Tugaskuu
Tugaskuu
NIT : 170408163
Kelas : D (Delta)
B. Lingkungan
Industri
Modal (capital requirement) yang besar diperlukan untuk
masuk dalam industri penerbangan, dimana cost terbesar
adalah biaya pengadaan/penyewaan pesawat, bahan
Entry Barrier bakar, dan sistem operasional perusahaan yang
membutuhkan rangkaian sinergi seperti sumber daya
manusia yang kompeten dan didukung sistem informasi
yang baik.
Pengguna jasa maskapai penerbangan adalah pelanggan
domestik (lokal) dan internasional. Dalam hal ini,
Buyer’s Bargaining
konsumen secara umum memiliki posisi tawar yang
Power
minim dikarenakan tidak adanya layanan jasa lainnya
yang dapat dijadikan tempat pengalihan oleh konsumen
Pemasok pada industri penerbangan adalah
perusahaan penyedia pesawat. Dalam hal ini posisi tawar
dari pemasok bisa cukup kuat apabila memang permintaan
(demand) terhadap pesawat terbang dari setiap maskapai
Supplier’s Bargaining terus meningkat untuk mengantisipasi angka pertumbuhan
Power dari pengguna jasa yang juga berkembang pesat. Namun,
posisi tawar perusahaan Garuda Indonesia bisa cukup kuat
apabila terdapat beberapa opsi pesawat yang ditawarkan
oleh manufaktur yang berbeda. Seperti persaingan antara
Boeing dan AirBus.
Adanya produk dan jasa substitusi/pengganti seperti alat
Product substitute transportasi darat, laut, yang secara biaya penjualan atas
tiket lebih murah dibandingkan pesawat terbang.
Competitive and new Kondisi persaingan dalam industri penerbangan nasional
entrants cenderung meningkat seiring dengan penambahan
kapasitas operator low cost carrier baik untuk rute domestik
maupun internasional serta penerapan ruang udara terbuka
(open sky) ASEAN secara bertahap. Contoh AirAsia yang
menawarkan rute yang strategis dengan harga yang lebih
murah dibandingkan Garuda Indonesia.
C. Lingkungan
Operasi
Munculnya perusahaan penerbangan yang menyediakan
harga lebih murah dengan rute yang menguntungkan
Competitor
menjadi kompetitor. Contohnya adalah Air Asia yang
mempunyai tag line sebagai industri penerbangan low cost.
Kreditor industri penerbangan meminjamkan dana dalam
Creditor jumlah besar dan rata-rata dalam bentuk hutang jangka
panjang.
Pengguna jasa maskapai penerbangan yang terdiri
Customer
dari pelanggan domestik (lokal) dan internasional.
Pekerja di industri penerbangan haruslah memiliki tim
yang terdiri dari individu-individu yang handal,
profesional, kompeten, serta berdaya saing tinggi. Dalam
hal ini Garuda Indonesia telah merumuskan tata nilai yang
disebut sebagai FLY-HI sejak 30 Oktober 2007. FLY-HI
merupakan akronim dari efficient & effective; Loyalty;
customer centricity; Honesty & openness dan Integrity.
Labor
Kelima nilai FLY-HI tersebut dijabarkan ke dalam 10
perilaku utama yang disajikan secara lengkap dan jelas di
buku etika perusahaan yang dilengkapi Whistle Blowing
System (WBS), dimana apabila ada pelanggaran terhadap
suatu individu maka perusahaan akan memberikan
perlindungan bagi pelapor dan menjamin kerahasiaan
identitas pelapor.
Pemasok industri penerbangan adalah perusahaan
Supplier
penyedia pesawat. Contoh supplier Garuda adalah Airbus
Industries yang berbasis di Perancis. Garuda melakukan
pemesanan pesawat Airbus seri A330-900 neo sebanyak
14 unit pada bulan April 2016 yang lalu, dimana
penggunaan armada tersebut terletak pada konsumsi
bahan bakar lebih efisien, biaya perawatan lebih rendah
dan kemampuan jelajah yang lebih baik. Armada ini
dimaksudkan sebagai armada konversi untuk mengganti
armada A330-300 versi klasik dan akan melayani serta
memperkuat rute jarak menengah. Tak hanya
restrukturisasi armada, perseroan juga langsung
melakukan pemesanan mesin Trent 700 yang digunakan
oleh armada A330-900 neo pada perusahaan Roll Royce.
Nilai kesepakatan pembelian engine tersebut mencapai
sekitar USD1,2 Milyar. Selain mendapatkan mesin
pesawat, kedua belah pihak sudah menyepakati kerjasama
MRO. Kesepakatan tersebut berisi komitmen dari kedua
perusahaan (Garuda Indonesia & Rolls Royce) untuk
mengembangkan kapabilitas GMF Aero Asia untuk
mampu merawat semua mesin Rolls Royce.
F. Analisis 4P
1. Product
Produk yang dibahas terkait:
a. Kualitas
Kualitas produk ini dipandang sebagai produk pelayanan nomor satu di
Indonesia. Terbukti bahwa dari sejak tahun 1949 hingga saat ini
produk pelayanan jasa ini menjadi nomor satu di Indonesia sebagai
perusahaan penerbangan yang dipercaya. Pengakuan dan penghargaan dari
dunia internasional terkait pelayanan oleh cabin crew, pelayanan kelas ekonomi
terbaik, dan manajemen kualitas pelayanan bintang 5 dari Skytrax menunjukkan
sebuah bukti kualitas dari Garuda Indonesia. Selain sebagai
maskapai penerbangan yang menjadi citra negara, perusahaan penerbangan ini
juga menjadi sarana angkutan bagi kunjungan resmi kepala negara ke berbagai
negara (sebelum adanya pesawat kepresidenan) dan sebagai angkutan bagi
ribuah jemaah haji setiap tahunnya.
b. Keistimewaan
Keistimewaan maskapai penerbangan ini cukup terbukti, mulai dari
pelayanan baik di luar maupun di dalam pesawat. Maskapai penerbangan ini
juga sudah menerima sertifikasi IATA Operational Safety Audit (IOSA) dari
IATA, yang berarti bahwa maskapai ini telah seluruhnya memenuhi standar
keselamatan penerbangan internasional. Keunikan dari pelayanan Garuda
Indonesia sendiri diterjemahkan dari program ‘Garuda Indonesia Experience’
yang digagas oleh manajemen sebagai bagian dari implementasi pelayanan
penerbangan dengan ‘sentuhan’ khas Indonesia.
c. Nama Merek (Brand Name)
Pada tanggal 25 Desember 1949, saat presiden Indonesia pertama akan terbang
ke Yogyakarta, Dr. Konijnenburg wakil dari KLM melapor bahwa pesawat
yang akan dinaiki Soekarno harus diberi nama dan dicat sesuai nama yang
diberikan presiden. Maka, presiden pun menjawab dengan mengutip satu baris
dari sebuah sajak bahasa Belanda gubahan pujangga terkenal, Raden Mas Noto
Soeroto di zaman kolonial, “Ik ben Garuda, Vishnoe's vogel, die zijn vleugels
uitslaat hoog boven uw eilanden” (Aku adalah Garuda, burung milik Wisnu yang
membentangkan sayapnya menjulang tinggi diatas kepulauanmu). Dari situ,
presiden memberikan nama maskapai ini menjadi Garuda Indonesian Airways
dengan logo barunya. Maka, pada 28 Desember 1949, terjadi penerbangan yang
bersejarah, pesawat DC-3 dengan registrasi PK-DPD milik KLM Interinsulair
terbang membawa Presiden Soekarno dari Yogyakarta ke Kemayoran-Jakarta
untuk pelantikannya sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS).
d. Kemasan
Kemasan tentu menjadi hal yang penting dalam rangka menciptakan image dan
sebagai pembeda dengan produk lain. Dalam hal ini, garuda Indonesia memiliki
logo yang lebih menjadi ciri khas lambang negara, yakni burung garuda. Selain
itu, kemasan pada pelaku pelayanan juga memiliki diferensiasi tersendiri
dibandingkan dengan maskapai penerbangan lain, ini juga dimaksudkan sebagai
ciri khas Indonesia, yaitu pada 28 Mei 2010 Garuda Indonesia Secara resmi
meluncurkan seragam baru bagi pramugari/pramugaranya. Seragam pramugari
terinspirasi dari kebaya tradisional dengan batik motif lereng dilengkapi dengan
kebaya berwarna biru gaya Kartini di bagian atas. Kostum tambahan
bagi pramugari termasuk sebuah batik motif lereng berwarna jingga dengan
kebaya berwarna jingga. laki laki memakai jas abu abu, kemeja biru dan dasi.
Seragam ini didesain oleh Josephine Komara.
2. Place
Sebagai produk pelayanan jasa penerbangan yang paling terkemuka di Indonesia,
analisis terkait bahasan place ataupun tempat dijabarkan sebagai berikut:
a. Saluran Distribusi (Distribution Channel)
Distribusi oleh perusahaan ini dilakukan dilakukan melalui media digital (iklan
di televisi), kegiatan-kegiatan seperti pameran wisata, dan juga secara
eksklusif pada media in-flight magazine majalah garuda yang bernama
‘Colours’. Majalah yang didistribusikan pada seluruh penerbangan Garuda
Indonesia tersebut berisi sejumlah artikel cerita, wawancara terkait wisata dan
kegiatan unik dan menarik yang dapat dilakukan pada destinasi yang ada dalam
rute penerbangan Garuda Indonesia. Bahasan lain yang ada dalam majalah
tersebut adalah terkait seni seperti aspek informasi budaya dan musik, serta
informasi- informasi tambahan Garuda Indonesia lainnya.
b. Jangkauan
Hingga tahun 2016, jangkauan wilayah penerbangan internasional dari Garuda
Indonesia dengan kerja sama dengan afiliasi penerbangan Skyteam sudah
mencapai 70 destinasi. Sedangkan dalam rute domestik, Garuda Indonesia
memiliki 40 destinasi.
c. Lokasi
Main / : Kualanamu International Airport
Primary : Ngurah Rai International Airport
Hubs : Soekarno-Hatta International Airport
Sultan Hasanuddin International Airport
Secondary : Juanda International Airport
Hubs : Sultan Aji Muhammad Sulaiman International Airport
Focus Cities : Adisucipto International Airport
Sam Ratulangi International Airport
Sultan Mahmud Badaruddin II International Airport
d. Inventory/Stok produk (Armada)
Seiring kemajuan serta kepercayaan konsumen terhadap Garuda
Indonesia, perusahaan ini juga menambah armada pesawatnya guna
memperlancar pelayanan terhadap penumpang.
e. Transportasi
Sebagai perusahaan penerbangan terkemuka di Indonesia, perusahaan Garuda
Indonesia juga memberikan kemudahan fasilitas transportasi bagi
para pengguna jasa. Transportasi yang dimaksud seperti angkutan khusus
bandara Soekarno-Hatta.
3. Price
Harga yang ditawarkan oleh Garuda Indonesia disesuaikan dengan
kelengkapan pelayanan (service) dari perusahaan. Harga yang diberikan untuk
berbagai tujuan penerbangan juga berbeda. Perbedaan juga termasuk kelas yang
digunakan, yaitu kelas first class, executive class, economy class.
a. Daftar Harga
Daftar harga pesawat garuda Indonesia bisa di lihat langsung di situs
www.garuda-indonesia.com.
b. Sistem Pembayaran
Sistem pembayaran untuk pembelian tiket pesawat Garuda Indonesia
sendiri bisa dilakukan dengan melalui online ataupun pemesanan melalui
telepon.
4. Promotion
1. Event Marketing
Sebagai perusahaan penerbangan terbesar di Indonesia, kegiatan dan acara
seperti pameran (event marketing) sebagai media promosi rupanya masih perlu
dilakukan guna menyadarkan serta memberikan informasi baru tentang
Perusahaan Garuda Indonesia kepada masyarakat. Pada acara ini juga
diberikan beberapa penawaran paket perjalanan wisata khusus bagi pengguna
jasa layanan penerbangan.
2. Advertising (Periklanan)
Advertising sebagai media iklan perusahaan penerbangan Garuda Indonesia
dilakukan melalui media televisi, koran, hingga majalah. Iklan juga
dilakukan pada media online (website).
3. Sales Promotion
Walaupun iklan sudah dilakukan melalui media visual seperti televisi,
tapi promosi juga tetap dilakukan Garuda Indonesia pada media cetak seperti
koran dan majalah.
4. Local Area Marketing
Hampir di semua daerah di Indonesia terdapat agent travel sebagai Local
Area Marketing di daerah tersebut.
Tahun
Keterangan
2011 2012 2013 2014 2015
Laba
1.011.727 1.625.257 688.048 (4.967.453) 2.327.843
Kotor
Penjualan 27.164.569 37.578.774 45.295.257 48.933.116 52.627.783
GPM 3,72% 4,84% 1,52% -10,15% 4,42%
Sumber: PT. Garuda Indonesia Tbk, diolah (2016)
Dari tabel di atas menjelaskan bahwa GPM PT. Garuda Indonesia Tbk pada
tahun 2011 sebesar 3,72% mengalami peningkatan pada tahun 2012 menjadi 4,84%.
Pada tahun 2013 GPM mengalami penurunan menjadi 1,52%. Kemudian pada tahun
2014 GPM kembali munurun cukup signifikan menjadi -10,15%. Dan pada tahun 2015
GPM meningkat cukup signifikan menjadi 4,42%.
Analisis Net Profit Margin PT. Garuda Indonesia Tbk seperti yang ditunjukkan
pada tabel berikut.
Tahun
Keterangan
2011 2012 2013 2014 2015
EAIT 808.665 1.071.847 136.521 (4.627.368) 1.075.653
Penjualan 27.164.569 37.578.774 45.295.257 48.933.116 52.627.783
NPM 2,98% 3,19% 0,30% -9,46% 2,04%
Sumber: PT. Garuda Indonesia Tbk, diolah (2016)
Tabel di atas menjelaskan bahwa NPM PT. Garuda Indonesia Tbk pada tahun
2011 yaitu sebesar 2,98%. NPM mengalami peningkatan pada tahun 2012 menjadi
3,19%. Kemudian pada tahun 2013 NPM menurun menjadi 0,30%. Dan pada tahun
2014 kembali mengalami penurunan cukup signifikan menjadi -9,46%. Pada tahun
2015 NPM kembali meningkat menjadi 2,04%.
Analisis tingkat Return On Investment PT. Garuda Indonesia Tbk seperti yang
ditunjukkan pada tabel berikut.
Return On Investment
PT. Garuda Indonesia Tbk
Tahun 2011-2015
(Dalam Jutaan Rupiah)
Tahun
Keterangan
2011 2012 2013 2014 2015
EAIT 808.665 1.071.847 136.521 (4.627.368) 1.075.653
Total
18.009.967 24.349.038 36.003.684 38.574.150 45.661.601
Aktiva
ROI 4,49% 4,40% 0,37% -11,99% 2,41%
Sumber: PT. Garuda Indonesia Tbk, diolah (2016)
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa ROI PT. Garuda Indonesia Tbk pada
tahun 2011 yaitu sebesar 4,49%. ROI mengalami sedikit penurunan pada tahun 2012
menjadi 4,40%, dan pada tahun 2013 ROI PT. Garuda Indonesia Tbk mengalami
penurunan yang signifikan menjadi 0,37%. Kemudian ROI kembali mengalami
penurunan pada tahun 2014 menjadi -11,99%. Pada tahun 2015 ROI kembali
mengalami peningkatan yaitu menjadi 2,41% dibandingkan tahun sebelumnya.
Return On Equity PT. Garuda Indonesia Tbk ditunjukkan pada tabel berikut.
Return On Equity
PT. Garuda Indonesia Tbk
Tahun 2011-2015
(Dalam Jutaan Rupiah)
Tahun
Keterangan
2011 2012 2013 2014 2015
EAIT 808.665 1.071.847 136.521 (4.627.368) 1.075.653
Total
7.547.133 10.781.663 13.616.918 11.403.903 13.115.226
Modal
ROE 10,71% 9,94% 1,00% -40,57% 8,20%
Sumber: PT. Garuda Indonesia Tbk, diolah (2016)
Tabel diatas menjelaskan bahwa ROE PT. Garuda Indonesia Tbk pada tahun
2011 yaitu sebesar 10,71%. Pada tahun 2012 ROE menurun menjadi 9,94%. Pada tahun
2013 ROE PT. Garuda Indonesia Tbk mengalami penurunan hingga menjadi 1,00%.
Kemudian pada tahun 2014 ROE kembali mengalami penurunan yang signifikan
menjadi -40,57%. Tetapi pada tahun 2015 ROE mengalami peningkatan dari tahun
sebelumnya menjadi 8,20%.
Berdasarkan perhitungan rasio keuangan yang telah disajikan pada tabel-tabel
diatas, maka dapat diketahui perkembangan rasio PT. Garuda Indonesia Tbk tahun
2011-2015 yang disajikan dalam tabel IV-13 berikut:
Rasio
2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata
Keuangan
2. Secara terus menerus berusaha tumbuh dan mendominasi pasar full services
carrier di Indonesia
Garuda selalu berusaha meningkatkan posisinya sebagai maskapai penerbangan
kelas premium di Indonesia, melalui peningkatan kualitas layanan. Di sisi lain,
mengingat pasar domestik saat ini sangat dikuasai oleh pesaing Low Cost Carrier
(LCC), maka hal tersebut mengharuskan Garuda Indonesia juga memperbesar
market. Dalam hal ini, strategi yang diambil adalah melalui pengembangan
Penerbangan Sub-100 Seater yang khusus menggunakan pesawat regional jet.
Dengan demikian, diharapkan kedua strategi tersebut akan semakin meningkatkan
posisi pangsa pasar serta posisi kompetitif Garuda Indonesia di pasar domestik.