Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Abad 21 merupakan masa dimana informasi menjadi tak terbatas. Informasi dapat
diakses dan menyebar luas dengan sangat cepat dan mudah. Segala kemudahan yang
diperoleh dengan adanya teknologi, seharusnya memberikan dampak positif terhadap dunia
pendidikan. Terlebih pada abad 21 ini, siswa harus memiliki keterampilan 4C
(Communication, Collaboration, Critical Thinking and Problem Solving, dan Creativity and
Innovation).
Keterampilan berpikir kritis, diawali oleh kegiatan berpikir. Berpikir adalah proses
pengolahan informasi dengan membuka file-file yang ada dalam ingatan dan
menghubungkannya dengan informasi atau pengetahuan yang di dapat. Semua informasi
yang kita peroleh terekam di dalam ingatan. Akan tetapi, tidak semua informasi tersebut
dapat bertahan lama dalam ingatan atau hilang karena ada beberapa faktor yang
mempengaruhinya. Ketika individu memperoleh suatu informasi, secara tidak langsung otak
akan memproses informasi tersebut. Apabila dalam pemrosesan tersebut terdapat perhatian
(attention) pada informasi yang diperoleh, maka akan menghasilkan suatu pemahaman.
Pemahaman diperlukan dalam keterampilan berpikir kritis. Jadi, untuk dapat
mengembangkan keterampilan berpikir kritis, guru perlu memahami pengorganisasian
informasi atau pengetahuan dalam ingatan.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini yaitu : bagaimana
pemrosesan informasi dalam ingatan manusia?

C. Tujuan Pemulisan
Makalah inni dibuat dengan tujuan agar guru mengetahui dan memahami
pengorganisasian informasi dalam ingatan manusia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Pengolahan Informasi


Berikut beberapa tokoh yang membahas tentang teori pengolahan informasi:
1. Robert M Gagne
Menurut Gagne, belajar dipandang sebagai proses pengolahan informasi. Dalam
pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, kemudian diolah sehingga
menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi
terjadi interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal
individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk
mencapai hasil belajar. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari
lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
2. Slavin
Teori pemrosesan informasi adalah teori kognitif tentang belajar yang
menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan
dari otak (Slavin, 2000:175). Teori ini menjelaskan cara seseorang dalam
memperoleh informasi dan dapat diingat dalam waktu yang cukup lama.
3. Zigler dan Stevenso
Teori pemrosesan informasi didasarkan atas tiga asumsi umum. Pertama, pikiran
dipandang sebagai suatu sistem penyimpanan dan pengembalian informasi.
Kedua, individu-individu memproses informasi dari lingkungannya. Ketiga,
terdapat keterbatasan pada kapasitas memperoleh informasi dari seorang
individu.
Dari beberapa pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa teori pemrosesan
informasi lebih menekankan kepada bagaimana seseorang memproses informasi,
bagaimana informasi itu masuk kedalam pikiran, dan bagaimana informasi disimpan dan
diambil kembali untuk proses berpikir yang selanjutnya atau bahkan untuk memecahkan
permasalahan.

B. Komponen Pemrosesan informasi


Di dalam pemrosesan informasi, terdapat komponen penting lainnya seperti :
1. Sensory Memory (SM)
Sensory Memory (SM) merupakan sel tempat pertama kali informasi diterima
dari luar. Di dalam SM informasi ditangkap dalam bentuk aslinya, bertahan
dalam waktu sangat singkat, dan informasi tadi mudah terganggu atau berganti.
2. Working Memory (WM)
Working Memory (WM) diasumsikan mampu menangkap informasi yang diberi
perhatian oleh individu. Karakteristik WM adalah memiliki kapasitas terbatas
(informasi hanya mampu bertahan kurang lebih 15 detik tanpa pengulangan) dan
informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda dari stimulus aslinya.
3. Short Term Memory (STM)
Short Term Memory (STM) atau memori jangka pendek memiliki kapasitas
yang kecil sekali, namun sangat besar peranannya dalam proses memori,
yang merupakan tempat dimana kita memproses stimulus yang berasal dari
lingkungan kita.
4. Long Term Memory (LTM)
Long Term Memory (LTM) diasumsikan; (a) berisi semua pengetahuan yang
telah dimiliki individu; (b) mempunyai kapasitas tidak terbatas; ( c) sekali
informasi disimpan di dalam LTM ia tidak akan pernah terhapus atau hilang.
Melalui pancaindra, informasi diterima dalam Sensory Memory. Selanjutnya informasi
akan bertahan dalam ingatan hanya dalam detik apabila tidak terjadi pengulangan. Saat
pemerolehan informasi, jika dilakukan dengan perhatian dan kesadaran akan tersimpan
dalam Short Term Memory. Untuk memaksimalkan kerja memori maka perlu mengulang
informasi atau memanfaatkan informasi tersebut sehingga nantinya akan tersimpan pada
Long Term Memory. Sehingga pemrosesan informasi akan selalu diingat dan terus
digunakan pada proses berpikir.
Contohnya, saat kita ingin mengingat letak rumah seseorang. Letak rumah tersebut
akan ditangkap oleh pancaindra (melalui pengelihatan dengan tanda-tanda khusus pada
jalan menuju rumah tersebut. Informasi yang diperoleh dengan pancaindra tersebut
disimpan di Working Memory. Saat kita pergi lagi ke sana, kita berusaha untuk mengingat
kembali, dan menambahkan informasi yang terlupakan. Informasi tersebut disimpan dalam
Short Term Memory. Jika kita sering melakukan perjalanan menuju rumah tersebut, maka
informasi tersimpan di Long Term Memory.
Menurut Tuvling dalam (Slavin, 2000:18) membagi memori jangka panjang menjadi
tiga bagian, yaitu:
BAB III
SIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai