Haperatun Analisa
Haperatun Analisa
KASUS I
A membuat rumah diatas tanahnya sendiri namun ketika membangun rumah tersebut
ternyata mengenai Tanah milik B karenanya kemudian B menggugat A. Tetapi A masih pada
pendirian nya bahwa dia mendirikan rumahnya di atas tanah milik nya. B sendiri telah
mempunyai surat tanah sebagai bukti kepemilikannya. Pada kasus ini B dapat mengajukan
di Pengadilan mana ?
Jawaban :
KASUS II
Z mendirikan sebuah bangunan dengan biaya 10 milliar dan telah mendapatkan IMB (Izin
Mendirikan Bangunan) namun pada kenyataannya bangunan yang didirikan oleh Z itu
melebihi yang seharusnya (terlalu maju ke jalan) dan Pemda meminta untuk membongkar
bangunannya, akan tetapi Z tidak mau hingga akhirnya Z menggugat. Kemanakah Z
mengajukan gugatannya dan merujuk pada pendapat siapa ?
Jawaban :
Perlu dipahami bahwa dalam ranah peradilan tata usaha negara, setiap Perorangan
maupun badan keperdataan selalu diposisikan sebagai penggugat dan sebaliknyan setiap
pejabat dalam sektor Tata Usaha Negara diposisikan sebagai Tergugat. Izin Mendirikan
Bangunan sendiri diberikan oleh Kepala Daerah selaku pejabat Tata usaha Negara. Dalam
Pasal 1 angka 6 PP 36/2005, dikatakan bahwa IMB gedung adalah perizinan yang diberikan
oleh Pemerintah Kabupaten/Kota kepada pemilik bangunan gedung untuk membangun baru,
mengubah, memperluas, mengurangi, dan/atau merawat bangunan gedung sesuai dengan
persyaratan administratif dan persyaratan teknis yang berlaku. Persyaratan administratif
bangunan gedung sendiri meliputi persyaratan status hak atas tanah, status kepemilikan
bangunan gedung, dan izin mendirikan bangunan, Sehingga secara tidak langsung setiap
perkara yang ditimbulkan di ranah Izin Mendirikan Bangunan ini merupakan kewenangan daei
PTUN.
Dalam kasus ini, saya akan merujuk pada teori T.J. Buys yakni “Objectum Litis” yang
terfokus pada pokok persengketaan, dengan kata lain melihat persengketaan pada objek yang
disengketakan, hak siapa yang dilanggar dan obyek sengketa itu terletak di lapangan hukum
mana. Dalam praktek hukum dikenal dengan istilah objek perkara atau objek sengketa yang
mana pada Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) berbeda dengan Pengadilan Negeri, objek
perkaranya di PTUN adalah mengenai sengketa Tata Usaha Negara. Yaitu sengketa yang
timbul dalam bidang Tata Usaha Negara antara orang atau badan hukum perdata dengan
badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat
dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN), termasuk sengketa kepegawaian
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sesuai yang diberitahukan diatas bahwasanya IMB menjadi pokok sengketa dari kasus Z yang
mana IMB ini pun perubakan salah satu produk \ hasil Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN)
yang dikeluarkan oleh Kepala daerah Kabupaten / Kota yang secara langsung pun menjadi
kewenangan absolut dari PTUN sehingga disini saya dapat mengasumsikan bahwa Z dapat
menggugat kasus ini ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN)