Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu senantiasa terucap kepada Allah SWT yang telah
memberikan nikmat kesempatan dan kesehatan kepada penulis sehingga makalah
dengan judul Implementasi Peralatan Bongkar Muat Container Termodern di
Indonesia bisa terselesaikan, dengan harapan makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis maupun pembaca di masa sekarang maupun di masa yang akan datang.

Penulis menyadari bahwa sepenuhnya, dalam kegiatan pelaksanaan


pembuatan makalah banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Khususnya
kepada ALLAH SWT dengan segala kuasa-Nya dan orang tua serta keluarga yang
selalu memberikan dukungan, dan motivasi kepada penulis sehingga
menyelesaikan tugas ini dengan baik.

Semoga dengan segala bantuan yang telah diberikan dicatat sebagai amal
baik. Penulis juga menyadari banyak kekurangan dan kesalahan dalam pembuatan
makalah ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk menghasilkan karya yang lebih baik lagi.

Yogyakarta, 15 Mei 2019

Alreda Claudya Kusumahendra


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejalan dengan pelaksanaan pembangunan di Indonesia yang


sasaran utamanya di bidang pembangunan ekonomi, maka kegiatan
perdagangan merupakan salah satu sektor pembangunan ekonomi,
senantiasa ditumbuhkembangkan peranannya. Untuk memperlancar arus
barang dan jasa guna menunjang kegiatan perdagangan tersebut, diperlukan
adanya sarana pengangkutan yang memadai, baik pengangkutan melalui
darat, laut maupun udara. Mengacu pada visi pembangunan nasional
sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007
Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025, maka
pada 20 Juli 2011 pemerintah menetapkan Master Plan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dalam rangka
mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur.

Mengingat keadaan geografis Indonesia sebagai Negara kepulauan


dimana luas lautannya lebih besar dibandingkan luas daratannya, maka
sarana pengangkutan melalui laut besar peranannya dalam menghubungkan
kota-kota maupun pulau-pulau yang ada di tanah air. Hampir tujuh
dasawarsa kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia
pembangunan nasional masih belum terjadi keseimbangan antara
pembangunan kawasan barat dan timur. Pola distribusi barang yang tidak
lancar dan terkendali merupakan salah satu faktor utama dalam fenomena
ini. Dibutuhkan infrastruktur yang mendorong konektivitas antar wilayah
sehingga dapat mempercepat dan memperluas pembangunan ekonomi
Indonesia. Penyediaan infrastruktur yang mendorong konektifitas akan
mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Pelabuhan adalah daerah perairan yang terlindungi terhadap
gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga
dimana kapal dapat bertambat untuk bongkar muat barang, kran-kran
(crane) untuk bongkar muat, gudang laut (transit) dan tempat-tempat
penyimpanan di mana kapal membongkar muatannya, dan gudang-gudang
di mana barang-barang dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama selama
menunggu pengiriman (Triatmodjo, 2010). Bongkar muat adalah salah satu
kegiatan yang dilakukan dalam proses forwading. Kegiatan muat adalah
proses memindahkan barang dari gudang, menaikkan lalu menumpuknya di
atas kapal sedangkan kegiatan bongkar adalah proses menurunkan barang
dari kapal lalu menyusunnya di dalam gudang di pelabuhan atau container
yard. Dalam proses kegiatan bongkar muat pada umumnya memerlukan
peralatan-peralatan pendukung. Peralatan pendukung tersebut secara umum
dibagi menjadi dua jenis yaitu peralatan mekanis dan non mekanis.
Peralatan mekanis ada: Forklift, Truck Trailer, Reachstaker, dan Ship Gear
(Crane Kapal). Peralatan non mekanis yaitu: WireSling, Hook, Spider, dan
Net. Kedua jenis peralatan itu memerlukan operator tersendiri dalam
pengoperasiannya terutama untuk peralatan mekanis. Pada proses kegiatan
bongkar maupun muat barang, kemahiran operator peti kemas dalam
menggunakan peralatan mekanis berpengaruh pada kelancaran kegiatan
tersebut.

