Anda di halaman 1dari 47

1

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PERANCANGAN


PABRIK LABEL INDIKATOR PENDETEKSI
KERUSAKAN DAGING SEGAR

RIO FAZAR RAHMAN MUHAMAD ANSOR

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
2
3

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN


SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Kelayakan
Investasi Perancangan Pabrik Label Indikator Pendeteksi Kerusakan Daging Segar
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal dari atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2016

Rio Fazar Rahman Muhamad Ansor


NIM F34120022
4

ABSTRAK
RIO FAZAR RAHMAN MUHAMAD ANSOR. F34120022. Analisis Kelayakan
Investasi Perancangan Pabrik Label Indikator Pendeteksi Kerusakan Daging Segar.
Dibimbingan oleh ENDANG WARSIKI
Label indikator merupakan teknologi kemasan cerdas yang telah lama
dikembangkan sebagai pendeteksi kerusakan produk yang disebabkan oleh
mikroorganisme. Namun label indikator di Indonesia masih di kembangkan dalam
skala labolatorium, sehingga perlu dilakukan peningkatam skala menjadi skala pabrik.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah diperolehnya kelayakan
investasi perancangan pabrik label indikator kerusakan daging segar, melalui analisis
teknis dan teknologi, perancangan peralatan dan analisis kriteria investasi. Kapasitas
produksi label indikator sebanyak 5000 label perhari. Kesesuaian alat yang digunakan
dan kondisi steril merupakan hal yang perlu diperhatikan karena produk label indikator
rentan dengan kontaminasi mikroba. Analisis kriteria investasi meliputi Net Present
Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Pay
Back Period (PBP), dan Break Event Point (BEP). Hasil analisis kriteria investasi
menunjukan bahwa pendirian pabrik label indikator layak untuk didirikan. Modal
investasi tetap yang dibutuhkan (Rp 741 010 310), modal kerja (Rp 339 964 253),
NPV (Rp 1 075 454 656), IRR (57%), Net B/C (5.02), PBP (2.1) dan BEP (26.90 %).

Kata kunci : label indikator, perancangan pabrik, kelayakan investasi, Perancanngan


alat

ABSTRACT

RIO FAZAR RAHMAN MUHAMAD ANSOR. F34120022. Investment Feasibility


Analysis of Plant Design Indicator Label to Detect fresh meat spoiled. Supevisior by
ENDANG WARSIKI
The smart indicator lable is one of invention to detect the product spoiled by
microorganism. However, in Indonesia the smart lable indicator is still being
developed in labolatory, thus the scale up is necessary to be set up. The study aimd to
obtaining investement feasibility to plant design of indicator lable for fresh meat
spoiled, by technical, technology, design of equipment and investment criteria.
Production capasity was 5000 lable/days. The proper design of equipment and sterile
condition are the important things, because the lable can be easily contimated by the
microba. Feasibility analisys contains NPV, IRR, Net B/C, PBP, and BEP. The result
showed that this industry was suitable to run. The fixed capital was Rp 741 010 310
and working capital was Rp 339 964 253. The next calculation resulted on NPV of Rp
1 075 454 656, IRR of 57%, Net B/C ratio of 5.02, PBP of 2.1, and BEP of 26.90 %.

Keywords: indicator lable, plant design, investment feasibility, design of equipment


5

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PERANCANGAN


PABRIK LABEL INDIKATOR PENDETEKSI
KERUSAKAN DAGING SEGAR

RIO FAZAR RAHMAN MUHAMAD ANSOR

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknologi Industri Pertanian

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
6
8

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi
berjudul “Analisis Kelayakan Investasi Perancangan Pabrik Label Indikator
Pendeteksi Kerusakan Daging Segar” ini dengan baik sebagai syarat untuk
memenuhi syarat kelulusan skripsi pada Departemen Teknologi Industri Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Endang Warsiki, S.TP., M.Si
selaku dosen pembimbing. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada kedua
orang tua Bapak Drs Asep Ansor M., M.Si, Ibu Iis Umirawati, S.Pd.i. kedua adik
tercinta Salsa Raisa Is Putri Ansor dan Teorema Navisa Ansor serta seluruh keluarga
atas doa, dukungan dan kasih sayang yang telah diberikan. Terimakasih juga
disampaikan untuk Haerani Aslesmana atas dukungan dan semangatnya selama ini.
Terimakasih banyak untuk keluarga P1 atas kebersamaan dan bantuannya. Tak lupa
diucapkan terimakasih untuk teman - teman seperjuangan TINNOVATOR TIN 49 atas
pelajaran dan pengalaman berharganya selama ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Desember 2016

Rio Fazar Rahman Muhamad Ansor


9

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
METODOLOGI PENELITIAN 2
Kerangka Pemikiran 2
Teknik Pengumpulan Data 3
Tahapan Penelitian dan Analisis Data 3
HASIL DAN PEMBAHASAN 6
Kebutuhan Bahan Baku dan Produksi 6
Bahan Baku Produksi 6
Kapasitas Produksi 7
Teknologi Proses Produksi 7
Lokasi Pendirian Pabrik 12
Denah Pabrik 12
Analisis Kriteria Investasi 13
Modal Investasi Tetap 13
Modal kerja 15
Estimasi Aliran Proyek 16
Kriteria Kelayakan Investasi 16
SIMPULAN DAN SARAN 18
Simpulan 18
Saran 18
DAFTAR PUSTAKA 18
LAMPIRAN 21
RIWAYAT HIDUP 37
10

DAFTAR GAMBAR
1 Kurva fungsi Np (power number) terhadap Nre (reynold number) 5
2 Diagram Proses Analisis Aspek Teknis dan Teknologi 6
3 Diagram Alir Proses Produksi Secara Umum 9
4 Ilustrasi Kemasan Label Indikator (a) Kemasan LDPE, (b) Kemasan
Alumunium Foil, (c) Kemasan Karton. 9

DAFTAR TABEL
1 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data berdasarkan Data/Informasi 3
2 Dimensi Tangki Produksi Label Indikator 10
3 Nilai Np Setiap Jenis Pengaduk dan Jenis Alat 11
4 Nilai P (power) Setiap Jenis Pengaduk dan Jenis Alat 11
5 Perincian Kebutuhan Listrik Untuk Produksi 12
6 Perhitungan biaya bangunan dan sarana 14
7 Perhitungan Estimasi Harga Alat 14
8 Biaya Instrumentasi Dan Alat Kontrol, Perpipaan, Instalasi Listrik,
Insulasi Dan Inventaris Kantor 14
9 Modal Investasi Tetap Tak Langsung 15
10 Modal Kerja 15

DAFTAR LAMPIRAN
1 Rumus Analisis Finansial 21
2 Block Flow Diagram 23
3 Dimensi dan Kapasitas Alat 24
4 Neraca Massa Label Indikator 25
5 Denah Ruang dalam Pabrik 29
6 Kebutuhan Luas dan Harga Tanah 30
7 Perhitungan Deprisiasi dan Amortis 31
8 Perhitungan Biaya Tetap Dan Biaya Variabel 32
9 Perhitungan Labarugi 34
10 Aliran Kas dan Kriteria Investasi 35
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Label indikator merupakan teknologi kemasan cerdas yang telah lama


dikembangkan sebagai pendeteksi kerusakan produk yang disebabkan oleh
mikroorganisme. Label ini diletakan pada kemasan produk dan akan berubah warna
jika terjadi penurunan mutu dari produk. Sehingga, konsumen dapat dengan mudah
mengetahui tingkat kualitas dan kelayakan konsumsi dari produk. Beberapa kemasan
cerdas yang telah dikembangkan dalam skala labolatorium antara lain kemasan cerdas
pendeteksi Staphylococcus aureus (Pratama et al 2015), kemasan cerdas indikator
warna daun erpa (Nofrida et al 2013), label pendeteksi Escherichia coli dari indikator
warna methyl red (Juneni 2015), kemasan cerdas pendeteksi kebusukan fillet ikan nila
(Hasnedi 2009), dan kemasan cerdas menggunakan pewarna natural dan sintetik
(Warsiki dan Putri 2012). Sementara itu menurut Robertson (2006) kemasan cerdas
adalah suatu kemasan berindikator yang dapat diletakkan secara internal maupun
eksternal dan dapat memberikan informasi mengenai keadaan kemasan dan atau
kualitas makanan didalamnya. Walaupun label indikator telah dikomersialisasi di luar
negri seperti The Fresh-Check TTI (USA), OnVuTMTTI (Sweden), The Vitsab
(Sweden), The Cryolog (France), also eo (eO) (France), The TT SensorTM (USA),
and The 3M Monitor Mark (Minnesota). Namun sayangnya penelitian mengenai label
indikator di Indonesia masih di kembangkan dalam skala labolatorium. Didorong oleh
hal tersebut, agar teknologi label indikator yang telah dikembangkan dapat
dikomersialisasikan maka perlu dilakukan peningkatan dari skala labolatorium
menjadi skala yang lebih besar.
Untuk mendukung perancangan pabrik label indikator, dilakukan terlebih dahulu
analisis studi kelayakan investasi. Studi ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis
apakah suatau kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil jika dilaksanakan
melalui beberapa kriteria yang digunakan. Sehingga, dapat memperhitungkan layak
atau tidaknya jika pendirian pabrik dilakukan dalam hal investasi. Dalam analisis
kelayakan investasi terdapat beberapa analisi yang digunakan untuk mendukung studi
tersebut. Studi kelayakan investasi perancang pabrik label indikator ini dilakukan pada
tahap analisis aspek teknis dan teknologi serta aspek kriteria investasi.
Analisis teknis dan teknologi dilengkapi dengan perancangan peralatan
produksi. Pada perancangan peralatan, kesesuaian alat yang digunakan dalam
perancangan pabrik dan kondisi lingkungan yang steril m erupakan hal yang perlu
diperhatikan karena mengingat produk label indikator yang dibuat rentan dengan
kontaminasi mikroba. Produk yang dihasilkan pun harus memiliki kemudahan dalam
penggunaannya di lingkungan masyarakat. Sehingga, tujuan dari pembuatan produk
label indikator untuk memberikan informasi mengenai mutu produk dapat tercapai.
Selanjutnya adalah tahap analisis kriteria investasi, yang dilengkapi dengan
perencanaan perkiraan jumlah dana yang dibutuhkan dalam perancangan pabrik
maupun dana yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk. Tahap kriteria investasi
juga dilakukan untuk memperhitungkan jika pendirian pabrik dilakukan akan
menguntungkan secara finansial seperti yang diharapkan.
2

Dengan studi kelayakan investasi perancangan pabrik ini, diharapkan dapat


membantu para pengambil keputusan maupun investor sebagai bahan informasi dan
pertimbangan dalam melakukan investasi pendirian pabrik label indikator.

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah diperolehnya kelayakan
investasi perancangan pabrik label indikator kerusakan daging segar melalui (a)
analisis teknis dan teknologi; (b) perancangan peralatan produksi; (c) analisis kriteria
kelayakan investasi perancangan pabrik.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk investor sebagai bahan
informasi dan pertimbangan dalam melakukan investasi pendirian pabrik label
indikator yang telah dikembangkan di labolatorium.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian terdiri dari (a) aspek teknis dan teknologi, meliputi
bahan baku, penentuan kapasitas produksi, jenis teknologi beserta informasi neraca
masa, mesin dan peralatan yang digunakan, serta lokasi pendirian pabrik. (c)
perancangan peralatan produksi menggunakan prinsip-prinsip penggandaan skala
meliputi dimensi, kesesuaian kebutuhan, dan kapasitas produksi; dan (b) aspek
kelayakan investasi, meliputi perkiraan jumlah dana yang dibutuhkan dan analisis
kriteria kelayakaan investasi.

METODOLOGI PENELITIAN

Kerangka Pemikiran

Label indikator pendeteksi kerusakan daging segar yang secara empiris


penelitian sudah dapat memberikan informasi mengenai kelayakan konsumsi dari
daging tersebut. Namun, di Indonesia penelitian tersebut hanya dilakukan dalam skala
labolatorium. Selanjutnya, hasil penelitian dalam skala labolatorium tersebut perlu
dilakukan peningkatan skala agar dapat dikomersialisasikan pada skala besar. Untuk
mendukung dalam peningkatan skala dilakukan analisis studi kelayakan dari aspek
teknis dan teknologi, serta aspek kriteria investasi. Analisis teknis dan teknologi yang
dilakukan meliputi bahan baku, neraca massa penentuan kapasitas produksi, pemilihan
teknologi proses, perancangan mesin dan peralatan. Analisis kriteria investasi yang
dilakukan yaitu melalui penghitungan kriteria-kriteria kelayakan investasi seperti Net
Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net B/C, Pay Back Period (PBP)
dan Break Event Point (BEP). Analisis studi kelayakan dilakukan untuk memberikan
3

rekomendasi kepada pihak pengambil keputusan dalam pendirian pabrik label


indikator.

Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dengan cara wawancara dan observasi lapang. Data sekunder diperoleh
melalui penelusuran laporan, jurnal, skripsi, buku, data statistik dari instansi-instansi
terkait, dan internet. Jenis data dan metode pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel
1.
Tabel 1 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data berdasarkan Data/Informasi
Data/Informasi Jenis Data Metode Pengumpulan
Teknis dan Teknologi
Bahan Baku Sekunder Studi dokumen
Kapasitas Produksi Sekunder dan Studi dokumen dan wawancara
primer
Proses Produksi Label Primer Percobaan dilabolatorium
Indikator
Neraca Massa Primer Percobaan dilabolatorium
Utilitas Sekunder Studi dokumen, literatur
internet (berdasarkan daya alat)
Lokasi Pabrik Sekunder dan Observasi lapang, studi
primer dokumen dan wawancara
Peralatan Produksi
Mesin dan peralatan Sekunder dan Studi dokumen, wawancara
primer dan literatur internet
Kriteria Investasi
Rincian Harga Sekunder dan Wawancara dan studi dokumen
primer literatur internet

Tahapan Penelitian dan Analisis Data

Analisis Teknis dan Teknologis


Analisis teknis dan teknologi meliputi ketersediaan bahan baku, kapasitas
produksi, neraca massa, pemilihan teknologi proses, mesin, dan peralatan. Data bahan
baku yang diperoleh melalui studi dokumen. Neraca massa disusun melalui hasil
percobaan di laboratorium. Pemilihan jenis teknologi proses produksi didasarkan
dengan kesesuaian kebutuhan proses produks. Pemilihan mesin dan peralatan
ditentukan berdasarkan teknologi dan proses produksi yang dipilih. Penentuan
kapasitas produksi berdasarkan asumsi dari kebutuhan daging di Kota Bogor.
Penentuan kebutuhan luas ruang berdasarkan pernambahan area kelonggaran setiap
unit. Penggambaran denah ruangan dalam pabrik menggunakan program Edraw Max
8.4.
4

Perancangan Peralatan Produksi


Perancangan peralatan produksi merupakan hal yang penting untuk kelancaran
sebuah produksi. Pada perancangan peralatan produksi menggunakan metode
penggandaan skala. Proses penggandaan skala dimulai dengan menetukan parameter
dan nilai pada skala labolatorium. Kemudia, dilakukan penentuan geometri pada skala
yang lebih besar. Selanjutnya, melakukan perhitungan nilai parameter yang
dipertahankan dalam skala lebih besar. Metode analisis dimensional dan kesamaan
geometri digunakan untuk merancang tangki pengaduk dan tangki homogenizer.
Dalam metode analisis dimensional parameter tak berdimensi dipertahankan dalam
penggandaan skala. Dalam penggandaan skala tangki terdapat beberapa kriteria yang
terapkan, sehinga dapat dianggap kriteria tertentu dianggap optimal pada skala kecil,
juga dianggap optimal pada skala besar (Catapano 2009). Beberapa kriteria tersebut
antara lain perpindahan massa, pencampuran, pindah panas, impeller speed, power
input, Impeller Reynold’s number dan sebagainya.
Rasio perbandingan dimensi tangki pengaduk dengan volume dalam skala besar
merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan skala, dari
skala labolatorium menjadi skala yang lebih besar. Walas (1990) menjelaskan
mengenai dimensi tangki dan rasio standar tangki, mulai dari rasio diameter tangki
dengan diameter pengaduk, dimensi baffle dan lain sebagainya. Beberapa asumsi yang
digunakan dalam desain tangki pengaduk yaitu :
1. Tangki berbentuk tabung dengan dasar berbentuk setengah bola yang
memiliki diameter sama dengan diameter tangki (dt).
2. Jumlah pengaduk yang digunakan satu.
3. Pengaduk yang dugunakan adalah pengaduk turbine.
4. Rasio diameter pengaduk terhadap tangki sebesar 0.6 dengan lebar
pengaduknya (Walas 1990).
5. Penempatan pengaduk yang optimum pada pertengahan sistem media (titik
tengah dengan tinggi ½ tinggi media) (Walas 1990).
6. Rasio tinggi tangki terhadap diameter tangki (ht/dt) diasumsikan 2 (Davis
2010).
Laju kecepatan pengadukan yang digunakan pada proses mixing produksi label
indikator sebesar 79 rpm dan untuk proses homogenizer sebesar 350 rpm. Pengaduk
yang digunakan merupakan pengaduk bertipe turbine, karena pengaduk dengan tipe
ini memiliki nilai power number yang besar dengan tipe pengadukan merata ke seluruh
bagian tangki. Nilai power (p) untuk proses mixing dan homogenizer dicari
menggunakan Persamaan (1) (Gill et all 2008).

𝑃 = 𝑁𝑃 𝜌 𝑁 3 𝑑𝑖 5 (1)

dimana : P = impeler power requirements (W)


di = diameter pengaduk (m)
N = laju agitasi (rps)
Np = power number
𝜌 = densitas (Kg/m3)

Berdasarkan Persamaan 1 nilai power (P) dapat dapatkan jika nilai dari Np
(power number) dari setiap pengaduk telah diketahui. Besaran nilai Np dapat diketahui
5

dengan menggunakan kurva fungsi Np (power number) terhadap NRe (reynolds


number) untuk setiap tipe pengaduk. Kurva fungsi Np terhadap NRe dapat dilihat pada
Gambar 1.

Gambar 1 Kurva fungsi Np (power number) terhadap NRe (reynold number)


(Walas 1990)

Nilai NRe dari mesin mixing dan homogenizer didapatkan dengan menggunakan
Persamaan 2.

𝑁𝜌𝑑𝑖 2 (2)
𝑁𝑅𝑒 =
𝜇

dimana : NRe = reynold number


di = diameter pengaduk (m)
N = laju agitasi (rps)
𝜇 = viskositas (Kg /m.s )
𝜌 = densitas (Kg/m3)

Penggambaran dimensi tangki menggunakan program AutoCAD 2010. Diagram


proses analisis aspek teknis dan teknologis dapat dilihat di Gambar 2.
6

Mulai

Pengumpulan Data Bahan Baku

Penyusunan Neraca Massa

Pemilihan Teknologi Proses

Perancangan peralatan produksi

Selesai

Gambar 2 Diagram Proses Analisis Aspek Teknis dan Teknologi

Analisis Kriteria Investasi


Analisis kelayakann investasi bertujuan untuk menghitung kebutuhan biaya
dalam pendirian industri yang terdiri dari biaya investasi maupun biaya produksi.
Perhitungan analisis kriteria-kriteria kelayakan investasi menggunakan bantuan
program Microsoft Excel 2016. Kriteria-kriteria yang digunakan untuk analisis
kelayakan investasi terdiri dari Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return
(IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Break Event Point (BEP), dan Pay Back
Period (PBP). Rumus kriteria investasi dapat dilihat pada Lampiran 1.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kebutuhan Bahan Baku dan Produksi

