Test
Test
ABSTRAK
RIO FAZAR RAHMAN MUHAMAD ANSOR. F34120022. Analisis Kelayakan
Investasi Perancangan Pabrik Label Indikator Pendeteksi Kerusakan Daging Segar.
Dibimbingan oleh ENDANG WARSIKI
Label indikator merupakan teknologi kemasan cerdas yang telah lama
dikembangkan sebagai pendeteksi kerusakan produk yang disebabkan oleh
mikroorganisme. Namun label indikator di Indonesia masih di kembangkan dalam
skala labolatorium, sehingga perlu dilakukan peningkatam skala menjadi skala pabrik.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah diperolehnya kelayakan
investasi perancangan pabrik label indikator kerusakan daging segar, melalui analisis
teknis dan teknologi, perancangan peralatan dan analisis kriteria investasi. Kapasitas
produksi label indikator sebanyak 5000 label perhari. Kesesuaian alat yang digunakan
dan kondisi steril merupakan hal yang perlu diperhatikan karena produk label indikator
rentan dengan kontaminasi mikroba. Analisis kriteria investasi meliputi Net Present
Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Pay
Back Period (PBP), dan Break Event Point (BEP). Hasil analisis kriteria investasi
menunjukan bahwa pendirian pabrik label indikator layak untuk didirikan. Modal
investasi tetap yang dibutuhkan (Rp 741 010 310), modal kerja (Rp 339 964 253),
NPV (Rp 1 075 454 656), IRR (57%), Net B/C (5.02), PBP (2.1) dan BEP (26.90 %).
ABSTRACT
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknologi Industri Pertanian
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi
berjudul “Analisis Kelayakan Investasi Perancangan Pabrik Label Indikator
Pendeteksi Kerusakan Daging Segar” ini dengan baik sebagai syarat untuk
memenuhi syarat kelulusan skripsi pada Departemen Teknologi Industri Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Endang Warsiki, S.TP., M.Si
selaku dosen pembimbing. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada kedua
orang tua Bapak Drs Asep Ansor M., M.Si, Ibu Iis Umirawati, S.Pd.i. kedua adik
tercinta Salsa Raisa Is Putri Ansor dan Teorema Navisa Ansor serta seluruh keluarga
atas doa, dukungan dan kasih sayang yang telah diberikan. Terimakasih juga
disampaikan untuk Haerani Aslesmana atas dukungan dan semangatnya selama ini.
Terimakasih banyak untuk keluarga P1 atas kebersamaan dan bantuannya. Tak lupa
diucapkan terimakasih untuk teman - teman seperjuangan TINNOVATOR TIN 49 atas
pelajaran dan pengalaman berharganya selama ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
METODOLOGI PENELITIAN 2
Kerangka Pemikiran 2
Teknik Pengumpulan Data 3
Tahapan Penelitian dan Analisis Data 3
HASIL DAN PEMBAHASAN 6
Kebutuhan Bahan Baku dan Produksi 6
Bahan Baku Produksi 6
Kapasitas Produksi 7
Teknologi Proses Produksi 7
Lokasi Pendirian Pabrik 12
Denah Pabrik 12
Analisis Kriteria Investasi 13
Modal Investasi Tetap 13
Modal kerja 15
Estimasi Aliran Proyek 16
Kriteria Kelayakan Investasi 16
SIMPULAN DAN SARAN 18
Simpulan 18
Saran 18
DAFTAR PUSTAKA 18
LAMPIRAN 21
RIWAYAT HIDUP 37
10
DAFTAR GAMBAR
1 Kurva fungsi Np (power number) terhadap Nre (reynold number) 5
2 Diagram Proses Analisis Aspek Teknis dan Teknologi 6
3 Diagram Alir Proses Produksi Secara Umum 9
4 Ilustrasi Kemasan Label Indikator (a) Kemasan LDPE, (b) Kemasan
Alumunium Foil, (c) Kemasan Karton. 9
DAFTAR TABEL
1 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data berdasarkan Data/Informasi 3
2 Dimensi Tangki Produksi Label Indikator 10
3 Nilai Np Setiap Jenis Pengaduk dan Jenis Alat 11
4 Nilai P (power) Setiap Jenis Pengaduk dan Jenis Alat 11
5 Perincian Kebutuhan Listrik Untuk Produksi 12
6 Perhitungan biaya bangunan dan sarana 14
7 Perhitungan Estimasi Harga Alat 14
8 Biaya Instrumentasi Dan Alat Kontrol, Perpipaan, Instalasi Listrik,
Insulasi Dan Inventaris Kantor 14
9 Modal Investasi Tetap Tak Langsung 15
10 Modal Kerja 15
DAFTAR LAMPIRAN
1 Rumus Analisis Finansial 21
2 Block Flow Diagram 23
3 Dimensi dan Kapasitas Alat 24
4 Neraca Massa Label Indikator 25
5 Denah Ruang dalam Pabrik 29
6 Kebutuhan Luas dan Harga Tanah 30
7 Perhitungan Deprisiasi dan Amortis 31
8 Perhitungan Biaya Tetap Dan Biaya Variabel 32
9 Perhitungan Labarugi 34
10 Aliran Kas dan Kriteria Investasi 35
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah diperolehnya kelayakan
investasi perancangan pabrik label indikator kerusakan daging segar melalui (a)
analisis teknis dan teknologi; (b) perancangan peralatan produksi; (c) analisis kriteria
kelayakan investasi perancangan pabrik.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk investor sebagai bahan
informasi dan pertimbangan dalam melakukan investasi pendirian pabrik label
indikator yang telah dikembangkan di labolatorium.
Ruang lingkup penelitian terdiri dari (a) aspek teknis dan teknologi, meliputi
bahan baku, penentuan kapasitas produksi, jenis teknologi beserta informasi neraca
masa, mesin dan peralatan yang digunakan, serta lokasi pendirian pabrik. (c)
perancangan peralatan produksi menggunakan prinsip-prinsip penggandaan skala
meliputi dimensi, kesesuaian kebutuhan, dan kapasitas produksi; dan (b) aspek
kelayakan investasi, meliputi perkiraan jumlah dana yang dibutuhkan dan analisis
kriteria kelayakaan investasi.
METODOLOGI PENELITIAN
Kerangka Pemikiran
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dengan cara wawancara dan observasi lapang. Data sekunder diperoleh
melalui penelusuran laporan, jurnal, skripsi, buku, data statistik dari instansi-instansi
terkait, dan internet. Jenis data dan metode pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel
1.
Tabel 1 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data berdasarkan Data/Informasi
Data/Informasi Jenis Data Metode Pengumpulan
Teknis dan Teknologi
Bahan Baku Sekunder Studi dokumen
Kapasitas Produksi Sekunder dan Studi dokumen dan wawancara
primer
Proses Produksi Label Primer Percobaan dilabolatorium
Indikator
Neraca Massa Primer Percobaan dilabolatorium
Utilitas Sekunder Studi dokumen, literatur
internet (berdasarkan daya alat)
Lokasi Pabrik Sekunder dan Observasi lapang, studi
primer dokumen dan wawancara
Peralatan Produksi
Mesin dan peralatan Sekunder dan Studi dokumen, wawancara
primer dan literatur internet
Kriteria Investasi
Rincian Harga Sekunder dan Wawancara dan studi dokumen
primer literatur internet
𝑃 = 𝑁𝑃 𝜌 𝑁 3 𝑑𝑖 5 (1)
Berdasarkan Persamaan 1 nilai power (P) dapat dapatkan jika nilai dari Np
(power number) dari setiap pengaduk telah diketahui. Besaran nilai Np dapat diketahui
5
Nilai NRe dari mesin mixing dan homogenizer didapatkan dengan menggunakan
Persamaan 2.
𝑁𝜌𝑑𝑖 2 (2)
𝑁𝑅𝑒 =
𝜇
Mulai
Selesai
Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi label indikator cerdas berupa
bahan-bahan yang digunakan untuk membuat media biakan mikroba. Antara lain: agar
bubuk, tepung tapioka, NaCl, bahan selektif, pewarna phenol red dan susu cair. Bahan-
bahan tersebut dibagi ke dalam dua bagian penting yaitu indikator warna dan bahan
untuk membuat media label. Data bahan baku tersebut merupakan data dari komposisi
terbaik yang dilakukan peneliti sebelumnya Pratama (2016).
a) Indikator Warna
Indikator warna atau indikator asam basa merupakan zat warna organik yang
memiliki warna yang berbeda dalam berbagai pH (Abbas 2014). Phenol red sebagai
agen perubah warna. Phenol red atau Phenolsulfonphthalein (PS) biasa digunakan
sebagai indikator asam basa dalam analisis kuantitatif (Wu 2013). Phenol red akan
berwarna kuning pada pH 6.5 (asam) dan menjadi merah pada pH 8.1 (basa)
(Gundogdu 2008). Phenol red larut dalam air dan membentuk ikatan hidrogen.
Molekul phenol red adalah tetrahedron teratur yang berdimensi besar. Indikator
phenol red sensitif terhadap pH. Ionisasi hidrogen dari asam akan mempengaruhi pH
(Lee 2004).
Kapasitas Produksi
Kapasitas produksi dapat diartikan sebagai jumlah produk yang dihasilkan atau
diproduksi dalam satuan waktu tertentu untuk mencapai keuntungan yang optimal.
Kapasitas produksi tersebut ditentukan berdasarkan kapasitas sumberdaya yang
dimiliki antara lain kapasitasi mesin, kapasitas bahan baku, dan jumlah investasi.
Investasi yang dimiliki harus mampu memenuhi target kapasitas produksi yang
ditetapkan.
Penentuan kapasitas produksi label indikator dapat menghasilkan 5,000 label
indikator perhari, penentuan kapasitas tersebut didasarkan dari asumsi 50% kebutuhan
daging perhari di Kota Bogor. Menurut data dari Disperindag pemerintahan Kota
Bogor, kebutuhan daging sebesar 3.19 kg per kapita pada tahun 2015. Jika dikalikan
jumlah penduduk yang mencapai 1,004,000 jiwa, maka kebutuhan daging perhari
sebesar 10,904 kg. Maka dari itu, asumsi banyaknya label yang diproduksi didasari
dari pengaplikasian label ke dalam kemasan daging yang berukuran 1 kg.
a) Pencampuran
Pencampuran merupakan proses yang menyebabkan tercampurnya suatu bahan
ke bahan lain, dimana bahan-bahan tersebut terpisah dalam fasa yang berbeda. Proses
pencampuran bertujuan untuk mengurangi ketidaksamaan atau ketidaksamarataan
komposisi sehingga akan menyebabkan terjadinya homogenasi bahan. Menurut
Fellows (1998), pencampuran merupakan proses menambahkan satu atau lebih bahan
dengan bahan lain sehingga membuat suatu bentuk yang seragam. Pada proses
produksi pencampuran dibagi ke dalam tiga tahapan. Pencampuran pertama
merupakan pencampuran bahan-bahan selain manitol dan susu, karena pada
pencampuran pertama terdapat perlakuan pencampuran yang disertai pemanasan
hingga suhu 80oc - 90oc yang bertujuan untuk melarutkan bahan-bahan agar mudah
terlarut dengan air. Selanjutnya pencampuran ke dua dengan tanpa adanya perlakuan
pemanasan untuk menghindari terjadinya denaturasi protein pada susu dan terjadinya
karamelisasi dari manitol akibat perlakuan panas dalam waktu lama. Kemudian
pencampuran ke tiga dengan menggunakan perlakuan kecepatan pengadukan yang
tinggi bertujuan sebagai proses homogenasi produk.
b) Sterilisasi
Sterilisasi merupakan suatu usaha untuk membebaskan alat-alat atau bahan dari
segala bentuk kontaminasi (Dwidjoseputro 1994). Pemanasan dengan suhu tinggi
bertujuan untuk membunuh seluruh mikroorganisme baik itu pathogen maupun spora
dari mikroorganisme yang dapat mengkontaminasi produk. Pada proses produksi
sterilisasi dilakukan dengan menggunakan Plate Heat Exchanger pada suhu di atas
121oc. Kemudian produk masuk keadalam Aseptic Storage Tank dengan tujuan
menjaga agar tidak adanya kontaminasi dari luar yang kontak dengan produk. Tangki
ini digunakan untuk memastikan dan menjaga kualitas dari produk agar tetap steril.
c) Pengemasan
Pengemasan label indikator dilakukan dengan tiga jenis kemasan. Kemasan
primer menggunakan plastik LDPE yang bertujuan untuk membatasi label agar tidak
kontak langsung dengan produk. Selain itu plastik LDPE dipilih karena memiliki sifat
permeabilitas tinggi, transparan, lentur, dan pori-pori yang lebih besar dari bakteri.
Menurut Pratama (2016), perubahan warna pada label kemas masih dapat terjadi
karena pori LDPE label berukuran 0.14-1.4 µm, sedangkan gas berukuran 0.001-0.1
µm (Hinds 2000) dan bakteri berukuran 0.5-1 µm (Fardiaz 1989), sehingga gas dan
bakteri dapat menembus pori LDPE dan bereaksi dengan phenol red pada label.
Sebelum produk dikemas dengan kemasan sekunder, produk terlebih dahulu melalui
conveyor untuk dilakukan penempelan perekat agar memudahkan pengaplikasian
produk pada saat mencapai konsumen. Pada bagian sisi conveyor dilengkapi dengan
pemancar sinar UV yang bertujuan untuk memastikan kondisi lingkungan produk tetap
dalam kondisi steril. Menurut Santoso (2002), sinar UV biasa digunakan untuk
sterilisasi ruangan sehingga kondisi lingkungan yang terpancar oleh sinar UV dapat
dikatakan steril. Kemasan sekunder menggunakan plastik alumunium foil yang
bertujuan untuk melindungi lebel indikator yang telah dikemas dan terhindar dari
kontaminasi karena alumunium foil memiliki daya permeabilitas yang baik.
Kemudian, lima buah label indikator yang telah dikemas dimasukan ke dalam kemasan
tersier. Kemasan tersier menggunakan kemasan karton yang bertujuan untuk
9
Gambar 4 Ilustrasi Kemasan Label Indikator (a) kemasan LDPE, (b) kemasan
alumunium foil, (c) kemasan karton.
2. Neraca Massa
Neraca massa yang digunakan berdasarkan hasil peningkatan dari skala
labolatorium yang dilakukan. Pada skala labolatorium dengan menggunakan
komposisi terbaik yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya Pratama (2016),
komposisi tersebut dapat memenuhi 4 buah cawan petri yang memiliki diameter 10 cm
dengan lebar 1 cawan =3.14 × 25 cm=78.57 kemudian dilakukan pencetakan dengan
ukuran 2.75 × 2.75 cm sehingga menghasilkan 10.4 label atau diakumulasikan
seluruhnya menjadi 41 label. Dengan tebal rata-rata label 0.3-0.33 mm dan berat rata-
rata per label 1.9-2.12 gram. Dari data tersebut dilakukan peningkatan skala produksi
menjadi 5000 label per satu kali produksi. Dalam proses produksi terdapat proses
pemanasan yang akan menyebabkan hilangnya atau menguapnya air di dalam bahan.
Neraca massa produksi label indikator secara lengkapnya dapat dilihat di Lampiran 4.
3. Perancangan Peralatan
Dimensi tangki pengaduk dalam skala industri merupakan salah satu hal yang
perlu diperhatikan dalam meningkatkan skala, dari skala labolatorium menjadi skala
yang lebih besar. Rasio perbandingan dimensi dengan kebutuhan volume merupakan
hal yang harus diperhatikan. Walas (1990) menjelaskan mengenai dimensi tangki dan
rasio standar tangki, mulai dari rasio diameter tangki dengan diameter pengaduk,
dimensi baffle dan lain sebagainya. Desain tangki berpengaduk untuk produksi label
indikator mengacu pada standar Walas (1990) dengan volume tangki yang dibutuhkan
sebesar 15 L untuk tangki mixing dan tangki homogenizer. Rasio perbandingan
diameter pengaduk terhadap diameter tangki (di/dt) sebesar 0.33 untuk mixing dan 0.6
untuk homogenizer. Berdasarkan Walas (1990) sehingga didapatkan dimensi tangki
untuk produksi label indikator pada Tabel 2.
10
4. Kebutuhan Utilitas
Utilitas merupakan sarana penunjang untuk membantu semua kegiatan dalam
industri. Kebutuhan utilitas dari proses pembuatan label indikator terdiri dari
kebutuhan air dan listrik
a. Kebutuhan Air
Kebutuhan air untuk perawatan peralatan industri label indikator sebanyak 100
L/hari. Kebutuhan air domestik untuk setiap orang diperkirakan 10 L/hari. Maka
kebutuhan air domestik dengan jumlah karyawan 3 orang sebanyak 30 L/hari.
Kemudian, kebutuhan air keseluruhan sebesar 180 L/hari, maka:
Kebutuhan air = 165L/hari × 240 hari = 31,200 L/ tahun
12
b. Kebutuhan Listrik
Listrik merupakan sumber energi utama untuk proses produksi label indikator.
Perincian kebutuhan listrik untuk produksi dapat dilihat pada Tabel 5.
Total daya yang dibutuhkan untuk proses produksi sebesar 13.051 kW, maka listrik
yang dibutuhkan sebesar = 13.051 kW × 240 hari = 3,132 kW/tahun
Denah Pabrik
Penentuan denah dalam ruang menjadi salah satu faktor yang sangat
diperhatikan karena akan menentukan efisiensi proses produksi dalam jangka waktu
yang panjang. Area kelonggaran untuk setiap unit alat yang digunakan pada ruang
13
produksi sebesar 150% yang dimaksud untuk pergerakan pekerja, perawatan dan
sebagainya sesuai kebutuhan. Menurut Hadiguna (2009), area kelonggaran juga
disediakan untuk dapat meningkatkan fleksibilitas dari area sehingga apabila terjadi
perubahan volume produksi ataupun rencana perluasan area akibat peninggkatan
kapasitas alat juga penambahan alat, maka dapat diakomodir. Berdasarkan perhitungan
tersebut, luas pabrik yang dibutuhkan adalah 51.55 m2. Denah ruangan dalam pabrik
dapat dilihat pada Lampiran 5.
Kriteria investasi merupakan salah satu faktor yang menentukan studi kelayakan
investasi. Dalam kriteria investasi terdapat analisis aspek finansial yang berkaitan
dengan bagaimana menentukan kebutuhan jumlah dana dan sekaligus
pengalokasiannya serta mencari sumber dana secara efisien, sehingga memberikan
tingkat keuntungan yang menjanjikan (Suratman 2002). Analisis finansial bertujuan
untuk menghitung jumlah biaya yang dibutuhkan untuk melakukan rencana investasi
yang akan dilakukan. Beberapa kriteria yang dianalisis dalam kelayakan investasi
terdiri dari Net Present Value (NPV), Net B/C, Pay Back Period (PBP), Internal Rate
Return (IRR), Break Event Point (BEP). Dalam perancangan pabrik label indikator
terdapat beberapa asumsi yang digunakan sebagai berikut:
1) Pabrik beroperasi selama 240 hari dalam setahun.
2) Kapasitas produksi 5000 laber per satukali produksi atau sebanyak 1,200,000
label dalam satu tahun.
3) Harga alat disesuaikan dengan harga dari PT Prima Teknik.
4) Perhitungan biaya pemasangan alat, instrumentasi dan alat kontrol, perpipaan,
instalasi listrik, insulasi, inventaris kantor, pra investasi, engineering dan
supervisi, perawatan, kontraktor dan biaya tak terduga (Peters dan Timmerhaus
1991).
5) Penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dilakukan berdasarkan UU
No.28 Tahun 2009 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
6) Bunga pinjaman bank sebesar 17.50% sesuai kredit usaha Bank Rakyat
Indonesia.
7) Gaji karyawan terdiri dari gaji tetap tiap bulan dan ditambah 1 bulan gaji yang
dimaksud sebagai tunjangan.
8) Proyek dimulai pada tahun ke-0 begitu pula dengan produksi pertama dimulai
pada tahun yang sama.
9) Kapasitas produksi pada tahun pertama produksi sebesar 75% dan tahun
selanjutnya 100%
10) Discount factor sebesar 13.5 %
Estimasi biaya peralatan terpasang (HPT) sebesar Rp 318 976 000 dari
penjumlahan harga alat dan biasa pemasangan sebesar 10%. Perhitungan estimasi
harga alat dapat dilihat pada Tabel 7. Biaya instrumentasi dan alat kontrol, perpipaan,
instalasi listrik dan inventaris kantor dapat dilihat di Tabel 8. Jumlah modal investasi
tetap langsung (MITL) adalah Rp 607 385 500.
Modal investasi tetap diperoleh dari penjumlahan modal investasi tetap langsung
dan modal investasi tetap tak langsung sebesar Rp 741 010 310. Modal investasi tetap
ditetapkan 60% sebagai modal pinjaman bank yaitu sebesar Rp 444 606 186 dan 40%
sebagai modal sendiri sebesar Rp 296 404 124.
Modal kerja
Modal kerja merupakan biaya yang dibutuhkan untuk membiayai operasional
dan produksi pabrik. Biaya modal kerja meliputi biaya bahan baku, bahan penujang
dan utilitas. Biaya kas terdiri dari biaya gaji pegawai, biaya pemasaran dan
administrasi umum. Gaji pegawai di atas UMR Kabupaten Bogor yaitu sebesar Rp 2
960 325. Pegawai juga mendapatkan tunjangan atau bonus sebesar satu kali besar gaji
yang diterima. Biaya administrasi umum sebesar 20% dari gaji pegawai. Biaya
pemasaran sebesar 20% dari gaji pegawai.
Tabel 10 Modal Kerja
Jenis Biaya Jumlah (Rp/Tahun)
Bahan baku dan utilitas 104 026 648
Kas 235 937 605
Total 339 964 253
Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dilakukan berdasarakan Undang-
Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan,
yaitu:
a) Objek pajak merupakan Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (pasal 2 Ayat 1)
b) Dasar pengenaan pajak merupakan Nilai Perolehan Objek Pajak (Pasal 6 Ayat 2)
c) Tarif untuk pajak ditetapkan sebesar 0.5% (Pasal 5)
d) Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak adalah sebesar Rp 60 000 000 (Pasal
7 Ayat 1)
e) Besarnya pajak yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan
Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak (Pasal 8 Ayat 2)
16
Besar Pajak Bumi dan Bangunan adalah Rp 344 608 /tahun, perhitungannya
yaitu:
Nilai perolehan objek kena pajak
Tanah Rp 40 209 000
Bangunan Rp 88 712 500
Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak -60 000 000
Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak Rp 68 921 500
Pajak yang terutang (0.5% NPOPKP)/tahun Rp 344 608
dan Break Event Point (BEP). Penentuan harga label indikator yang akan dijual sangat
berpengaruh dalam kelayakan berdirinya perusahaan. Harga label indikator didapat
dari biaya yang berpengaruh dalam industri, harga tersebut didapat dari penjumlahan
modal investasi, utilitas dan bahan baku, kas, deprisiasi dan amortis, dibagi dengan
kapasitas produksi dalam satu tahun. Selanjutnya dikali dengan asumsi nilai jual.
Sehingga didapatkan harga jual label indikator sebesar Rp 1 000 per label.
Net Present Value (NPV) merupakan perbedaan antara nilai sekarang dari
manfaat dan biaya. Proyek dikatakan layak jika nilai NPV bernilai positif dan proyek
dikatakan tidak layak untuk didirikan jika nilai NPV bernilai negatif. Nilai NPV yang
diperoleh menurut perhitungan dari Persamaan 3 adalah sebesar Rp 1 075 454 656.
Nilai tersebut lebih besar dari nol, ini berarti bahwa proyek memperoleh peningkatan
nilai uang, sehingga pendirian pabrik tersebut dianggap layak sesuai perhitungan NPV.
Internal Rate of Return (IRR) merupakan tingkat pengembalian modal yang
digunakan suatu proyek, nilai IRR dinyatakan dalam % pertahun. Untuk menentukan
layak atau tidaknya sebuah proyek dilaksanakan maka sebagai patokan dasar
perbandingan adalah tingkat bunga deposito yang berlaku di lembaga keuangan yang
ada. Nilai discount rate yang ditetapkan sebesar 13.5%. Jika nilai IRR lebih besar atau
sama dengan nilai discount rate, maka sebuah usaha dinyatakan layak untuk didirikan.
Hasil perhitungan IRR menurut perhitungan dari Persamaan 4 lebih besar dari discount
rate deposito yang ditetapkan yaitu sebesar 57% sehingga industri label indikator
layak untuk didirikan.
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio) menunjukan manfaat yang diberikan dari
sebuah industri tersebut untuk kepentingan umum dan bukan keuntungan finansial
perusahan. Perhitungan Net B/C dilakukan dengan membandingakan nilai NPV yang
bernilai positif dengan NPV yang bernilai negatif. Proyek layak dilaksanakan jika nilai
Net B/C lebih dari satu dan sebaliknya tidak layak dilaksanakan jika nilai Net B/C
kurang dari satu. Hasil perhitungan Net B/C menurut perhitungan dari Persamaan 5
sebesar 5.02 yang menunjukan bahwa pendirian pabrik label indikator ini layak untuk
dilaksanakan, karena nilai net B/C lebih besar dari satu.
Pay Back Period (PBP) merupakan jangka waktu yang dibutuhkan untuk
mengembalikan seluruh modal suatu investasi, yang dihitung dari aliran kas bersih.
Jangka waktu pengembalian ini dapat diartikan sebagai jangka waktu pada saat NPV
sama dengan nol. Berdasarkan hasil perhitungan menurut Persamaan 6, nilai PBP
untuk proyek ini adalah 2.1 tahun yang berarti untuk mengembalikan investasi awal
pabrik dibutuhkan waktu 2 tahun 1 bulan setelah pabrik berproduksi. Dari hasil
tersebut, dapat disimpulkan bahwa industri label indikator layak untuk didirikan
karena waktu pengembalian modal lebih cepat dibandingkan dengan umur proyek.
Titik impas atau Break Event Point atau titik dimana total biaya produksi sama
dengan penerimaan atau dengan kata lain industri tidak mengalami untung dan tidak
mengalami rugi. Titik impas menunjukkan bahwa tingkat produksi telah menghasilkan
pendapatan yang sama besarnya dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Nilai BEP
yang diperoleh menurut perhitungan dari persamaan 7 adalah sebesar 26.90 % atau
sebanyak 322.511 unit label indikator. Sehingga, pada saat produksi sebanyak 322.511
label, pabrik tidak mengalami keuntungan dan juga tidak mengalami kerugian. Aliran
kas dan analisis kriteria investasi dapat dilihat di Lampiran 10.
18
Simpulan
Perancangan Pabrik label indikator dilakukan pada tahap analisis teknis dan
teknologi, perancangan peralatan, dan analisis finansial. Pada tahap analisis teknis dan
teknologi dilengkapi dengan perancangan peralatan. Pada perancangan peralatan,
kesesuaian alat yang digunakan dan kondisi lingkungan steril merupakan hal yang
perlu diperhatikan karena mengingat produk label indikator yang dibuat rentan dengan
kontaminasi mikroba. Kapasitas produksi sebesar 5000 label perhari dengan harga jual
Rp 1 000 per label dan margin keuntungan per produk sebesar 9%. Pendirian pabrik
direncanakan di daerah Bantar Kambing, Kabupaten Bogor yang letaknya strategis dan
berdekatan dengan sumber bahan baku dan target pasar. Luas area yang dibutuhkan
sebesar 51.55 m2.
Modal investasi tetap yang dibutuhkan sebesar Rp 741 010 310 dan modal kerja
sebesar Rp 339 964 253. Modal investasi tetap ditetapkan 60% sebagai modal
pinjaman bank dan 40% sebagai modal sendiri. Analisis kriteria investasi menunjukan
Nilai Net Present Value (NPV) sebesar Rp 1 075 454 656. Internal Rate of Return
(IRR) sebesar 57 %, Net B/C sebesar 5.02, Pay Back Period (PBP) selama 2.1 tahun
dan Break Event Point (BEP) sebesar 26.90 %. Perancangan pabrik label indikator
dapat dikatakan layak untuk didirikan karena memenuhi kriteria-kriteria dari studi
kelayakan investasi.
Saran
Perlu dilakukan kajian lebih lanjut mengenai a) business model dan strategi
pemasaran untuk pengembangan label indikator, b) kebijakan mengenai penggunaan
label indikator untuk usaha retail agar menjamin kualitas dari produk daging segar
yang di kemas, dan c) analisa aspek lingkungan lanjutan tentang dampak proyek
terhadap lingkungan, baik lingkungan hidup maupun lingkungan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas SK. 2014. A study on pH indicator property of flowers of Ipomea nil. J Inov
Pharm Bio Sci. 1(2):72-76.
Catapano G, Czermak P, Eible R, Eible D, Portner R. 2009. Bioreactor design and
scale up. In: Celland tissue reaction engineering: Principles and practice. Berlin
Heidelberg, Germany: 173-186
Davis RZ. 2010. Design and scale-up of production scale stirred tank fermentator
[Tesis]. Utah: Utah State University.
Dwidjoseputro, S. 1994. Sterilisasi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Fardiaz S. 1989. Mikrobiologi Pangan. Bogor: PAU Pangan dan Gizi, IPB.
Fellow. P.j. 1998. Food Processing Technology. Principle and Practice. Ellis Horword.
New York.
19
Warsiki E, Putri CDW. 2012. Colored label indicator using natural and syntheticdye.
J Tek Ind Per. 1 (2): 82-87
Wu D, Wang Y, Chen J, Ye X, Wu Q, Liu D, Ding T. 2013. Preliminary study on
time-temperature indicator (TTI) system based on urease. J Food Con.
34(1):230-234.
21
𝐵 𝑅− (𝐶)𝑜𝑝
𝑁𝑒𝑡 = …………………………….……… (5)
𝐶 𝐶𝑓
FC : Biaya Tetap
P : Harga jual per unit
VC : Biaya variabel per unit
23
Raw Material
Feed
Steam out
Mixing Tank
Heat Homogenizer
Exchanger Tank
Primary
Aseptic
Filling
Tank
Machine
Conveyor
Seal aplicator
Secondary
Filling
Machine
Indicator
Lable
24
Aquades Pencampuran
12200 g 13664 g
Uap air
Pemanasan 800C
3714 g
Manitol
122 g Pencampuran
Susu Cair 9950 g
122 g
Homogenizer
10194 g
Sterilisasi 1210C
Filling
F3
F1 F2
Masuk Keluar
Komponen
Aliran F1 Aliran F2 Aliran F3
Agar Bubuk 122 g 122 g
Tapioka 61 g 61 g
NaCl 915 g 915 g
Phenol red 366 g 366 g
Aquades 12200 g 3714 g 8486 g
Sub total 13664 g 3714 g 9950 g
Pencampuran
F2 F5
F4
Masuk Keluar
Komponen
Aliran F2 Aliran F4 Aliran F5
Agar Bubuk 122 g 122 g
Tapioka 61 g 61 g
NaCl 915 g 915 g
Phenol red 366 g 366 g
Aquades 8486 g 8486 g
Manitol 122 g 122 g
Susu Cair 122 g 122 g
Sub total 9950 g 122 g 10194 g
27
Homogenizer
F5 F6
Masuk Keluar
Komponen
Aliran F5 Aliran F3
Agar Bubuk 122 g 122 g
Tapioka 61 g 61 g
NaCl 915 g 915 g
Phenol red 366 g 366 g
Aquades 8486 g 8486 g
Manitol 122 g 122 g
Susu cair 122 g 122 g
Sub total 10194 g 10194 g
Sterilisasi
F6 F7
Masuk Keluar
Komponen
Aliran F5 Aliran F3
Agar Bubuk 122 g 122 g
Tapioka 61 g 61 g
NaCl 915 g 915 g
Phenol red 366 g 366 g
Aquades 8486 g 8486 g
Manitol 122 g 122 g
Susu 122 g 122 g
Sub total 10194 g 10194 g
28
𝑇2
∫ 𝐶𝑝 𝑑𝑇
𝑇1
80
= ∫ 𝑎 + 𝑏𝑇 + 𝑐𝑇 2 + 𝑑𝑇 3
27
𝐶𝑝𝑜 = 33.46 + ( 0.6880 ×10−2 )𝑇 + (0.7604 ×10−5 )𝑇 2 + (−3.593 ×10−9 )𝑇 3
80
∆𝐻 = ∫ 33.46 + ( 0.6880 ×10−2 )𝑇 + (0.7604 ×10−5 )𝑇 2 + (−3.593 ×10−9 )𝑇 3
27
∆𝐻 = 2700.0769 − 905.98
∆𝐻 = 1794.0969 𝑗𝑜𝑢𝑙𝑒/𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑄 = 𝑀 𝐶 ∆𝑇
𝑘𝑘𝑎𝑙
𝑄 = 13.670 𝑘𝑔 ×0.337 ×530
𝑘𝑔𝑜 𝑐
𝑄 = 244.15 𝑘𝑘𝑎𝑙
𝑘𝑘𝑎𝑙
𝑄 = 10194 𝑘𝑔 ×0.337 ×530
𝑘𝑔𝑜 𝑐
𝑄 = 243.991 kkal
29
Keterangan :
MT : Mixing tank
HG : Homogenizer
PHE : Plate Heat Excanger
AT : Aseptic Tank
FM1 : Filling Machine
FM2 : Filling Machine proses 2
30
Area Alat Dimensi alas Area Luas Kelonggaran Jumlah Kebutuhan Total Luas
(m) Operator Alas (150% Luas Alat Luas Alat
(m2) (m2) Alas) (m2) (unit) (m2)
Mixing tank p=0.4 l=0.8 0.8 0.32 1.68 1 2.00
Homogenizer p=0.4 l=0.8 0.8 0.32 1.68 1 2.00
Heat Exchanger p=0.3 l=0.8 0.8 0.24 1.56 1 1.8
Produksi Aseptic Storage Tank p=1.0 l= 0.5 1.0 0.5 2.25 2.75 23.55
1
Filling Machine p=1.5 l=1.1 1.5 1.65 4.725 1 6.375
Packing Machine p=1.5 l=1.1 1.5 1.65 4.725 1 6.375
Conveyor p=3.0 l=0.3 - 0.9 1.35 1 2.25
Ruang QC 3.00
Ruang Penyimpanan 3.00
Kantor 4.00
Mushola dan Toilet 6.00
Parkir 12.00
Total Luas m2 32.26
Harga Tanah/m2 51.55
Harga tanah keseluruhan Rp 650,000
Biaya Perataan Tanah (20% dari Harga Tanah) Rp 33,507,500
Biaya Total Tanah Rp 6,701,500
p= panjang , l= lebar
31
Komponen Tahun 1 (Rp) Tahun 2 (Rp) Tahun 3 (Rp) Tahun 4 (Rp) Tahun 5 (Rp)
Biaya Tetap
Gaji Tetap Karyawan 177,450,000 177,450,000 177,450,000 177,450,000 177,450,000
Pokok Pinjaman Bank 86,146,659 97,776,458 110,976,280 125,958,078 142,962,419
Biaya Bunga Pinjaman 60,021,835 48,392,036 35,192,214 20,210,416 3,206,076
Depresiasi dan Amortis 66,326,762 66,326,762 66,326,762 66,326,762 66,326,762
Biaya Laboratorium dan Pengembangan 35,490,000 35,490,000 35,490,000 35,490,000 35,490,000
Biaya Asuransi 7,410,103 7,410,103 7,410,103 7,410,103 7,410,103
Biaya Administrasi Umum 22,997,605 22,997,605 22,997,605 22,997,605 22,997,605
Pajak Bumi Bangunan 344,608 344,608 344,608 344,608 344,608
Total Biaya Tetap 456,187,571 456,187,571 456,187,571 456,187,571 456,187,571
Biaya Variabel
Biaya Bahan Baku dan Utilitas 104,026,648 104,026,648 104,026,648 104,026,648 104,026,648
Biaya Pemasaran dan Distribusi 35,490,000 35,490,000 35,490,000 35,490,000 35,490,000
Biaya Perawatan 74,101,031 74,101,031 74,101,031 74,101,031 74,101,031
Total Biaya Variabel 213,617,679 213,617,679 13,617,679 213,617,679 213,617,679
Komponen Tahun 6 (Rp) Tahun 7 (Rp) Tahun 8 (Rp) Tahun 9 (Rp) Tahun 10 (Rp)
Biaya Tetap
Gaji Tetap Karyawan 177,450,000 177,450,000 177,450,000 177,450,000 177,450,000
Pokok Pinjaman Bank
Biaya Bunga Pinjaman
Depresiasi dan Amortis 66,326,762 66,326,762 66,326,762 66,326,762 66,326,762
Biaya Laboratorium dan Pengembangan 5,490,000 5,490,000 35,490,000 5,490,000 5,490,000
Biaya Asuransi 7,410,103 7,410,103 7,410,103 7,410,103 7,410,103
Biaya Administrasi Umum 2,997,605 2,997,605 22,997,605 2,997,605 2,997,605
Pajak Bumi Bangunan 344,608 344,608 344,608 344,608 344,608
Total Biaya Tetap 310,019,077 310,019,077 310,019,077 310,019,077 310,019,077
Biaya Variabel
Biaya Bahan Baku dan Utilitas 104,026,648 104,026,648 104,026,648 104,026,648 104,026,648
Biaya Pemasaran dan Distribusi 35,490,000 35,490,000 35,490,000 35,490,000 35,490,000
Biaya Perawatan 74,101,031 74,101,031 74,101,031 74,101,031 74,101,031
Total Biaya Variabel 213,617,679 213,617,679 213,617,679 213,617,679 213,617,679
Komponen Tahun 6 (Rp) Tahun 7 (Rp) Tahun 8 (Rp) Tahun 9(Rp) Tahun 10(Rp)
100% 100% 100% 100% 100%
RIWAYAT HIDUP