Tugas Customs

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 15

Nama : Alreda Claudya Kusumahendra

NIT : 170408163

Kelas : D (Delta)

Prodi : D3 Manajemen Transportasi

Matkul : Customs (Tugas)

Dosen : Rahimudin ST, MT

Pusat Logistik Berikat (PLB)

A. Definisi

Pusat Logistik Berikat yang selanjutnya disingkat PLB adalah


Tempat Penimbunan Berikat untuk menimbun barang asal luar daerah
pabean dan/atau barang yang berasal dari tempat lain dalam daerah
pabean, dapat disertai 1 (satu) atau lebih kegiatan sederhana dalam jangka
waktu tertentu untuk dikeluarkan kembali.
Pusat Logistik Berikat merupakan Kawasan Pabean dan
sepenuhnya berada di bawah pengawasan DJBC (Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai)

B. Dasar Hukum
1. Peraturan Pemerintah
PP Nomor 85 Tahun 2015 tentang Perubahan atas PP Nomor 32
Tahun 2009 tentang Tempat Penimbunan Berikat.
2. Peraturan Menteri Keuangan
1. PMK Nomor 272/PMK.04/2015 Tentang Pusat Logistik Berikat.
2. PMK Nomor 28/PMK.04/2018 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Nomor PER-01/BC/2016
Tentang Tata Laksana Pusat Logistik Berikat.
3. Peraturan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
a. Perdirjen BC Nomor PER-01/BC/2016 Tentang Tata Laksana Pusat
Logistik Berikat.
b. Perdirjen BC Nomor PER-02/BC/2016 Tentang Tata Laksana
Pengeluaran Barang Impor dari Kawasan Pabean untuk Ditimbun
di Pusat Logistik Berikat.
c. Perdirjen BC Nomor PER-03/BC/2016 Tentang Tata Laksana
Pengeluaran Barang Impor dari Pusat Logistik Berikat untuk
Diimpor untuk Dipakai.
d. Perdirjen BC Nomor PER-10/BC/2017 Tentang Tata Laksana
Pemasukan dan Pengeluaran Barang Ke dan Dari Pusat Logistik
Berikat Dalam Rangka Ekspor Dan/Atau Transhipment.

