Anda di halaman 1dari 22

SATUAN ACARA PENYULUHAN

OBAT TRADISIONAL DI RW 13 KELURAHAN SUKAPURA


KIARACONDONG

Diajukan untuk memenuhi syarat tugas stase Keperawatan Komunitas

Program Profesi Ners XXXVI

Ade Rosi 220112180053

PROGRAM PROFESI NERS XXXVI


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Barta (Obat Tradisional)


Sub Pokok Bahasan :
1. Pengertian Obat tradisional
2. Jenis obat tradisional
3. Pengembangan obat tradisional
4. Komposisi obat tradisional khusus hipertensi
Sasaran : Keluarga Ny. I
Tanggal Pelaksanaan : Jumat, 10 Mei 2019
Waktu/Durasi : 10 menit
Tempat : Rumah Ny. I
Materi : Terlampir
Media : Leaflet
Pemateri : Ade Rosi

I. TUJUAN
A. Tujuan Instruksional Umum (TIU):
Setelah dilakukan pemaparan/edukasi, keluarga Ny.1 diharapkan dapat memahami
tentang obat tradisional untuk menurunkan hipertensi
B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK):
Setelah dilakukan pemaparan mengenai obat tradisional untuk hipertensi diharapkan
dapat:
1. Memahami pengertian Barta
2. Memahami Pengertian Obat tradisional
3. Memahami Jenis obat tradisional
4. Memahami Pengembangan obat tradisional
5. Memahami obat tradisional yang dapat digunakan untuk menurunkan darah tinggi
II. Materi Penyuluhan
1. Terlampir
C. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya Jawab (diskusi)

2
D. Media Penyuluhan
Leaflet dan Poster

E. Waktu dan Tempat


Hari/Tanggal : Jumat, 10 Mei 2019
Jam : Pukul 09.00-10.00 WIB
Tempat : Rumah Ny.I

3
F. KEGIATAN PENYULUHAN

TAHAPAN KEGIATAN PELAKSANA PESERTA METODE MEDIA

Pra 1. Menyiapakan Ade -


2 menit sarana dan
prasarana
Kegiatan 1. Salam pembuka Ade Menyimak Ceramah dan
Pembukaan 2. Menyampaikan dan Tanya jawab
3 Menit tujuan menjawab
penyuluhan pertanyaan
3. Apersepsi yang diajukan
(mengaitkan tema
yang akan
dijelaskan saat ini
dengan
tema/materi
sebelumnya yang
diperoleh peserta)

Uraian Materi Presentator Menyimak Ceramah, Poster


Materi 1. Pengertian Obat Demonstrasi
10 Menit tradisional dan tanya
jawab
2. Jenis obat
tradisional
3. Pengembangan
obat tradisional
4. Obat tradisional
untuk
menurunkan
tekanan darah
Kegiatan 1. Menyampaikan Presentator Menyimak Poster
Penutup kesimpulan
2 Menit secara singkat
2. Memberi Bertanya
kesempatan
bertanya pada Moderator
peserta
3. Melakukan Menjawab
evaluasi

4
pembelajaran
(pertanyaan)
4. Salam penutup pertanyaan

X. EVALUASI
Evaluasi dilakukan dengan melihat proses selama penyuluhan dan evaluasi hasil
berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan.
Prosedur : post-test
Jenis tes : pertanyaan secara lisan dan praktir secara
bersamaan

Butir-butir pertanyaan :
1. Pengertian Obat tradisional
2. Jenis obat tradisional
3. Pengembangan obat tradisional
4. Komposisi obat tradisional
5. Jenis obat tradisional khusus menurunkan darah tinggi

5
LAMPIRAN MATERI PENYULUHAN
A. Pengertian

Dalam masyarakat sendiri sebenarnya terdapat suatu dinamika yang


membuat mereka mampu bertahan dalam keadaan sakit dan hal ini sebenarnya
merupakan potensi yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan derajat
kesehatannya. Potensi yang berarti kemampuan, daya, kesanggupan, kekuatan yang
dapat dikembangkan. Selama ini perkembangan pelayanan kesehatan tradisional
dan alternatif tampak semakin pesat sekitar 32% masyarakat kita memakai
pengobatan dan obat tradisional ketika sakit. Perkembangan ini telah mendorong
pertumbuhan usaha di bidang obat tradisional, mulai dari budidaya tanaman
obat,industri obat, dan distribusi. Akhir-akhir ini banyak muncul penyakit-penyakit
baru yang belum ditemukan obatnya. Hal ini membuat cemas masyarakat,padahal
bahan-bahan untuk obat tradisional yang berkhasiat obat banyak terdapat di seluruh
pelosok tanah air, meskipun masih belum dimanfaatkan secara optimal untuk
pengobatan penyakit. Hal ini berarti obat tradisional memiliki potensi besar dalam
pelayanan kesehatan.

1. Obat Tradisional

Obat Tradisional adalah obat yang dibuat dari bahan atau paduan bahan-
bahan yang diperoleh dari tanaman,hewan atau mineral yang belum berupa zat
murni. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-
bahan tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman (Ditjen POM,1999). Sediaan galenik adalah hasil ekstrasi
bahan atau campuran bahan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan. Obat
tradisional sering dipakai untuk pengobatan penyakit yang belum ada obatnya yang
memuaskan seperti penyakit kanker, penyakit viru termasuk AIDS dan penyakit
genertif, serta pada keadaan tidak terjangkau oleh daya beli masyarakat.

Suatu zat merupakan obat bila dalam pengobatan atau eksperimen sudah
diperoleh informasi,di antaranya tentang ( B.Zulkarnaen,1999) :

6
a. Hubungan dosis dan efek (dose – effect – relationship), selain dari hanya
diketahui adanya suatu efek.

b. Absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi zat tersebut

c. Tempat zat tersebut bekerja (site of action)

d. Cara bekerja at (mechanism of action)

e. Hubungan struktur dan respon ( structure – respons relationship).

Informasi tentang lima hal di atas diperlukan dan dievaluasi dalam menilai
suatu obat. Penisilin umpamanya sudah diketahui bahwa besar responsnya
berkaitan erat dengan besar dosis, ia diketahui kapan mencapai kadar efektif dalam
darah manusia dan dalam bentuk apa sisa penisilin diekskresi. Diketahui pula pada
bagian apa dari kuman penisilin bekerja, serta bagaimana bekerjanya dan diketahui
pula hubungan kerja dengan struktur molekul penisilin. Informasi seperti imi
dipunyai obat modern yang dipasarkan, sementara kurangnya informasi
menyebabkan suatu obat tidak dapat diedarkan sebagai obat.

Untuk memperoleh informasi di atas, diperlukan penelitian, tenaga, dana


dan waktu yang sangat banyak. Diperkirakan dari ditemukannya suatu
obat,dibutuhkan sekitar 25 tahun,sebelum suatu zat diperbolehkan beredar sebagai
obat. Penelitian berkenaan dengan hal di atas dimulai dari penapisan tahap pertama,
yaitu :

a. Penentuan toksitas dan pengaruh terhadap gelagat (behavior)

b. Pengaruh zat terhadap tekanan darah dan semua percobaan yang ada kaitannya
dengan tekanan darah.

c. Pengaruh zat terhadap organ-organ terisolasi yang kemudian diikuti dengan


ratusan percobaan untuk melengkapi informasi yang diperlukan.

Tiga jenis penapisan ini banyak memberikan arah penelitian dan sifat bahan
yang diteliti,mulai dari pengaruh terhadap Susunan Saraf Pusat (SSP), Susunan
Saraf Otonom(SSO), respirasi , relaksan otot, dan sebagainya.

7
Pada table di bawah ini dapat dilihat daftar beberapa tanaman obat yang
mempunyai prospek pengembangan yang potensial.

Tabel 1.

Tanaman Obat Fitofarmaka yang Prospektif

No Tanaman Obat Bagian Indikasi potensi


tanaman
obat
1. Temulawak Umbi Hepatitis, artritis
(Curcuma
Xantorrhiza
2. Kunyit ( Curcuma Umbi Hepatitis, arthritis, antiseptik
demostica Val )
3. Bawang Putih Umbi Kandidiasis, hiperlipidemia
(Allium sativum
Lynn)
4. Jati Blanda Daun Anti hiperlipidemia
(Guazuma
ulmitblia Lamk)
5. Handeuleum Daun Hemoroid
(Daun ungu)
(Gratophyllum
picium Griff
6. Tempuyung Daun Nefrolitiasis, diuretik
(Sonchus arvensis
Linn)
7. Kejibeling Daun Nefrolitiasis, diuretik
(Strobilanthes
cripus BJ)

8
8. Labu merah Biji Taeniasis
(Cucurbita
moschata Durch)
9. Katuk (Sauropus Daun Meningkatkan produksi ASI
androgynus Merr)
10. Kumis kucing Daun Diuretik
(Orthosiphon
stamineus Benth)
11. Seledri (Apium Daun Hipertensi
graveolena Linn)
12. Pare (Momordica Buah biji Diabetes mellitus
charantia Linn)
13. Jambu biji Daun Diare
(Klutuk) (Psidium
guajava Linn)
14. Ceguk (wudani) Biji Askariasis,oksiurtasis
(Quisqualis indica
Linn)
15. Jambu mede Daun Analgesik
(Anacardium
occidentale)
16. Sirih (Piper betle Daun Antiseptik
Linn)
17. Saga tekik (Abrus Daun Stomatitis attosa
precatorius Linn)
18. Sabung (Blumca Daun Analgesik, antipiretik
balsamitera D.C)
19. Benalu the Batang Ahli kanker
(Loranthus spec,
div)
20. Pepaya (Carica Getah Sumber papain, Anti malaria,
papaya Linn) daun biji Kontrasepsi pria

9
21. Butrawali Batang Anti malaria, Diabetes mellitus
(Tinospora
rumphii Boerl)
22. Pegagan (kaki Daun Diuretika,antishipertensieptic,antikeloid,
kuda)(Centella
asiatica Urban)
23. Legundi (Vitcx Daun Antiseptik
trifolia Linn)
24. Inggu (Ruta Daun Analgesik, antipiretik
graveolens Linn)
25. Sidowajah Daun Antiseptik, diuretika
(Woodfordia
floribunda Salibs)
26. Pala (Myristica Buah Sedatif
fragrans Houtt)
27. Sambilata Seluruh Antiseptik,diabetes mellitus
(Adrographis tanaman
paniculata Nees) daun
28. Jahe (Halia) ( Umbi Analgesik, Antipiretik, antiinflamasi
Zingibers
officinale Linn)
29. Delima putih Kulit buah Antiseptik, antidiare
(Punica granalum
Linn)
30. Dringo (Acorus Umbi Sedatif
calamus Linn)
31. Jeruk ninja (Citrus Buah Antibatuk.
aurantifolia
Svviqk)

2. Pengobatan Tradisional

10
Pengobatan Tradisional adalah suatu upaya kesehatan dengan cara lain dari
ilmu kedokteran dan berdasarkan pengetahuan yang diturunkan secara lisan
maupun tulisan yang berasal dari Indonesia atau luar Indonesia. WHO menyatakan
Pengobatan tradisional ialah ilmu dan seni pengobatan berdasarkan himpunan dari
pengetahuan dan pengalaman praktek, baik yang dapat diterangkan secara ilmiah
ataupun tidak, dalam melakuakn diagnosis,prevensi dan pengobatan terhadap
ketidakseimbangan fisik, mental ataupun sosial.

Jenis pengobatan tradisional di Indonesia

Berbagai jenis dan cara pengobatan tradisional terdapat dan dikenal di


Indonesia. Ada yang asli Indonesia dan ada pula yang berasal dari luar negeri.
Secara garis besar ada 4 jenis pengobatan tradisional yaitu :

1. Pengobatan tradisional dengan ramuan obat :

 Pengobatan tradisional dengan ramuan asli Indonesia


 Pengobatan tradisional dengan ramuan obat cina
 Pengobatan tradisional dengan ramuan obat India

2. Pengobatan tradisional spiritual/kebatinan:

 Pengobatan tradisional atas dasar kepercayaan


 Pengobatan tradisional atas dasar agama
 Pengobatan dengan dasar getaran magnetis

3. Pengobatan tradisional dengan memakai peralatan/perangsangan :

 Akupuntur, pengobatan atas dasar ilmu pengobatan tradisional Cina


yang menggunakan penusukan jarum dan penghangatan moxa
(Daun Arthmesia vulgaris yang di keringkan);
 Pengobatan tradisional urut pijat
 Pengobatan tradisional patah tulang
 Pengobatan tradisional dengan peralatan (tajam/keras)
 Pengobatan tradisional dengan peralatan benda tumpul.

11
4. Pengobatan tradisional yang telah mendapat pengarahan dan pengaturan
pemerintah ;

 Dukun beranak
 Tukang gigi tradisional

B. Jenis dan Sumber Obat Tradisional

Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan


Makanan (Dirjen POM) yang kemudian beralih menjadi Badan POM mempunyai
tanggung jawab dalam peredaran obat tradisional di masyarakat. Obat tradisional
Indonesia semula hanya dibedakan menjadi 2 kelompok,yaitu obat tradisional atau
jamu dan fitofarmaka. Namun, dengan semakin berkembangnya teknologi,telah
diciptakan peralatan berteknologi tinggi yang membantu proses produksi sehingga
industri jamu maupun industri farmasi mampu membuat jamu dalam bentuk
ekstrak. Namun, sayang pembuatan sediaan yang lebih praktis ini belum diiringi
dengan penelitian sampai dengan uji klinik. Dengan keadaan tersebut maka obat
tradisional sebenarnya dapat dikelompokkan menjadi 3 , yaitu jamu, obat ekstrak
alam dan fitofarmaka.

1. Jamu (Empirical bused herbal medicine)

Jamu adalah obat tradisional yang berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan,


hewan dan mineral dan atau sediaan galeniknya atau campuran dari bahan-bahan
tersebut yang belum dibakukkan dan dipergunakan dalam upaya pengobatan
berdasarkan pengalaman. Bentuk sediaannya berwujud sebagai serbuk
seduhan,rajangan untuk seduhan,dan sebagainya. Istilah penggunaannya masih
memakai pengertian tradisional seperti galiansingset, sekalor, pegel linu, tolak
angin, dan sebagainya. Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara
tradisional, misalnya dalam bentuk serbuk seduhan, oil, dan cairan yang berisi
seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut serta digunakan
secara tradisional. Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep
peninggalan leluhur yang disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya

12
cukup banyak, berkisar antara 5-10 macam bahkan lebih. Bentuk jamu tidak
memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti
empiris. Jamu yang telah digunakan secara turun-temurun selama berpuluh-puluh
tahun bahkan mungkin ratusan tahun,telah membuktikan keamanan dan manfaat
secara langsung untuk tujuan kesehatn tertentu.

2. Ekstrak bahan alam ( Scientific based herbal medicine)

Ekstrak bahan alam adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau
penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral.
Untuk melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan
berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan
pengetahuan maupun keterampilan pembuatan ekstrak. Selain proses produksi
dengan teknologi maju, jenis ini pada umumnya telah ditunjang dengan pembuktian
ilmiah berupa penelitian-penelitian pra-klinik seperti standar kandungan bahan
berkhasiat, standar pembuatan ekstrak tanman obat, standar pembuatan obat
tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akut maupun kronis.

3. Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine)

Fitofarmaka adalah sediaan obat yang telah dibuktikan keamanannya dan


khasiatnya, bahan bakunya terdiri dari simplisia atau sediaan galenik yang telah
memenuhi persyarakatan yang berlaku. Istilah cara penggunaanya menggunakan
pengertian farmakologik seperti diuretic,analgesic,antipiretik,dan sebagainya.
Selama ini obat-obat fitofarmaka yang berada di pasaran masih kalah bersaing
dengan obat paten. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor,antara lain kepercayaan,
standar produksi, promosi dan pendekatan terhadap medis, maupun konsumennya
secara langsung. Fitofarmaka merupkan bentuk obat tradisional dari bahan alam
yang dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang
telah terstandar,ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dnegn uji klinik pada
manusia. Oleh karena itu, dalam pembuatannya memerlukan tenaga ahli dan biaya
yang besar ditunjang dengan peralatan berteknologi modern pula.

Obat tradisional dapat diperoleh dari berbagai sumber sebagai pembuat atau
yang memproduksi obat tradisional yang dapat dikelompokkan sebagai berikut :

13
a. Obat tradisional buatan sendiri

Obat tradisional jenis ini merupakan akar dari pengembangan obat


tradisional di Indonesia saat ini. Pada zaman dahulu, nenek moyang kita
mempunyai kemampuan untuk menyediakan ramuan obat tradisional yang
digunakan untuk keperluan keluarga.

b. Obat tradisional berasal dari pembuat jamu (Herbalist)

Membuat jamu merupakan salah satu profesi yang jumlahnya masih


cukup banyak. Saalah satunya adalah pembuat sekaligus penjual jamu
gendong. Pembuat jamu gendong merupakan salah satu penyedia obat
tradisional dalam bentuk cairan minum yang sangat digemari masyarakat.

c. Obat tradisional buatan industri

Berdasarkan peraturan Departemen Kesehatan RI , industri obat


tradisioanl dapat dikelompokkan menjadi industri kecil dan industri besar
berdasarkan modal yang harus mereka miliki. Dengan semakin maraknya
obat tradisional, tampaknya industri farmasi mulai tertarik untuk
memproduksi obat tradisional. Akan tetapi,pada umumnya yang berbentuk
sediaan modern berupa ektrak baham alam atau fitofarmaka. Sedangkan
industri jamu lebih condong untuk memproduksi bentuk jamu yang
sederhana meskipun akhir-akhir ini cukup banyak industri besar yang
memproduksi jamu dalam bentuk sediaan modern (tablet,kapsul, sirup dan
lain-lain) dan bahkan fitofarmaka.

C. Pengembangan Obat Tradisional Indonesia

Terdapat 2 macam pendekatan yang dapat ditempuh dalam upaya


pengembangan obat tradisional tersebut,yakni kearah :

a. Obat kelompok fitoterapi, yang mendasarkan kepada simplisia


(termasuk sediaan galeniknya) yang digunakan sebagai obat.

b. Obat kelompok kemoterapi, yang mendasarkan kepada zat aktif yang


dalam keadaan murni diisolasi dari tumbuhan

14
Seperti telah disinggung di muka, Departemen Kesehatan menekankan
pengembangan obat tradisional kelompok fitoterapi. Tujuannya agar dapat
menghasilkan sediaan-sediaan fitoterapik baik dalam bentuk simplisia ataupun
sediaan galenik, yang segera dapat dimanfaatkan dalam pelayanan kesehatan
formal.

Dalam hal ini pertama-tama perlu dilakukan pengumpulan data tentang obat
tradisional yang ada dan pernah ada di Indonesia. Kemudian menyeleksi mana
yang perlu dikembangkan dan mana pula yang tidak. Untuk obat tradisional yang
akan dikembangkan, perlu penelitian lanjutan menyangkut keamanan
penggunaan, farmakologi serta khasiatnya secara klinik. Tahap berikutnya
adalah mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan sediaan yang dapat
digunakan dan penelitian mutu ditinjau dari sudut teknologi farmasi. Jika obat
tradisional telah mengalami penelitian dan pengembangan seperti diuraikan
diatas dapat dikatakan telah memenuhi persyaratan medic dan farmasetik.

Pemilihan obat tradisional yang akan dikembangkan ke arah obat


kelompok fitoterapi didasarkan atas pertimbangan :

1. Obat tradisional tersebut diharapkan mempunyai manfaat untuk penyakit-


penyakit yang angka kejadiannya menduduki urutan atas (pola penyakit).

2. Obat tradisional tersebut diperkirakan mempunyai manfaat untuk penyakit-


penyakit tertentu berdasarkan pengalaman pemakaiannya.

3. Obat tradisional tersebut diperkirakan merupakan alternatif yang jarang atau


bahkan merupakan satu-satunya alternatif untuk penyakit tertentu.

D. Komposisi dan Persyaratan Obat Tradisional

Dalam upaya pembinaan industri obat tradisional, pemerintah melalui


Depkes telah memberikan petunjuk pembuatan obat tradisional dengan komposisi
rasional melalui pedoman rasionalisasi komposisi obat tradisional dan petunjuk
formularium obat tradisional. Hal ini terkait dengan masih banyaknya ditemui
penyusunan obat tradisional yang tidak rasional (irrational) ditinjau dari jumlah
bahan penyusunnya. Sejumlah simplisia penyusun obat tradisional tersebut

15
seringkali merupakan beberapa simplisia yang mempunyai khasiat yang sama.
Oleh karena itu,perlu diketahu racikan khasiat yang sama. Oleh karena itu,perlu
diketahui racikan simplisia yang rasional agar ramuan obat yang diperoleh
mempunyai khasiat sesuai maksud pembuatan jamu tersebut.

Komposisi obat tradisional yang biasa diproduksi oleh industri jamu dalam
bentuk jamu sederhana pada umumnya tersusun dari bahan baku yang sangat
banyak dan bervariasi. Sedangkan bentuk obat ekstrak alam dan fitofarmaka pada
umumnya tersusun dari simplisia tunggal atau maksimal 5 macam jenis bahan
tanaman obat. Pada pembahasan ini lebih ditekankan pada penyusunan obat
tradisional bentuk sederhana atau jamu, mengingat cukup banyak komposisi jamu
yang irrasional seperti penggunaan simplisia yang tidak sesuai pada satu ramuan,
penggunaan simplisia yang tidak sesuai dengan manfaat yang diharapkan dan
sebagainya. Agar dapat disusun suatu komposisi obat tradisional maka beberapa
hal yang perlu diketahui adalah:

1. Nama umum obat tradisional/jamu

Jamu yang diproduksi pada umumnya mempunyai tujuan


pemanfaatan yang tercermin dari nama umum jamu.Perlu diketahui bahwa
terdapat peraturan tentang penandaan obat tradisional. Jamu yang
diproduksi dan didistribusikan kepada konsumen harus diberi label yang
menjelaskan tentang obat tradisional tersebut, diantaranya tentang manfaat
atau khasiat jamu. Penjelasan tentang manfaat jamu hanya boleh
disampaikan dalam bentuk mengurangi atau menghilangkan keluhan atau
gejala yang dialami seseorang dan bukan menyembuhkan suatu diagnosis
penyakit.

Secara umum, jamu dapat dibedakan menjadi dua , yaitu yang bertujuan
untuk menjaga kesehatan atau promotif dan mencegah dari kesakitan,serta
jamu yang dimanfaatkan untuk mengobati keluhan penyakit.

2. Komposisi bahan penyusun jamu

16
Menyusun komposisi bahan penyusun jamu dapat dilakukan dengan
memperhatikan manfaat yang akan diambil dari ramuan yang dibuat derta
kegunaan dari masing-masing simplisia penyusun jamu tersebut. Tujuan
pemanfaatan jamu untuk suatu jenis keadaan tertentu harus memperhatikan
keluhan yang biasa dialami pada kondisi tersebut.Misalkan pada orang
hamil tua sering mengalami kejang pada kaki, badan mudah lelah,dan lain
sebagainya;penderita rematik biasa mengeluhkan nyeri pada persendian.

Keterbatasan yang dijumpai dalam penyusunan kompisisi jamu


adalah takaran dari masing-masing simplisia maupun dosis sediaan.
Penelitian ilmiah dalam hal ini masih sangat kurang sehingga seringkali
penetapan takaran maupun dosis hanya mengacu pada pengalaman peracik
obat tradisional yang lain dan atas dasar kebiasaan penggunaan terdahulu.

3. Simplisia dan kegunaan

Simplisia ialah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang


belum mengalami pengolahan apa pun dan kecuali dinyatakan lain, berupa
bahan yang telah dikeringkan. Dari jenis simplisia yang umum digunakan
oleh industri jamu, ada beberapa tanaman yang mempunyai kegunaan yang
mirip satu dengan lainnya meskipun pasti juga terdapat perbedaan
mengingat kandungan bahan berkhasiat antara satu tanaman dengan lainnya
tidak dapat sama. Bahkan, untuk jenis tanaman yang sama, masih ada
kemungkinan kadar bahan berkhasiat yang terkandung tidak sama persis
mengingat adanya pengaruh dari tanah tempat tumbuh, iklim, dan
perlakuan,misalnya pemupukan.

Pengetahuan tentang kegunaan masing-masing simplisia sangat


penting,sebab dengan diketahui kegunaan masing-masing simplisia,
diharapkan tidak terjadi tumpang tindih pemanfaatan tanaman obat serta
dapat mencarikan alternatif pengganti yang tepat apabila simplisia yang
dibutuhkan ternyata tidak dapat diperoleh.

4. Penelitian yag telah dilakukan terhadap simplisia penyusun obat


tradisional

17
Obat tradisional terdiri dari berbagai jenis tanaman dan bagian
tanaman. Sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional maka obat tradisional
yang terbukti berkhasiat perlu dimanfaatkan dan ditingkatkan kualitasnya.
Untuk dapat membuktikan khasiatnya,sampai saat ini telah banyak
dilakukan penelitian. Akan tetapi, masih bersifat pendahuluan dan masih
sangat sedikit percobaan dilakukan sampai fase penelitian klinik. Penelitian
yang telah dilakukan terhadap tanaman obat sangat membantu dalam
pemilihan bahan baku obat tradisional. Pengalaman empiris ditunjang
dengan penelitian semakin memberikan keyakinan akan khasiat dan
keamanan obat tradisional.

Penelitian dan pengembangan obat dan perbekalan kesehatan pada


dasarnya mencakup sistem (managemen obat, SDM, penggunaaan obat
rasional, dan lain-lain), komoditas ( obat ,bahan obat,obat tradisional
kosmetik, bahan berbahaya, bahan tambahan makanan, dan lain-lain),
proses (pengembangan obat baru kimia farmasi, formulasi,uji preklinik, uji
klinik), kajian regulasi dan kebijakan (obat esensial, obat generic, cara
pembuatan obat yang baik).

Riset operasional memfasilitasi implimentasi, monitoring dan


evaluasi berbagai aspek dalam kebijakan obat. Riset operasional merupakan
alat utama dalam menilai dampak kebijakan obat dalam sistem pelayanan
kesehatan disuatu Negara,meneliti aspek ekonomis penyediaan obat, dan
aspek sosial budaya dalam penggunaan obat (WHO,2011).

E. Regulasi Obat dan Perbekalan Kesehatan

Menurut WHO (2001), otoritas regulasi obat adalah lembaga yang


menyusun dan melaksanakan berbagai peraturan mengenai kefarmasian untuk
menjamin keamanan, khasiat, mutu dan kebenaran informasi mengenai obat.
Pengawasan obat merupakan salah satu upaya mengatasi masalah penyalahgunaan
obat yang merupakan masalah kompleks dan harus ditangani secara lintas sektor
dan lintas program. Selain itu, pengawasan obat juga mencakup perlindungan
kepada masyarakat terhadap penggunaan obat yang salah sebagai akibat dari

18
kekurangtahuan masyarakat serta informasi yang tidak benar,tidak lengkap , dan
menyesatkan.

Dalam melaksanakan regulasi obat perlu diperhatikan hal-hal sebagai


berikut :

a) Otoritas regulasi obat harus independen dan transparan.


b) Pengawasan yang dilaksanakn nasional, perizinan sarana produksi dan
distribusi,pengawasan terhadap sarana produksi dan distribusi, pengawasan
terhadap sarana produksi dan distribusi,akses laboratorium pemeriksaan
mutu, surveilens pasca pemasaran, uji klinik, serta ekspor dan impor dan
impor obat dan pembekalan kesehatan.
c) Pembentukkan pusat informasi obat di sarana kesehatan dan dinas kesehatan
untuk ontensifikasi penyebaran informasi obat;
d) Pengembangan sistem Monitoring Efek Samping Obat Nasional (MESO
Nasional).

Dengan demikian, yang menjadi elemen inti dalam regulasi obat adalah
pengaturan mengenai mutu, keamanan, khasiat, dan informasi obat.

F. Perubahan Sosial dan Budaya

Koentjaraningrat,dalam bukunya Penghantar Anthropologi


(1996),menjelaskan bahwa perubahan sosial budaya yang terjadi di masyarakat
dpat dibedakan ke dalam beberapa bentuk yaitu:

1. perubahan yang terjadi secara lambat dan cepat


2. perubahan-perubahan yang pengaruhnya kecil dan perubahan yang besar
pengaruhnya
3. perubahan yang di rencanakan dan tidak direncanakan.

Disamping itu, proses perubahan kebudayaan yang terjadi dalam jangka waktu yang
pendek dinamakan inovasi. Inovasi membutuhkan beberapa syarat,antara lain :

 masyarakat merasa akan kebutuhan perubahan


 perubahan harus dipahami dan dikuasai masyarakat

19
 perubahan dapat diajarkan
 perubahan memberikan keuntungan di masa yang akan datang
 perubahan tidak merusak prestise pribadi atau kelompok.

Sebaliknya, perubahan tidak bisa meluas karena :

 Pengguna penemuan baru mendapat suatu hukuman


 Penemuan baru sulit diintegrasikan ke dalam pola kebudayaan yang ada.

Menurut G.M. Foster, (1973) untuk mempelajari dinamika dari proses


perubahan dari sudut individu,maka perlu sekali mengetahui kondisi dasar dari
individu agar mau mengubah tingkah lakunya, yaitu:

1) Individu harus menyadari adanya kebutuhan untuk berubah


2) harus mendapat informasi bagaimana kebutuhan ini dapat dipenuhi
3) mengetahui bentuk pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhannya dan
biayanya
4) tidak mendapat sanksi yang negatip terhadap individu yang akan menerima
inovasi.

Selanjutnya Foster menyatakan bahwa untuk membantu individu mau mengubah


perilakunya,maka yang perlu diperhatikan adalah:

 Mengidentifikasi individu,masyarakat yang menjadi sasaran perubahan


 mengetahui motif yang mendorong perubahan,anatra lain adalah motif
ekonomi, religi,persahabatan, prestise
 mengetahui faktor-faktor lain misalnya: kekuatan sosial dan nila-nilai yang
ada dalam masyarakat,kebutuhan masyarakat,waktu yang tepat,golongan
dalam masyarakat yang mudah menerima ide baru, serta golongan yang
berkuasa.

20
KHASIAT TANAMAN RUMAH TERHADAP TEKANAN DARAH PASIEN
HIPERTENSI

1. Daun Salam
Daun salam mengandung mineral yang
dapat membuat peredaran darah menjadi
lebih lancar dan mengurangi tekanan
darah tinggi. Menurut Peres, at all
(2009), daun salam mengandung
flavonoid yang dapat memberikan
pengaruh melebarkan pembuluh darah
agar aliran darah dapat mengalir dengan
lebih lancar sehingga tidak membebani
jantung dalam memompa darah, menurunkan tekanan darah,dan menekan terjadinya
stroke. Daun salam juga juga diketahui mengandung minyak atsiri yang menghasilkan
aroma khas yang memberikan efek relaks, hal ini juga diharapkan dapat menurunkan
stress pada klien yang juga menjadi faktor pendorong timbulnya hipertensi pada
responnden (Dafriani, 2016).
Cara membuat:
Menggunakan ekstrak atau rebusan daun salam untuk pengobatan hipertensi daun
salam yang diperlukan untuk membuat rebusan sebanyak 5 lembar, direbus dengan 3
gelas air hingga tinggal 2 gelas. Pada penelitian Dafriani (2016) disebutkan bahwa
daun salam direbus terlebih dahulu kemudian dikonsumsi dua kali sehari.
2. Daun Alpukat
Daun alpukat secara empiris dipercaya sebagai diuretik yaitu menambah volume urin
yang dihasilkan saat urinasi untuk mengurangi tekanan darah. Kandungan kimia daun
alpukat diantaranya saponin, taninn, phlobatanin, flavanoid, alkaloid, dan
polisakarida. Flavonoid pada daun alpukat memiliki fungsi menurunkan tekanan darah
(Margowati, 2016). Flavonoid juga
mengurangi kandungan kolesterol serta
mengurangi penimbunan lemak pada dinding
pembuluh darah. Cara kerja daun alpukat
dengan mengeluarkan sejumlah cairan dan
elektrolit maupun zat-zat yang bersifat
toksik. Dengan berkurangnya jumlah air dan
garam di dalam tubuh maka pembuluh darah
akan longgar sehingga tekanan darah
perlahan-lahan mengalami penurunan
(Margowati, 2016).
Cara membuat

Penggunaan ekstrak daun alpukat untuk hipertensi dengan cara direbus. Daun alpukat
yang diperlukan untuk membuat rebusan sebanyak 5 lembar, direbus dengan 3 gelas
air hingga tinggal 2 gelas. Rebusan atau ekstrak daun alpukat dikonsumsi dua kali
sehari (pagi dan sore hari) sebanyak 1 gelas rebusan sekali minum. Rebusan daun

21
alpukat dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi kurang lebih dalam
waktu 1 minggu (Lianti R, 2014).

3. Mentimun
Mentimun (cucumis sativus) mampu
membantu menurunkan tekanan darah,
Kandungan pada tiap 100 gram mentimun
diantaranya kalium (potassium) sebesar 73
mg, dan fosfor 24 mg. Kandungan pada
mentimun inilah yang efektif mengobati
hipertensi salah satunya kalium yang merupakan penghasil elektrolit yang baik
bagi hati, dan membantu menurunkan tekanan darah tinggi serta mengatur irama
detak jantung dengan melawan efek buruk dari natrium. Selain itu, mentimun juga
bersifat diuretik karena kandungan airnya yang tinggi sehingga membantu
menurunkan tekanan darah (Dewi. S & Familia. D, 2010). Konsumsi 150 ml jus
mentimun selama 7 hari dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik
pada laki-laki dan perempuan hipertensi secara signifikan.

DAFTAR PUSTAKA

Lianti, Revina.2014. Khasiat Dahsyatnya Alpukat. Jakarta : Healthy Books

Margowati, Sri. Priyanto, Sigit. Wiharyani, Mita. 2016. Efektivitas Penggunaan Rebusan
Daun Alpukat dengan Rebusan Daun Salam dalam Penurunan Tekanan Darah pada
Lansia. Magelang. University Research Coloqium.

Dewi. S & Familia. D. 2010. Hidup Bahagia Dengan Hipertensi. Yogyakarta : A Plus.

Foster, George M. 1986. Antropologi Kesehatan. Jakarta. Penerbit Universitas


Indonesia.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta.


Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta.


Rineka Cipta.

Adisasmito, Wiku. 2007. Sistem Kesehatan. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.

Agoes, Azwar. Jacob, T. 1992. Antropologi Kesehatan Indonesia. Jakarta. EGC

22

Anda mungkin juga menyukai