Anda di halaman 1dari 25

CRITICAL BOOK REPORT

CRITICAL BOOK REPORT


MK. USAHA GARMENT
PRODI S1 Pend . Tata Busana
Fakultas Teknik

Skor Nilai:

Disusun Oleh:

Aufaa Nabiilah Lubis 5172143008

Cici Elendia Harahap 5173143003

Diah Sri Hartati S. 5171143003

Khumairoh 5173143012

Wan Aras 5173143025

Wella 5171143016

DOSEN PENGAMPU :Dra. Nurhayati Tanjung,


M.Pd.

MATA KULIAH :USAHA GARMENT

JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan
Karunia-Nya kepada Penulis, sehingga critical book report ini dapat diselesaikan
dengan baik dan tepat waktu. Adapun tujuan Penulis dalam menyusun critical book
report ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Usaha Garment dan
Critical Book Report ini juga dapat digunakan sebagai bahan diskusi, serta dapat
diaplikasikan sebagai bahan pembelajaran.
Critical book report ini Penulis susun dari berbagai bahan referensi terutama
buku yang berhubungan dengan judul critical book yang sebelumnya telah diberikan
oleh dosen pengampu mata kuliah Usaha Garment.Penulis berusaha seobjektif mungkin
dalam menyusun critical book sederhana ini.

Saya mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Usaha Garment yang
telah mempercayakan tugas ini kepada saya sehingga mempermudah Penulis dalam
memahami materi pada perkuliahan ini. Penulis menyampaikan banyak terima kasih
karena beliau, yang telah memandu Penulis, sehingga hal tersebut turut membantu
Penulis dalam penyelesaian critical book ini, serta kepada semua pihak yang turut andil
dalam membantu Penulis dalam penyelesaian critical book ini, sehingga critical book
ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.

Medan, 17 Mei 2019

Penulis
Kelompok

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ............................................................................................................3

BAB I ..................................................................... Error! Bookmark not defined.

PENDAHULUAN ................................................. Error! Bookmark not defined.

1.1 Latar Belakang ......................................................... Error! Bookmark not defined.

1.2 Tujuan ...................................................................... Error! Bookmark not defined.

1.2 Manfaat .................................................................... Error! Bookmark not defined.

BAB II .................................................................... Error! Bookmark not defined.

PEMBAHASAN .................................................... Error! Bookmark not defined.

2.1 Mini Reasearch ........................................................ Error! Bookmark not defined.

2.2 Rekayasa Ide ............................................................ Error! Bookmark not defined.

BAB III .................................................................. Error! Bookmark not defined.

PENUTUP.............................................................. Error! Bookmark not defined.

3.1 Kesimpulan .............................................................. Error! Bookmark not defined.

3.2 Saran ........................................................................ Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ............................................ Error! Bookmark not defined.

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Critical Book Review sangat lah penting, karena bukan hanya sekedar laporan atau
tulisan tentang isi sebuah buku atau artikel, tetapi lebih menitikberatkan pada evaluasi
(penjelasan, interprestasi & analisis) mengenai keunggulan dan kelemahan buku atau
artikel tersebut dan apa yang menarik dari artikel tersebut, bagaimana isi buku tersebut
yang bisa mempengaruhi cara berpikir & dan menambah pemahaman terhadap suatu
bidang kajian tersebut dan lebih kritis menanggapinya. Dengan kata lain dengan Critical
Book Review akan menguji pikiran pengarang atau penulis berdasarkan sudut pandang,
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki.

A. Tujuan Penulisan
Alasan dibuatnya CBR ini adalah sebagai salah satu persyaratan penyelesaian
tugas, khususnya mata kuliah Usaha Garment, serta untuk menambah wawasan yang
luas akan pengetahuan khususnya di bagian evaluasi dalam bidang pendidikan.
Meningkatkan daya kritis serta menguatkan materi Usaha Garment.

B. Manfaat Penulisan
1. Dapat menambah wawasan yang luas, khususnya tentang materi Usaha Garment
2. Penulis dapat lebih berpikir kritis lebih dari yang ia tahu.
3. Pembaca dapat mengetahui bahwa ada kekurangan dan kelebihan dari buku yang
di kritisi oleh penulis
4. Untuk memenuhi tugas Critical Book Review Mata Kuliah Usaha Garment.

4
BAB II

KRITKAL BOOK

A. IDENTITAS BUKU
1. Identitas Buku Utama

Judul Buku : Pola Dasar Pembangunan


Penulis : Dr Vandana Narang,
Penerbit :Shiskha Kendra
Kota Terbit :New Delhi
Tahun Terbit :2014
Ukuran Buku : 18 x 28 cm
Jumlah Isi : 124 halaman
Desain Sampul : Multi Graphics

2. Identitas Buku Pembanding

Judul Buku : Tata Busana


Penulis : Ernawati, Izwerni, Weni Nelmira
Penerbit :- Direktorat Pembinaan SMK
- Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
- Departemen Pendidikan Nasional
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit :2008
Ukuran Buku : 17,6 x 25 cm
Jumlah Isi : 162 halaman
Desain Sampul : TIM ( Full Colour )

5
BAB III

PEMBAHASAN

A. RINGKASAN / KRITIKAN BUKU UTAMA

PROSES SPREADING

Spreading adalah penggelaran kain yang telah digulung dalam rol ke


arah panjang diatas meja besar nan panjang disebut juga meja spreading, guna
persiapan cutting yang hasilnya akan dilakukan proses sewing. Secara umum,
penguluran kain dilakukan dengan cara menumpuk kain ke arah atas yang mana
permukaan kain depan memiliki arah yang sama dengan permukaan tumpukan
kain yang lainna.. Spreading quality adalah peningkatan mutu ketika banyaknya
cacat pada kain dapat di identifiasi oleh spreader dan dihilangkan selama proses
spreading atau ditandai untuk kemudia dapat dihilangkan setelah proses
spreading selesai. Spreading mode adalah pendeskripsian cara bagaimana
permukaan kain tersebut dihadapkan dan kearah mana kain tersebut digelar dari
setiap lapisannya
Operator dalam spreading dapat dilakukan satu atau dua orang
berdasarkan pada lebar dan jenis kain, jenis peralatan dan ukuran spreading,
mungkin juga terkait dengan proses spreading yang akan digunakan. Jika
terdapat 2 spreader berarti menggunakan manual proses kecuali jika spreading
kain sangat pendek. Saat 1 spreader maka akan bekerja pada setiap sisi meja
spreading agar bisa menjaga kain tetap lurus, halus dan tidak terjadi tegangan.
Dengan spreading otomatis, alat tersebut akan mengontro semuanya baik
tegangan, penempatan kain bahkan kecepatan penggelaran kain. Seangkan
spreader hanya sekedar mengawasi jalannya proses dan menghilangkan cacat
kain jika itu dibutuhkan.
Proses spreading ini dilakukan didalam suatu ruangan, biasanya disebut
dengan “cutting room”. Ruangan ini mengawali prosesnya dengan menerima
bahan baku yang telah diperiksa, pengerjaan pesanan, kualitas produk dan
finishing saat sorting dan bundling lalu dilanjutkan dengan sewing. Faktor yang
membedakan ruangan cutting satu dengan yang lainnya adalah tingkat teknologi

6
produk yang dikerjakan. Didalam ruangan ini memilii proses yang terdiri dari 4
langkah, antara lain :
1. Planing
2. Spreading
3. Cutting
4. Periapan untuk proses sewing
Berikut adalah gambaran proses pada produksi didalam “cutting room” :

7
A. MODE SPREADING
Pemilihan mode spreading seringkali ditentukan pada metode fabric
handling dan jenis mesin yang akan digunakan untuk spreading. Kelengkapan
peralatan spreading yang baik mungkin akan dibatasi pada pemilihan spreading
dan tipe marker yang tersedia untuk fasilitas yang lebih khusus. (Tidak semua
mesin spreading dapat melakukan semua mode spreading).
1. Kualitas terbaik dalam spreading dapat dicapai dengan Face/One/Way,
Nap/One/Way. (F/O/W, N/O/W). Setiap lapis kain yang akan di gelar
biasanya dihadapkan keatas sesuai dengan perintah spreader agar dapat
melihat permukaan kain seluruhnya sehingga dapat dilakukan

identifikasi banyaknya cacat pada kain.


Kain yang digelar hanya satu arah, dari ujung meja sampai ke ujung
meja yang lain. Ini akan menjamin tidak akan adanya masalah dengan
arah nap. Untuk mode spreading ini, termasuk open marker. Metode ini
sangat lambar, karena setelah kain digelar akan dilakukan pemotongan
pada akhir kain (spreader menggelar kain lalu memotongnya dan
kembali ke awal untuk pengulangan proses).
2. Kualitas terbaik ke dua dalam spreading adalah Face/One/Way,
Nap/Up/Down. (F/O/W, N/U/D). Didalam mode ini, kain digelar dari
ujung meja ke ujung meja yang lain. Pada saat diawal meja, spreader
memotong kain ke arah lebar kemudian memutarkan mesin spreading
180o (dalam bidang yang sama). Spreader lalu melanjutkan dari awal
meja menuju ke akhir meja dimana kain akan dipotong dan mesin
diputar kembali.

