari karena sesak disangkal
Badan terasa lemah sejak 1 bulan yang lalu.
Sembab pada kedua tungkai, hilang timbul sejak 1 bulan yang lalu
BAK jumlah sedikit berwarna seperti teh pekat sejak 2 bulan yang lalu
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien
Tidak keluarga yang menderita penyakit hipertensi, DM dan penyakit jantung.
Riwayat penggunaan jarum suntik, berhubungan seks sesama jenis dan seks
bebas disangkal.
Pemeriksaan Umum
Kepala : normocephal
Toraks :
Perkusi : sonor
Pemeriksaan Laboratorium
PT : 22,0
APTT : 87,7
Kesan : Trombositopenia
Ureum 27 (N:
Creatinin 0,7 (N :
HbsAg reaktif
Kesan :
pH 5,5
Eritrosit (0-1)
Leukosit (0-1)
Silinder (-)
Kristal (-)
Protein (-)
Glukosa (-)
Bilirubin (+++)
Urobilinogen (+)
PEMERIKSAAN ANJURAN
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS BANDING
Asites ec keganasan
Hepatoma
PENATALAKSANAAN
Ist/ DH I MC 6x150cc
O2 3L/menit
Infus comafusin hepar : triofusin : NaCl 0,9% 1 : 1 : 1 8 jam/kolf
Protocol hipoglikemia
Lactulac 3x1 tab
Inj vit K 3x1 amp
Inj Ca glukonas 1x1 amp
Transfusi Albumin 20%
RENCANA
Tapping asites
FOLLOW UP
A/ Koma hipoglikemia
Hipokoagulasi
Pucat +
Perdarahan -
Sesak +
Dada
Pulmonal : I : Simetris Ki = Ka
Pa : fremitus Ki = Ka
Pe : Sonor Ki = Ka
BAB IV
DISKUSI
Sirosis merupakan stadium akhir dari penyakit hati kronik setelah terjadinya
fibrosis hati yang berlangsung progresif dan ditandai dengan adanya kerusakan dari
mengganggu aliran darah intrahepatik dan pada keadaan lanjut secara bertahap dapat
menyebabkan kegagalan fungsi hati. Perut yang membesar dapat disebabkan oleh
adanya cairan di dalam rongga abdomen (asites), adanya massa di abdomen, ataupun
adanya pembesaran pada organ-organ yang ada dalam rongga abdomen. Sekitar 81%
asites disebabkan oleh sirosis. Sekitar 10-30% pasien sirosis dengan asites dapat
mengalami peritonitis bakterialis spontan, akibat migrasi bakteri lumen usus ke nodus
limfe mesentrika serta pengaruh penurunan sistem imun lokal yang menimbulkan
Dari pemeriksaan fisik didapatkan sklera ikterik, perut asites, hepar dan lien
tidak teraba, shifting dullness (+) undulasi (+) dan udem pada kedua tungkai. Hasil
terjadi akibat hipertensi porta dan vasodilatasi splanknikus yang akan berdampak
Pada pasien ini diberikan terapi infus comufusin hepar 8 jam/kolf diberikan
sebagai nutrisi parenteral essensial untuk pasien insufisensi hati kronik. Protokol
berguna sebagai stool softener, agar tidak terdapat tumpukan feses, sehingga
meminimalkan produksi amonia ditubuh yang akan memicu perburuhan EH. Injeksi
vitamin K diberikan untuk mengoreksi koagulopati pada pasien sirosis. Injeksi Ca
untuk mengoreksi kadar albumin pada pasien ini berguna untuk menaikkan kadar
DAFTAR PUSTAKA
1. Tsao GG, Lim J, 2009. Management and treatment of patients with cirrhosis
and portal hypertension: recommendations from the department of veterans
affairs hepatitis C resource center program and the national hepatitis C
program. American Journal of Gastroenterology; 104: 1802-92.
2. Kamath PS dan Shah VH. Gastrointestinal and Liver Disease 10th ed.
Elsevier. 2016
3. Lindseth, G.N. 2013. Gangguan Hati, Kandung Empedu, dan Pankreas.
Dalam Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, edisi 6, Volume
1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 472-515.
4. Sofwanhadi, Rio. 2012. Anatomi Hati. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati.
Jakarta: CV Sagung Seto, hal 1-4.
5. Nurdjanah, S. 2009. Sirosis hati. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,
Vol I Edisi 5. Jakarta: Internal Publishing, 668-73.
6. Al-Hijjah F. 2015. Gambaran jumlah trombosit pada pasien sirosis hati
dengan perdarahan di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Skripsi. Fakultas
Kedokteran, Universitas Andalas, Padang.
7. Amirudin, Rifai. 2012. Fibrosis Hati. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati.
Jakarta: CV Sagung Seto, 341-45.
8. Mukherjee, Sandeep. Alcoholic Hepatitis. Available from :
http://emedicine.medscape.com/article/170539-overview. 2011 [Accesed :
16 Juli 2018]
9. Pinzani, M, Roselli, M, Zuckermann, M. 2011. Liver Cirrhosis. Best Practise
& Research Clinical Gastroenterology, 25: 281-90.
10. Nurdjanah, S. 2014. Sirosis Hati. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,
edisi 6, jilid 2. Siti Setiati (Eds.). Jakarta: Internal publishing, hal 1978-1983.
11. Podolsky DK & Kurt JI Penyakit Hati Yang Berkaitan Dengan Alkohol dan
Sirosis. Dalam Harrisons Prinsi-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2012
12. Hadi S. Gastroenterologi. Bandung. PT. Alumni. 2002
13. Kasper DL et al. Harrison’s Principles of Internal Medicine 16th ed. New
Yowk. McGraw-Hill. 2005