Anda di halaman 1dari 22

Indera Penglihatan

Anatomi mata

Bola mata mencakup hampir keseluruhan dari bagian orbit, ia dikelilingi oleh 6 otot ekstrinsik
yang mengontrol gerakannya. Bola mata memiliki 3 lapisan : (1) lapisan fibrous, yaitu sclera dan
cornea, (2) lapisan vaskular, yaitu coroid, corpus siliaris dan iris, serta (3) lapisan dalam, yaitu
bagian-bagian optik maupun non-visual.
Lapisan fibrous:
Sclera merupakan jaringan fibrous yang mencakup 5/6 bagian posterior dari mata, dan menjadi
tempat perlekatan otot-otot ekstrinsik maupun intrinsik mata.
Cornea, merupakan bagian transparan yang mencakup 1/6 bagian anterior mata. Cornea cenderung
memiliki bentuk cembung, protrusi cornea akan terlihat jika dilakukan potongan secara
Lapisan vaskular:
Coroid, merupakan bagian gelap yang membatasi sclera dan retina, warna coroid agak gelap,
cokelat kemerahan akibat adanya jaringan vaskular yang sangat banyak didalamnya.
Corpus siliaris, merupakan penebalan menyerupai cincin yang merupakan jaringan muskular serta
vaskular. Corpus siliaris merupakan tempat melekatnya lensa mata, serta kontraksi-relaksasi dari
otot polos pada corpus siliaris bertugas mengatur fokus lensa mata.
Iris, terletak didepan lensa mata. apertura ditengahnya disebut pupil, dimana pupil memiliki otot
polos sphincter pupillae yang berfungsi mengatur diameter pupil, hal ini bertujuan untuk mengatur
cahaya yang masuk ke mata.
Lapisan dalam: lapisan dalam dari mata terdiri atas retina, yang memiliki bagian optik serta non-
visual. Bagian optik dari retina sangat sensitif terhadap cahaya dan memiliki 2 lapisan, yaitu : (1)
lapisan neural yang menerima cahaya dan (2) lapisan berpigmen yang berfungsi mencegah pemec-
ahan (scattering) cahaya yang masuk ke mata.
Semua bagian tersebut sangatlah berguna dalam proses pengelihatan, namun salah satu bagian dari
mata yang sangat penting adalah retina. Retina merupakan reseptor permukaan untuk menerima
informasi visual. Yang unik adalah, sesungguhnya retina merupakan bagian dari otak, sama seperti
CN II, namun lokasi retina adalah pada bagian perifer SSP. Bagian retina yang paling penting
adalah sel-sel fotoreseptor, dan berbagai tipe neuron visual tract. Lapisan selular retina yang ter-
dalam mengandung fotoreseptor yang terdiri dari sel batang dan sel kerucut, sedangkan lapisan
yang lebih superfisial terdiri dari neuron bipolar dan sel-sel ganglion.

Sel-sel fotoreseptor batang dan kerucut menerima impuls cahaya dan menghantarkannya ke sel
bipolar
Sudah sejak lama, sel batang dan sel kerucut dianggap berperan dalam proses pengelihatan. Sel
batang berfungsi untuk persepsi terang dan untuk pengelihatan dalam keadaan remang-remang,
dan sel kerucut berfungsi untuk persepsi warna dan untuk pengelihatan dalam keadaan terang.
Ketika cahaya jatuh di retina, cahaya akan mencetuskan suatu reaksi fotokimiawi di sel batang dan
kerucut yang mengakibatkan terbentuknya impuls untuk kemudian dihantarkan ke cortex visual.

Nervus, Chiasma dan Traktus Opticus


Setelah sel-sel bipolar menerima input di dendritnya dari sel batang dan sel kerucut, sel-sel bipolar
ini akan menghantarkan impuls lebih jauh . Akson panjang sel ganglion melewati Separuh serabut
ini (bagian nasal) menyilang pada chiasma opticum (serabut bagian temporal tidak menyilang).
Dengan demikian, posisi distal dari chiasma opticumdari separuh bagian temporal retina ipsilateral
dan separuh bagian nasal retina kontralateral bergabung dalam tractus opticus.

Corpus Geniculatum Laterale, radiation optica


Traktus optikus berakhir di corpus geniculatum laterale, sebagian besar tractus opticus berakhir di
sini, membentuk sinaps dengan neuron geniculatum lateralis. Serabut ini kemudian keluar dan
berjalan di bagian paling ujung dari capsula interna dan kemudian membentuk pita lebar yang
disebut radiation optica. Serabut-serabut radiation optica berakhir di cortex visual yang terletak di
bagian medial lobus occipitalis otak, di dalam, di atas, dan dibawah fisura calcarina (area Broad-
mann 17).

Sistem Pendengaran dan Keseimbangan

A. Anatomi Telinga
Telinga dibagi menjadi telinga luar, tengah, dan dalam. Bagian luar dan tengah utamanya berfungsi
dalam transmisi gelombang suara ke telinga dalam, dan telinga dalam mengandung organ pen-
dengaran serta keseimbangan.

Telinga luar terdiri dari :

Auricula yang bertugas untuk menangkap gelombang suara

Meatus acusticus externus, yang bertugas untuk menyalurkan gelombang suara menuju membrana
tympanii (gendang telinga, eardrum).

Membrana tympanii, membran semitransparan yang terletak pada bagian medial dari meatus acus-
ticus externus. Fungsinya adalah menerima getaran gelombang bunyi, dan menyalurkan getaran
ke tulang-tulang pendengaran (malleus, incus, stapes)

Telinga tengah terdiri dari :

Cavum tympanii, merupakan ruang yang terdapat pada telinga tengah. Cavum tympanii berhub-
ungan dengan nasopharynx melalui tuba pharyngotympanii atau sering disebut dengan tuba eusta-
chius. Tuba eustachius normalnya tertutup (kolaps) namun bila tekanan atmosfer dalam telinga
berubah (saat mengunyah/menelan) maka tuba akan terbuka untuk menyeimbangkan tekanan at-
mosfer. Cavum tympanii dibagi menjadi 2, yakni :

Cavum tympanii propria, ruang yang tepat berada dibalik membrane tympanii.

Recessus epitympanicus, ruang yang berada disisi superior dari membrane tympanii.

Tulang-tulang pendengaran, merupakan deretan tulang yang tersusun dari membrana tympanii
hingga fenestra vestibuli (oval window). Tulang-tulang tersebut diantaranya :

Malleus, merupakan tulang yang melekat pada membrana tympanii.

Incus, merupakan tulang yang menghubungkan malleus dan stapes.

Stapes, merupakan tulang yang melekat pada fenestra vestibuli (oval window).
Tensor tympanii, merupakan sebuah otot yang melekat pada malleus. Ketika telinga menerima
gelombang suara dengan amplitude yang tinggi, maka otot ini akan menarik malleus kea rah me-
dial dan menyebabkan membrana tympanii meregang. Peristiwa refleks ini diatur oleh CN V3 dan
dapat mencegah kerusakan telinga jika mendengar suara keras.

Stapedius, merupakan otot paling kecil di tubuh manusia. Fungsinya adalah untuk mencegah
pergerakan berlebih dari os. stapes.

Telinga dalam terdiri dari :

Telinga dalam berisikan organ vestibulocochlear, yang berfokus dalam transmisi suara menjadi
impuls saraf dan mekanisme tubuh dalam memertahankan keseimbangan. Bagian auditorik telinga
dalam memiliki komponen tulang dan komponen membranosa.

Komponen tulang (bony labyrinth) merupakan kumpulan ruang yang dilindungi oleh capsula otica
yang merupakan bagian petrous dari temporalis. Ruang-ruang yang dilindungi capsula otica dian-
taranya adalah : cochlea, vestibulum, dan canalis semicircularis.

Komponen membranous (membranous labyrinth) merupakan kumpulan sacculus dan ductus yang
mengandung endolymph, cairan yang memiliki komposisi mirip dengan cairan intraselular, ber-
beda dengan perilymph, yang memiliki komposisi mirip dengan cairan ekstraselular dan mengisi
ruang bony labyrinth.

Membranous labyrinth terdiri dari :

Cochlear Labyrinth : ductus cochlearis didalam cochlea.

Vestibular Labyrinth : utriculus, sacculus, dan tiga canalis semicircularis.

B. Sistem Pendengaran dan Keseimbangan


Sistem Pendengaran

Pendengaran adalah persepsi yang timbul akibat rangsangan gelombang suara. Persepsi ini terjadi
akibat otak memroses informasi sensorik yang diterima. Cochlea merupakan organ yang sangat
penting dalam pendengaran, potongan melintang pada ductus cochlearis akan menunjukkan tiga
kompartemen membranosa : skala vestibuli, skala timpani, dan skala media (ductus cochlearis).
Skala timpani dan vestibuli diisi oleh cairan perilymph, sementara skala media diisi oleh cairan
endolymph. Dinding atas skala media dibatasi dari cairan perilymph pada skala vestibuli oleh
membrana Reissner yang sangat tipis, sehingga gelombang yang sampai pada skala vestibuli me-
lalui hantaran os stapes dapat dihantarkan secara bebas menuju skala media. Sementara itu, dind-
ing bawah dari skala media dibatasi dari skala timpani oleh membrana basillaris, yang mengan-
dung organ corti.

Getaran yang sampai di os stapes terlebih dahulu akan dihantarkan ke cairan perilymph pada skala
vestibuli melalui foramen ovale. Kemudian getaran akan berjalan melalui skala vestibuli di sepan-
jang bagian cochlea hingga apeksnya, yaitu tempat masuknya ke skala timpani melalui lubang
kecil yang disebut helicotrema; gelombang kemudian berjalan ke sepanjang cochlea melalui skala
timpani, dan akhirnya sampai di foramen rotundum.

Ketika getaran sampai di skala media, maka membrana basillaris akan bergetar. Dalam membrana
basillaris terdapat organ corti yang memiliki sel-sel rambut sebagai reseptor sensoriknya, karena
sel rambut dapat mengubah energi mekanik menjadi energi listrik untuk dikirimkan ke pusat pen-
dengaran di otak. Masing-masing sel rambut memiliki sekitar 100 stereocilia yang terbentang dan
berkontak dengan membrana tectorialis. Apabila cairan endolymph bergetar dan menghasilkan
gelombang, maka stereocilia akan membengkok dan tidak berkontak dengan membrana tectorialis,
hal inilah yang memicu eksitasi sel-sel rambut.

Impuls yang dihasilkan oleh sel rambut pada organ corti akan diteruskan ke nervus cochlearis
(cabang CN VIII). Nervus cochlearis akan menyilang garis tengah dalam corpus trapezoideum dan
kemudian akan meneruskan diri ke beberapa relay station berikutnya seperti nucleus olivaris su-
perior, nucleus lemiscus medialis, atau formation reticularis. Impuls auditorik kemudian dihantar-
kan menuju lemniscus lateralis, lalu thalamus, tepatnya corpus geniculatum medialis. Beberapa
serat akan langsung menuju ke corpus geniculatum medialis, namun beberapa akan menuju ke
colliculus inferior terlebih dahulu. Jika impuls melewati colliculus inferior terlebih dahulu maka
akan terjadi gerak refleks kepala dan leher menuju ke sumber suara yang didengar. Setelah melalui
thalamus, impuls akan dibawa menuju korteks auditorik primer di gyrus temporalis transversus
(area Broadmann 41) atau biasa disebut gyrus transversus Hieschl.

Sistem Keseimbangan

Apparatus vestibularis merupakan organ yang bertanggungjawab terhadap keseimbangan tubuh


manusia. Apparatus vestibularis terdiri dari sacculus, utriculus, dan tiga canalis semicircularis
yang saling terhubung satu-sama lain. Cairan endolymph memenuhi keseluruhan ruang apparatus
vestibularis, dan hampir persis layaknya sistem pendengaran, organ sensorik dalam sistem kese-
imbangan juga memiliki sel rambut. Fungsi dari sel rambut pada sistem keseimbangan sama
dengan sistem pendengaran, namun gaya gravitasilah yang menyebabkan pergerakan stereocilia
pada sel rambut. Pada sistem keseimbangan, sel rambut memiliki sebuah cilia panjang yang ter-
letak di satu sisi kumpulan stereocilia, cilia panjang ini disebut kinocilium.

Organ sensorik pada utriculus dan sacculus disebut maculae. Maculae terletak didalam permukaan
tiap utriculus dan sacculus. Setiap maculae dilapisi oleh otolith (terdapat buku lain yang menyebut
statoconia) yang merupakan kristal kalsium karbonat dalam jumlah banyak. Otolith berfungsi se-
bagai beban yang akan dipengaruhi gaya gravitasi saat kepala berubah posisi. Jika posisi kepala
berubah, pergerakan otolith akan menarik serta cilia dan menimbulkan impuls listrik yang akan
diantar ke otak sebagai persepsi posisi kepala. Untuk lebih jelasnya silahkan lihat gambar di slide
show nomor 11, 12 dan 13.
Ketiga canalis semicircularis berperan dalam gerakan rotasional kepala. Pada setiap ujung canalis
terdapat pelebaran yang disebut ampullae, yang memiliki struktur sensorik yakni critae ampullaris.
Cristae ini memiliki sel rambut dan massa gelatin yang disebut cupula. Jika kepala melakukan
pergerakan, cairan endolymph akan menggerakkan cupula dan secara otomatis menggerakkan sel-
sel rambut kea rah berlawanan dari arah pergerakan kepala. Jika dianalogikan, pergerakan ini sep-
erti bagaimana anda sedang mengecat dengan kuas, apabila anda mengecat dengan arah naik, maka
ujung kuas pasti akan mengarah ke arah yang sebaliknya.

Canalis semicircularis posterior mendeteksi pergerakan memiringkan kepala kearah bahu kanan
dan kiri.

Canalis semicircularis superior (anterior) mendeteksi pergerakan menganggukkan kepala

Canalis semicircularis lateralis (horizontal) mendeteksi pergerakan rotasi kepala ke kanan dan ke
kiri, semacam menggelengkan kepala.

Sistem Penciuman

A. Anatomi Hidung

Hidung merupakan organ upper respiratory yang berada diatas dari hard palatte dan berisi organ
penciuman perifer. Hidung dapat dibagi menjadi hidung bagian luar, dan nasal cavity, yang dibagi
menjadi bagian kanan dan kiri oleh nasal septum. Fungsi dari hidung, yaitu: untuk penciuman
(smelling), untuk respirasi (bernafas), untuk menyaring debu, menghangatkan udara dari luar,
menerima dan mengeluarkan sekresi dari paranasal sinus dan nasolacrimal duct.

Dua cavitas nasi merupakan bagian yang paling atas dari systema respiratorium dan terdiri dari
reseptor-reseptor olfactorium/epithetheilocytus neurosensorius olfactorius. Struktur-struktur terse-
but merupakan ruangan berbentuk baji yang memanjang dengan basis di inferior yang besar dan
sebuah apex di superior yang sempit dan dipertahankan terbuka oleh suatu kerangka tulang yang
terutama terdiri dari tulang dan tulang rawan. Daerah anterior yang lebih kecil dari cavitas nasi
tertutup oleh nasus externus. sementara daerah posterior yang lebih besar berada lebih centralis di
dalam cranium. Apertura anterior cavitas nasi adalah nares, yang membuka ke permukaan inferior
nasus externus. Apertura posterior adalah choanae, yang membuka ke dalam nasopharynx.
Cavitas nasi dipisahkan:

-dari satu dengan lainnya oleh sebuah septum nasi di garis tengah.

-dari cavitas oris di bawah oleh palatum drum, dan

-dari cavitas cranii di atas oleh bagian tulang frontale, ethmoidale, dan sphenoidale.

Lateral dari cavitas nasi adalah orbita. Tiap cavitas nasi mempunyai dasar, atap, dinding medial,
dan dinding lateral.

Dinding Lateral

Dinding lateral ditandai oleh 3 lengkungan tulang yang bertingkat (concha). Dimedius 1 tulang
berada di atas yang lain dan berproyeksi ke medial dan inferior melintasi cavitas nasi. Tepi medial,
anterior dan posterior concha merupakan tepi bebas.

Concha nasalis membagi tiap cavitas nasi menjadi 4 saluran udara:

- sebuah meatus nasi inferior di antara concha nasalis inferior dan dasar nasi.

- sebuah meatus nasi medius di antara concha nasalis inferior dan medius:

- sebuah meatus nasi superior di antara concha nasalis medius dan superior: dan

- sebuah recessus sphenoethmoidalis di antars concha nasalis superior dan atap nasi.

Concha tersebut meningkatkan daerah permukaan kontak di antara jaringan dinding lateral dan
udara yang dihirup. Bukan untuk sinus paranasales, yang merupakan perluasan cavitas nasi yang
mengerosi ke dalam tulang-tulang di sekitarnya selama masa kanak dan awal dewasa, berada pada
atap dan dinding lateral cavitas nasi. Lebih lanjut, dinding lateral juga berisi ostium ductus na-
solacrimalis, yang mengalirkan air mata dari mata ke dalam cavitas nasi.

Regiones
Tiap cavitas nasi terdiri dari 3 regio utama—vestibulum nasi, regio respiratoria, dan regio olfacto-
ria, yaitu:

-Vestibulum nasi merupakan sebuah perluasan kecil ruangan tepat di bagian dalam nares yang
dibatasi oleh kulit dan berisi follicu rambut.

-Regio respiratoria merupakan bagian penghidu cavitas nasi, mempunyai banyak suplai neurovas-
kuler, dan dibatasi oleh epithelium respiratorium yang terutama terdiri dari epitheliocytus cili-
ates/sel ciliatum dan epithelium columnare/sel mucosum.

-Regio olfactoria, kecil, berada di apex tiap cavitas nasi, dibatasi oleh epithelium olfactorium, dan
berisi reseptor-reseptor olfactorium.

Selain memiliki reseptor-reseptor untuk penghidu (olfactoria), cavitas nasi menyesuaikan suhu dan
kelembaban udara yang dihirup melalui aktivitas suplai darah yang banyak. Bagian ini juga dapat
menjebak dan membuang partikel-partikel asing tertentu dari saluran nafas dengan menyaring
udara melalui rambut di dalam vestibulum serta dengan menangkap benda-benda asing dalam
cairan mucosus yang banyak. Normalnya cairan mucosus di dorong ke posterior oleh cilia pada
sel-sel epithelium di dalam cavitas nasi untuk ditelan.

B. Persarafan Hidung

Nervi yang mempersarafi cavitas nasi adalah nervus olfactorius [I] untuk penghidu dan cabang-
cabang nervus ophthalmicus [V1] dan nervus maxillaaris [V2] untuk sensasi umum/general sen-
sation Persarafan secretomotorium glandulae mucosa di dalam cavitas nasi dan sinus paranasales
oleh serabut-serabut parasympathicum dari nervus facialis [VII], yang terutama merupakan
cabangcabang gabungan dari nervus maxillaris [V2] di dalam fossa pterygopalatina.

1. Nervus olfactorius [I]

Nervus olfactorius [I] tersusun dari axon-axon dari reseptorreseptor di dalam epithelium olfacto-
rium pada puncak tiap cavitas nasi. Berkas-berkas axon tersebut berjalan ke superior melalui
lubang-lubang pada lamina cribrosa untuk sinaps dengan neuron-neuron dalam bulbus olfactorius
encepethmoidalis.
2. Cabang-cabang dari nervus ophthalmicus [V1]

Cabang-cabang dari nervus ophthalmicus [VI] yang mempersarafi cavitas nasi adalah nervus eth-
moidalis anterior dan nervus ethmoidalis posterior, yang berasal dari nervus nasociliaris di dalam
orbita.

Nervus ethmoidalis anterior berjalan dengan arteria ethmoidalis anterior dan keluar dari orbita
melalui sebuah saluran di antara labyrinthus ethmoidalis dan tulang frontale. Nervus tersebut ber-
jalan melalui dan menyuplai cellulae ethmoidales yang berdekatan dan sinus frontalis, dan
kemudian memasuki cavitas cranii tepat di lateral dan superior dari lamina cribrosa.

Nervus ethmoidalis anterior berjalan ke depan di dalam suatu cekungan pada lamina cribrosa dan
kemudian masuk cavitas nasi dengan berjalan turun melalui suatu celah seperti foramen tepat di
lateral dari crista galli. Nervus tersebut mempunyai cabang-cabang ke dinding medial dan lateral
cavitas nasi dan kemudian kontinyu ke depan pada permukaan di bawah tulang nasale. Nervus
tersebut berjalan ke permukaan eksternal nasus dengan berjalan di antara tulang nasale dan carti-
lago nasi lateralis, dan kemudian berakhir sebagai ramus nasalis externus, yang menyuplai kulit di
sekitar nares, di dalam vestibulum nasi, dan pada puncak nasus externus.

Seperti nervus ethmoidalis anterior, nervus ethmoidalis posterior keluar dari orbita melalui sebuah
saluran yang serupa pada dinding medial orbita. Nervus tersebut berakhir dengan menyuplai mu-
cosa cellulae ethmoidales dan sinus sphenoidalis dan normalnya tidak meluas ke dalam cavitas
nasi sendiri.

3. Cabang-cabang dari nervus maxillaris [V2]

Sejumlah rami nasales dari nervus maxillaris [V2] mempersarafi cavitas nasi. Banyak dari rami
nasales tersebut berasal dari dalam fossa pterygopalatina, yang terletak tepat di lateral dari dinding
lateral cavitas nasi, dan keluar dari fossa untuk masuk cavitas nasi dengan berjalan di medial me-
lalu foramen sphenopalatina:

a. Sejumlah nervi tersebut (rami/nervi nasales posteriors superiores laterales) berjalan ke depan
dan menyuplai dinding lateral cavitas nasi.
b. Yang lain (rami/nervi nasales posteriores superiors mediales) menyilang atap cavitas nasi
menuju septum nasi dan menyuppalatinusua regio tersebut.

c. Yang terbesar dari nervi tersebut adalah nervus nasopalatinus, yang berjalan ke depan dan turun
pada dinding medial cavitas nasi untuk berjalan melalui canalis incisivus pada atap cavitas oris,
dan berakhir dengan menyuplai mucosa oris di posterior dari dentes incisivi.

d. Nervi nasalis lainnya (rami/nervi nasales posteriores infee riores) berasal dari nervus palatinus
major, yang berjalan turun dari fossa pterygopalatina di dalam canalis palatinus tepat di lateral dari
cavitas nasi, dan berjalan melalui foramina kecil pada tulang untuk mempersarafi dinding lateral
cavitas nasi.

e. Sebuah nervus nasalis kecil juga berasal dari rami alveolares superiores anteriores dari nervus
infraorbitalis dan berjalan ke medial melalui maxilla untuk menyuplai dinding lateral di dekat
ujung anterior concha nasalis inferior.

4. Persarafan parasympathicum

Persarafan secretomotorium glandulae di dalam mucosa cavitas nasi dan sinus paranasales adalah
oleh serabut-serabut parasympathicum preganglionares yang dibawa oleh nervus petrosus major
cabang nervus facialis [VII]. Serabut-serabut tersebut masuk fossa pterygopalatina dan bersinaps
di dalam ganglion pterygopalatinum . Serabutserabut para sympathicum postganglionares
kemudian bergabung dengan cabang-cabang nervus maxillaris [V2] untuk keluar dari fossa dan
pada akhirnya mencapai glandulae tujuan.

5. Perasarafan sympathicum

Persarafan sympathicum, yang terutama terlibat dalam pengaturan aliran darah di dalam mucosa
nasus, berasal dart medulla spinalis setinggi level T1. Serabut-serabut sympathicum pregangli-
onares masuk truncus sympathicus dan berjalan naik untuk bersinaps di dalam ganglion cervicale
superius. Serabut-serabut Lympheanglionares berjalan pada arteria carotis interna, masuk cavitas
cranii, dan kemudian meninggalkan arteria carotis interna untuk membentuk nervus petrosus pro-
fundus, yang bergabung dengan nervus petrosus major dari nervus facialis [VII] dan masuk ke
fossa pterygopalatine. Seperti serabut-serabut parasympathicum, serabut-serabut sympathicum
mengikuti cabang-cabang nervus maxillaris [V2] ke dalam cavitas nasi.

6. Jaras Olfaktori

Neuron pertama jaras olfaktori adalah sel-sel olfaktori bipolar, neuron kedua adalah sel mitral dan
tufted cells bulbus olfaktorius. Neurit sel-sel tersebut membentuk traktus olfaktorius (neuron
kedua), yang terletak di dekat dan tepat di bawah korteks frontobasalis (orbitofrontalis). Traktus
olfaktorius terbagi menjadi stria olfaktorius lateralis dan medialis di depan substantia perforate
anterior bagian lainnya berakhir di trigonum olfaktorius, yang juga terletak di depan substantia
perforata anterior. Serabut-serabut stria lateral berjalan melalui limen insula ke amigdala, girus
semilunaris, dan girus ambiens (area prepirifornis). Tempat ini merupakan lokasi neuron ketiga,
yang berproyeksi ke bagian anterior girus parahipokampal (area brodmann 28, mengandung lapan-
gan proyeksi kortikaldan areaasosisasi system olfaktori). Serabut stria medialis berakhir di nuclei
area septalis di bawah genu korpus kalosum (area subkalosus) dan didepan komisura anterior.
Serabut yang keluar dari nuclei ini akibatnya berproyeksi ke hemisfes kontralateral dan ke system
limbik. Jaras olfaktori merupakan satu-satunya jaras snsorik yang mencapai korteks serebri tanpa
melalui penghubung di thalamus.

Farmakologi Dasar pada Sistem Indra

A. Obat yang bekerja pada mata

Adapun beberapa jenis obat yang dapat dipergunakan pada mata adalah:

Obat untuk membuat dilatasi pupil

Obat untuk kontriksi pupil dan mengobati glaucoma

Obat untuk mengobati infeksi mata

Obat untuk mengobati radang pada mata

Obat untuk degenerasi macular terkait usia


Anastesi lokal pada mata

Obat yang bisa melalui jaringan ocular :

Tetes mata

Paling sering

Perlu waktu lama untuk bereaksi dengan jaringan

Ointments

Efek lebih baik karena lebih cepat bereaksi

Waktu penyimpanan yang singkat

Injeksi peri-ocular

Mencapai belakang iris dan lensa diaphragma lebih cepat daripada obat topikal

Injeksi intraocular untuk operasi

Rute penyerapan untuk obat pada mata:

Tetes mata – kornea – anterior chamber – difusi – iris

Tetes mata – konjungtiva – sclera – ciliary body – bisa ke sistemik

Obat pada mata dapat berfungsi untuk sistem simpatik dan parasimpatik, yaitu:

1. Obat yang berfungsi untuk sistem simpatik

Adrenergic agonist

Non selektif agonis

Contoh obat: epinephrine, dipivefrin

Berfungsi sebagai tetes mata

Membuka angle glaucoma

Selektif alpha 1 agonis

Contoh obat: phenylephrine


Berfungsi untuk pemeriksaan funduscopic pada mata

Mencegah adhesi pada uveitis dan iritis

Dekongestan pada alergi minor hyperemia pada mata

Selektif alpha 2 agonis

Contoh obat: apraclonidine

Berfungsi untuk membuka pengobatan glaukoma

Beta blocker

Contoh obat: non selektif (timolol dan carteolol) dan selektif beta 1 (betaxalol)

Berfungsi sebagai tetes mata

Membuka angle glaucoma

Bisa digunakan pada pasien hipertensi

2. Obat yang berfungsi untuk sistem parasimpatik

Cholinergic agonist

Direct agonists

Contoh obat: methacholine, carbachol, dan pilocarpine

Indirect acting agonist (anticholinesterases)

Contoh obat: reversible (physostigmine, demecarium) dan irreversible (ecothiophate, isoflu-


rophate)

Kedua jenis obat itu berfungsi untuk:

Membuka dan menutup angle glaucoma

Fungsi membalikkan midriasis

Menghentikan adhesi iris-lensa

Cholinergic antagonists (muscarinic antagonist)


Natural alkaloid

Contoh obat: atropine dan scopolamine

Synthetic atropine substitutes

Contoh obat: homatropine, cyclopentolate, dan tropicamide

Berfungsi untuk:

Mengatasi adhesi pada uveitis dan iritis

Pemeriksaan funduscopic pada mata (pasif midriasis)

Pada pasien dengan infeksi pada mata diberikan terapi dengan melakukan pemilihan agen antibak-
teri dan rute pemberian yang tepat bergantung pada temuan klinis dan hasil kultur dan sensitivitas
yang dapat dilihat pada gambar 1. Sedangkan, obat yang berfungsi mengatasi peradangan dapat
mempergunakan beberapa jenis obat, yaitu:

1. Corticosteroids:

Topikal

Contoh obat: prednisolone, dexamethasone, hydrocortisone

Penggunaan pada: anterior uveitis, alergi konjungtivitis, dan skleritis

Sistemik

Contoh obat: prednisolone dan cortisone

Penggunaan pada: posterior uveitis dan optic neuritis

2. NSAID

Penggunaan NSAID digunakan pada pasien: setelah operasi, alergi konjungtivitis ringan, uveitis
ringan, cystoid macular edema, sebelum operasi untuk mencegah miosis selama operasi

B. Obat yang bekerja pada hidung


Fungsi utama hidung adalah penciuman, memanaskan dan melembabkan udara yang masuk dan
juga menyaring partikel di udara (sistem pelindung)

Ada tiga zona fungsional berbeda di rongga hidung:

Area vestibular: fungsi sebagai filter

Epitelium penciuman: obat-obat metabolik

Mukosa pernapasan: optimal penyerapan obat

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan obat hidung

Sifat fisiokimia obat:

Keseimbangan lipofilik-hidrofilik

degradasi di rongga hidung exo-peptidases & endo-peptidases --> penurunan bioavailability

Ukuran molekul: 3-7 microns

Efek Pengiriman

Formulasi (Konsentrasi, pH)

- pH 4,5–6,5: lisozim

Distribusi obat dan deposisi

Viskositas --> meningkat --> waktu kontak meningkat

Efek Hidung

Pembersihan mukosiliar

Waktu transit mukosiliar normal yaitu 12 hingga 15 menit

Dingin, rhinitis

Permeabilitas membran.

Obat yang larut dalam air & obat dengan berat molekul besar seperti peptida & protein -->
penurunan permeabilitas membran.
Sistem pengiriman obat dengan menggunakan sediaan obat untuk hidung memiliki beberapa ke-
untungan dan kerugian yaitu:

Keuntungan:

Penyerapan dosis besar

Penyerapan obat cepat

Onset aksi cepat

Non-invasif

Menghindari metabolisme GIT dan first-pass

Peningkatan bioavailabilitas

Dosis rendah / mengurangi efek samping

Kenyamanan dan kepatuhan yang ditingkatkan

Kekurangan:

Permukaan penyerapan yang lebih kecil (dibandingkan dengan GIT)

Kemungkinan iritasi hidung

Mekanisme absorpsi obat

Difusi pasif

Proses transeluler

Mekanisme laju cepat

Untuk obat lipofilik

Contoh obat: levodopa, carbidopa

Proses paraseluler

Mekanisme kecepatan lambat

Untuk hidrofilik
Bergantung pada bobot molekul

Contoh obat: insulin

Jenis obat yang seringkali digunakan pada hidung adalah obat dekongestan nasal. Dekongestan
merangsang agonis alpha-adrenergik yang menyebabkan:

penyempitan pembuluh darah

mengurangi jumlah darah di pembuluh sinusoid

menurunkan edema mukosa

Jenis dekongestan hidung

Systemic decongestant: (misalnya pseudoephedrine, phenylpropanolamine (PPA) dan phe-


nylephrine).

Efek samping: CNS, CV, GIT, Neuromuskular dan skeletal

Dekongestan topikal: tetes atau semprotan (misalnya phenylephrine, oxymetazoline, naphazoline).

Efek samping: rebound congestion

Inhaler: (1-desoxyephedrine & propylhexedrine).

Hanya saja penggunaan dekongestan terlalu sering kali menimbulkan fenomena yang disebut re-
bound congestion yaitu:

Vasokonstriksi -> aliran darah mukosa menurun -> penurunan tekanan kapiler

Cairan pada ruang interstisial dikeringkan melalui pembuluh darah -> penyusutan mukosa hidung.

Karena berkurangnya persediaan cairan, sekresi lendir hidung menurun.

Vasokonstriksi -> reactive hyperemia menyebabkan eksudasi cairan plasma ke ruang interstisial,
hidung “pengap” lagi, dan pasien merasa perlu untuk menerapkan kembali dekongestan
Penggunaan terus-menerus dari dekongestan memerlukan risiko kerusakan atrofi yang disebabkan
oleh hipoksia mukosa hidung yang berkepanjangan

Reactive hyperemia -> Vasokonstriksi diikuti oleh fase peningkatan aliran darah

Beberapa jenis dekongestan topikal yaitu:

Spray

Keuntungan:

Memiliki onset aksi yang cepat

Tutupi luas permukaan yang besar

Mudah digunakan

Murah

Kerugian:

Dosis imprecise

Kecenderungan untuk ujung botol menjadi tersumbat

Tetes

Keuntungan:

Lebih disukai untuk anak kecil

Kerugian:

Resiko kontaminasi tinggi

Cakupan terbatas ke mukosa hidung

Lewat dengan mudah ke laring

Hirup

Keuntungan:

Mudah digunakan dan dibawa


Kerugian:

Saluran udara yang tidak terhalang dan aliran udara yang cukup diperlukan untuk mendistribusikan
obat ke mukosa hidung

C. Obat yang bekerja pada lidah

Sistem pengiriman obat yang bekerja pada lidah dapat melalui buccal dan sublingual:

Mucoadhesion adalah elemen kunci

Pengiriman sublingual -->di bawah lidah

Pengiriman bukal --> antara pipi dan gusi

Keuntungan:

Menghindari metabolisme pertama

Menghindari metabolisme asam / enzim

Onset aksi cepat

Kepatuhan pasien yang baik

Administrasi & pemindahan yang mudah dalam kasus toksisitas

Untuk pasien yang tidak sadar atau tidak kompatibel

Kekurangan:

Obat-obatan dengan rasa pahit atau mengiritasi mukosa atau memiliki bau yang berbahaya adalah
kandidat yang buruk.

Bukan untuk anak-anak

Makan & minum kesulitan

Daerah permukaan kurang dari kulit

Obat-obatan tidak stabil pada pH Buccal (6,5-7)


Jenis obat-obatan

Tablet (nitrogliserin, nefidipin, oksitosin)

Patches dan films

Semisolids (salep dan gel)

Bubuk

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam permeabilitas transmukosal

Liphophilicity

Sekresi saliva

PH air liur

Mengikat ke mukosa mulut

Ketebalan ephitelium oral

Mekanisme penyerapan obat dan transportasi

Sebagian besar obat diserap oleh mekanisme difusi pasif

Nutrisi diserap oleh mekanisme mediasi pembawa

D. Obat yang bekerja pada telinga

Agen aktif untuk penggunaan lokal:

Antibiotika

Anti jamur

Anti Inflamasi

Pelunak lilin

Bentuk:

Tetes
Semprotan

Washes

Anda mungkin juga menyukai