8
Proses ini akan berlangsung terus menerus sampai selsai. Mode ini hanya
diperuntukan kain yang simetris, karena setiap lapis kain yang digelar
memiliki arah yang berlawanan. Pada mode ini tidak akan meningkatkan
kualitas kain tetapi hanya meningkatkan tingkat efisiensi waktu dalam
prosesnya.
3. Mode spreading yang paling effisien namum tingkat kualitasnya adalah
terburuk ke dua, Face to Face, Nap/Up/Down. (F/F-N/U/D). Untuk kain
simetris, kualitas secara kesulurahan aalah layak, metode spreading ini
adalah yang paling popular. Dimulai dari ujung meja, spreader
menggelar kain ke ujung meja yang lain. Tanpa dilakukan pemotongan
pada ujungnya, spreder melipat kembali kain dan menumpuknya diatas
kain sebelumnya menuju ke tempat awal kain digelar.

.
4. Untuk kain asimetris, mode yang digunakan adalah Face to Face,
Nap/One/Way. Mengunakan prinsip open or closed marker, sehingga
hasilnya adalah face to face dimana tumpukan secara berturut-turut akan
saling memiliki bagian yang berpasang-pasangan. Prinsipnys adalah
menggelar kain dari ujung meja ke ujung meja yang lain lalu
memotongnya ke arah lebar kain dan kembali ke ujung meja lalu
spreading diputar 180O dan ulangi proses sampai kain seluruhnya digelar.
Berikut adalah gambar spreading mode (F/F, N/O/D) terkait :

9
Metode ini relatif lambat dan memiliki kualitas yang paling buruk
diantara mode yang lain karena setiap lapis permukaan kain tidak terlihat
oleh spreader. Mode ini juga harus diidentifikasi terhadap cacat kain
yang dilakukan oleh operator sewing selama prosesnya atau quality
control inspector jika ada.

Dari ke empat mode spreading beserta dengan gambarnya digolongkan pada


“open fabric”. Yang artinya adalah kain yang terdapat didalam roll hanya satu
lapis. Sedangkan ada istilah lain yang disebut dengan “folded fabric”. Jenis kain
ini juga disebut dengan “pairs of plies” karena didalam roll tersebut kain ini
sudah berbentuk lipatan ataupun lapisannya sudah saling berpasangan. Mode
spreading kain jenis ini hanya bisa dilakukan pada mode (F/F, N/U//D) dan (F/F,
N/O/W), secara prinsip kerjanya adalah sama namun bentuknya akan berbeda.
Berikut adalah gambar untuk (F/F, N/U//D) :

Sedangkan ini adalah gambar untuk (F/F, N/O/W) :

B. PERALATAN SPREADING
Banyak variasi mesin yang mungkin digunakan dalam spreading kain.
Meskipun investasi seringkali menjadi perhatian dalam pemilihan peralatannya.
Keputusan dalam pemilihan jenis mesin spreading sangat diperlukan. Ada tiga
faktor yang mempengaruhinya yaitu pertama, apakah spreading mode yang
digunakan membutuhkan suatu mesin. Kedua, seberapa besar pengaruh

10
penggelaran yang bebas terhadap tegangan. Dan terakhir, sebarapa berat dan
besar akan roll kain ketika mereka datang dari suatu pabrik
Informasi ini haruslah diteliti lebih lanjut agar dapat menjelaskan
kecocokan peralatan spreading. Meskipun menggunakan mesin otomatis akan
lebih cepat, namun keterbatasan kecepatan mesin ini adalah ketika kecepatan
spreader dalam berjalan untuk mengidentifikasi cacat kain lebih lambat sehingga
kecepatan mesin harus disesuaikan. Kecuali jika hal tersebut tidak diperhatikan
(diabaikan), maka mesin dapat beroperasi lebih cepat.
Berikut adalah peralatan spreading yang mungkin dibutuhkan, anatara lain :
No Nama Alat Penjelasan
Meskipun kelihatannya tidak masuk akal, namun metode
Solid Bar
ini masih dilakukan dengan 2 pekerja. Tidak ada tegangan
1 (Seperti Pegangan
yang dapat dikontrol, secara teoritis dapat dilakukan untuk
sapu)
semua jenis mode spreading.
Disebut juga meja spreading, namun tidak dilengkapi roll
kain yang akan digelar diatasnya. Memiliki awal dan
2 Stationary Rack ujung, disamping meja terdapat garis yang mengatur
meluruskan kain. Tidak berfungsi sebagai penghilang
tegangan namun hanya sebagai tempat meletakkan kain.
Istilah lainnya adalah roll, kain hasil penggulungan
kemudia dibuka (Un-winder) lalu digelar diatas meja
3 Drop-in Un-winder spreading. Bentuk rollnya adalah tabung yang memanjang
ke arah vertikal dan terdapat lubang ditengah diameternya
guna dipasang pada rolling rack.
Mesin ini, terdapat roll kain dibagian atasnya lalu dibagian
bawahnya terdapat roda agar alat ini bisa bergerak sesuai
dengan mode spreading yang dipilih. Idealnya untuk mode
F/O/W, N/O/W dan F/F, N/U/D. Alat ini tidak memiliki
4 Rolling Rack
kontrol tegangan sehingga spreader harus hati-hati dalam
menggelarnya karena roll mudah sekali berputar kedepan
saat kecepatan mesin ini ditambah. Namun tetap saja sering
kali terjadi tegangan.

11
Alat ini masih manual sama seperti halnya rolling rack,
namun yang membedakannya adalah tempat roll kain dapat
5 Turntable
diputar 360o. Mode spreading yang cocok untuk alat ini
adalah F/O/W, N/U/D dan F/F, N/O/W.
Fungsinya sama seperti Roling Rack namun alat ini
dilengkapi dengan motor dan electric eyed edge sensor.
Semi-Automatic
6 Yaitu meluruskan sisi kain agar sesuai dengan garis yang
Rolling Rack
ada diatas meja. Jika dilakukan secara manua,l hal ini akan
memakan waktu sedangkan tidak untuk alat ini
Sama seperti diatas namun alat ini akan menjalankan
fungsi dengan sendirinya tanpa adanya spreader.
Automatic Rolling Dilengkapi dengan alat pemotong lebar kain, sehingga
7
Rack spreader hanya menghilangkan cacat pada kain dan
mengoperasikan mesin. Sehingga mereka tidak akan
berjalan untuk menggelar dan menarik kain seharian.
Ada 2 tipe dari mesin ini, yang membeakannya adalah
Automatic pemutaran roll kainnya, ada yang manual dan otomatis.
8
Turntable Sama-sama dilengkapi alat pemotong, untuk yang manual
putaran roll kain dilakukan oleh spreader.
Alat ini mampu menggelar 2 lapis kain yang ditempatkan
diatas meja spreading secara bergantian, terdapat frame
Tubular Knit yang dimasukkan kedalam pipa kain untuk mengontrol
9
Fabric Spreader kedua lapis kain yang melewati mesin ini. Frame ini
mencegah terjadinya lipatan kain yang ditempatkan diatas
meja sehingga dapat mengurangi tegangan kain.

12
Berikut ini adalah gambar dari peralatang dalam proses spreading, antara lain
:
No Nama Alat Gambar

1 Meja Spreading

2 Rolling Rack

3 Turntable Spreader

Automatic Rolling
Rack +
4
Penangkap kain
(Penjepit kain)

5 Automatic Turntable

13
6 Tubular Knit

Roll : Tempat
digulungnya kain,
7
alat ini dipasang
pada rolling rack.

Air flotation : meja


spreading yang bisa
8 bergerak karena
dilengkapi dengan
motor

C. TECHNIQUE for SPREADING QUALITY


1. Menghilangkan tegangan pada kain yang digelar

Penggelaran kain diatas meja spreading menimbulkan tegangan, jika hal itu
dihiraukan maka saat marker makin selesai lalu diikuti dengan cutting akan terjadi
shrink (mengkeret pada kain). Meskipun hanya 5% namun cukup untuk merubah
ukuran kain secara keseluruhan.

a. Relaxing satu malam

Untuk kain jenis rajut, seharusnya dilakukan “relax” pada meja spreading. Jika
penggelarannya terlalu lama, maka saat pemotongan ke arah panjang kain akan
menimbulkan shrinkage yang lebih besar.

14
b. Dipukul saat digelar

Ini akan menjamin kain tidak terjadi tegangan. Cara seperti ini sangat cocok untuk
metode hand-spread (penggelaran dengan tangan). Spreader menggunakan tongkat
kayu dan memukul bagian permukaan atas kain (face) secara terus menerus
sepanjang meja spreading. Hal ini menyebabkan kain tertekuk sehingga shrink akan
hilang pada lapisan berikutnya.

c. Tight Selvedge

Setelah kain digelar diatas meja spreading, akan dilakukan pemtongan kecil pada
bagian samping kain agar menghindari tegangan kain. Biasanya dilakukan setiap 6
atau 12 inchi, dan hal ini juga tidak akan merusak kain

d. Positive fabric feed

Digunakan pada mesin automatic dan semi-automatic. Roller tempat kain digulung
akan mudah sekali berputar, itu akan sangat baik karena akan meminimalkan
tegangan pada kain. Namun jika spreader tidak bisa mengontrolnya maka kain akan
sering jatuh ke bawah (meja spreading).

1. Pemotongan pada ujung kain


Semua mode spreading kecuali (F/F, N/U/D) akan menggunakan cara ini
yaitu memotong kain kearah lebar. Ini dapat diselesaiakn dalam sekali proses,
ada beberapa metode yang digunakan, antara lain :
a. Hand Shears, digunakan dengan cara memotong kain kearah lebar kain, batas
lebar kain hanya 45 inchi, dan cara ini membutuhkan asisten di sisi meja yang
lain untuk mengembalikan alat ke tempat semula pada lapisan berikutnya.
Alat ini masih manual.
b. Wand Mounted Round Knife, alat pemotong elektrik dengan panjang kain
berkisar 36 inchi. Karena memiliki pegangan, spreader mampu menjangkau
sisi lebar kain yang lain dan alat bisa kembali ke tempat semula. Hanya
membutuhkan 1 spreader sehingga harga produksi bisa dikurangi separuhnya.

