Anda di halaman 1dari 8

METODE-METODE PENELITIAN MENURUT PERSPEKTIF PSIKOLOGI ISLAM

ABSTRAK : Suatu teori akan teruji kehandalannya bila mampu mengenali dan memahami
realitas dilapangan karena itu diperlukan metode-metode penelitian yang mampu melakukan
peran diatas. Berkaitan dengan metode penelitian tentang manusia,sekurang-kurangnya ada
dua pendapat. Pendapat pertama mungungkapkan semua disiplin ilmu pengetahuan yang
mencoba memahami manusia termasuk psikologi Islam, haruslah menggunakan metode yang
dipergunakan oleh ilmu pengtahuan modern. Ilmu pengetahuan modern tumbuh dan
brkembang dengan menggunakan metode ilmiah (scientific method). Asumsi yang biasa
diajukan adalah kebenaran sangat bergantung kepada metode yang digunakan untuk sampai
pada pengetahuan yang absah. Untuk sampai kepada kebenaran seperti itu,metode yang
digunakan pun harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Tanpa menggunakan
metode ilmiah (scientific method), pengetahuan yang diperoleh manusia tidak dapat disebut
sebagai sains sehingga banyak pakar yang sangat kuat berpegang teguh pada metode dan
cenderung kaku dalam menerapkannya. Pendapat kedua mengungkapkan,mengingat adanya
cirri-ciri subjek yang kompleks dan memiliki keunikan, maka metode yang digunakan sudah
semestinya beragam pula. Tidak hanya metode ilmiah yang meliputi observasi,komparasi dan
eksperimentasi, yang patut diakui dan dipergunakan untuk memahami manusia. Metode-
metode lain seperti metode keyakinan,metode intuisi,metode otoritas,serta yang lain juga dapat
dipergunakan untuk memahami manusia. Secara konseptual,pengkaji dan peminat psikologi
Islami tampaknya bersepakat untuk memilih pendapat kedua yakni, dalam memahami manusia
perlu digunakan beragam metode dan tidak selayaknya terpaku pada metode ilmiah semata.
Pendapat ini antara lain diunkapkan Fuad Nashori dan Tim Perumus Simposium Nasional
Psikologi Islami II 199.

Kata kunci : observasi,riset kolerasional,eksperimental,fenomenologi.

1
Fuad Nashori,Agenda Psikologi Islam(Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2002),hlm.1

1
Pendahuluan

Psikologi Islami (The Islamic Psychology) begitulah nama yang popular untuk wacana
psikologi yang didasarkan pada pandangan dunia Islam. Nama-nama lain
bermunculan,namun tidak sempat menjadi fenomenal sebagaimana nama psikologi
Islami. Istilah psikologi Islami dipercayai lebih tepat digunakan daripada istilah-istilah
lain. Psikologi Islami oleh sebagian peminat dan pakarnya sering diposisikan sebagai
suatu aliran atau mazhab baru dalam pelataran psikologi modern. Psikologi Islami
disebut sebagai mazhab kelima setelah mazhab psikoanalisis,mazhab
behaviorisme,mazhab psikologi humanistic dan mazhab psikologi transpersonal.
Sebagian orang mengharapkan psikologi Islam segera tampil menjadi arus utama
(mainstream) dalam pelataran psikologi modern untuk menggantikan kedudukan dan
peran mazhab-mazhab sebelumnya. Ada sejumlah alasan untuk berharap bahwa
psikologi yang didasarkan pada pandangan dunia Islami ini akan menjadi fajar baru yang
prospektif dalam dunia psikologi. Pertama,mempercayai bahwa komponen terpenting
manusia adalah qalbu(hati nurani). Kedua, psikologi Islami adalah cara pandang baru
dalam hal melihat keterkaitan atau hubungan antara manusia dengan Tuhan. Ketiga,
psikologi Islami mempunyai potensi untuk menjawab tantangan kehidupan masyarakat
modern.