Bahan Baku Produksi


Salah satu aspek penting dalam proses produksi ialah bahan baku. Tersedianya
bahan baku dalam jumlah dan waktu yang tepat ataupun sesuai maka dapat
memperlancar proses produksi, sehingga diharapkan dengan kelancaran proses
produksi dapat menghasilkan keuntungan bisnis yang layak.
7

Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi label indikator cerdas berupa
bahan-bahan yang digunakan untuk membuat media biakan mikroba. Antara lain: agar
bubuk, tepung tapioka, NaCl, bahan selektif, pewarna phenol red dan susu cair. Bahan-
bahan tersebut dibagi ke dalam dua bagian penting yaitu indikator warna dan bahan
untuk membuat media label. Data bahan baku tersebut merupakan data dari komposisi
terbaik yang dilakukan peneliti sebelumnya Pratama (2016).

a) Indikator Warna
Indikator warna atau indikator asam basa merupakan zat warna organik yang
memiliki warna yang berbeda dalam berbagai pH (Abbas 2014). Phenol red sebagai
agen perubah warna. Phenol red atau Phenolsulfonphthalein (PS) biasa digunakan
sebagai indikator asam basa dalam analisis kuantitatif (Wu 2013). Phenol red akan
berwarna kuning pada pH 6.5 (asam) dan menjadi merah pada pH 8.1 (basa)
(Gundogdu 2008). Phenol red larut dalam air dan membentuk ikatan hidrogen.
Molekul phenol red adalah tetrahedron teratur yang berdimensi besar. Indikator
phenol red sensitif terhadap pH. Ionisasi hidrogen dari asam akan mempengaruhi pH
(Lee 2004).

b) Bahan Media Label


Media selektif atau media diferensial merupakan media yang digunakan untuk
mengindentifikasi atau menyeleksi satu jenis mikroba tertentu. Media selektif yang
digunakan yaitu manitol salt agar yang biasa digunakan sebagai media selektif untuk
S. aureus. Dalam pembuatan media selektif terdapat bahan-bahan lain yang digunakan
seperti penambahan NaCl dengan konsentrasi tinggi. Karena, fungsi NaCl pada label
adalah sebagai penekan pertumbuhan bakteri selain S. aureus pada label. Hal ini yang
menyebabkan label menjadi selektif. Fungsi protein dan manitol pada label adalah
sebagai nutrisi bagi pertumbuhan S. aureus, agar bubuk dan tapioka sebagai matriks
label.

Kapasitas Produksi
Kapasitas produksi dapat diartikan sebagai jumlah produk yang dihasilkan atau
diproduksi dalam satuan waktu tertentu untuk mencapai keuntungan yang optimal.
Kapasitas produksi tersebut ditentukan berdasarkan kapasitas sumberdaya yang
dimiliki antara lain kapasitasi mesin, kapasitas bahan baku, dan jumlah investasi.
Investasi yang dimiliki harus mampu memenuhi target kapasitas produksi yang
ditetapkan.
Penentuan kapasitas produksi label indikator dapat menghasilkan 5,000 label
indikator perhari, penentuan kapasitas tersebut didasarkan dari asumsi 50% kebutuhan
daging perhari di Kota Bogor. Menurut data dari Disperindag pemerintahan Kota
Bogor, kebutuhan daging sebesar 3.19 kg per kapita pada tahun 2015. Jika dikalikan
jumlah penduduk yang mencapai 1,004,000 jiwa, maka kebutuhan daging perhari
sebesar 10,904 kg. Maka dari itu, asumsi banyaknya label yang diproduksi didasari
dari pengaplikasian label ke dalam kemasan daging yang berukuran 1 kg.

Teknologi Proses Produksi


1. Proses Produksi
Teknologi proses produksi yang terlibat dalam pembuatan label indikator secara
umum dibagi menjadi 3 proses, yaitu proses pencampuran, sterilisasi dan pengemasan.
8

a) Pencampuran
Pencampuran merupakan proses yang menyebabkan tercampurnya suatu bahan
ke bahan lain, dimana bahan-bahan tersebut terpisah dalam fasa yang berbeda. Proses
pencampuran bertujuan untuk mengurangi ketidaksamaan atau ketidaksamarataan
komposisi sehingga akan menyebabkan terjadinya homogenasi bahan. Menurut
Fellows (1998), pencampuran merupakan proses menambahkan satu atau lebih bahan
dengan bahan lain sehingga membuat suatu bentuk yang seragam. Pada proses
produksi pencampuran dibagi ke dalam tiga tahapan. Pencampuran pertama
merupakan pencampuran bahan-bahan selain manitol dan susu, karena pada
pencampuran pertama terdapat perlakuan pencampuran yang disertai pemanasan
hingga suhu 80oc - 90oc yang bertujuan untuk melarutkan bahan-bahan agar mudah
terlarut dengan air. Selanjutnya pencampuran ke dua dengan tanpa adanya perlakuan
pemanasan untuk menghindari terjadinya denaturasi protein pada susu dan terjadinya
karamelisasi dari manitol akibat perlakuan panas dalam waktu lama. Kemudian
pencampuran ke tiga dengan menggunakan perlakuan kecepatan pengadukan yang
tinggi bertujuan sebagai proses homogenasi produk.

b) Sterilisasi
Sterilisasi merupakan suatu usaha untuk membebaskan alat-alat atau bahan dari
segala bentuk kontaminasi (Dwidjoseputro 1994). Pemanasan dengan suhu tinggi
bertujuan untuk membunuh seluruh mikroorganisme baik itu pathogen maupun spora
dari mikroorganisme yang dapat mengkontaminasi produk. Pada proses produksi
sterilisasi dilakukan dengan menggunakan Plate Heat Exchanger pada suhu di atas
121oc. Kemudian produk masuk keadalam Aseptic Storage Tank dengan tujuan
menjaga agar tidak adanya kontaminasi dari luar yang kontak dengan produk. Tangki
ini digunakan untuk memastikan dan menjaga kualitas dari produk agar tetap steril.

c) Pengemasan
Pengemasan label indikator dilakukan dengan tiga jenis kemasan. Kemasan
primer menggunakan plastik LDPE yang bertujuan untuk membatasi label agar tidak
kontak langsung dengan produk. Selain itu plastik LDPE dipilih karena memiliki sifat
permeabilitas tinggi, transparan, lentur, dan pori-pori yang lebih besar dari bakteri.
Menurut Pratama (2016), perubahan warna pada label kemas masih dapat terjadi
karena pori LDPE label berukuran 0.14-1.4 µm, sedangkan gas berukuran 0.001-0.1
µm (Hinds 2000) dan bakteri berukuran 0.5-1 µm (Fardiaz 1989), sehingga gas dan
bakteri dapat menembus pori LDPE dan bereaksi dengan phenol red pada label.
Sebelum produk dikemas dengan kemasan sekunder, produk terlebih dahulu melalui
conveyor untuk dilakukan penempelan perekat agar memudahkan pengaplikasian
produk pada saat mencapai konsumen. Pada bagian sisi conveyor dilengkapi dengan
pemancar sinar UV yang bertujuan untuk memastikan kondisi lingkungan produk tetap
dalam kondisi steril. Menurut Santoso (2002), sinar UV biasa digunakan untuk
sterilisasi ruangan sehingga kondisi lingkungan yang terpancar oleh sinar UV dapat
dikatakan steril. Kemasan sekunder menggunakan plastik alumunium foil yang
bertujuan untuk melindungi lebel indikator yang telah dikemas dan terhindar dari
kontaminasi karena alumunium foil memiliki daya permeabilitas yang baik.
Kemudian, lima buah label indikator yang telah dikemas dimasukan ke dalam kemasan
tersier. Kemasan tersier menggunakan kemasan karton yang bertujuan untuk
9

mempermudah pendistribusian label. Block flow diagram dapat dilihat di Lampiran 2.


Pemilihan perancangan dimensi dan kapasitas alat dapat dilihat di Lampiran 3.

Pencampuran Sterilisasi Pengemasan

Gambar 3 Diagram Alir Proses Produksi Secara Umum

(a) (b) (c)

Gambar 4 Ilustrasi Kemasan Label Indikator (a) kemasan LDPE, (b) kemasan
alumunium foil, (c) kemasan karton.

2. Neraca Massa
Neraca massa yang digunakan berdasarkan hasil peningkatan dari skala
labolatorium yang dilakukan. Pada skala labolatorium dengan menggunakan
komposisi terbaik yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya Pratama (2016),
komposisi tersebut dapat memenuhi 4 buah cawan petri yang memiliki diameter 10 cm
dengan lebar 1 cawan =3.14 × 25 cm=78.57 kemudian dilakukan pencetakan dengan
ukuran 2.75 × 2.75 cm sehingga menghasilkan 10.4 label atau diakumulasikan
seluruhnya menjadi 41 label. Dengan tebal rata-rata label 0.3-0.33 mm dan berat rata-
rata per label 1.9-2.12 gram. Dari data tersebut dilakukan peningkatan skala produksi
menjadi 5000 label per satu kali produksi. Dalam proses produksi terdapat proses
pemanasan yang akan menyebabkan hilangnya atau menguapnya air di dalam bahan.
Neraca massa produksi label indikator secara lengkapnya dapat dilihat di Lampiran 4.

3. Perancangan Peralatan
Dimensi tangki pengaduk dalam skala industri merupakan salah satu hal yang
perlu diperhatikan dalam meningkatkan skala, dari skala labolatorium menjadi skala
yang lebih besar. Rasio perbandingan dimensi dengan kebutuhan volume merupakan
hal yang harus diperhatikan. Walas (1990) menjelaskan mengenai dimensi tangki dan
rasio standar tangki, mulai dari rasio diameter tangki dengan diameter pengaduk,
dimensi baffle dan lain sebagainya. Desain tangki berpengaduk untuk produksi label
indikator mengacu pada standar Walas (1990) dengan volume tangki yang dibutuhkan
sebesar 15 L untuk tangki mixing dan tangki homogenizer. Rasio perbandingan
diameter pengaduk terhadap diameter tangki (di/dt) sebesar 0.33 untuk mixing dan 0.6
untuk homogenizer. Berdasarkan Walas (1990) sehingga didapatkan dimensi tangki
untuk produksi label indikator pada Tabel 2.
10

Tabel 2 Dimensi Tangki Produksi Label Indikator


Parameter desain Spesifikasi Satuan Gambar Ilustrasi Tangki
Volume media 0.0150 m3
Diameter tangki 0.2841 m
Tinggi tangki 0.5682 m
Tinggi media 0.2841 m
Jumlah baffle 4.0000 buah
Tinggi baffle d/2 0.1420 m
Lebar baffle d/12 0.0237 m
Jumlah impeller 1.0000 buah
Penempatan impeller dari
0.1420 m
Dasar tangki d/2
Diameter impeller 0.33*d 0.0937 m
Diameter impeller 0.60*d 0.1700 m

Tenaga yang digunakan dalam proses pengadukan berfungsi untuk mengaduk


bahan. Hubungan tenaga yang diguanakan (P) untuk pengadukan dan variable lain
menggunakan teknik analisa dimensi dapat dijelaskan melalui Persamaan 1, dimana
pada Persamaan 1 membutuhkan nilai Np (power number), densitas, kecepatan dan
diameter pengaduk. Nilai diameter pengaduk telah didapatkan pada Tabel 2,
sedangkan kecepatan pengaduk ditetapkan sebesar 79.66 rpm untuk tangka mixing dan
350 rpm untuk tangki homogenizer. Nilai densitas diketahui sebesar 1019 Kg/m3 dan
viskositas diketahui sebesar 0.0066 (Kg/ms) (Kurniawan 2016). Kemudian untuk
mendapatkan nilai P (power) dibutuhkan nilai Np. Bilangan tak berdimensi lain yang
dapat menggambarkan pergerakan cairan di dalam tangki yang beragitasi adalah
bilangan Reynolds (NRe). Bilangan Reynolds dan bilangan tenaga merupakan bilangan
tak berdimensi yang digunakan untuk menghitung tenaga yang dibutuhkan dalam
proses pengadukan. Nilai Np (power number) didapatkan melalui grafik hubungan Np
tehadap NRe (Gambar 2) sehingga dibutuhkan nilai NRe untuk mendapatkan nilai Np.
Hasil nilai NRe pada skala labolarium sebesar 1801.77, kemudian untuk melakukan
peningkatan skala terdapat beberapa parameter yang harus dipertahankan. Salah
satunya, nilai bilangan tak berdimensi. NRe merupakan salah satu bilangan tak
berdimensi yang memperlihatkan prilaku cairan didalam sebuah tangki pengaduk.
NRe harus dipertahankan agar bagian yang meperlihatkan prilaku cairan didalam
tangki adalah tenaga agitasi (P) dan kecepatan agitasi (N). Berdasarkan Persamaan 2
maka didapatkan nilai NRe untuk mixing sebesar 1801.77 dengan kecepatan
pengadukan sebesarr 79.66 rpm dan untuk homogenizer sebesar 26013 dengan
kecepatan pengadukan 350 rpm. Berikut perhitunga nilai Nre untuk masing-masing
alat,
1.3277 𝑟𝑝𝑠 × (1019 𝑘𝑔/𝑚3 )×(0.0937 𝑚)2
NRe pada mixing =
0.0066 𝑘𝑔/𝑚𝑠
= 1801.77

5.83 𝑟𝑝𝑠 × (1019 𝑘𝑔/𝑚3 )×(0.170 𝑚)2


NRe pada homogenizer =
0.0066 𝑘𝑔/𝑚𝑠
= 26013
11

Nilai Np (power number) setiap pengaduk diketahui menggunakan kurva fungsi


antara Np (power number) terhadap NRe (reynolds number). Nilai Np (power number)
kemudian dicari menggunakan proses interpolasi terhadap jarak antara tiap nilai
diantaranya dan perhitungan interpolasi untuk menentukan nilai Np. Berdasarkan
perhitungan interpolasi, maka nilai Np diketahui dan disajikan pada Tabel 3.
Diketahuinya nilai Np maka penentuan nilai power dapat dilakukan dengan
menggunakan Persamaan 1. Nilai P setiap jenis alat diketahui dan tersaji pada Tabel
4, berdasarkan hasil tersebut dipilih turbin tipe 6 karena memiliki nilai power terkecil
yaitu sebesar 49.9 W untuk homogenizer. Pengaduk bertipe turbin dipilih karena jenis
pengaduk tersebut memiliki rentan viskositas cairan yang luas. Sehingga, dapat
digunakan pada jenis cairan yang memiliki viskositas rendah hingga tinggi.

Tabel 3 Nilai Np Setiap Jenis Pengaduk dan Jenis Alat


Tipe pengaduk Tangki Mixing (79.66 rpm) Tangki Homogenizer (350 rpm)
1 4.45 5.00
2 4.45 4.54
3 3.18 3.47
4 3.45 3.36
5 2.80 3.36
6 1.72 1.73

Tabel 4 Nilai P (power) Setiap Jenis Pengaduk dan Jenis Alat


Tipe pengaduk Tangki Mixing (79.66 rpm) Tangki Homogenizer (350 rpm)
(W) (W)
1 1 143.34
2 1 130.16
3 1 102.35
4 1 96.33
5 1 96.33
6 1 49.90

4. Kebutuhan Utilitas
Utilitas merupakan sarana penunjang untuk membantu semua kegiatan dalam
industri. Kebutuhan utilitas dari proses pembuatan label indikator terdiri dari
kebutuhan air dan listrik

a. Kebutuhan Air
Kebutuhan air untuk perawatan peralatan industri label indikator sebanyak 100
L/hari. Kebutuhan air domestik untuk setiap orang diperkirakan 10 L/hari. Maka
kebutuhan air domestik dengan jumlah karyawan 3 orang sebanyak 30 L/hari.
Kemudian, kebutuhan air keseluruhan sebesar 180 L/hari, maka:
Kebutuhan air = 165L/hari × 240 hari = 31,200 L/ tahun
12

b. Kebutuhan Listrik
Listrik merupakan sumber energi utama untuk proses produksi label indikator.
Perincian kebutuhan listrik untuk produksi dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Perincian Kebutuhan Listrik untuk Produksi


No Jenis Alat Kebutuhan Jumlah Jumlah
Listrik (kWh) Alat Kebutuhan
Listrik (kWh)
1 Mixing tank 1,200 1 1,200
2 Pompa 350 4 1,400
3 Homogenizer 550 1 550
4 Aseptic Storage Tank 750 1 750
5 Filling Machine 1,150 1 1,150
6 Packing Machine 1,150 1 1,150
7 Seal Aplicator 300 1 300
8 Conveyor 600 1 600
9 Cooling 550 1 550
10 Plate Heat Excanger 1,250 1 1,250

Total daya yang dibutuhkan untuk proses produksi sebesar 13.051 kW, maka listrik
yang dibutuhkan sebesar = 13.051 kW × 240 hari = 3,132 kW/tahun

Lokasi Pendirian Pabrik


Lokasi industri yang ideal terletak pada tempat yang dapat memberikan total
biaya operasional yang rendah serta keuntungan yang maksimal. Penentuan lokasi
proyek yaitu lokasi dimana suatu proyek akan didirikan, baik untuk pertimbangan
lokasi maupun lahan proyek (Sutojo, 2000).
Untuk mendapatkan lokasi pabrik yang ideal perlu diperhatikan beberapa
kriteria untuk penentuan lokasi pabrik antara lain kedekatan dengan pasar,
ketersediaan bahan baku, sumber tenaga kerja, ketersediaan utilitas, kondisi geografis,
ketersediaan fasilitas transportasi, dan peraturan pemerintah (Umar, 2001).
Lokasi industri direncanakan berada di Bantar Kambing, Kabupaten Bogor,
Jawa Barat. Terdapat banyak faktor yang mendukung pengembangan kawasan industri
di Bantar Kambing, diantaranya harga tanah per m2 masih terbilang murah yaitu
sebesar Rp 650 000 kemudian lokasi tersebut berdekatan dengan perusahaan
pembuatan tepung tapioka yaitu PT. Radia Pribadi Mandiri berada di daerah ciampea
(±10 km) yang tidak jauh dari lokasi pendirian pabrik, yang mana tepung tapioka
merupakan salah satu bahan baku utama pembuatan label. Sehingga, lokasi pembuatan
pabrik yang berdekatan dengan bahan baku, dapat menekan biaya operasional
produksi. Selanjutnya, lokasi pabrik tidak jauh dari target pasar label indikator (±11
km) yang berada di Kota Bogor.

Denah Pabrik
Penentuan denah dalam ruang menjadi salah satu faktor yang sangat
diperhatikan karena akan menentukan efisiensi proses produksi dalam jangka waktu
yang panjang. Area kelonggaran untuk setiap unit alat yang digunakan pada ruang
13

produksi sebesar 150% yang dimaksud untuk pergerakan pekerja, perawatan dan
sebagainya sesuai kebutuhan. Menurut Hadiguna (2009), area kelonggaran juga
disediakan untuk dapat meningkatkan fleksibilitas dari area sehingga apabila terjadi
perubahan volume produksi ataupun rencana perluasan area akibat peninggkatan
kapasitas alat juga penambahan alat, maka dapat diakomodir. Berdasarkan perhitungan
tersebut, luas pabrik yang dibutuhkan adalah 51.55 m2. Denah ruangan dalam pabrik
dapat dilihat pada Lampiran 5.

Analisis Kriteria Investasi

Kriteria investasi merupakan salah satu faktor yang menentukan studi kelayakan
investasi. Dalam kriteria investasi terdapat analisis aspek finansial yang berkaitan
dengan bagaimana menentukan kebutuhan jumlah dana dan sekaligus
pengalokasiannya serta mencari sumber dana secara efisien, sehingga memberikan
tingkat keuntungan yang menjanjikan (Suratman 2002). Analisis finansial bertujuan
untuk menghitung jumlah biaya yang dibutuhkan untuk melakukan rencana investasi
yang akan dilakukan. Beberapa kriteria yang dianalisis dalam kelayakan investasi
terdiri dari Net Present Value (NPV), Net B/C, Pay Back Period (PBP), Internal Rate
Return (IRR), Break Event Point (BEP). Dalam perancangan pabrik label indikator
terdapat beberapa asumsi yang digunakan sebagai berikut:
1) Pabrik beroperasi selama 240 hari dalam setahun.
2) Kapasitas produksi 5000 laber per satukali produksi atau sebanyak 1,200,000
label dalam satu tahun.
3) Harga alat disesuaikan dengan harga dari PT Prima Teknik.
4) Perhitungan biaya pemasangan alat, instrumentasi dan alat kontrol, perpipaan,
instalasi listrik, insulasi, inventaris kantor, pra investasi, engineering dan
supervisi, perawatan, kontraktor dan biaya tak terduga (Peters dan Timmerhaus
1991).
5) Penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dilakukan berdasarkan UU
No.28 Tahun 2009 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
6) Bunga pinjaman bank sebesar 17.50% sesuai kredit usaha Bank Rakyat
Indonesia.
7) Gaji karyawan terdiri dari gaji tetap tiap bulan dan ditambah 1 bulan gaji yang
dimaksud sebagai tunjangan.
8) Proyek dimulai pada tahun ke-0 begitu pula dengan produksi pertama dimulai
pada tahun yang sama.
9) Kapasitas produksi pada tahun pertama produksi sebesar 75% dan tahun
selanjutnya 100%
10) Discount factor sebesar 13.5 %

Modal Investasi Tetap


Komponen biaya yang termasuk dalam modal investasi tetap langsung
merupakan biaya tanah, bangunan dan sarana, harga peralatan terpasang (HPT),
instrumentasi dan alat kontrol, perpipaan, instalasi listrik, insulasi, inventaris kantor
dan sarana transportasi. Komponen yang termasuk di dalam modal investasi tetap tak
langsung adalah biaya pra investasi, engineering dan supervisi, kontraktor dan biaya
tak terduga.
14

Modal Invetasi Tetap Langsung


Luas tanah yang dibutuhkan untuk perancangan pabrik sebesar 51.55 m2.
Dengan harga per m2 tanah di Bantar Kambing sebesar Rp 650 000. Untuk perataan
tanah diperkirakan membutuhkan biaya sebesar 20% dari harga tanah yang dibutuhkan
sehingga total pembelian tanah sebesar Rp 40 209 000. Biaya tanah dapat dilihat pada
Lampiran 6 dan biaya bangunan dan sarana dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Perhitungan biaya bangunan dan sarana


Area Luas (m2) Harga (Rp/m2) Jumlah (Rp)
Ruang Produksi 23.55 1 750 000 41 212 500
Ruang QC 3.00 2 000 000 6 000 000
Ruang Penyimpanan 3.00 1 500 000 4 500 000
Kantor 4.00 2 500 000 10 000 000
Mushola dan Toilet 6.00 2 500 000 15 000 000
Parkiran 12.00 1 000 000 12 000 000
Total 88 712 500

Estimasi biaya peralatan terpasang (HPT) sebesar Rp 318 976 000 dari
penjumlahan harga alat dan biasa pemasangan sebesar 10%. Perhitungan estimasi
harga alat dapat dilihat pada Tabel 7. Biaya instrumentasi dan alat kontrol, perpipaan,
instalasi listrik dan inventaris kantor dapat dilihat di Tabel 8. Jumlah modal investasi
tetap langsung (MITL) adalah Rp 607 385 500.

Tabel 7 Perhitungan Estimasi Harga Alat


No Jenis Alat Harga (Rp) Jumlah Subtotal (Rp)
1 Mixing tank 8 000 000 1 8 000 000
2 Pompa 500 000 4 2 000 000
3 Homogenizer 4 000 000 1 4 000 000
4 Heat Exchanger 4 000 000 1 4 000 000
5 Aseptic Storage Tank 11 500 000 1 11 500 000
6 Filling Machine 100 000 000 1 100 000 000
7 Packing Machine 100 000 000 1 100 000 000
8 Seal Aplicator 2 000 000 1 2 000 000
9 Conveyor 6 000 000 1 6 000 000
10 Cooling 10 700 000 1 10 700 000
TOTAL 294 200 000

Tabel 8 Biaya Instrumentasi dan Alat Kontrol, Perpipaan, Instalasi Listrik,


Insulasi dan Inventaris Kantor

Komponen Harga (Rp)


Intrumentasi Alat dan Kontrol (10% HPT) 31 897 600
Biaya Perpipaan (20% HPT) 63 795 200
15

Tabel 8 Biaya Instrumentasi dan Alat Kontrol, Perpipaan, Instalasi Listrik,


Insulasi dan Inventaris Kantor (Lanjutan)
Komponen Harga (Rp)
Biaya Instalasi Listrik (10% HPT) 31 897 600
Biaya Insulasi (8% HPT) 25 518 080
Biaya Inventaris Kantor (2% HPT) 6 379 520

Modal Invetasi Tetap Tak Langsung


Modal investasi tetap tak langsung sebagai berikut:
Tabel 9 Modal Investasi Tetap Tak Langsung
Modal Investasi Tetap Tak Langsung Harga (Rp)
Pra Investasi (7% MITL) 42 516 985
Engineering dan supervisi (10% MITL) 60 738 550
Biaya Takterduga (5% MITL) 30 369 275