15
c. Automatic Cutting Knife, alat ini akan memotong kain ke arah lebar secara
otomatis tanpa bantuan spreader. Dan dapat disesuaikan dengan mode
spreading yang akan digunakan.
2. Mengurangi limbah kain pada bagian ujung setelah mengalami pemotongan,
jika menggunakan hand shears maka kain yang menjadi limbah sekitar 3 inchi
pada setiap lapisan. Ini terjadi karena pemotongan dengan mata tidak begitu
akurat. Spreader tidak tahu kapan waktu yang tepat untuk memotong kain.
Menggunakan prmotong elektik juga akan sama hasilnya hanya mengurangi
sedikit kain yang menjadi limbah mungkin sekitar 1 inchi pada setiap lapis
kain.
3. Mengontol lapisan kain, ini terjadi saat roll menggulung kain yang memiliki
banyak warna. Sehingga saat warna berbeda maka harus diberi tanda atau
lapisan tersendiri. Oleh karena itu akan menghasilkan “rainbow effect” yang
terlihat ketika akan dipotong sebelum di sorting. Saat sorting, setiap lapis
warna yang telah diberi tanda atau lapisan akan di bundling. Ketika hanya ada
1 warna yang akan digelar, maka perlu dibedakan kainnya. Biasanya
menggunakan tissue paper atau wax paper.
4. Pengontrolan kain selama proses spreading, hal ini bertujuan untuk
mendapatkan kualitas terbaik. Idealnya, setiap lapis kain yang digelar diatas
meja spreading dengan meletakkanna saling bertumpukan ke atas maka harus
dikontrol setiap sisinya. Sehingga kain akan berbentuk persegi, datar dan
tanpa tegangan.

Menghilangkan cacat kain, sebelum kain dipotong seharusnya diperiksa terlebih


dahulu dan inspector lebih baik untuk mencuci tangannya agar kain tidak kotor.
Dilakukan dengan cara mengidentifikasi cacat kain dan menghilangkannya
selama proses spreading atau menandainya untuk dihilangkan nanti.

16
B. RINGKASAN / KRITIKAN BUKU PEMBANDING

MEMOTONG, MENJAHIT, PENYELESAIAN (CUTTING, SEWING,


FINISHING GARMENT.

A. Menyiapkan Tempat Kerja

Tempat kerja merupakan bagian yang penting dalam suatu usaha, secara tidak
langsung tempat kerja akan berpengaruh pada kesenangan, kenyamanan dan
keselamatan dari para siswa/pekerja. Keadaan atau suasana yang menyenangkan
(comfortable) dan aman (safe) akan menimbulkan gairah produktivitas kerja.

Menyiapkan tempat kerja untuk memotong bahan berbeda dengan tempat kerja
menjahit dengan tangan ataupun dengan mesin. Suatu tempat kerja yang diatur teliti
dengan mengingat tertib kerja dan rasa keindahan, akan menyebabkan siswa/pekerja
yang sedang melakukan kegiatan memotong bahan akan bekerja dengan perasaan
senang. Tempat kerja yang dimaksud adalah yang ergonomik dengan kata lain
tempat kerja yang sesuai dengan kebutuhan.

Memotong bahan dengan menggunakan mesin potong membutuhkan tempat


kerja yang berbeda dengan memotong bahan menggunakan gunting biasa yang
dilakukan secara manual. Memotong bahan dengan gunting biasa tempat yang
dibutuhkan cukup dengan menggunakan meja potong yang sederhana. Sedangkan
untuk memotong bahan dengan mesin potong tempatnya disesuaikan dengan jenis
dan besarnya mesin potong yang dipakai. Biasanya meja yang digunakan untuk
memotong bahan pada produksi massal adalah:

1. Meja dengan ukuran yang lebih besar. Lebarnya minimal 1,5 m dan panjangya
minimal 3 m sesuai dengan besar kecilnya kapasitas produksi.

2. Gunting khusus untuk garment (round knife, band knife, double knife, straight
knif
B. Menyiapkan Bahan
1. Memilih bahan

Bahan atau tekstil mempunyai aneka ragam jenis dan sifatnya. Akibat proses
pembuatan yang berlainan dan bahan mentah (asal bahan) serta zat pelarutnya yang
berbeda, menyebabkan ciri-ciri dan sifat bahan bebeda pula, ada yang kaku, ada
yang melansai, yang lembut, lemas, berat, ringan, tebal, tipis, transparan dan
sebagainya.

