Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

UPTD Urusan Puskesmas Kamonji merupakan salah satu pusat pelayanan


kesehatan masyarakat yang terletak pada belahan Barat kota Palu, dengan wilayah
seluas ± 20 km2 yang seluruhnya dapat dilalui dengan kendaraan roda empat.
(Puskesmas Kamonji, 2017)

Letak puskesmas UPTD Puskesmas Kamonji berada di wilayah kecamatan


Palu Barat kota Palu dengan batas-batas sebagai berikut : (Puskesmas Kamonji,
2017)

1. Sebelah utara berbatasan dengan teluk Palu


2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Nunu, Boyaoge dan
Balaroa
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Palu
4. Sebelah barat berbatasan dengan Donggala Kodi dan Kelurahan Tipo
Balaroa
Puskesmas Kamonji terletak di Kelurahan Kamonji Kecamatan Palu barat
dengan luas wilayah kerja sekitar 20 km²., dan secara administratif pemerintahan
terdiri atas 7 kelurahan, 41 RW dan 136 RT dengan luas wilayah perkelurahan
sebagai berikut: (Puskesmas Kamonji, 2017)

28
Tabel 4.1 Distribusi Kelurahan Dirinci Menurut Wilayah Kerja
UPTD Urusan Puskesmas Kamonji Tahun 2017

Kelurahan Luas Jumlah Kepadatan


No Wilayah Penduduk Penduduk (km2)
(KM2)

1. Silae 2,33 5.609 2.407

2. Kabonena 2,27 5.677 2.500

3. Lere 2,97 10.850 3.653

4. Baru 0,75 5.576 7.434

5. Ujuna 0,40 8.798 21.995

6. Kamonji 0,85 8.389 9.869

7. Siranindi 0,84 6.308 7.509

Total 10,41 51.209 4.923

29
B. Karakteristik Responden

Penelitian ini diawali dengan pengumpulan data sekunder dari subjek


penelitian yaitu jumlah masyarakat pengungsian yang akan dijadikan sampel
beserta karakteristiknya, dilanjutkan dengan penyebaran kuesioner PHBS untuk
data variabel PHBS. Subjek penelitian ini adalah yang berjumlah 95 orang.

Adapun distribusi sampel berdasarkan karakteristik dapat dilihat sebagai


berikut :

Tabel 4.2 Karakteristik Responden


Karakteristik Responden Jumlah (n) Persentase (%)
Kelompok Umur (tahun)
18 – 26 25 26,3
27 – 35 20 21,0
36 – 45 12 12,6
46 – 60 38 40,0
Jenis Kelamin
Laki-Laki 40 42,1
Perempuan 55 57,8
Tingkat Pendidikan
SD 12 12,6
SMP 45 47,3
SMA 35 36,8
Perguruan Tinggi 3 3,15
Pekerjaan
Wiraswasta 11 11,5
IRT 50 52,6
Buruh Bangunan 15 15,7
Tukang Parkir 19 20,0
Sumber : Data Primer, Mei 2019

30
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 95 responden, paling banyak
berusia 46-60 tahun, yaitu sebanyak 38 responden (40,0%) dan paling
sedikit berusia 36-45 tahun, yaitu sebanyak 12 responden (12,6%). Jumlah
responden perempuan sebanyak 55 responden (57,8%) lebih banyak
daripada responden laki-laki, yaitu 40 responden (42,1%) dengan tingkat
pendidikan terbanyak adalah tamatan SMP, yaitu 45 responden (47,3%) dan
paling sedikit adalah tamatan perguruan tinggi, yaitu 3 responden (3,15%).
Sebagian besar responden bekerja sebagai IRT, yaitu 50 responden (52,6%)
dan hanya 11 responden (11,5%) yang bekerja sebagai Wiraswasta.