Secara garis besar,psikologi Islami dikembangkan dengan menggunakan metode-


metode ilmiah dan metode non ilmiah. Metode ilmiah diantaranya yaitu metode
observasi,riset korelasional,metode eksperimental,dan fenomenologi. Sedangkan
metode non ilmiah yaitu metode intuisi,metode otorita dan eksperimen spiritual.

2
2

Pembahasan

Metode Penelitian Psikologi Islam

Suatu teori akan teruji kehandalannya bila mampu mengenali dan memahami realitas di
lapangan. Karena itu diperlukan metode-metode penelitian yang mampu melakukan
peran di atas. Dalam buku Tawhid and Science, Osman Bakar mengungkapkan bahwa
ilmu pengetahuan Islam senantiasa berupaya untuk menerapkan metode metode yang
berlainan sesuai dengan watak subyek yang dipelajari dan cara-cara memahami subjek
tersebut. Ilmuwan Muslim dalam mengembangkan beraneka ragam cabang
pengetahuan telah menggunakan setia jalan pengetahuan yang terbuka bagi
manusia,dari rasionalisasi dan interpretasi kitab suci hngga observasi dan
eksperimentasi. Penggunaan metode yang beraneka raga mini merupakan konsekuensi
logis dari realitas ang dirangkul ilmu pengetahuan Islam. Berbeda dengan sains modern
yang hanya membatasi ruang lingkup pada benda-benda yang bersifat indrawi
(conceivable facts), ilmu pengetahuan Islam,termasuk psikologi Islam,juga bekerja pada
wilayah yang terpikirkan (conceivable area) dan wilayah yang tak terpikirkan. Beberapa
wilayah realitas yang ikut serta memengaruhi perilaku manusia adalah kehidupan pra-
kelahiran (di zaman Azali), kehidupan pasca kehidupan (di hari akhir), makhluk gaib
(malaikat dan setan),dan seterusnya. Secara konseptual, gagasan untuk menjadikan
metode-metode non ilmiah sebagai metode psikologi Islami cukup direspon dan
diterima. Akan tetapi,secara riil,ridak demikian halnya. Problem nyata yang sangat
terasa adalah keraguan akan objektivitas metode-metode non ilmiah. Secara
nyata,banyak yang menolak penggunaan metode non ilmiah ketika orang hendak
menggunakan metodologi psikologi Islam.

 Metode Ilmiah3

2
Fuad Nashori,Agenda Psikologi Islam(Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2002),hlm.92.
3
Fuad Nashori,Agenda Psikologi Islam(Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2002),hlm.96.

3
Sebagaiman telah dijelaskan di awal, metode penelitian yang biasa digunakan dalam
aktivitas pengambilan data adalah metode ilmiah. Metode ilmiah biasanya
mengandalkan pada penggunaan indra untuk memahami objek. Dibawah ini termasuk
metode ilmiah ;

1. Metode Observasi
Metode observasi dapat dibedakan menjadi dua macam,yaitu observasi tanpa intervensi
dan observasi dengan intervensi. Observasi tanpa intervensi lebih mirip dengan telaah
naturalistic atau studi lapangan naturalistic. Pengamat lebih berperan sebagai pencatat
pasif tentang rentetan peristiwa yang terjadi dan sama sekali tidak mengadakan
manipulasi terhadap hasil pengamatannya. Tujuan utama observasi jenis ini adalah
mendeskripsikan tingkah laku sebagaimana yang terjadi,serta menelaah hubungan antar
berbagai variabel yang ada. Alasan penggunaan observasi naturalistic adalah peneliti
lebih leluasa untuk mengamati tingkah laku sebagaimana mestinya,termasuk tingkah
laku moral dan etis. Sementara observasi dengan intervensi memungkinkan pembauran
nuansa alamiah dengan suatu intervensi dalam menguji suatu teori. Terdapat berbagai
macam intervensi, diantaranya adalah observasi partisipan dan observasi terstruktur.
Observasi partisipan memungkinkan pengamat memperoleh hasil dari situasi yang
biasanya tidak terjadi pada observasi tanpa intervensi. Pengamat seringkali berada pada
posisi yang sama dengan subjek yang di observasi,sehingga pengamat memiliki
wawasan yang penting dari situasi tersebut dan memahami individu atau kelompok
yang diamati. Salah satu pendukung metode observasi adalah wawancara. Dengan
diawai oleh rapport (pendekatan antar hati) yang baik,dimungkinkan terbukanya
informasi tentang keadaan dalam diri seseorang. Ia akan dengan mudah menceritakan
perasaan dan pengalaman batinnya yang spesifik.
Observasi terstruktur mengandung makna bahwa pengamat mengadakan intervensi
dengan maksud melihat rentetan peristiwa yang terjadi kemudian,setelah ada
intervensi. Metode ini terjadi dalam setting natural maupun setting laboratorium.
Metode ini dapat dipakai untuk melihat interaksi anak dan orang tua atau untuk melihat
perkembangan anak(sebagaimana pernah dilakukan oleh Jean Piaget).

4
2. Riset Kolerasional
Metode ini digunakan apabila peneliti bertujuan mengidentifikasi hubungan prediktif di
antara berbagai variabel. Hasil perhitunagn kolerasi ini berimplikasi pada pengambilan
keputusan dalam menetapkan kelemahan atau kekuatan yang diobservasi. Biasanya alat
ukur yang dipakai untuk keperluan tersebut adalah alat tes atau dalam bentuk skala.
Sehubungan dengan penggunaan riset kolerasional ini perlu diperhatikan sampel yang
ditelii, sehingga dapat ditetapkan representative tidaknya sampel. Bentuk lain dari riset
kolerasional adalah mengungkap perbedaan.sebagai contoh, tingkah futuh (terbukanya
area kesadaran akan realitas yang yang maknawi) antara orang yang berusia dua
puluh,tiga puluh,empat puluh tahun. Secara teoritis, seseorang yang sudah berusia
empat puluh tahun dimungkinkan memiliki kesadaran akan realitas yang bersifat
maknawi. Orang yang berusia empat puluh tahun diduga memiliki tingkat futuh yang
lebih tinggi dibanding mereka yang berusia tiga puluh maupun dua puluh tahun.
3. Metode Eksperimental
Metode ini digunakan untuk mengetahui hubungan sebab akibat, sekalipun tidak dapat
dibedakan secara tajam dengan eksperimen lapangan (field experiment). Metode
eksperimen dapat digunakan lebih efektif untuk mengembangkan diskripsi yang lebih
akurat tentang tingkah laku yang ditelaah. Dalam prosedur kerjanya, metode ini
berhubungan dengan variabel independen dan variabel dependen. Eksperimen yang
sehat setidaknya memenuhi persyaratan validitas eksternal dan validitas
internal,reliable dan sensitive terhadap pengubah yang kecil sekalipun. Sebagai contoh,
kita ingin mengetahui apakah seseorang yang membaca dzikir yang berkaitan dengan
keperkasaan (al-qahhar) akan menjadi pribadi yang pemberani dan tidak takut. Pada
subjek kita berikan dzikir yang harus dibaca secara bersama-sama dan diselingi dengan
ceramah yang berisi tentang keperkasaan. Setelah itu akan diukur apakah perasaan
perkasa kuat atau lemah dalam diri subjek. Disamping eksperimen murni, ada juga yang
4bernama kuasi-eksperimen. Dalam kuasi eksperimen terdapat perlakuan,namun
peneliti menyadari bahwa tidak semua hal dapat ia kendalikan. Sebagai missal ada teori