17
Untuk itu pembelian bahan atau tekstil harus dilakukan oleh seorang yang ahli
dibidang tekstil. Pembelian kain yang sesuai dengan kebutuhan akan menghindarkan
dari kelambatan dalam pemotongan. Pada waktu pembelian kain, spesifikasi mutu
kain harus dinyatakan dengan jelas. Spesifikasi mutu kain tersebut antara lain adalah

a) Dimensi, meliputi ukuran panjang, lebar, berat dan mungkin tebal kain,
termasuk toleransinya.

b) Jumlah dan jenis cacat yang diperbolehkan tiap unit, termasuk cara
penilaiannya dan lembaga penilai yang ditunjuk jika terjadi perbedaan pendapat.
2. Memeriksa bahan

Memeriksa bahan sebelum dibeli sangat perlu dilakukan. Biasanya untuk


memastikan sifat kain perlu dilakukan pengujian. Uji-uji yang dilakukan isesuaikan
dengan tujuan pemakainya, beberapa pengujian kain yang umum dan biasa
dilakukan antara lain adalah :

a. Warna, kesesuaian warna dan tahan luntur warna terhadap pencucian,


keringat, gosokan, sinar matahari, terhadap penyetrikaan, gas tertentu dan
air laut.

b. Kestabilan dimensi kain dalam pencucian

c. Ketahanan kusut dan sifat langsai (drape) termasuk sifat kain yang tidak
memerlukan penyetrikaan setelah pencucian (sifat durable press).

d. Kekuatan tarik, sobek dan jebol.

e. Tahan gesekan dan pilling, terutama untuk serat sintetik

f. Sifat nyala api, sebelum atau sesudah beberapa kali pencucian.

g. Lengkungan dan kemiringan benang pada kain.

h. Penyerapan atau tolak air kain sesuai penggunaan.

C. Meletakkan Pola di Atas Bahan


1. Rancangan bahan

Merancang bahan adalah memperkirakan banyaknya bahan yang


dibutuhkan pada proses pemotongan. Rancangan bahan diperlukan sebagai
pedoman ketika memotong bahan.

Bila rancangan bahan berbentuk marker yang dipakai untuk memotong


bahan dalam jumlah banyak maka, sebelum diletakkan di atas bahan, panjang
marker dijadikan ukuran untuk menggelar bahan sebanyak jumlah yang akan

18
diproduksi, atau disesuaikan dengan kemampuan alat potong yang digunakan.
Metoda di dalam perencanaan marker ini dapat dibedakan sebagai berikut:

1) Menggunakan pola dengan ukuran sebenarnya langsung diatas marker dengan


jalan mengatur letak pola-pola agar didapat efisiensi marker yang terbaik.

2) Menggunakan pola yang diperkecil. Untuk memperkecil pola ini, digunakan


peralatan antara lain, pantograph, meja skala dan kamera.

3) Menggunakan computer yang terintegrasi, yang terdiri dari:

a) Digitizer, keyboard, mouse sebagai pemasok data.

b) CPU sebagai pengolah data dan media penyimpanan.

c) Monitor sebagai media pemantau

d) Printer, plotter sebagai media pencetak.

Metoda dalam penggambaran dan penggandaan marker dibedakan menjadi:

1) Digambar dengan tangan, mengikuti pola pada kertas. Pembuat marker


meletakkan pola di atas kertas, lalu menggambar dengan mengitari pola untuk
setiap pola dan masing-masing ukuran diberi kode.

2) Dengan perantara komputer.

Pembuat marker tinggal memberi instruksi ke komputer untuk menggambarkan


marker keatas kertas. Perintah ini diteruskan sampai marker digambar oleh
plotter. Proses penggambaran dan penggandaan membutuhkan sedikit perhatian
dari pembuat marker. Atau Digambar langsung ke kain/bahan, caranya dengan
mengitari pola dan dengan spray marking.

2. Tujuan membuat rancangan bahan dan harga

a) Untuk mengetahui banyak bahan yang dibutuhkan sesuai desain busana


yang akan dibuat.

b) Untuk menghindari kekurangan dan kelebihan bahan.

c) Sebagai pedoman waktu menggunting agar tidak terjadi kesalahan.

d) Untuk mengetahui jumlah biaya yang diperlukan.


e)
D. Memotong Bahan Sesuai Pola
1. Memotong (cutting)

19
Memotong (cutting) bahan yang akan dijahit akan memberi pengaruh yang
besar kepada pembuatan busana, jika salah potong akan menimbulkan kerugian
baik dari segi biaya maupun waktu. Resiko ini berlaku untuk memotong busana
perorangan atau pun untuk produksi massal. Bagian pemotongan mempunyai
pengaruh yang besar pada biaya pembuatan garmen, karena di bagian
pemotongan ini apabila terjadi kesalahan potong akan mengakibatkan potongan
kain tersebut tidak bisa diperbaiki.