C. Distribusi Hasil Penelitian Berdasarkan Karakteristik Responden

Tabel 4.3 Hasil penelitian tingkat pengetahuan PHBS berdasarkan


Usia
Kelompok Jumlah (n) Presentasi % Total
umur Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang
(Tahun)
18-26 5 10 10 20 40 40 80 %
27-35 8 7 5 40 35 25 100%
36-45 8 2 2 66 16,6 16,6 99,2%
46-60 20 10 8 52,6 26,3 21 99,9%

Pada table 4.3 diatas didapatkan hasil yang berpengetahuan baik yaitu
usia 36-45 dengan presentasi (66%), sedangkan yang berpengetahuan kurang
yaitu pada usia 18-26 dengan presentasi 40%.

Table 4.4 Hasil penelitian tingkat pengetahuan PHBS berdasarkan


Jenis Kelamin
Jenis Jumlah Presentasi % Total
Kelamin Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang

31
Laki-laki 18 12 10 45 30 25 100%
Perempuan 38 11 6 69 20 11 100%

Pada tabel 4.4 didapatkan hasil yang berpengetahuan baik berjenis


kelamin perempuan dengan presentasi (69%) dan yang berpengetahuan kurang
yaitu pada laki-laki dengan presentasi (25%).

Table 4.5 Hasil penelitian tingkat pengetahuan PHBS berdasarkan


tingkat pendidikan
Jenis Jumlah (n) Presentasi % Total
Kelamin Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang
SD 2 3 7 16,6 25 58,3 99,9%
SMP 15 20 10 33,3 44,4 22,2 99,9%
SMA 23 7 5 65,7 20 14,2 99,9%
Perguruan 3 0 0 100 0 0 100%
Tinggi

Pada tabel 4.5 didapatkan hasil yang berpengetahuan baik pada tingkat
pendidikan perguruan tinggi dengan presentasi (100%) dan yang
berpengetahuan kurang yaitu pada tingkat pendidikan SD dengan presentasi
(58,3%).

Table 4.6 Hasil penelitian tingkat pengetahuan PHBS berdasarkan


Pekerjaan
Jenis Jumlah Presentasi % Total
Kelamin Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang
Wiraswasta 7 2 2 63 18,1 18,15 99,2%
IRT 38 10 2 76 20 4 100%
Buruh 3 1 11 20 6,7 73 99,6%
Bangunan

32
Tukang 9 8 2 47,3 42,1 10,5 99,9%
Parkir

Pada tabel 4.6 didapatkan hasil yang berpengetahuan baik yang


memiliki pekerjaan IRT dengan presentasi (76%) dan berpengetahuan kurang
yang memiliki pekerjaan buruh bangunan dengan presentasi (73%).

D. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuian tentang


perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat pengunsi di kelurahan Kabonena kota
Palu. Pada penelitian ini sampel penelitian dinilai berdasarkan karakteristik usia,
jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan.
a. Berdasarkan karakteristik Usia
Berdasarkan hasil diatas yang berpengetahuan baik yaitu pada usia 36-
45 dengan presentasi (66%), sedangkan yang berpengetahuan kurang yaitu
pada usia 18-26 dengan presentasi 40%. Hal ini sesui dengan teori dimana
menurut Iskriyanti (2002) dalam Sekar dkk (2018), umur merupakan suatu
faktor yang dapat menggambarkan kematangan fisik, psikis ataupun sosial dan
sekurang-kurangnya berpengaruh dalam proses pembelajaran. Perubahan
perilaku karena proses pendewasaan pada hakekatnya merupakan gabungan
atau terjadi baik secara adaptif maupun naluriah. Melalui perjalanan umurnya
yang semakin dewasa, makhluk yang bersangkutan akan melakukan adaptasi
perilaku hidupnya terhadap lingkungannya disamping secara alamiah juga
berkembang perilaku yang sifatnya naluriah untuk melakukan praktik hidup
sehat. (Sekar, et al, 2018)
Selain semakin dewasanya umur juga didorong oleh motivasi individu
tersebut untuk melakukan perilaku hidup bersih dan sehat dalam rumah tangga.
Pada umur berapapun, jika seseorang sudah mempunyai dorongan yang kuat
dari dalam diri individu tersebut maka praktik berperilaku hidup bersih dan