C. Kelebihan Pusat Logistik Berikat (PLB)


1. Penangguhan Pajak impor dan pembayaran bea masuk (sampai kargo
dirilis oleh PLB).
2. Mengurangi biaya penyimpanan atau biaya over-time berlabuh dan
biaya penanganan di pelabuhan Indonesia.
3. Meningkatkan cash flow dan perputaran bahan baku pabrik.
4. Mempersingkat waktu pengiriman logistik.
5. Masa penyimpanan sampai dengan 3 tahun (dapat diperpanjang).
6. Kegiatan sederhana seperti Pemeliharaan, Cutting, Canting dan
Decanting, Inspeksi Surveyor (LARTAS) dan kegiatan lainnya dapat
dilakukan di PLB.
7. Kemudahan mengatur re-ekspor kargo.
8. Barang dapat disimpan di PLB sambil menunggu master-list atau
proses dokumen lainnya.
9. Sebagian pengiriman dapat dirilis dari PLB setelah jadwal produksi.
D. Persyaratan Pusat Logistik Berikat (PLB)
1. Syarat Fisik
Bangunan, tempat atau kawasan yang akan menjadi PLB (Pusat
Logistik Berikat) harus memenuhi persyaratan paling kurang sebagai
berikut:
a. Memiliki luas lokasi tanah dan/atau bangunan paling kurang
10.000 m2 (sepuluh ribu meter persegi) dalam satu hamparan,
kecuali:
1) Untuk jenis barang yang ditimbun dalam tangki penimbunan
atau tempat penimbunan lain yang memiliki karakteristik
khusus dengan pertimbangan Kepala Kantor Wilayah atau
Kepala KPU (Kantor Pelayanan Utama); atau
2) PDPLB (Pengusaha di Pusat Logistik Berikat)
b. Terletak di lokasi yang dapat dilalui oleh sarana pengangkut peti
kemas dan/atau sarana pengangkut lainnya.
c. Mempunyai batas-batas dan luas yang jelas.
d. Mempunyai tempat untuk pemeriksaan fisik atas barang impor
dan/atau ekspor.
e. Mempunyai tempat untuk melakukan penimbunan, pemuatan,
pembongkaran, pemasukan, dan pengeluaran barang ke dan dari
luar daerah pabean atau tempat lain dalam daerah pabean.
f. Mempunyai tempat atau area transit untuk barang yang telah
didaftarkan pemberitahuan pabean sebelum dilakukan pengeluaran
barang, kecuali dalam hal calon PLB akan menimbun barang yang
mempunyai karakteristik tertentu berupa cair, gas atau sejenisnya;
dan
g. Mempunyai tata letak dan batas yang jelas untuk melakukan setiap
kegiatan sederhana.
2. Syarat Administratif
a. Penyelenggara PLB (Pusat Logistik Berikat)
Untuk mendapatkan penetapan tempat sebagai Pusat Logistik
Berikat dan izin Penyelenggara PLB, pihak yang akan menjadi
Penyelenggara PLB harus:
1) Sudah memiliki Akses Kepabeanan atau sudah melakukan
registrasi Kepabeanan.
2) Memiliki surat izin usaha seperti izin usaha transportasi, izin
usaha pergudangan, atau izin usaha forwarding dari instansi
teknis terkait.
3) Memiliki bukti kepemilikan atau penguasaan suatu tempat,
bangunan atau kawasan yang mempunyai batas dan luas yang
jelas, berikut peta lokasi/tempat dan rencana tata letak/denah
yang akan dijadikan Pusat Logistik Berikat; dan
4) Memenuhi kriteria sebagai berikut:
a) Memiliki SPI yang baik
b) Telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dan bukti
telah menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan tahun pajak terakhir bagi yang sudah wajib
menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan, serta telah
menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa PPN terakhir
bagi yang sudah wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan
Tahunan.
c) Tidak memiliki tunggakan Pajak, Bea Masuk, Bea Keluar,
dan Cukai.
d) Memiliki proses bisnis yang jelas yang dibuktikan dengan
profil perusahaan yang memuat informasi paling sedikit
mengenai perkiraan investasi dan jumlah tenaga kerja.
e) Memiliki sertifikat Authorized Economic Operator (AEO)
dan/atau sertifikasi lain yang menunjukkan kinerja dan/atau
manajemen perusahaan yang baik yang diterbitkan oleh
badan atau lembaga yang berwenang.
f) Memiliki pengalaman manajemen logistik dan/atau
memiliki sumber daya manusia lulusan manajemen logistik
dan rantai pasok.
b. Pengusaha PLB (Pusat Logistik Berikat)
Untuk mendapatkan penetapan tempat sebagai Pusat Logistik
Berikat dan izin Pengusaha PLB, pihak yang akan menjadi
Pengusaha PLB harus:
1) Sudah memiliki Akses Kepabeanan atau sudah melakukan
registrasi Kepabeanan.
2) Memiliki surat izin usaha seperti izin usaha transportasi, izin
usaha pergudangan, atau izin usaha forwarding dari instansi
teknis terkait.
3) Memiliki bukti kepemilikan atau penguasaan suatu tempat,
bangunan atau kawasan yang mempunyai batas dan luas yang
jelas, berikut peta lokasi/tempat dan rencana tata letak/denah
yang akan dijadikan Pusat Logistik Berikat; dan
4) Memenuhi kriteria sebagai berikut:

a) Memiliki SPI yang baik dan mendayagunakan Sistem


Informasi Persediaan Berbasis Komputer (IT Inventory) dan
memiliki sistem penelusuran barang (traceability) dalam
pengelolaan barang pada PLB.
b) Telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dan bukti
telah menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan tahun pajak terakhir bagi yang sudah wajib
menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan, serta telah
menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa PPN terakhir
bagi yang sudah wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan
Tahunan.
c) Tidak memiliki tunggakan Pajak, Bea Masuk, Bea Keluar,
dan Cukai.
d) Memiliki proses bisnis yang jelas yang dibuktikan dengan
profil perusahaan yang memuat informasi paling sedikit
mengenai perkiraan investasi, daftar jenis barang yang
ditimbun, perkiraan volume penimbunan pertahun, daftar
calon pemasok (supplier), daftar calon pembeli (buyer),
disertai status perusahaan industri atau sejenisnya, dan
jumlah tenaga kerja.
e) Memiliki sertifikat Authorized Economic Operator (AEO)
dan/atau sertifikasi lain yang menunjukkan kinerja dan/atau
manajemen perusahaan yang baik yang diterbitkan oleh
badan atau lembaga yang berwenang; dan
f) Memiliki pengalaman manajemen logistik dan/atau
memiliki sumber daya manusia lulusan manajemen logistik
dan rantai pasok atau dalam hal tidak memiliki dapat
bekerjasama dengan pihak lain yang ditegaskan dengan
nota kesepahaman.
c. PDPLB (Pengusaha di Pusat Logistik Berikat)
Untuk mendapatkan izin PDPLB, pihak yang akan menjadi
PDPLB harus:
1) Sudah memiliki Akses Kepabeanan atau sudah melakukan
registrasi Kepabeanan.
2) Memiliki surat izin usaha seperti izin usaha transportasi, izin
usaha pergudangan, atau izin usaha forwarding dari instansi
teknis terkait.
3) Memiliki bukti kepemilikan atau penguasaan suatu tempat,
bangunan atau kawasan yang mempunyai batas dan luas yang
jelas, berikut peta lokasi/tempat dan rencana tata letak/denah
yang akan dijadikan Pusat Logistik Berikat; dan