Container atau peti kemas merupakan suatu benda yang dijadikan


sebagai tempat angkutan barang bersifat permanen, kuat, dapat digunakan
berulang kali, dapat mengangkut muatan dalam jumlah besar. Dirancang
khusus untuk mudah di angkut berbagai moda transportasi secara aman, dan
dilengkapi dengan soket pengangkat pada sudut-sudutnya. (IMO, 1996).
Penanganan bongkar muat container yang lebih cepat dapat ditangani oleh
kontainer terminal dengan peralatan yang dirancang untuk mobilitas yang
lebih cepat seperti HMC ( Harbour Mobile Crane ), QCC ( Quay Container
Crane ).
Crane dalah alat pengangkat yang pada umumnya dilengkapi dengan
drum tali baja, tali baja dan rantai yang dapat digunakan untuk mengangkat
dan menurunkan material secara vertikal dan memindahkannya secara
horizontal. Crane dilengkapi dengan berbagai peralatan untuk memudahkan
pekerjaan atau pergerakan dari crane tresebut. Crane biasanya digunakan
pada industri transportasi untuk memuat atau membongkar muatan barang,
peti kemas dan lain sebagainya.

Untuk mendukung operasi bongkar muat barang pada kapal barang


maka perlu dilengkapi peralatan bongkar muat (cargo handling). Instalasi
cargo handling terdiri dari beberapa peralatan yang saling mendukung.
Pada kapal barang, sangat penting untuk menyediakan peralatan bongkar
muat karena akan mempercepat proses bongkar muat barang dan akan
mengurangi biaya tambah di pelabuhan. Alat angkat yang akan digunakan
di kapal direncanakan berdasarkan beban yang akan diangkat guna
menentukan SWL (Safety Weight Load) alat angkat yang akan
direncanakan.

Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk


mengkaji apa saja peralatan bongkar muat container termodern, oleh sebab
itu penulis mengambil judul tentang “Implementasi Peralatan Bongkar
Muat Container Termodern di Indonesia”.

B. Rumusan Masalah

Latar belakang di atas menjelaskan bahwa, untuk dapat


melaksanakan kegiatan bongkar muat container sangat dibutuhkan
peralatan bongkar muat. Berdasarkan hal tersebut maka perumusan
masalahnya yaitu:

1. Apa saja implementasi peralatan bongkar muat container termodern di


Indonesia?
2. Bagaimana prosedur bongkar muat container di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan ini


sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui peralatan bongkar muat container termodern di


Indonesia.
2. Untuk mengetahui prosedur bongkar muat container di Indonesia.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan, wawasan serta untuk melatih


kemampuan penulis dalam melakukan penulisan. Penulisan ini
mengutamakan khususnya yang berkaitan dengan implementasi
peralatan bongkar muat container termodern.

2. Bagi Penulis Mendatang

Menambah pengetahuan, wawasan serta informasi tentang


implementasi peralatan bongkar muat container termodern. Menjadikan
penulisan ini sebagai bahan referensi untuk penulisan sejenis.

3. Bagi Akademik

Adanya penulisan ini diharapkan menjadi pertimbangan dalam


meningkatkan kualitas mahasiswa, terutama dalam implementasi
peralatan bongkar muat container termodern.
E. Sistematika Penulisan

Bab I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan uraian tentang latar belakang masalah,


rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan dan
sistematika penulisan.

Bab II KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian tentang penjelasan atau pembahasan


landasan teori yang berhubungan dan dapat menyelesaikan
masalah penulisan.

Bab III PEMBAHASAN

Bab ini berisikan uraian tentang penjelasan atau pembahasan


yang digunakan untuk melakukan penulisan implementasi
peralatan bongkar muat container termodern dan prosedur
bongkar muat container.

BAB IV PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan-kesimpulan yang didapat dari


hasil penulisan, saran.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Gambaran Umum Transportasi Laut

Pulau-pulau di Indonesia hanya bisa tersambung melalui laut-laut


diantara pulau-pulaunya. Laut bukan pemisah, tetapi pemersatu
berbagai pulau, daerah dan kawasan Indonesia. Hanya melalui
perhubungan antar pulau, antar pantai, kesatuan Indonesia dapat
terwujud. Pelayaran yang menghubungkan pulau-pulau, adalah urat
nadi kehidupan sekaligus pemersatu bangsa dan negara Indonesia.
Sejarah kebesaran Sriwijaya atau Majapahit menjadi bukti nyata bahwa
kejayaan suatu negara di nusantara hanya bisa dicapai melalui
keunggulan laut. Karenanya, pembangunan industri pelayaran nasional
sebagai sektor strategis, perlu di prioritaskan agar dapat meningkatkan
daya saing Indonesia di pasar global karena nyaris seluruh komoditi
untuk perdagangan internasional diangkut dengan menggunakan sarana
dan prasarana transportasi laut dan menyeimbangkan pembangunan
kawasan (antara kawasan timur Indonesia dan barat) demi kesatuan
Indonesia, karena daerah terpencil dan kurang berkembang (yang
mayoritas berada di kawasan Indonesia timur yang kaya sumber daya
alam) membutuhkan akses ke pasar dan mendapat layanan, yang
seringkali hanya bisa dilakukan transportasi laut.
a. Sejarah Transportasi Laut

Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang


memiliki lebih dari 1800 pulau. Pulau itu dipisahkan oleh laut dan
selat sehingga untuk menghubungkan antara pulau satu dengan
yang lainnya dibutuhkan sarana transportasi yang memadai. Kapal
laut merupakan sarana yang penting di dalam aktifitas hubungan
antara masyarakat dari pulau yang satu dengan pulau yang lainnya,
hal ini juga menyebabkan bahwa bangsa Indonesia mendapat
julukan sebagai bangsa pelaut karena mereka telah terbiasa
mengarungi lautan di wilayah nusantara.
Bukti-bukti yang menunjukkan bahwa bangsa Indonesia
telah memanfaatkan kapal-kapal sebagai sarana penting dalam
transportasi laut, seperti yang tergambar pada relief-relief Candi
Borobudur dalam bentuk perahu phinisi yang dilakukan oleh
bangsa Makassar di Sulawesi Selatan. Teknologi pembuatan kapal
di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat setelah
mendapat pengaruh asing. Dari para pelaut asing itulah Indonesia
mendapat pengetahuan teknologi navigasi dan pelayaran, sehingga
akhirnya Indonesia memiliki industri kapal yang modern.
Industri perkapalan berawal dari sebuah bengkel tempat
mereparasi kapal. Kemudian bengkel itu berkembang menjadi
industry yang merancang dan membangun kapal sebagai sarana
transportasi laut, dan dioperasikan oleh PT Pelayaran Laut
Nasional Indonesia (PT PELNI). Industry kapal Indonesia
dimonitori oleh PT PAL Indonesia. Perusahaan ini merupakan
sebuah BUMN. Pendiri perusahaan kapal ini telah dirintis sejak
tahun 1823, yaitu pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Ide
pendiri bengkel reparasi kapal laut ini dimunculkan oleh gubernur
General Hindia Belanda V.D. Capellen. Nama perusahaan itu
adalah NV. Nederlandsch Indische Industrie. Pada tahun 1849,
saran perbaikan dan pemeliharaan kapal mulai terwujud di daerah
ujung Surabaya. Namun pada tahun 1893 pemerintah Hindia
Belanda mengganti nama menjadi Marine Establishment (ME).
ME berfungsi sebagai sebuah pabrik pemeliharaan dan perbaikan
kapal. Pada masa pendudukan Jepang. ME tidak berubah fungsi
dan tetap menjadi bengkel reparasi dan perbaikan kapal-kapal
Angkatan Laut tentara Jepang dibawah pengawasan Kaigun. Tetapi
pada masa perang kemerdekaan, ME kembali dikuasai Belanda dan
baru diserahkan pada Indonesia tanggal 27 Desember 1949. Sejak
saat itu nama perusahaan kapal laut tersebut diubah menjadi
Penataran Angkatan Laut (PAL). Pada tahun 1978, status PT PAL
diubah menjadi perusahaan umum (Perum) PAL. 3 tahun
kemudian, yaitu pada tahun 1981 bentuk badan usaha Perum PAL
diubah menjadi perseroan dengan pimpinan Prof. Dr. Ing. H.
Bachruddin Jusuf Habibie (saat menjabat sebagai Menristek). PT
PAL memproduksi berbagai jenis kapal, mulai dari kapal ikan,
kapal niaga, kapal perang, tug boat, tanker, kapal penumpang dan
kapal riset. Kapal riset buatan PT PAL adalah kapal Baruna Jaya
VIII milik LIPI.
Sementara itu upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah
dalam bidang transportasi laut antara lain merehabilitasi dan
meningkatkan kapasitas infrastruktur yang ada, seperti pengadaan
kapal feri dan kapal pengangkut barang, perbaikan pelabuhan-
pelabuhan laut, terminal peti kemas dan dermaga-dermaga. Hal itu
bertujuan untuk lebih memperlancar lalu lintas antar pulau,
meningkatkan perdagangan domestik dan internasional Indonesia.
Perkembangan transportasi laut pada dewasa ini tidak terlepas dari
kemajuan teknologi tersebut telah membuat bangsa Indonesia
dapat memproduksi kapal angkut penumpang yaitu Palindo Jaya
500. Kapal tersebut diluncurkan pertama kali pada bulan Agustus
1995. Kapal tersebut dibuat untuk menunjang sarana transportasi
laut yang lebih cepat dan aman. Dengan demikian, kegiatan
transportasi laut akan berdampak dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.