33
sehat tersebut akan terwujud. Karena dorongan dalam diri individu dapat
mewujudkan motivasi untuk melakukan suatu aktivitas. Atas dasar motivasi
inilah maka perilaku hidup bersih dan sehat akan terbentuk. (Sekar, et al, 2018)

b. Berdasarkan karakteristik Jenis Kelamin


Pada penelitian ini didapatkan hasil yang berpengetahuan baik berjenis
kelamin perempuan dengan presentasi (69%) dan yang berpengetahuan kurang
yaitu pada laki-laki dengan presentasi (25%). Hal ini sudah sejalan dengan
teori dimana menurut Kwureh (2016) umumnya anak perempuan lebih bisa
menjaga kebersihan diri dibandingkan anak lakilaki. Hal ini mungkin karena
anak perempuan dalam budaya timur pada kehidupan sehari-harinya lebih
diwajibkan untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Sebagai contoh
anak perempuan sudah dibiasakan menyapu untuk menjaga kebersihan
lingkungan atau menjaga kebersihan diri seperti gosok gigi, gunting kuku dan
lain-lain yang bertujuan menjaga penampilan. Dan Lawrence Green dalam
Notoadmodjo (2007) menyatakan, jenis kelamin merupkan faktor predisposisi
atau faktor pemudah seseorang untuk berperilaku.

c. Berdasarkan karakteristik Tingkat Pendidikan


Pada penelitian ini didapatkan hasil yang berpengetahuan baik pada
tingkat pendidikan yaitu pada perguruan tinggi dengan presentasi (100%) dan
yang berpengetahuan kurang yaitu pada tingkat pendidikan SD dengan
presentasi (58,3%). Hal ini sudah sesuai dengan teori tingkat Pendidikan akan
mempengaruhi kualitas PHBS karena pendidikan merupakan salah satu faktor
yang berhubungan erat dengan kualitas PHBS (Amalia, 2009). Hal ini
dikarenakan ketidaktahuan informasi tentang Keputusan Menteri Pendidikan
Kebudayaan yang diputuskan pada tahun 1995, tentang pelaksanaan wajib
belajar adalah 9 tahun. Pada masa mereka berada diusia sekolah mereka tidak
tahu bahwa suatu kewajiban bagi seseorang mengecap pendidikan sampai
Sekolah Menengah Pertama. Oleh karena itu masih ada beberapa masyarakat

34
yang tidak bersekolah karena mereka menganggap itu tidak suatu kewajiban.
(Amalia, 2009)
Pendidikan formal yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi
kemampuan untuk mencerna informasi-informasi yang diterima sekaligus
mempertimbangkan apakah informasi tersebut bisa dijadikan dasar bagi
perilakumereka selanjutnya. Dalam hal penerimaan pesan, seseorang yang
memiliki pendidikan dasar biasanya lebih lambat jika dibandingkan dengan
responden yang memiliki tingkat pendidikan menengah maupun tinggi. Oleh
karena itu dalam penyampaian pesan diperlukan adanya suatu media sehingga
dapat membantu seseorang dalam menerima pesan tersebut. Selain itu, dengan
adanya perbedaan tingkat pendidikan maka akan berdampak pada berbedanya
individu menanggapi suatu masalah dan penerimaan pesan lebih mudah bagi
yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi (Sekar, et al, 2018).

d. Berdasarkan karakteristik Pekerjaan


Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan hasil yang berpengetahuan baik yaitu
memiliki pekerjaan IRT dengan presentasi (76%) dan berpengetahuan kurang
yang memiliki pekerjaan buruh bangunan dengan presentasi (73%). Hal ini
sudah sejalan dengan teori dimana ibu dengan Lingkungan pekerjaan dapat
menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara
langsung maupun tidak langsung, Dalam memenuhi rumah tangga ber- PHBS
diharapkan pekerjaan dapat meningkatkan upaya penerapan PHBS dalam
tatanan rumah tangga. Lingkungan pekerjaan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan pekerjaan dapat
memberikan pengaruh besar bagi seseorang, dimana seseorang dapat
mempelajari banyak hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung
pada sifat kelompok lingkungan kerjanya. (Layya dkk, 2016)

35

Anda mungkin juga menyukai