Anda di halaman 1dari 3

Analisa Kasus Peradilan Tata Usaha Negara

 KASUS I
A membuat rumah diatas tanahnya sendiri namun ketika membangun rumah tersebut
ternyata mengenai Tanah milik B karenanya kemudian B menggugat A. Tetapi A masih pada
pendirian nya bahwa dia mendirikan rumahnya di atas tanah milik nya. B sendiri telah
mempunyai surat tanah sebagai bukti kepemilikannya. Pada kasus ini B dapat mengajukan
di Pengadilan mana ?

Jawaban :

Merujuk pada pendabat Thorbecke yang menjelaskan bahwa terdapat istilah


“Fundamentum Petendi” yaitu melihat pada pokok sengketa berada di lapangan hukum yang
mana, tanpa memperhatikan subjek persengketaan. Mengingat tidak memperhatikan
subjeknya, istilah ini pun menjadi ‘dalil’ yang menggambarkan adanya hubungan yang
menjadi dasar atau uraian dari suatu tuntutan. Untuk mengajukan suatu tuntutan, seseorang
harus menguraikan dulu alasan-alasan atau dalil sehingga ia bisa mengajukan tuntutan seperti
itu. Karenanya, fundamentum petendi berisi uraian tentang kejadian perkara atau duduk
persoalan suatu kasus.
Pada kasus ini sejatinya berbicara mengenai kewenangan pengadilan, B sendiri
seyogyanya dapat mengajukan kasusnya ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) mengingat
pokok sengketa kasus ini merupakan bentuk perumpamaan dari pada sengketa di lapangan
hukum administrasi yaitu terkait masalah sertifikat hak atas tanah yang dikeluarkan oleh BPN
sesuai pasal 1 angka 9 UU no, 51 Tahun 2009 Tentang Pengadilan Tata Usaha Negara. Namun
menurut hemat saya disini, Sebaiknya sengketa hak atas tanah diajukan dalam bentuk
gugatan ke hadapan Pengadilan Negeri, ketimbang menghabiskan segenap waktu dan energi
menggugat ke hadapan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) yang belum tentu efektif,
mengingat pada penerapannya sendiri sering dipertanyakan oleh hakim pengadilan tekait
substansi yang essensial yang kerap dipersoalkan adalah “milik siapakah tanah yang di
atasnya terbit Keputusan Tata Usaha Negara objek sengketa ini?”, yang mana seharusnya
merupakan kompetensi Peradilan Umum bukan Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN). Seperti
hal nya, pada kasus ini kepemilikan tanah yang dimiliki oleh B pun dapat dijadikan duduk
persoalan kasus nya dengan A sebagai pihak yg membangun rumah di tanah kepemilikan B.

 KASUS II
Z mendirikan sebuah bangunan dengan biaya 10 milliar dan telah mendapatkan IMB (Izin
Mendirikan Bangunan) namun pada kenyataannya bangunan yang didirikan oleh Z itu
melebihi yang seharusnya (terlalu maju ke jalan) dan Pemda meminta untuk membongkar
bangunannya, akan tetapi Z tidak mau hingga akhirnya Z menggugat. Kemanakah Z
mengajukan gugatannya dan merujuk pada pendapat siapa ?

Jawaban :

Perlu dipahami bahwa dalam ranah peradilan tata usaha negara, setiap Perorangan
maupun badan keperdataan selalu diposisikan sebagai penggugat dan sebaliknyan setiap
pejabat dalam sektor Tata Usaha Negara diposisikan sebagai Tergugat. Izin Mendirikan
Bangunan sendiri diberikan oleh Kepala Daerah selaku pejabat Tata usaha Negara. Dalam
Pasal 1 angka 6 PP 36/2005, dikatakan bahwa IMB gedung adalah perizinan yang diberikan
oleh Pemerintah Kabupaten/Kota kepada pemilik bangunan gedung untuk membangun baru,
mengubah, memperluas, mengurangi, dan/atau merawat bangunan gedung sesuai dengan
persyaratan administratif dan persyaratan teknis yang berlaku. Persyaratan administratif
bangunan gedung sendiri meliputi persyaratan status hak atas tanah, status kepemilikan
bangunan gedung, dan izin mendirikan bangunan, Sehingga secara tidak langsung setiap
perkara yang ditimbulkan di ranah Izin Mendirikan Bangunan ini merupakan kewenangan daei
PTUN.
Dalam kasus ini, saya akan merujuk pada teori T.J. Buys yakni “Objectum Litis” yang
terfokus pada pokok persengketaan, dengan kata lain melihat persengketaan pada objek yang
disengketakan, hak siapa yang dilanggar dan obyek sengketa itu terletak di lapangan hukum
mana. Dalam praktek hukum dikenal dengan istilah objek perkara atau objek sengketa yang
mana pada Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) berbeda dengan Pengadilan Negeri, objek
perkaranya di PTUN adalah mengenai sengketa Tata Usaha Negara. Yaitu sengketa yang
timbul dalam bidang Tata Usaha Negara antara orang atau badan hukum perdata dengan
badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat
dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN), termasuk sengketa kepegawaian
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sesuai yang diberitahukan diatas bahwasanya IMB menjadi pokok sengketa dari kasus Z yang
mana IMB ini pun perubakan salah satu produk \ hasil Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN)
yang dikeluarkan oleh Kepala daerah Kabupaten / Kota yang secara langsung pun menjadi
kewenangan absolut dari PTUN sehingga disini saya dapat mengasumsikan bahwa Z dapat
menggugat kasus ini ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN)

Anda mungkin juga menyukai