Alat potong yang digunakan ada beberapa jenis yaitu : pisau potong lurus
(straight knife), mesin potong pisau bundar (round knife) atau menggunakan
gunting biasa. Hasil pemotongan yang baik, adalah pemotongan yang tepat pada
tanda-tanda pola dan tidak terjadi perobahan bentuk. Hal ini akan memudahkan
dalam menjahit dan menghasilkan jahitan yang sesuai dengan
kebutuhan/ukuran. Alat potong/gunting yang digunakan adalah gunting yang
tajam dan jangan dipakai gunting yang tumpul. Jangan dibiasakan menggunakan
gunting kain untuk menggunting kertas atau pun yang lainnya, juga perlu dijaga
gunting jangan sampai jatuh karena akan mengakibatkan pergeseran mata
gunting sehingga terasa tumpul atau tidak dapat berfungsi lagi.

Alat potong untuk produksi massal, ada beberapa jenis yaitu:

1. Pisau potong lurus (straight knife) yang mempunyai 2 mata pisau, ukuran panjang
mata pisau berfariasi 10 s.d 33 cm dengan gerakan naik dan turunnya 2,5 s.d 4,5 cm,
makin besar gerakan pisau pemotong maka semakin cepat proses pemotongan dan
lebih memudahkan operator dalam mendorong pisau tersebut dan bisa memotong
kain lebih banyak. Pisau ini banyak digunakan oleh industri pakaian jadi.

2. Mesin potong pisau bundar (round knife) pisau ini hanya bisa memotong dalam
jumlah sedikit/terbatas dan untuk pemotongan yang lurus. Bila digunakan untuk
memotong jumlah yang banyak dan bentuk lengkungan akan menghasilkan potongan
yang tidak sama dengan bentuk pola, dengan kata lain hasil potongan kain lapisan
bawah berbeda ukuran dengan kain lapisan atas, diameter pisau bervariasi mulai dari
6 cm sampai dengan 30 cm.

3. Mesin potong pita (Band Knife), hasil potong pisau ini sangat akurat, terutama
dipakai untuk pemotongan pola-pola kecil atau yang berbentuk aneh. Caranya:
lapisan kain digerakkan kearah pisau yang berputar, sedangkan pisau sendiri diam.

Berikut ini dapat dilihat contoh mesin potong tersebut:

20
Gambar 182. Mesin potong bulat Gambar 184. Mesin potong lurus

Ketika proses pemotongan diperlukan alat bantu seperti alat untuk memberi
tanda seperti tanda kampuh. Jika kampuh pakaian yang dipotong sudah standar
sesuai dengan produk yang akan dibuat, hal ini sudah diketahui operator penjahitan
sehingga tidak memerlukan tanda, dan kalau ada tanda-tanda yang khusus seperti
kupnat hanya dengan memberi titik pada ujung atau sudutnya dengan lubang halus
dan tanda lainnya yang sudah dipahami bersama.

Teknik/strategi memotong juga perlu diperhatikan, misalnya sebelum


memotong sudah disiapkan semua pola sampai pada komponen-komponen yang
kecil-kecil. Bahan sudah diperiksa dan bila tidak lurus diluruskan bila susah
meluruskannya dapat dengan cara menarik satu benang kemudian dipotong pada
bekas tarikan benang tersebut.

2. Mengemas Pola dan Potongan Bagian-Bagian Busana


(Bundeling)
Bundeling yaitu pemisahan dan penggulungan bagian-bagian pola yang sudah
diberi tiket yang kemudian jumlah penggulungan disesuaikan dengan jumlah yang
tertera pada tiket tersebut. Pekerjaan bundeling bisa juga :

1. Menghitung bahan yang sudah dipotong (bagian-bagiannya)

2. Menulis order

3. Pemberian tiket

4. Jumlah

5. Size/ukuran

6. Stamfing

Komponen-komponen busana yang sudah dipotong di bundle, maksudnya

komponen disiapkan berdasarkan ukuran, warna dan jumlahnya sesuai dengan


komposisi yang diperlukan di bagian penjahitan/sewing.

Mengemas pola dan mengemas potongan-potongan bagian busana sangatr


penting dalam persiapan penjahitan. membuat bundle serta mempersiapkannya
sesuai dengan kebutuhan dibagian penjahitan. Bundle adalah komponen yang sudah
dipotong, disiapkan berdasarkan ukuran, warna dan jumlah yang dibutuhkan sesuai
dengan komposisi yang diperlukan dibagian sewing. Penjahitan merupakan bagian
yang paling penting dalam membuat busana, tanpa penjahitan maka bagian-bagian
pakaian yang sudah dipotong tidak akan ada artinya sama sekali.