4) Memenuhi kriteria sebagai berikut:


a) Memiliki SPI yang baik dan mendayagunakan Sistem
Informasi Persediaan Berbasis Komputer (IT Inventory) dan
memiliki sistem penelusuran barang (traceability) dalam
pengelolaan barang pada PLB.
b) Telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dan bukti
telah menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan tahun pajak terakhir bagi yang sudah wajib
menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan, serta telah
menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa PPN terakhir
bagi yang sudah wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan
Tahunan.
c) Tidak memiliki tunggakan Pajak, Bea Masuk, Bea Keluar,
dan Cukai.
d) Memiliki proses bisnis yang jelas yang dibuktikan dengan
profil perusahaan yang memuat informasi paling sedikit
mengenai perkiraan investasi, daftar jenis barang yang
ditimbun, perkiraan volume penimbunan pertahun, daftar
calon pemasok (supplier), daftar calon pembeli (buyer),
disertai status perusahaan industri atau sejenisnya, dan
jumlah tenaga kerja.
e) Memiliki pengalaman manajemen logistik dan/atau
memiliki sumber daya manusia lulusan manajemen logistik
dan rantai pasok atau dalam hal tidak memiliki dapat
bekerjasama dengan pihak lain yang ditegaskan dengan
nota kesepahaman.
f) Mendapatkan rekomendasi dari Penyelenggara Pusat
Logistik Berikat.
3. Syarat Lainnya
a. Merupakan perusahaan:
1) Yang telah ditetapkan sebagai perusahaan peserta Authorized
Economic Operator (AEO) oleh Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai.
2) Yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia terbuka (Tbk).
3) Badan Usaha Milik Negara.
4) Menimbun jenis barang untuk industri tertentu (penerbangan,
perkapalan, kereta api, infrastruktur, hankam,
pertanian/perikanan/peternakan, IKM).
5) Menimbun jenis barang tertentu (minyak gas, barang lainnya
yang ditetapkan Dirjen BC), atau
6) Yang memiliki luas lokasi tanah dan/atau bangunan paling
kurang 10.000 m2 (sepuluh ribu meter persegi), kecuali untuk
jenis barang yang ditimbun dalam tangki penimbunan.
b. Memiliki SPI yang baik.
c. Telah mendayagunakan IT Inventory.
d. Tidak pernah melakukan tindak pidana kepabeanan, cukai,
perpajakan.

E. Jenis-jenis Pusat Logistik Berikat (PLB)


Berdasarkan peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai jenis-jenis
Pusat Logistik Berikat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
1. PLB Industri Besar
Merupakan Pusat Logistik Berikat untuk menimbun barang terutama
untuk tujuan didistribusikan kepada perusahaan industri.
2. PLB Industri Kecil Menengah (IKM)
Merupakan Pusat Logistik Berikat untuk menimbun barang terutama
untuk tujuan didistribusikan kepada perusahaan industri kecil dan
menengah.

3. PLB Hub Cargo Udara


Merupakan Pusat Logistik Berikat untuk menimbun barang terutama
untuk tujuan ekspor dan/atau transhipment.
4. PLB E-Commerce
Merupakan Pusat Logistik Berikat untuk menimbun barang yang
penjualannya dilakukan melalui Platform E-Commerce.
5. PLB Barang Jadi
Merupakan Pusat Logistik Berikat yang menimbun barang jadi
terutama untuk tujuan distribusi selain kepada perusahaan industri.
6. PLB Bahan Pokok
Merupakan Pusat Logistik Berikat yang menimbun bahan pokok
terutama untuk tujuan distribusi selain kepada perusahaan industri.
7. PLB Floating Storage
Merupakan Pusat Logistik Berikat untuk menimbun barang yang
berlokasi di wilayah perairan.
8. PLB Ekspor Barang Komoditas
Merupakan Pusat Logistik Berikat untuk menimbun barang ekspor
terutama untuk tujuan diperdagangkan di bursa komoditi dan/atau
pasar lelang komoditas.