2. Gambaran Umum Pelabuhan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009 Tentang


Kepelabuhanan yang dimaksud dengan pelabuhan adalah tempat yang
terdiri atas daratan dan / atau perairan dengan batas-batas tertentu
sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang
dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang,
dan / atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh
kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanaan
pelayaran dan kegiatan penunjang serta sebagai tempat perpindahan
intra dan antarmoda transportasi.

a. Jenis Pelabuhan

Indonesia merupakan negara yang terdiri dari beribu-ribu


pulau, sehingga Indonesia disebut negara maritim (Kepulauan).
Untuk berhubungan antara satu pulau dengan pulau lain diperlukan
sarana transportasi. Salah satunya adalah transportasi air,
khususnya laut. Transportasi laut maksudnya transportasi yang
melewati wilayah perairan atau lautan. Dan prasarana untuk
transportasi laut adalah pelabuhan.
Berdasarkan PP No. 69 Tahun 2001, pelabuhan terdiri dari
beberapa jenis:

1) Berdasarkan karakteristik alamnya, pelabuhan terbagi atas


pelabuhan terbuka dan pelabuhan tertutup.

2) Dari sudut teknisnya, pelabuhan terdiri atas pelabuhan alam,


pelabuhan buatan, dan pelabuhan semi alam.
3) Dari segi pelayanannya, pelabuhan terdiri dari pelabuhan
umum (Pelabuhan Indonesia I, II, III dan IV) dan pelabuhan
khusus.

4) Dari Lingkup pelayarannya, pelabuhan terdiri dari pelabuhan


internasional Hub, pelabuhan internasional, pelabuhan
nasional, pelabuhan regional, dan pelabuhan lokal.

5) Berdasarkan tujuan pelayaran perdagangan luar negeri,


pelabuhan terbagi atas pelabuhan ekspor dan pelabuhan impor.

6) Berdasarkan kapal yang diperbolehkan singgah, pelabuhan


terdiri atas pelabuhan laut dan pelabuhan pantai.

7) Berdasarkan kegiatan pelayarannya, pelabuhan terbagi atas


pelabuhan samudra, pelabuhan nusantara, dan pelabuhan
pelayaran rakyat.

8) Dan berdasarkan peranannya, pelabuhan terdiri dari pelabuhan


transit dan pelabuhan ferry.

b. Peranan dan Fungsi Pelabuhan

Pelabuhan memiliki fungsi sebagai tempat kegiatan


pemerintah dan pengusahaan. Jenis pelabuhan terdiri atas
pelabuhan laut dan pelabuhan sungai dan danau. Pelabuhan laut
sebagaimana dimaksud terdiri dari:

1) Pelabuhan Utama Adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya


melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri dan
internasional, alih muat angkutan laut dalam negeri dan
internasional dalam jumlah besar, dan sebagai tempat asal
tujuan penumpang dan / atau barang, serta angkutan
penyeberangan dengan jangkauan antar provinsi.
2) Pelabuhan Pengumpul Adalah pelabuhan yang fungsi
pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih
muat angkutan laut dalam negeri dalam jumlah menengah, dan
sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/ atau barang, serta
angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan antar
provinsi.

3) Pelabuhan Pengumpan Adalah pelabuhan yang fungsi


pokoknya melayani kegiatan angkutan dalam negeri, alih muat
angkutan laut dalam negeri dalam jumlah terbatas, merupakan
pengumpan bagi pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul,
dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan / atau barang,
serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan
provinsi.

Kegiatan dalam pengusahaan pelabuhan terdiri atas


penyediaan dan / atau pelayanan jasa kepelabuhanan dan jasa
terkait dengan kepelabuhanan yang meliputi penyediaan dan / atau
pelayanan jasa kapal, penumpang, dan barang. Penyediaan dan /
atau pelayanan jasa kapal, penumpang dan barang terdiri atas:

1) Kegiatan pengusahaan di pelabuhan terdiri atas penyediaan


dan / atau pelayanan jasa kepelabuhanan dan jasa terkait
dengan kepelabuhanan.

2) Penyediaan dan / atau pelayanan jasa kepelabuhanan


sebagaimana dimaksud diatas meliputi penyediaan dan / atau
pelayanan jasa kapal, penumpang, dan barang.

3) Penyediaan dan / atau pelayanan jasa kapal, penumpang, dan


barang sebagaimana dimaksud terdiri atas:

a) Penyediaan dan / atau pelayanan jasa dermaga untuk


bertambat.
b) Penyediaan dan / atau pelayanan pengisian bahan bakar
dan pelayanan air bersih.
c) Penyediaan dan / atau pelayanan fasilitas naik turun
penumpang dan / atau kendaraan.

d) Penyediaan dan / atau pelayanan jasa dermaga untuk


pelaksanaan kegiatan bongkar muat dan peti kemas.

e) Penyediaan dan / atau pelayanan jasa gudang dan tempat


penimbunan barang, alat bongkar muat, serta peralatan
pelabuhan.

f) Penyediaan dan / atau pelayanan jasa terminal peti kemas,


curah air, curah kering, dan Ro-Ro.

g) Penyediaan dan / atau pelayanan jasa bongkar muat


barang.

h) Penyediaan dan / atau pelayanan pusat distribusi dan


konsolidasi barang; dan / atau

i) Penyediaan dan / atau pelayanan jasa penundaan kapal.

4) Kegiatan jasa tekait dengan kepelabuhanan sebagaimana


dimaksud meliputi kegiatan yang menunjang kelancaran
operasional dan memberikan nilai tambah bagi pelabuhan.

Dalam pelabuhan tersebut terdapat terminal yang


merupakan suatu kolam sandar dan tempat kapal bersandar atau
tambat, tempat penumpukan, tempat menunggu dan naik turun
penumpang, dan / atau tempat bongkar muat barang. Adapun jenis
dari terminal sebagaimana dimaksud terbagi 2 (dua) jenis yaitu:

a) Terminal Khusus adalah terminal yang terletak diluar Daerah


Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan
pelabuhan yang merupakan bagian dari pelabuhan terdekat
untuk melayani kepentingan sendiri seuai dengan usaha
pokoknya.

b) Terminal Untuk Kepentingan Sendiri adalah terminal yang


terletak di dalam Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah
Lingkungan Kepentingan pelabuhan yang merupakan bagian
dari pelabuhan untuk melayani kepentingan sendiri sesuai
dengan usaha pokoknya.

Terminal Khusus dan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri


(TUKS) dibangun dan dioperasikan hanya bersifat menunjang
kegiatan pokok perusahaan. Pembangunan pelabuhan hanya
bertujuan untuk menunjang usaha pokok dari perusahaan tersebut.

Kegiatan usaha pokok sebagaimana disebutkan diatas


adalah:

 Pertambangan
 Energi
 Kehutanan
 Pertanian
 Perikanan
 Industri
 Pariwisata
 Dok dan galangan kapal

Dilihat dari penempatan lokasi terdapat perbedaan yang


mendasar dari Terminal Khusus dan TUKS. Terminal Khusus
terletak di luar Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan
Kepentingan pelabuhan laut / sungai dan danau, sehingga untuk itu
Terminal khusus tersebut menjadi bagian dari suatu pelabuhan
terdekatnya.
Sedangkan TUKS terletak di dalam Daerah Lingkungan
Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan, dengan
demikian maka TUKS menjadi satu kesatuan dengan pelabuhan
dimaksud.
Perlu diperhatikan bahwa sebagai akibat dari dibuatnya
Terminal Khusus, maka terdapat konsekuensi sebagai berikut:

1) Terminal Khusus tersebut akan menjadi bagian dari pelabuhan


terdekat.