21
Pada perusahaan pakaian jadi/garmen, bagian mengemas pola dan bagian-bagian
busana (bundeling) dipimpin oleh seorang menager (menager bundeling). Maneger
bundeling bertanggung jawab kepada operator devisi terhadap bahan-bahan dan
perlengkapannya.

E. Memindahkan Tanda-tanda Pola

Setelah bahan digunting, bentuk pola dipindahkan pada bahan dan tanda-tanda
pola yang lainnya kadang-kadang juga perlu dipindahkan.

Berikut ini adalah tanda-tanda pola yang akan dipindahkan pada bahan adalah

1. Garis pinggir (tepi) pola

2. Garis bahu muka dan belakang

3. Garis sisi badan muka dan belakang

4. Garis lingkar kerung lengan

5. Garis lipit pantas (kupnat)

6. Garis tengah muka dan tengah belakang

7. Garis lipatan bawah baju/blus, bawah rok, ujung lengan

8. Tanda puncak lengan

9. Batas pinggang, garis empire, garis princes kalau ada.

10. Batas kerutan kalau ada

11. Dan tanda-tanda khusus lainnya sesuai desain

F. Menjahit (Sewing)

Menjahit merupakan proses dalam menyatukan bagian-bagian kain yang telah


digunting berdasarkan pola. Teknik jahit yang digunakan harus sesuai dengan desain
dan bahan karena jika tekniknya tidak tepat maka hasil yang diperoleh pun tidak
akan berkualitas. Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses menjahit adalah
sebagai berikut:

1. Menyiapkan alat-alat jahit yang diperlukan seperti mesin jahit yang siap pakai
yang telah diatur jarak setikannya, jarum tangan, jarum pentul, pendedel,
seterika dan sebagainya, serta bahan yang telah dipotong beserta bahan
penunjang/ pelengkap yang sesuai dengan desain.

22
2. Pelaksanaan menjahit

Dalam pelaksanaan menjahit untuk mendapatkan hasil yang berkualitas hendaklah


mengikuti prosedur kerja yang benar dan tepat disesuaikan dengan desain.

Menjahit busana untuk produksi massal, proses menjahit sebaiknya dilakukan


dengan ban berjalan, maksudnya untuk selembar pakaian dikerjakan oleh sederet
operator menjahit. Setiap bagian menggunakan mesin jahit yang khusus, sesuai
dengan teknik jahitnya, dan operatornya disesuaikan dengan keahliannya. Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan di dalam menjahit untuk produksi masal antara
lain:

1. Persiapan penjahitan, tujuannya adalah untuk memberi tanda, membuat bundle


serta mempersiapkannya sesuai dengan kebutuhan dibagian penjahitan.

2. Shade marking, proses ini memastikan komponen-komponen yang dipotong


tidak tercampur pada waktu penggabungan, terutama untuk warna yang sama.

3. Ticketing, setiap komponen untuk satu garment, diberi nomor spesifik, biasanya
memakai kertas kecil.

4. Bundle, bundle komponen yang sudah dipotong, disiapkan berdasarkan ukuran,


warna dan jumlahnya sesuai dengan komposisi yang diperlukan dibagian
sewing.

23
BAB III

PEMBAHASAN
KEUNGGULAN / KELEMAHAN BUKU

 Kelebihan buku

Buku sangat bagus karena membahas Tentang Dasar dalam uasaha garment
sehingga pembaca dapat menilai nilai satu persatu dari materi tersebut. Buku ini
bisa menjadi pedoman yang baik untuk mahasiswa memperdalam pengetahuan
dalam usaha garme .cover buku full colour ntsehingga menarik untuk dibaca.

 Kelemahan Buku utama

Dalam buku pembanding ada bebrapa kekurangan materi tidak mencakup


semua materi tentang draping. Dalam isi buku gambar tidak berwarna sehingga
mengurangi daya tarik membaca.

24
BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari uraian yang dikemukan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam


membuat busana teknik draping ada bebrapa hal yang harus diperhatikan, yaitu
perhatikan arah benang, cara prlrtakan busananya. Pola dasar dengan teknik
drapping adalah membuat pola sesuai dengan ukuran dan bentuk badan seorang
model. Untuk mempermudah prosedur pembutan pola, model dapat diganti
dengan dressform atau boneka jahit yang ukurannya sama atau mendekati
ukuran model.

B. Saran

Melalui critical book ini, semoga para pembaca memahami tentang dasar
pembuatan busana teknik draping Dan saya menyarankan kepada mahasiswa
jurusan busana agar lebih mendalami dan mempelajari terkait dengan materi ini
dan bagian-bagian yang ada di dalam nya, karena dengan demikian dapat
menambah wawasan pembaca. Dan buku ini bagus dijadikan sebagai buku
pegangan untuk kita selain pembahasan nya tidak terlalu berat juga teori nya
mudah dimengerti.

25

Anda mungkin juga menyukai