F. Konsep Pusat Logistik Berikat (PLB)


Tempat
Gudang Pusat Logistik
NO KONSEP Penimbunan
Berikat Berikat
Berikat
1. Definisi Tempat Tempat TPB untuk
Penimbunan Penimbunan menimbun
Sementara dan Berikat untuk barang asal luar
atau lapangan menimbun daerah pabean
atau tempat barang impor, dan/atau barang
lain yang dapat disertai 1 yang berasal
disamakan (satu) atau lebih dari tempat lain
dengan itu di kegiatan berupa dalam daerah
Kawasan pengemasan/pen pabean, dapat
Pabean untuk gemasan disertai 1 (satu)
menimbun kembali, atau lebih
barang penyortiran, kegiatan
sementara penggabungan sederhana dalam
menunggu (kitting), jangka waktu
pemuatan atau pengepakan, tertentu untuk
pengeluaranny penyetelan, dikeluarkan
a. pemotongan, kembali.
atas barang-
barang tertentu
dalam jangka
waktu tertentu
untuk di
keluarkan
kembali.
Kepemilikan
Kepemilika Pemilik Kepemilikan Sendiri,
2.
n Barang Barang Bebas Sendiri Konsinyasi, atau
Titipan.
Masa
3. 30 hari 1 Tahun 3 Tahun + +
Timbun
Penimbunan dan Penimbunan dan
4. Kegiatan Penimbunan Kegiatan Kegiatan
sederhana. sederhana + +
5. Nilai Digunakan NP Digunakan NP Digunakan NP
Pabean saat saat pemasukan. saat
pengeluaran. pengeluaran.
Asal: Luar dan Asal: Luar Asal: Fleksibel
Tujuan:
Dalam Negeri Negeri Tujuan:
Asal & Fleksibel
(khusus Fleksibel “One
6. Tujuan “One to many,
ekspor), to One”
Barang many to one,
Tujuan:
many to many”
Fleksibel
Belum Belum Belum
Ketentuan diberlakukan diberlakukan diberlakukan
7.
Pembatasan saat saat pemasukan. saat pemasukan.
pemasukan.
Diterima dan Diterima dan Diterima & bisa
Certificate
8. satu kali satu kali pengeluaran
of Origin
pengeluaran. pengeluaran. parsial.
Penyelesaian
Penyelesaia
sewa BOP
9. n fasilitas - -
Migas-Cost
masterlist
Recovery.
 Bea Masuk-
Pajak Impor.
Pengenaan Bea Masuk  PPN
Bea Masuk-
10. fiskal saat dan Pajak penyerahan
Pajak Impor
pengeluaran Impor. (lokal).

Penyelenggara <
5 tahun atau
Jangka 5 tahun Seumur hidup,
11. berakhir masa
Waktu Izin Pengusaha < 3 sampai dicabut.
penguasaan.
tahun
Satu izin
untuk Dimiliki badan
12. - -
beberapa hukum sama.
lokasi
13. Bentuk Standard Standard Customized,
Skep Tematik
Dokumen
Pembayaran Langsung Langsung berkala dan
14.
Bea Masuk diberlakukan. diberlakukan. Pembayaran
ditunda *)