4
Fuad Nashori,Agenda Psikologi Islam(Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2002),hlm.103.

5
yang mengatakan bahwa apabila seorang laki-laki dan pereempuan melakukan
hubungan seks dengan perlindungan Allah,maka anak-anaknya akan tumbuh dengan
pribadi yang shaleh (cenderung berbuat baik). Sebaliknya, bila laki-laki dan perempuan
melakukan hubungan seks tanpa memohon perlindungan Allah dan dilakukan dengan
cara yang serampangan,maka anak-anaknya akan cenderung menjadi pribadi yang nakal
dan agresif. Hal diatas bisa saja dilakukan dengan eksperimen (dengan catatan ada
kesediaan dari sementara pasangan untuk mengikuti prosedur penelitian). Maka satu
kelompok yang berisi pasangan suami istri diminta melakukan seks dengan perlindungan
Allah dan melakukannya dengan cara yang benar. Kelompok yang lain diminta
melakukan hubungan seks dengan meminta perlindungan Allah dan melakukannya
engan serampangan atau tidak benar. Dampak dari perlakuan ini adalah perilaku anak
yang baru diketahui sepuluh tahun atau dua puluh tahun berikutnya. Memang
membutuhkan penelitian yang bersifat longitudinal. Ketika peneliti meminta pasangan
untuk melakukan apa yang diinstruksikan oleh peneliti,peneliti sadar sepenuhnya bahwa
banyak faktor lain yang hadir saat suami melakukan perlakuan yang diminta peneliti.
Misalnya suara music,kondisi ruangan,kehadiran orang lain di rumah itu, dan
seterusnya. Kesadaran peneliti bahwa ada faktor yang ikut serta memengaruhi hasil
penelitian ini merupakan cirri quasi-eksperimen.
4. Fenomenologi
Menurut Hanna Djumhana Bastaman, jika objek yang dilihat mengarah pada kondisi dan
pengalaman ruhani,maka metode fenomenologi akan menjadi sangat tepat. Metode
fenomenologi berupaya menjelaskan dan mengungkapkan sesuatu menurut suatu
fenomena (gejala).
 Metode Non Ilmiah
1. Metode Intuisi
Sesungguhnya psikologi Islam dan Islam pada umumnya mengharapkan agar manusia
menggunakan qalbu ,intuisi dan hati nuraninya. Metode intuisi saat ini secara nyata
tidak atau jarang dimiliki oleh para professional yang bekerja pada profesi

6
psikologi,namun sesungguhnya dimilikinya hati nurani yang peka adalah sesuatu yang
sangat dibutuhkan dalam upaya memahami keadaan pribadi manusia.
2. Metode Otoritas
Metode otorits dilakukan dengan cara menjadikan pengetahuan dan pengalaman dari
orang-orang yang ahli atau pakar dalam masalah tertentu. Dalam konteks tulisan
ini,metode otoritas dioperasikan dengan menjadikan sebagai data dalam penelitian,baik
informasi mengenai dirinya sendiri maupun mengenai orang lain. Metode otoritas ini
juga dilakukan dengan meminta kepada seseorang yang ahli atau pakar dalam hal
tertentu untuk menceritakan salah satu aspek kepribadiannya yang menonjol.
3. Eksperimen Spiritual
Pada hakikatnya, metode ini tidak berbeda dengan metode eksperimen. Bedanya,
dalam metode eksperimen spiritual treatment yang dilakukan adalah treatment yang
bersifat spiritual,sementara dalam metode eksperimen biasa treatment dalam bentuk
fisik,afektif,kognitif,dan social.
Kesimpulan
Suatu teori akan teruji kehandalannya bila mampu mengenali dan memahami realitas di
lapangan. Karena itu diperlukan metode-metode penelitian yang mampu melakukan
peran diatas. Metode dalam psikologi Islami dibagi menjadi 2 yakni metode ilmiah dan
metode non ilmiah. Metode ilmiah diantaranya yaitu metode observasi,riset
kolerasional,metode eksperimental,fenomenologi. Sedangkan metode non ilmiah
diantaranya yaitu metode intuisi,metode otoritas dan eksperimen spiritual.

7
Saran
Upaya untuk mengetahui siapa sesungguhnya manusia dan bagaimana memahami
manusia perlu adanya metode. Dengan ini saya menyarankan untuk menggunakan
metode dalam psikologi Islam ini karena menurut saya lebih akurat,selain itu juga lebih
efektif.

Daftar Pustaka
Nashori,Fuad.2002.Agenda Psikologi Islam.Yogyakarta:Pustaka Belajar.

Anda mungkin juga menyukai