Anda di halaman 1dari 13

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/319482818

SIMULASI POLA OPERASI WADUK PANDANDURI


DENGAN OPTIMASI FAKTOR K IRIGASI

Thesis · February 2017

CITATIONS READS

0 560

3 authors, including:

Muhammad Yura Kafiansyah


Brawijaya University
1 PUBLICATION 0 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Muhammad Yura Kafiansyah on 05 September 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


SIMULASI POLA OPERASI WADUK PANDANDURI
DENGAN OPTIMASI FAKTOR K IRIGASI
M. Yura Kafiansyah1, Widandi Soetopo2, Jadfan Sidqi Fidari 2
1. Mahasiswa Program Sarjana Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya
2. Dosen Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya
Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jalan Mayjen Haryono No. 167 Malang 65145 – Telp. (0341) 567886
Email1: kafiansyahyura@outlook.com

ABSTRAK
Waduk Pandanduri (29,690 juta m3) telah beroperasi sejak 2015, terletak di WS Lombok
dan sebagai waduk regulator untuk meningkatkan cropping intencity (CI) 8 daerah irigasi
(DI) dengan total areal irigasi 8.823 ha. Inflow dari sungai Palung, suplesi Babak-Renggung-
Rutus (existing) dan suplesi B. Tempasan (rencana). Permasalahan waduk Pandanduri
adalah rendahnya inflow tahunan. Keluaran akhir kajian adalah dapat memberikan pedoman
operasi optimal. Tujuan kajian adalah memaksimumkan CI tiap DI, mengatur beban
tampungan operasi tahun berikutnya (dV) dan mengetahui distribusi air dalam jaringan
irigasi melalui optimasi faktor K.
Proses simulasi optimasi pola operasi waduk (deterministik) dilakukan secara simultan
dan menggunakan program linier (LP) serta keandalan (80%, 50% & 20%) dengan Ms.
Excel 2013-VBA. Simulasi menggunakan skenario K = 100% dan optimasi faktor K dengan
kombinasi awal musim tanam dan alternatif jenis tanam.
Hasil K = 100%, waduk tidak mampu memaksimumkan CI tiap DI dan frekwensi
distribusi air adalah tidak terdistribusi. Hasil CI optimasi K dengan kombinasi terbaik adalah
DI Pandanduri = 289%, DI Swangi = 167%, DI sistem Rere Penembem = 246% dan dV =
67% serta frekwensi distribusi air adalah terdistribusi. Kesimpulan adalah melalui optimasi
faktor K, hasil pedoman operasi menjadi optimal.
Kata Kunci: simulasi, operasi waduk, optimasi, faktor K, program linier

ABSTRACT
Pandanduri reservoir (29,690 MCM) has been operational since 2015, located in
Lombok River-Basin and as regulator to increase its cropping intencity (CI) for 8 irrigated
area (DI) with 8.823 ha irrigation area. Inflow are from Palung river, suplesi Babak-
Renggung-Rutus (existing) and suppletion B. Tempasan (plan). The issue of Pandanduri
reservoir are lack of annual inflow. The output of the study is the optimal operating rule.
Objective of study is maximizing CI value, regulating storage assesment for next year
operation (dV) and to discover the water distribution in irrigation network by K factor
optimization.
The reservoir operation rule of simulation optimization process carried out
simultaneously and using linear programming (LP) and dependable flow (80%, 50% & 20%)
by Ms. Excel 2013-VBA. The simulation is using K = 100% scenario and K factor
optimization using combination of cropping season start and alternative cropping type.
Result of K = 100% that the reservoir is unable to maximize the CI value for each DI
and water distribution frequently undistributed. Result of CI value of the K factor
optimization with the best combination are DI Pandanduri = 289%, DI Swangi = 167%, DI
Rere Penembem system = 246% and dV = 67% also water distribution frequently distributed.
Conclusion of this study is through optimization the K factor, the result of operating rule can
be optimal.
Keywords: simulation, reservoir operation, optimization, K factor, linear programming
PENDAHULUAN
Waduk Pandanduri terletak di WS
Lombok, volume efektif 29,690 106 m3
dan melayani irigasi 8.823 ha untuk 3
daerah irigasi (DI), DI Pandanduri, DI
Swangi dan DI Sistem Rere Penembem.
Inflow waduk dari HLD Babak-
Renggung-Rutus (existing) dan rencana
east diversion (HLD B. Tempasan / Qsup).
Masalahan yang terjadi adalah
penurunan kinerja waduk karena
minimnya inflow waduk dan pola operasi
waduk yang tidak mempertimbangkan
faktor K irigasi. Hal ini dibuktikan dengan
data dari BWS NT – I 2016, bahwa waduk Gambar 2. Skema kajian
tidak pernah mengalami spillout sejak
awal operasi (2015). Keterangan:
Pada kajian ini dilakukan simulasi = Waduk
pola operasi waduk melalui optimasi = Bendung
faktor K irigasi. Dengan program linier = AWLR
(LP) dalam model simulasi = Embung
(deterministik), bertujuan untuk = Saluran HLD
memaksimumkan intensitas tanam (CI), = Sungai
selisih volume akhir tahun – volume
efektip rendah (dV) dan mengetahui 2. Ketersediaan air (F.J Mock)
distribusi air dalam jaringan irigasi untuk Model F.J Mock merupakan
tiap DI tiap skenario simulasi. analisis yang menghitung besaran
Selain itu, kajian ini bertujuan ketersediaan air (QA) dari data hujan,
mengetahui ketersedian air (QA) CA misal isohyet. Berikut adalah tahapan
Swangi dan CA sistem Rere Penembem analisis untuk model F.J Mock:
dengan model F.J Mock, kebutuhan air a) Penentuan awal musim hujan
irigasi maksimum (QD max) DI Pandanduri, (AMH) berdasarkan BMKG
DI Swangi dan DI sistem Rere Penembem (ZOM) dan jumlah hari dalam
dan perbandingan CI existing dan CI periode (n),
Kajian. b) Hujan wilayah (isohyet) untuk CA
Swangi atau sistem Rere
METODE Penembem atau R (sesuai
1. Lokasi dan skema kajian periode),
Waduk berlokasi (administratif) di c) Menghitung evapotranspirasi
Desa Pandanduri, Kec. Terara, Kab. standar (ETo),dengan persamaan:
Lombok Timur, P. Lombok.
= ×
Waduk
Pandanduri
dengan:
ETo = Evapotranspirasi standar
(mm/hari)
Kp = Koef. panci kelas A (0,80)
Ep = Evaporasi panci (mm/hari)
Gambar 1. Lokasi waduk Pandanduri d) Nilai koefisien bulan basah atau
Sumber: www.pu.go.id nilai exposed surface (m),
e) Menghitung nilai evapotranspirasi l) Run off (RO) atau limpasan
aktual (ETa) tiap periode dengan permukaan adalah jumlah dari
persamaan: BF dan DRO
m) Debit yang tersedia (QA) adalah:
= × ×
QA = (ROt × A)/ n
dengan:
ETa = Evapotranspirasi aktual (mm) dengan:
n = Jumlah hari dalam periode QA = Debit tersedia (lt/dt)
ETo = Evapotranspirasi potensial ROt = Aliran air diatas permukaan
(mm/hari) pada periode ke – t (m)
m = Koefisien exposed surface A = Luas daerah tinjauan (m2)
n = Jumlah hari dalam periode.
f) Menghitung volume air dalam
Pada kajian ini, analisis F.J Mock
tanah dengan prinsip
untuk CA Swangi dan CA sistem
keseimbangan air,
Rere Penembem. Kedua CA ini tidak
g) Nilai kelebihan air (WS)
terdapat AWLR. Koefisien F.J Mock
merupakan selisih dari Vcal t -
didapatkan dari BWS NT-I yang telah
Vend,
terkalibrasi. Koefisien tersebut adalah
h) Nilai infiltrasi (I) adalah nilai
m, K, I, GWS dan WS. Sehingga hasil
koefisien infiltrasi (CI) yang
analisis ini telah terkalibrasi.
dikalikan dengan nilai WS.
i) Menghitung nilai simpanan air
3. Kebutuhan air
tanah (Vn) dengan persamaan:
a) Aliran pemeliharaan sungai
Vn t = (0,5 × 1 + K × I t-1) + (K × Sesuai Surat Edaran Dir. Jen.
Vn t-1) Sumber Daya Air 2016, perlindungan
dengan: sungai dilakukan pula terhadap aliran
K = Koefisien resesi tanah pemeliharaan sungai (QM) sehingga
I = Nilai infiltrasi pada periode untuk menjaga ekosistem sungai
ke – t (mm) diambil dari ketersediaan debit
Vn t-1 = Nilai simpanan air tanah andalan 95%.
pada periode t-1 (mm)
b) Kebutuhan air irigasi
j) Nilai aliran dasar (B) atau base Persamaan yang digunakan untuk
flow dihitung dengan persamaan: mengetahui kebutuhan air irigasi
Bt = It - ∆Vnt maksimum (QD max) dan kebutuhan air
tanaman (NFR), sesuai KP – 02
∆Vn t = Vn t - Vn t-1
(2013:123):
dengan:
Bt = Base flow pada periode ke – = ×
t (mm) 8,64 ×
It = Infiltrasi pada periode ke – t NFR = ETc + P + WLR – Re
(mm)
dengan:
∆Vn t = Selisih simpanan air tanah
QD max = Kebutuhan air irigasi (lt/dt)
(mm)
AC = Areal tanam (m2)
k) Direct run off (DRO) atau e = Efisiensi saluran irigasi (%)
limpasan permukaan langsung NFR = Kebutuhan air di sawah
adalah selisih dari WS dengan I (mm/hari)
pada periode ke – t, ETc = Kebutuhan air tanaman
(consumptive use), mm/hari
WLR = Penggantian lapisan air
(mm/hari) Kopt = Faktor K optimal (%)
P = Perkolasi (mm/hari) AI = Areal irigasi (m2)
Re = Curah hujan efektif (mm/hari) d = Daerah irigasi, d = 1,2,3.
G = Golongan, g = 1,2,3,4.
4. Faktor K j = MT, j = 1,2,3.
Pada Pd-T-08-2005-A (2005:9), T = Periode waktu yang
telah diatur mengenai pembagian air
digunakan, t = 1,2,3,..,24.
pada operasi jaringan irigasi.
Pembagian ini didasarkan oleh
perhitungan faktor K yang dapat
dituliskan sebagai berikut:

= × 100%

Jika waduk menjadi sumber
suplai air untuk DI maka ketersediaan
air di pintu intake akan berganti
menjadi pengeluaran air (QR) waduk. Gambar 3. Hubungan linier CI (%)
Persamaan faktor K menjadi: dengan AC (ha)

= × 100%  Variabel keputusan,


1. K inisial, Kin t ≥ Kmin,
dengan: 2. K optimal, Kopt t ≥ Kin t
VR = Volume lepasan air dari 3. Keandalan waduk atau status
waduk (m3) volume, Vend t ≥ 0
4. Selisih volume waduk (dV), dV ≤
VD net = Volume kebutuhan air
dVx dengan persamaan:
netto atau VD max – VA (m3)
K = Faktor K (%) dV = 1 × 100%
dengan:
5. Model optimasi dV = Selisih volume akhir dan
Model optimasi dilakukan untuk efektif waduk (%)
mencari variasi terbaik dalam dVx = Aturan selisih dV (%)
variabel keputusan dan untuk Vend 24 = Volume waduk di
mempersiapkan model optimasi periode ke - 24 (m3)
terdapat tiga tahapan sesuai Pd T-25- Veff = Volume efektif (m3)
2004-A (2004:2): Vend t = Volume akhir periode
ke – t (m3)
 Fungsi tujuan (memaksimumkan),
Kin = Nilai faktor K tiap
= periode (%)
Kmin = Tetapan nilai faktor K
minimum (%)
=∑ t = Periode waktu yang
∑ = digunakan, t = 1,2,3,..,24.
dengan:
CI = Intensitas tanam (%)  Fungsi kendala,
∑CI = Intensitas tanam total (%) 1. Keseimbangan waduk, Vcal t+1 =
e = Efisiensi irigasi (%) Vbeg t + It – VR t –VLoss t - VM t
QD = Kebutuhan irigasi (lt/dt) 2. Volume efektif waduk, Vcal t ≤ Veff
NFR = Kebutuhan air sawah 3. Debit suplesi (Qsup t), Qsup t =
bersih (lt/dt/ha) 460 lt/dt
4. Areal irigasi (AI), ACdgtj ≤ AId = × × ×
dengan:
AI = Areal irigasi (ha) dengan:
AC = Areal tanam (ha) Qf = Kapasitas filtrasi (m3/hari)
d = Daerah irigasi, d = 1,2,3. K = Koefisien filtrasi (m/dt)
g = Golongan, g = 1,2,3,4. H = Tinggi tekanan air total (m)
j = MT, j = 1,2,3. L = Panjang profil melintang tubuh
T = Periode waktu yang bendungan (m)
digunakan, t = 1,2,3,.,24. Nf = Jumlah garis aliran filtrasi
Vcal t = Volume pada akhir Np = Jumlah garis equi-potensial
periode ke – t (m3)
Veff = Volume efektif (m3)
7. Tahapan Simulasi Optimasi
Vbeg t = Volume waduk pada
awal periode ke - t (m3)
It = Aliran masuk pada
periode ke - t (m3)
VR t = Lepasan air atau release
periode ke - t (m3)
VLoss t = Kehilangan air waduk
periode ke - t (m3)
VM t = Aliran pemeliharaan
sungai periode ke - t
(m3)

6. Kehilangan Air Waduk


Sesuai Wilson (1993:53) dan Gambar 4. Susunan model optimasi
Hadisusanto (2010:94), berikut
adalah rumus metode Penman Simulasi ini menggunakan 15
modifikasi: kombinasi awal musim tanam (AMT)

= × × dan alternatif jenis tanam (ALT) dan
1 menggunakan 4 skenario.
Pada tabel 3 dan 4 adalah AMT
× ×
dan ALT tiap DI dan tabel 5 adalah
ETo* = Evapot. potensial (mm/hari) kombinasi ALT – AMT. Untuk tabel
c = Angka koreksi 6 adalah skenario simulasi optimasi
W = Faktor pembobot waduk.
Rn = Energi radiasi (mm/hari)
Tabel 3. Alternatif Jenis Tanam (ALT)
f (u) = Fungsi kecepatan angin
No. Musim Musim Musim
(m/dt) Tanam 1 Tanam 2 Tanam 3
es = Tekanan uap jenuh (mbar) 1 Padi Padi Padi
ea = Tekanan uap nyata (mbar) 2 Padi Padi Palawija
Dalam Sosrodarsono (1989:165), 3 Padi Palawija Palawija
memperkirakan kapasitas filtrasi
yang terjadi di tubuh bendungan maka Tabel 4. Awal Musim Tanam (AMT)
digunakan persamaan – persamaan No. DI DI DI S. Rere
sebagai berikut untuk perhitungan Pandanduri Swangi Penembem
garis depresi dan trayektori jaringan 1 Nop I Nop I Nop I
2 Nop II Nop II Nop II
aliran atau flownet:
3 Nop I Nop II Nop II
4 Nop I Nop II Nop I
5 Nop I Nop I Nop II
Tabel 5. Kombinasi ALT – AMT 3. Analisis CI dilakukan dengan
No. Kombinasi cara mengembalikan nilai QR
1 ALT 1 – AMT 1 optimal ke perhitungan
2 ALT 1 – AMT 2 kebutuhan air irigasi. Keluaran
3 ALT 1 – AMT 3 dari tahap ini:
4 ALT 1 – AMT 4  Nilai CI optimal tiap kombinasi
5 ALT 1 – AMT 5
(tabel 5) dan skenario (tabel 6).
6 ALT 2 – AMT 1
7 ALT 2 – AMT 2 4. Eliminasi CI untuk mendapatkan
8 ALT 2 – AMT 3 nilai CI terbaik. Dengan kriteria,
9 ALT 2 – AMT 4 (1) CI >>>, (2) dV <<< dan (3)
10 ALT 2 – AMT 5 Musim tanam 2 (MT2) = padi.
11 ALT 3 – AMT 1 Keluaran dari tahap ini:
12 ALT 3 – AMT 2  CI optimal (maksimal),
13 ALT 3 – AMT 3  Pedoman operasi terbaik.
14 ALT 3 – AMT 4 Nilai faktor K optimum
15 ALT 3 – AMT 5
ditentukan dengan proses iteratif
menggunakan pernyataan
Tabel 6. Skenario Simulasi Menggunakan (statement) For – Next dalam kode
Kombinasi ALT – AMT VBA – Ms. Excel 2013. Proses
iteratif digunakan untuk mengulang
perhitungan antar periode dan
bersifat rekursif.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Ketersedian air (QA) model F.J
Mock
Kriteria optimal yang sesuai Berikut adalah QA untuk CA
model matematis pada halaman 17 Swangi dan sistem Rere Penembem.
adalah sebagai berikut: Kegunaan QA kedua CA ini
1. Volume akhir tiap periode (Vend) ≥ adalah untuk mengetahui beban
0, pelayanan waduk dengan cara
2. Nilai dV ≤ dVx (aturan selisih menselisihkannya dengan kebutuhan
tampungan), air irigasinya (QD net).
3. Nilai faktor Kin dan Kopt tiap Tabel 7. Hasil QA Keandalan 80% (lt/dt)
periode ≥ Kmin.
Sesuai gambar 3, untuk mencapai Periode Swangi S.Rere Periode Swangi S .Rere
Penembem Penembem
CI optimal maka tahapannya adalah:
NOV II 110.03 620.86 M EI II 45.32 436.31
1. Optimasi aturan selisih
DES I 100.31 654.36 JUN I 43.51 442.13
tampungan akhir tahun atau dVx. DES II 86.17 589.60 JUN II 39.16 420.03
Keluaran dari tahap ini: JAN I 92.67 765.34 JUL I 35.24 399.02
 Nilai faktor K awal yang JAN II 85.28 784.21 JUL II 29.74 355.38
optimal (Kin), FEB I 95.16 829.31 AGT I 28.55 360.12
 Nilai dVx. FEB II 92.79 711.99 AGT II 24.09 320.73
2. Optimasi faktor K optimal atau M AR I 85.55 724.24 SEP I 23.12 325.01
Kopt. Keluaran dari tahap ini: M AR II 69.08 535.68 SEP II 20.81 308.76
 Nilai faktor K optimal (Kopt) APR I 66.31 542.82 OKT I 18.73 293.32
sehingga QR adalah optimal, APR II 59.68 515.68 OKT II 15.80 261.24
 Nilai selisih tampungan akhir M EI I 53.71 489.90 NOV I 15.17 264.72
atau dV. Sumber: Hasil perhitungan
Tabel 8. Hasil QA Keandalan 50% (lt/dt) (lanjutan tabel 10.)
FEB I 1877 3426 2884
Periode Swangi S .Rere Periode Swangi S .Rere
Penembem Penembem FEB II 1723 3181 3052
NOV II 102.56 1006.76 MEI II 68.56 800.73 MAR I 1085 2336 2133
DES I 101.05 1058.62 JUN I 69.48 811.40 MAR II 1340 2078 1820
DES II 91.52 1080.41 JUN II 66.00 770.83 APR I 2231 2684 2272
JAN I 115.14 1369.76 JUL I 62.70 732.29 APR II 2865 3180 2775
JAN II 99.05 1275.77 JUL II 55.85 652.20 MEI I 3758 3981 3340
FEB I 113.40 1388.22 AGT I 56.59 660.89
MEI II 4758 5000 4207
FEB II 112.09 1360.52 AGT II 50.40 588.61
JUN I 4199 4392 3708
M AR I 106.42 1322.30 SEP I 51.07 596.46
JUN II 3562 3727 3146
M AR II 94.25 1083.84 SEP II 48.52 566.63
JUL I 3893 4072 3438
APR I 98.13 1110.34 OKT I 47.33 538.30
JUL II 3104 3247 2741
APR II 86.94 962.89 OKT II 84.49 514.08
AGT I 2125 2223 1877
M EI I 76.98 899.06 NOV I 98.08 712.21
AGT II 1224 1280 1113
Sumber: Hasil perhitungan
SEP I 262 475 525
Tabel 9. Hasil QA Keandalan 20% (lt/dt) SEP II 149 481 571