G. Alur Pengiriman dalam Pusat Logistik Berikat (PLB)


Untuk PLB yang telah menerapkan sistem pintu otomatis (tidak
terdapat Pejabat yang mengawasi pengeluaran barang)
1. Pengusaha PLB/PDPLB mencocokkan nomor, merek, ukuran, jumlah
dan jenis kemasan atau peti kemas yang bersangkutan, serta nomor dan
jenis tanda pengaman hasil pelaksanaan stuffing dengan yang
tercantum dalam Nota Persetujuan P3BET dan menyampaikan
hasilnya ke SKP.
a. Dalam hal hasil pencocokan menunjukkan sesuai:
1) SKP menerbitkan status agar Pengusaha PLB/PDPLB
melakukan perekaman atau validasi data identitas sarana
pengangkut, nomor dan jenis tanda pengaman pada Nota
Persetujuan P3BET.
2) Pengusaha PLB/PDPLB:
a) Merekam atau melakukan validasi identitas sarana
pengangkut, nomor, dan jenis tanda pengaman pada Nota
Persetujuan P3BET dan SKP secara elektronik atau manual.
b) Mengeluarkan Barang Ekspor dan/atau Barang
Transhipment dari PLB tanpa diberikan catatan oleh
Pejabat yang mengawasi PLB.
c) Menyampaikan setiap realisasi pengeluaran barang dan
penyelesaian pengeluaran barang ke SKP.
d) SKP mengirimkan data Nota Persetujuan P3BET yang telah
diberikan catatan identitas sarana pengangkut, nomor, dan
jenis tanda pengaman, dan penyelesaian pengeluaran ke
Kantor Pabean Pemuatan secara elektronik dan manual.
b. Dalam hal hasil pencocokkan menujukan tidak sesuai, SKP
meneruskan Nota Persetujuan P3BET kepada Unit Pengawasan
pada Kantor Pengawas untuk dilakukan penelitian lebih lanjut dan
menerbitkan status barang tidak dapat dikeluarkan dari PLB.
2. SKP di Kantor Pabean Pemuatan menerima data Nota Persetujuan
P3BET yang telah diberikan catatan pengeluaran, dan
mendistribusikannya ke Pengusaha TPS melalui TPS Online (dalam
hal TPS telah menerapkan TPS Online), Pejabat yang mengawasi TPS
di Pelabuhan Muat atau Tempat Muat, dan Petugas Dinas Luar yang
mengawasi TPS.

Untuk PLB yang belum menerapkan sistem pintu otomatis


(terdapat Pejabat yang mengawasi pengeluaran barang)
1. Pengusaha PLB/PDPLB mencocokkan nomor, merek, ukuran, jumlah
dan jenis kemasan atau peti kemas yang bersangkutan, serta nomor dan
jenis tanda pengaman hasil pelaksanaan stuffing dengan yang
tercantum dalam Nota Persetujuan P3BET dan menyampaikan
hasilnya ke SKP.
a. SKP menerbitkan status agar Pejabat yang mengawasi pengeluaran
barang dari PLB melakukan perekaman atau validasi data identitas
sarana pengangkut, nomor dan jenis tanda pengaman pada Nota
Persetujuan P3BET.
b. Pejabat yang mengawasi pengeluaran barang:
1) Mencatat identitas sarana pengangkut, nomor dan jenis tanda
pengaman pada Nota Persetujuan P3BET dan SKP secara
elektronik atau manual.
2) Memberikan catatan pengeluaran barang dari PLB dengan
memberikan tanda tangan, tanggal dan jam pengeluaran
barang, serta hal-hal lain tentang pengeluaran barang pada Nota
Persetujuan P3BET dan SKP secara elektronik atau manual.
c. SKP mengirimkan data Nota Persetujuan P3BET yang telah
diberikan catatan identitas sarana pengangkut, nomor dan jenis
tanda pengaman, dan realisasi pengeluaran ke Kantor Pabean
Pemuatan.
2. Dalam hal hasil pencocokan menunjukan tidak sesuai, SKP
meneruskan Nota Persetujuan P3BET kepada Unit Pengawasan pada
Kantor Pengawas untuk dilakukan penelitian lebih lanjut dan
menerbitkan status barang tidak dapat dikeluarkan dari PLB.

SKP di Kantor Pabean Pemuatan menerima data Nota Persetujuan


P3BET yang telah diberikan catatan pengeluaran, dan
mendistribusikannya ke Pengusaha TPS melalui TPS Online (dalam hal
TPS telah menerapkan TPS Online), Pejabat yang mengawasi TPS di
Pelabuhan Muat atau Tempat Muat, dan Petugas Dinas Luar yang
mengawasi TPS.

DAFTAR PUSTAKA
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 272/PMK.04/2015
tentang Pusat Logistik Berikat.
Republik Indonesia, Direktorat Informasi Kepabeanan dan Cukai 2011 tentang
Pusat Logistik Berikat.
“Pusat Logistik Berikat”. PT Cipta Krida Bahari.2018. http://ckb.co.id/id/bonded-
logistics-center
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 28/PMK.04/2018
Tentang Perubahan Atas Peraturan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Nomor PER-01/BC/2016 Tentang Tata Laksana Pusat Logistik Berikat.
Republik Indonesia, Peraturan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Nomor PER-
10/BC/2017 Tentang Tata Laksana Pemasukan dan Pengeluaran Barang
Ke dan Dari Pusat Logistik Berikat Dalam Rangka Ekspor Dan/Atau
Transhipment.
“Pusat Logistik Berikat”. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.2016.
http://ginsijateng.com/wp-content/uploads/2016/04/PLB-oleh-BC.pdf

Anda mungkin juga menyukai