2) Wajib memiliki Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah


Lingkungan Kepentingan tertentu; dan daerah ini akan
digunakan untuk kepentingan lapangan penumpukan, tempat
kegiatan bongkar muat, alur pelayaran dan perlintasan kapal,
olah gerak kapal, keperluan darurat, dan tempat labuh kapal.

3) Ditempatkannya instansi pemerintah untuk melaksanakan


fungsi keselamatan dan keamanan pelayaran, serta instansi
yang melaksanakan fungsi pemerintahan sesuai dengan
kebutuhan.

4) Terminal Khusus sebagaimana dimaksud hanya dapat


dibangun dan dioperasikan apabila:

a) Pelabuhan terdekat tidak dapat menampung kegiatan


pokok instansi pemerintah atau badan usaha.

b) Berdasarkan pertimbangan ekonomis dan teknis


operasional akan lebih efektif dan efisien serta lebih
menjamin keselamatan dan keamanan pelayaran.
3. Alat-alat Bongkar Muat

Untuk mendukung operasi bongkat muat barang pada kapal


barang maka perlu dilengkapi peralatan bongkar muat (cargo
handling). Instalasi cargo handling terdiri dari beberapa peralatan yang
saling mendukung. Pada kapal barang, sangat penting untuk
menyediakan peralatan bongkar muat karena akan mempercepat proses
bongkar muat barang dan akan mengurangi biaya tambat di pelabuhan.
Alat angkat yang akan digunakan di kapal direncanakan berdasarkan
beban yang akan diangkat guna menentukan SWL alat angkat yang
akan direncanakan.
Setiap kapal barang memiliki ruang muat (cargo hold) yang
dilengkapi dengan tutup palka. Konstruksi tutup palka ini harus dibuat
kedap air untuk melindungi muatan yang ada diruang muat. Sedangkan
bentuk konstruksi tutup palka harus direncakan dengan tidak
membebani geladak dan tidak mengganggu operasi bongkar muat
barang.

a. Peralatan Bongkar Muat

Instalasi cargo handling adalah instalasi memuat dan


membongkar muatan di kapal seperti muatan peti kemas, curah
atau cair dan muatan yang dikemasi dalam unit kecil.

Komponen cargo handling meliputi:

1) Derrick boom adalah salah satu instalasi cargo handling yang


terdiri dari komponen tiang agung (mast), batang muat (boom)
yang ujung-ujungnya dilengkapi peralatan yang disebut heel
fitting dan head fitting yang dipergunakan untuk tempat
menempelnya batang muat dengan mast dan pada ujung
lainnya untuk tempat pemasangan tali span dan tali muat.

 Goose Neck Bracket adalah tempat pemasangan pena


yang berhubungan dengan heel fitting.
 Topping bracket adalah tempat pemasangan span block.
yang berhubungan dengan peralatan head fitting dan
cargo.

 Winch yaitu untuk menggulung tali-tali bongkar muat.

Perlengkapan lainnya yang harus dipasang pada saat


kegiatan bongkar muat adalah block, tali, dan hook. Tipe derrick
boom yang dikenal adalah swinging derrick dimana memiliki boom
hanya satu pada setiap lubang palka sedangkan tipe lain union
purchase dimana setiap lubang palka terdapat dua boom.
Material batang muat (boom) terbuat dari pipa baja dan
panjang boom harus sependek mungkin dengan
mempertimbangkan kondisi dibawah ini:

a) Perbandingan antara jarak goose neck bracket ke topping


bracket dengan panjang boom adalah 0,6-0,8.

b) Sudut elevasi pada kondisi tersebut sekitar 25°-30°.

c) Pencapain ujung boom yang keluar dari sisi lambung kapal


pada kondisi sudut elevasi diatas berjarak 3-5 meter dari tepi
lambung kapal agar muatan yang diangkat atau diturunkan
tidak bergesek dengan lambung. Untuk kapal-kapal kecil ini
diambil 2,5 meter.

d) Posisi ekstrim dari ujung boom pada kondisi kerja harus tidak
boleh kurang dari 1/3 panjang lubang palka.

e) Sudut boom pada kondisi kerja terhadap sisi kapal 60°.

2) Deck crane merupakan instalasi bongkar muat dimana


peralatan ini dapat melayani dua lubang palka. Peralatan ini
mempunyai perbedaan dengan derrick boom yaitu tidak
membutuhkan persiapan pemasangan perlengkapan bongkar
muat karena perlengkapannya sudah menjadi satu kesatuan.
Pengoperasiaannya cukup dilakukan oleh seorang operator
dan dapat berputar 360°.

3) Conveyor merupakan peralatan bongkar muat yang banyak


dijumpai di pelabuhan sebagai fasilitas bongkar muat jenis
muatan curah.

4) Pompa yang dapat melayani muatan curah kering dan cair


misalnya semen curah dan muatan minyak.

5) Pintu ramp merupakan fasilitas bongkar muat untuk muatan


kendaraan yang mengangkut penumpang atau kendaraan yang
mengangkut peti kemas.

b. Peralatan Bongkar Muat untuk Kontainer

Pada umumnya proses kerja di Pelabuhan Kontainer


dimulai ketika container dari luar pelabuhan datang diangkut
dengan truck, kemudian truck akan menuju Container Yard, di CY,
kontainer akan diturunkan dari truck menggunakan alat bongkar
yang ada di CY (Alat: RTGC, RMGC, Reach stacker, atau Straddle
Carrier). Setelah itu truck keluar pelabuhan.
Tahap berikutnya adalah pemuatan kontainer ke kapal laut.
Ketika kapal laut yang akan membawa kontainer tersebut telah
bersandar, maka kontainer akan dinaikkan ke truck dengan alat
bongkar yang ada di CY (truck yang digunakan adalah truck
khusus yang sudah disediakan di dalam pelabuhan) kemudian truck
akan membawa kontainer menuju Quayside untuk dimuat ke kapal
menggunakan alat bongkar khusus di Quayside (CC,HMC,Crane),
proses ini juga berlaku sebaliknya.
Pelabuhan Kontainer dibagi menjadi 2, yaitu:

1) Container Yard (CY), fungsinya adalah sebagai tempat


penumpukan sementara kontainer yang datang dari luar
pelabuhan untuk menunggu muat ke kapal, atau sebaliknya
tempat penumpuk sementara kontainer yang baru dibongkar
dari kapal untuk menunggu diambil truck dari luar pelabuhan.

2) Quayside, fungsinya adalah sebagai tempat bongkar muat


kontainer ke kapal laut atau sebaliknya.

Alat yang digunakan di bagian Container Yard:

a) Rubber Tyred Gantry Crane (RTGC), alat yang khusus


digunakan di Container Yard, yang fungsinya bongkar muat
dari truck ke Container Yard atau sebaliknya.

b) Rail Mounted Gantry Crane (RMGC), alat ini hampir mirip


dengan RTGC namu yang membedakan hanya di alat
penggeraknya yang menggunakan rel, sedangkan RTGC
menggunakan ban.

c) Straddle Carrier, alat ini lebih mirip dengan RTGC hanya


yang membedakan ukurannya lebih kecil dan bisa bergerak
kemana saja dibandingkan dengan RTGC yang geraknya
hanya maju dan mundur.

d) Reach Stalker, alat ini seperti mobil tapi memiliki lengan yang
panjang yang bisa digunakan untuk mengangkut kontainer.

Alat – alat yang digunakan di Quayside:

a) Container Crane, sebuah alat yang biasanya dimensinya


paling besar yang berada di pelabuhan kontainer, mempunyai
lengan yang panjangnya bisa selebar bahkan melebihi dari
kapal laut. Alat geraknya munggunakan rel.
b) Harbour Mobile Crane (HMC), bentuknya seperti crane
biasanya hanya saja sudah dirancang khusus supaya memiliki
kecepatan bongkar muat kontainer yang tinggi jika
dibandingkan dengan crane biasa.

c) Crane, alat yang sudah menjadi jarang digunakan di pelabuhan


kontainer karena kecepatan bongkar muat yang lambat.