Periode Swangi S .Rere Periode Swangi S .Rere OKT I 0 0 0


Penembem Penembem OKT II 0 0 0
NOV II 158.46 1412.78 MEI II 102.83 1256.03 Sumber: Hasil perhitungan
DES I 148.81 1477.72 JUN I 104.20 1272.78
6000
DES II 134.08 1433.33 JUN II 98.99 1209.14 PANDANDURI
SWANGI
JAN I 156.46 1894.97 JUL I 94.04 1148.68 5000
SISTEM RERE

JAN II 154.86 1796.08 JUL II 83.76 1023.04 4000


QD max (lt/dt)

FEB I 166.74 1977.92 AGT I 84.87 1036.68


3000
FEB II 167.02 1938.42 AGT II 75.59 923.30
M AR I 149.16 1914.48 SEP I 76.60 935.61 2000

M AR II 141.81 1855.63 SEP II 72.77 888.83 1000

APR I 153.82 1891.11 OKT I 110.27 890.02


0
APR II 135.54 1644.78 OKT II 150.37 1161.52
M EI I 115.63 1423.01 NOV I 164.25 1326.14 Periode

Sumber: Hasil perhitungan Gambar 5. Hasil QD max 80% dengan


kombinasi 7 (lt/dt)
2. Kebutuhan air irigasi (QD max) Sumber: Hasil perhitungan
Sesuai dengan ALT dan AMT,
nilai QD max untuk DI Pandanduri, 3. Kehilangan air waduk (Qloss)
Swangi dan sistem Rere Penembem - Evapotranspirasi waduk (ETo*)
dapat diketahui. Sebagai contoh Tabel 11. Hasil ETo* (mm)
dengan AMT Nopember II dan ALT 2 Periode ETo* Periode ETo*
(kombinasi 7) memiliki QD max sebagai NOV II 71.55 M EI II 51.19
berikut. DES I 66.31 JUN I 44.92
Tabel 10. Hasil QD Max 80% Dengan DES II 68.51 JUN II 43.19
Kombinasi 7 (lt/dt) JAN I 65.03 JUL I 47.03

Pandan Sis. Re re JAN II 71.66 JUL II 52.94


Pe riode Swangi Pe ne mbe m
duri FEB I 63.22 AGT I 61.18
NOV I 0 0 0 FEB II 65.23 AGT II 65.49
NOV II 1233 1224 1223 M AR I 64.64 SEP I 74.40

DES I 2091 2824 2367 M AR II 70.92 SEP II 75.35


APR I 51.93 OKT I 75.92
DES II 3428 3765 3085
APR II 56.95 OKT II 86.03
JAN I 2761 4382 3581
M EI I 49.51 NOV I 75.83
JAN II 2309 3846 2997
Sumber: Hasil perhitungan
- Kapasitas filtrasi waduk Pada gambar 7, K adalah nilai
faktor K = 100%, I adalah nilai inflow,
Menghitung kapasitas filtrasi
VD net adalah volume kebutuhan netto,
sesuai dengan jumlah garis equi-
VR adalah volume lepasan dan VEnd
potensial (Np) = 9 dan garis filtrasi
(Nf) = 10. adalah volume akhir periode.
Gambar 7 juga menjelaskan bahwa
VEnd sering bernilai 0 atau waduk
kosong. Apabila ini terjadi maka
tampungan waduk akan mengalami
kesulitan untuk operasi tahun
berikutnya sehingga diperlukan aturan
selisih tampungan atau dVx dan
optimasi faktor K.
Gambar 6. Hasil penggambaran Tabel 12. Hasil Luas Tanam (Ac) Dan
garis equipotensial (Np) Intensitas Tanam (CI) Simulasi
dan filtrasi (Nf) K = 100%
Sumber: Hasil perhitungan AC (ha) CI (% )
DI
MT I MT II MT III MT I MT II MT III
= ×ℎ× ×
Pandanduri 753 233 753 100% 31% 100%
= 5,39. 10 × 42,5 × 950 × Swangi 120 46 151 15% 6% 19%
Sis. Rere Penembem 665 540 665 100% 81% 100%
= 2,42. 10 m3/dt
Sumber: Hasil perhitungan
Nilai Qf dikontrol < 1% dari rata –
rata inflow (I) waduk. 1% rata – Tabel 12 adalah hasil simulasi K =
rata I =2,42.10-4 m3/dt dan Qf = 100% dengan kondisi 80% dan
0,030 m3/dt sehingga Qf < nilai kombinasi 7. Dari tabel tersebut, nilai
kontrol. CI untuk musim tanam (MT) II masih
rendah.
4. Hasil simulasi K = 100%
Nilai CI tiap MT sangat
dipengaruhi oleh nilai I dan VD net. Hal
ini dikarenakan pada aturan lepasan
berdasarkan kebutuhan (K=100%)
sehingga nilai CI dapat menjadi sangat
rendah walaupun dengan penambahan
suplesi dari bendung Tempasan dan
tanpa pengaturan selisih dV.
Gambar 8. Hubungan AC dan CI untuk
simulasi K = 100% secara
kumulatip
Sumber: Hasil perhitungan
5. Hasil simulasi optimasi faktor K
Dari setiap simulasi dengan
kombinasi yang berbeda maka CI
maksimum untuk keandalan 80%
adalah dengan skenario no. 4 (empat)
Gambar 7. Hasil simulasi K=100% pada
dan ALT 2 AMT 2 atau kombinasi 7.
kondisi 80% dengan
Hal ini mengartikan bahwa waduk
kombinasi 7
Pandanduri sangat tergantung dari
Sumber: Hasil perhitungan
tambahan air dari east diversion
sebesar 460 lt/dt tiap periodenya untuk 6. Aturan Operasi Waduk Optimal
meningkatkan CI di tiap – tiap daerah Aturan operasi waduk yang terbaik
layanan. adalah dengan skenario keempat dan
kombinasi ketujuh (AMT 2 – ALT 2),
dengan hasil sebagai berikut.
Tabel 14. Aturan operasi waduk optimal

Gambar 9. Hasil simulasi optimasi K pada


kondisi 80% dengan
kombinasi 7
Sumber: Hasil perhitungan
Pada gambar 9, K adalah nilai
faktor K = 100%, I adalah nilai inflow,
VD net adalah volume kebutuhan netto,
VR adalah volume lepasan dan VEnd
adalah volume akhir periode.
Dengan menggunakan optimasi K
maka Vend menurun sesuai dengan Kopt
sehingga di periode Nopember I
(periode ke – 24) volume waduk
kembali sebesar selisih dVx dan ini
berdampak positif pada operasi waduk
tahun berikutnya.
Tabel 13. Hasil Luas Tanam (AC) Dan
intensitas Tanam (CI) Simulasi
Optimasi K
AC (ha) CI (% ) Sumber: Hasil perhitungan
DI
MT I MT II MT III MT I MT II MT III
Pandanduri 753 672 753 100% 89% 100%
14000000

Swangi 589 356 585 75% 45% 74%


12000000
Sis. Rere Penembem 665 665 665 100% 100% 100%
Sumber: Hasil perhitungan
Volume Lepasan atau VR (m3)

10000000

8000000

6000000

4000000

2000000

Periode

Gambar 10. Hubungan AC dan CI untuk


80% (Dry) 50% (Normal) 20% (Wet)

simulasi optimasi K secara Gambar 11. Volume lepasan optimal tiap


kumulatip keandalan
Sumber: Hasil perhitungan Sumber: Hasil perhitungan
7. Perbandingan CI Tabel 19. Nilai Jumlah CI Skenario IV
Berikut adalah perbandingan hasil Tiap Keandalan Dan dV
CI existing dengan CI kajian. Dari No D.I
Keandalan
perbandingan CI existing dengan CI 80% 50% 20%
1 Pandanduri 289% 300% 300%
kajian (optimasi K) untuk AMT 2 dan
2 Swangi 167% 193% 280%
ALT 2 maka CI kajian untuk DI Sis. Rere
Swangi < CI existing. 3 246% 288% 300%
Penembem
Tabel 15. Perbandingan Jumlah CI Exis- Sumber: Hasil perhitungan
ting Dengan Jumlah CI Kajian Tabel 20. Nilai Frekwensi Distribusi Air
(optimasi K) Skenario I Tiap Keandalan
CI existing
CI kajian Per Tahun
No. Daerah Irigasi Keandalan
dry normal wet No D.I
80% 50% 20%
1 Pandanduri 232% 289% 300% 300%
1 Pandanduri 3 5 5
2 Swangi 265% 194% 241% 291% 2 Swangi 3 5 5
3 Sistem Rere Penembem* 217% 300% 300% 300% Sis. Rere
3 3 5 5
Sumber: Hasil perhitungan Penembem
Sumber: Hasil perhitungan
Berikut adalah hasil nilai CI untuk
tiap keandalan (80%, 50% dan 20%) Tabel 21. Nilai Frekwensi Distribusi Air
sesuai dengan kombinasi terbaik, yaitu Skenario II Tiap Keandalan
kombinasi 7 (AMT 2 – ALT 2). Per Tahun
Serta frekwensi distribusi air Keandalan
No D.I
80% 50% 20%
sesuai dengan hasil nilai CI untuk tiap 1 Pandanduri 4 7 7
keandalan (80%, 50% dan 20%). 2 Swangi 4 7 7
Tabel 16. Nilai Jumlah CI Skenario I Sis. Rere
3 4 7 7
Penembem
Tiap Keandalan Sumber: Hasil perhitungan
Keandalan
No D.I
80% 50% 20% Tabel 22. Nilai Frekwensi Distribusi Air
1 Pandanduri 231% 200% 297% Skenario III Tiap Keandalan
2 Swangi 16% 36% 54%
Per Tahun Dan Nilai dV
Sis. Rere
3 198% 261% 295% Keandalan
Penembem No D.I
80% 50% 20%
Sumber: Hasil perhitungan 1 Pandanduri 20 24 24
Tabel 17. Nilai Jumlah CI Skenario II 2 Swangi 20 24 24
Tiap Keandalan Sis. Rere
3 20 24 24
Penembem
Keandalan
No D.I dVx 98% 42% 0%
80% 50% 20%
dV 97,8% 41,6% 0%
1 Pandanduri 231% 200% 300%
2 Swangi 16% 114% 122% Sumber: Hasil perhitungan
Sis. Rere Tabel 23. Nilai Frekwensi Distribusi Air
3 198% 261% 295%
Penembem
Skenario III Tiap Keandalan
Sumber: Hasil perhitungan
Per Tahun Dan Nilai dV
Tabel 18. Nilai Jumlah CI Skenario III Keandalan
No D.I
Tiap Keandalan Dan dV 80% 50% 20%
Keandalan 1 Pandanduri 24 24 24
No D.I 2 Swangi 24 24 24
80% 50% 20%
1 Pandanduri 238% 300% 300% Sis. Rere
3 24 24 24
2 Swangi 47% 190% 259% Penembem
Sis. Rere dVx 67% 17% 0%
3 203% 288% 300% dV 66,7% 16,5% 0%
Penembem
Sumber: Hasil perhitungan Sumber: Hasil perhitungan
KESIMPULAN cukup rendah karena terdapat
Dari hasil simulasi dengan skenario banyak periode dengan tanpa
yang berbeda, dapat disimpulkan beberapa distribusi air dari waduk.
poin sebagai berikut: 7. Hasil nilai CI dengan skenario III
1. Perhitungan QA untuk CA Swangi dan IV (optimasi K) untuk tiap MT
dan sistem Rere Penembem pada tiap DI memiliki nilai yang
dengan model F.J Mock yang tinggi karena terdapat banyak
AMH (awal musim hujan) periode dengan terdistribusinya air
disesuaikan pada prakiraan dari waduk.
BMKG dan menggunakan 8. Aturan operasi waduk memiliki
koefisien model terkalibrasi, hasil yang optimal dengan
memiliki nilai maksimum pada mengoptimasi faktor K.
periode Nopember I untuk
keandalan 80% dan nilai minimum DAFTAR PUSTAKA
terletak pada periode Oktober II. Anonim. 2013. Peta Wilayah Sungai
2. Waduk Pandanduri memiliki Lombok.http://www.pu.go.id/upload/s
beban permintaan (QD max) yang ervices/infopublik (diakses 29 Februari
cukup besar, dengan nilai terbesar 2016).
(maksimum) adalah pada periode Aziz, A & Jayadi, R. 2015. Optimasi
Mei II untuk keandalan 80% dan Pemanfaatan Sumberdaya Air Waduk
nilai minimum pada periode
Pandanduri Di Lombok Timur Nusa
Nopember I.
Tenggara Barat. Jurnal Ilmiah. D.I
3. Dari perhitungan ETo* dengan
Penman modifikasi, memiliki nilai Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
maksimum pada periode Oktober BWS NT – I. 2014. Detail Desain East
II dan nilai minimum pada Juni II. Diversion Canal di Kabupaten Lombok
Nilai filtrasi waduk Pandanduri Timur. Mataram: BWS NT – I.
adalah 0,030 m3/dt dengan metode BWS NT – I. 2015. Rancangan Alokasi
flownet. Air Global (RAAG). Mataram: BWS
4. Dengan simulasi menggunakan NT – I.
skenario I dan II (K = 100%), Cheol Tai, Kim. 2001.Rotational
menggambarkan bahwa waduk Irrigation Schedulin in Rice Paddy with
tidak dapat melepaskan air tiap The Operation Rule Curve of Irrigation
periode karena mengalami Reservoir. Korea Selatan: University
kekosongan tampungan dan VEnd 24
Changnam National.
mengalami kekosongan atau dV =
100%. Departemen Permukiman dan Prasarana
5. Dengan simulasi menggunakan Wilayah. 2004. Pedoman
skenario III dan IV (optimasi K), Pengoperasian Waduk Tunggal (Pd T-
menggambarkan bahwa waduk 25-2004-A). Jakarta: Departemen
dapat melepaskan air tiap periode Permukiman dan Prasarana Wilayah.
terkecuali jika inflow <<<. Waduk Departemen Pekerjaan Umum. 2005.
dapat tetap melepaskan air karena Penguatan Masyarakat Petani Pemakai
faktor K telah optimasi dan nilai Air Dalam Operasi dan Pemeliharaan
dV < dVx (aturan selisih volume Jaringan Irigasi (Pd T-08-2005-A).
akhir tahun dengan volume Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum.
efektip). Direktorat Jenderal Pengairan Pekerjaan
6. Hasil nilai CI dengan skenario I
Umum. 2013. Kriteria Perencanaan
dan II (K = 100%) untuk tiap MT
Bagian Jaringan Irigasi (KP-01).
pada tiap DI memiliki nilai yang
View publication stats

Jakarta: Direktorat Jenderal Pengairan Tunggal. Malang: Citra Malang.


Pekerjaan Umum. Soewarno. 1995. Hidrologi: Aplikasi
Direktorat Jenderal Pengairan Pekerjaan Metode Statistik Untuk Analisa
Umum. 2013. Kriteria Perencanaan Data.Jilid I. Bandung: NOVA.
Bagian Jaringan Irigasi (KP-02). Sosrodarsono, S & Takeda, K. 1977.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pengairan Hidrologi untuk Pengairan. Jakarta:
Pekerjaan Umum. Pradnya Paramita.
Farriansyah, A.M., Corsel, A.R., dan Sosrodarsono, S & Takeda, K. 1989.
Novelia, G.R. 2014. Alokasi Air Real- Bendungan Type Urugan. Jakarta:
Time (Kasus: Sungai Jangkok). Pradnya Paramita.
Prosiding PIT HATHI – XXXII, Surat Edaran Dirjen SDA, Kementrian
Malang: HATHI. Hal 279 – 287. PU-PR No. 05/SE/D/2016 tentang
Fayaed, S, S. & El-Shafie, A. 2013. Pedoman Penyelenggaraan Kegiatan
Reservoir System Simulation and Operasi dan Pemeliharaan Prasarana
Optimization Technique. Jurnal Sungai Serta Pemeliharaan Sungai.
Internasional.Springer-Verlag: Jerman. USBR. 1987. Design of Small DAMS.
Hadisusanto, N. 2010. Aplikasi Hidrologi. Amerika Serikat: USBR.
Malang: Jogja Mediautama. William, W-G, Yeh. 1985. Reservoir
Limantara, M.L. & Soetopo, W. 2009. Management And Operation Models:
Pengantar Manajemen Teknik Sumber A State-of-the- Art Review. Jurnal
Daya Air. Malang: Citra Malang. Internasional. Vol. 21. Water
Limantara, M.L. 2010. Hidrologi Praktis. Resources Research.
Cetakan I. Bandung: Lubuk Agung. Wilson, E., M. 1993. Hidrologi Teknik.
Marsudi & Marjono. 2012. Aljabar Bandung: ITB.
Liniear. Malang: Universitas Wurbs R, A. 2005. Comparative
Brawijaya Press. Evaluation of Generelized
McMahon T, A. & Mein R, G. 1986. River River/Reservoir System Models.
and Reservoir Yield. Amerika Serikat: Texas: Texas Water Resources
Water Resources Publication. Institute.
Peraturan Menteri PU-PR
No.27/PRT/M/2015 tentang
Bendungan.
Peraturan Menteri PU-PR
No.28/PRT/M/2015 tentang Penetapan
Garis Sempadan Sungai dan Garis
Sempadan Danau.
Samosir C, S. 2015. Optimasi Pola
Operasi Waduk Untuk Memenuhi
Kebutuhan Energi Pembangkit Tenaga
Air (Studi kasus waduk Wonogiri).
Tesis. Tidak dipublikasikan. Malang:
Universitas Brawijaya.
Soetopo, W. 2011. Model – Model
Simulasi Deterministik Untuk Sistem
Sumberdaya Air. Malang: Citra
Malang.
Soetopo, W. 2010. Operasi Waduk

Anda mungkin juga menyukai