4. Macam-macam Alat Bantu Bongkar Muat

Alat bantu bongkar muat diartikan sebagai alat bantu yang dapat
dipakai untuk kelancaran kegiatan membongkar barang dari kapal ke
darat atau sebaliknya. Dengan adanya alat bantu bongkar-muat yang
sesuai dengan jenis barang yang akan dibongkar atau dimuat maka
kinerja akan lebih efektif dan efisien.

Alat bantu bongkar muat di bagi dalam dua kelompok yaitu:

 Kelengkapan alat bantu bongkar-muat pada kapal.

 Kelengkapan alat bantu bongkar-muat di pelabuhan.

a. Kelengkapan Alat Bantu Bongkar-Muat pada Kapal

Kapal dilengkapi dengan beberapa alat yang berfungsi


untuk membantu dalam mempermudah kegiatan bongkar-muat dan
juga menjamin keselamatan dari barang yang diangkutnya. Adapun
beberapa alat bantu yang di maksud adalah:

1) Ramp Door
Alat ini umumnya terdapat pada jenis kapal Ro-Ro ( Roll on,
Roll out), merupakan jenis kapal yang diperuntukan untuk
mengangkut berbagai jenis kendaraan.
2) Crane Kapal (Ship Gear)
Letaknya dibagian tengah kapal dan berfungsi untuk
mengangkat kargo dari palka kapal kemudian dipindahkan ke
dermaga. Lengan dari crane harus panjang guna
mempermudah memindahkan barang dari palka ke dermaga.
Sistem pada crane kapal serupa dengan crane pada umumnya
yaitu menggunakan kapal baja, motor penggerak, dan berbagai
ukuran pully sebagai pemindah dayanya.

3) Hook Crane
Hook crane terletak pada ujung kabel crane, fungsinya
dikaitkan pada beban atau muatan.

4) Jala-jala kapal
Berfungsi dalam kegiatan bongkar-muat Bag cargo, Box
Cargo, dan sebagainya. Jala tersebut di hamparkan kemudian
kargo diletakkan di atas jala-jala. Laju jala-jala tersebut ditutup
dan dikaitkan pada hook crane.

5) Spreader
Guna meningkatkan produktifitas bongkar-muat, spreader
tersedia dengan berbagai kegunaan yaitu spreader untuk peti
kemas, spreader beam untuk general cargo, dan clamp untuk
curah kering. Dengan menggunakan spreader kecepatan
bongkar-muat akan meningkat namun pada hakekatnya
penggunaan spreader harus sesuai SWL (Safety Working
Load) pada setiap crane.
b. Kelengkapan Alat Bantu Bongkar-Muat di Pelabuhan

1) Mobile Crane
Adalah alat bongkar-muat yang berbentuk truck yang
menggendong crane pada punggungnya, alat ini digunakan
untuk melakukan kegiatan bongkar-muat barang berupa
container maupun bag cargo.

2) Crane Kapal
Crane kapal dapat digunakan dalam melakukan kegiatan
stevedoring baik untuk barang berjenis container maupun bagi
cargo, (dengan menggunakan jala-jala).

3) Gantry Crane
Kegiatan bongkar muat akan lebih cepat di banding
menggunakan mobile crane maupun crane kapal, karena
gantry crane sanggup untuk mengangkut 2 s/d container
ukuran 20 kaki sekaligus.

4) Level Luffing Gantry Crane


Alat ini berbentuk seperti crane kapal, namun terletak di
dermaga. Beberapa menggunakan rel atau roda sebagai sarana
berpindah tempat, alat ini digunakan untuk berbagai jenis
kargo seperti kontainer, bag cargo maupun crane kering
(dengan penambahan alat tertentu).

5) Forklift
Merupakan alat angkat barang maupun umum / general cargo
dengan kapasitas angkat tertentu dan mempunyai jangkauan
pengangkatan yang terbatas.

6) Top leader
Seperti forklift tetapi mempunyai kemampuan mengangkat
peti kemas dan mempunyai jangkauan pengangkatan yang
terbatas.
7) Tronton
Adalah truck yang di modifikasi untuk dapat mengangkut peti
kemas 20 feet dan mempunyai daya angkut yang terbatas.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pembahasan
1.

Anda mungkin juga menyukai