Modal investasi tetap diperoleh dari penjumlahan modal investasi tetap langsung
dan modal investasi tetap tak langsung sebesar Rp 741 010 310. Modal investasi tetap
ditetapkan 60% sebagai modal pinjaman bank yaitu sebesar Rp 444 606 186 dan 40%
sebagai modal sendiri sebesar Rp 296 404 124.
Modal kerja
Modal kerja merupakan biaya yang dibutuhkan untuk membiayai operasional
dan produksi pabrik. Biaya modal kerja meliputi biaya bahan baku, bahan penujang
dan utilitas. Biaya kas terdiri dari biaya gaji pegawai, biaya pemasaran dan
administrasi umum. Gaji pegawai di atas UMR Kabupaten Bogor yaitu sebesar Rp 2
960 325. Pegawai juga mendapatkan tunjangan atau bonus sebesar satu kali besar gaji
yang diterima. Biaya administrasi umum sebesar 20% dari gaji pegawai. Biaya
pemasaran sebesar 20% dari gaji pegawai.
Tabel 10 Modal Kerja
Jenis Biaya Jumlah (Rp/Tahun)
Bahan baku dan utilitas 104 026 648
Kas 235 937 605
Total 339 964 253
Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dilakukan berdasarakan Undang-
Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan,
yaitu:
a) Objek pajak merupakan Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (pasal 2 Ayat 1)
b) Dasar pengenaan pajak merupakan Nilai Perolehan Objek Pajak (Pasal 6 Ayat 2)
c) Tarif untuk pajak ditetapkan sebesar 0.5% (Pasal 5)
d) Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak adalah sebesar Rp 60 000 000 (Pasal
7 Ayat 1)
e) Besarnya pajak yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan
Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak (Pasal 8 Ayat 2)
16

Besar Pajak Bumi dan Bangunan adalah Rp 344 608 /tahun, perhitungannya
yaitu:
Nilai perolehan objek kena pajak
Tanah Rp 40 209 000
Bangunan Rp 88 712 500
Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak -60 000 000
Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak Rp 68 921 500
Pajak yang terutang (0.5% NPOPKP)/tahun Rp 344 608

Estimasi Aliran Proyek


Dalam pembuatan arus kas proyek, terdapat beberapa faktor yang harus
diperhatikan. Salah satu faktor yang perlu diperhatikan adalah deprisiasi dana mortis.
Deprisiasi merupakan biaya atau penurunan nilai dari mesin atau alat dan bangunan
akibat dari umur pemakaian. Deprisiasi disebabkan oleh beberapa hal yang
mempengaruhi seperti adanya bagian-bagian dari alat yang mulai aus maupun rusak
dikarenakan penggunaan dalam waktu lama sehingga menyebabkan alat tersebut
menjadi tidak optimal, perkembangan teknologi menyebabkan alat/mesin nilainya
merosot karena munculnya alat/mesin baru yang lebih praktis dan efisien, dan adanya
pengembangan dari perusahaan sehingga alat yang digunakan harus diganti (Pramudya
2010). Selain penyusutan nilai alat dan bangunan, modal investasi juga mengalami
penyusutan yang disebut sebagai amortis, nilai amortis ditetapkan 20% dari modal
investasi tetap tak langsung. Nilai amortis dan deprisiasi industri setiap tahunnya
sebesar Rp 66 326 769. Perhitungan deprisiasi dan amortis dapat dilihat pada Lampiran
7.
Biaya produksi dalam analisis kelayakan terdiri dari biaya tetap dan biaya
variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang berjumlah tetap dan tidak tergantung dari
jumlah produk yang dihasilkan. Biaya tetap terdiri dari biaya gaji tetap pegawai, bunga
pinjaman bank, biaya laboratorium dan pengembangan, biaya deprisiasi dan amortis,
biaya asuransi dan pajak bumi dan bangunan. Sedangkan, biaya variabel meliputi
biaya bahan baku dan utilitas, biaya perawatan, serta biaya pemasaran dan distribusi.
Perhitungan biaya tetap dan biaya variabel dapat dilihat di Lampiran 8.
Proyeksi labarugi merupakan ringkasan penerimaan yang diperoleh dari hasil
penjualan produk dan seluruh biaya yang dikeluarkan sebuah industri dalam periode
tertentu disetiap tahunnya. Laba bersih merupakan nilai bersih yang diperoleh dari
pengurangan total penerimaan dengan total pengeluaran, termasuk bunga pinjaman
dan pajak penghasilan. Laporan labarugi menjelaskan mengenai keuntungan atau
kerugian yang dialami oleh perusahaan pada priode tertentu. Perhitungan labarugi
secara sederhana merupakan pengurangan antara hasil penjualan dengan pengeluaran
yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Perhitungan labarugi sepuluh tahun
pertama dapat dilihat di Lampiran 9. Aliran kas dihitung dengan mengurangi aliran
kas masuk dengan aliran kas keluar setiap tahunnya.

Kriteria Kelayakan Investasi


Analisis Kriteria kelayakan investasi bisnis merupakan analisis mengenai suatu
investasi bisnis yang akan dijalankan dalam rangka menentukan layak atau tidaknya
sebuah investasi dijalankan. Kriteria yang dianalisis yang digunakan adalah Net
Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net B/C, Pay Back Period (PBP)
17

dan Break Event Point (BEP). Penentuan harga label indikator yang akan dijual sangat
berpengaruh dalam kelayakan berdirinya perusahaan. Harga label indikator didapat
dari biaya yang berpengaruh dalam industri, harga tersebut didapat dari penjumlahan
modal investasi, utilitas dan bahan baku, kas, deprisiasi dan amortis, dibagi dengan
kapasitas produksi dalam satu tahun. Selanjutnya dikali dengan asumsi nilai jual.
Sehingga didapatkan harga jual label indikator sebesar Rp 1 000 per label.
Net Present Value (NPV) merupakan perbedaan antara nilai sekarang dari
manfaat dan biaya. Proyek dikatakan layak jika nilai NPV bernilai positif dan proyek
dikatakan tidak layak untuk didirikan jika nilai NPV bernilai negatif. Nilai NPV yang
diperoleh menurut perhitungan dari Persamaan 3 adalah sebesar Rp 1 075 454 656.
Nilai tersebut lebih besar dari nol, ini berarti bahwa proyek memperoleh peningkatan
nilai uang, sehingga pendirian pabrik tersebut dianggap layak sesuai perhitungan NPV.
Internal Rate of Return (IRR) merupakan tingkat pengembalian modal yang
digunakan suatu proyek, nilai IRR dinyatakan dalam % pertahun. Untuk menentukan
layak atau tidaknya sebuah proyek dilaksanakan maka sebagai patokan dasar
perbandingan adalah tingkat bunga deposito yang berlaku di lembaga keuangan yang
ada. Nilai discount rate yang ditetapkan sebesar 13.5%. Jika nilai IRR lebih besar atau
sama dengan nilai discount rate, maka sebuah usaha dinyatakan layak untuk didirikan.
Hasil perhitungan IRR menurut perhitungan dari Persamaan 4 lebih besar dari discount
rate deposito yang ditetapkan yaitu sebesar 57% sehingga industri label indikator
layak untuk didirikan.
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio) menunjukan manfaat yang diberikan dari
sebuah industri tersebut untuk kepentingan umum dan bukan keuntungan finansial
perusahan. Perhitungan Net B/C dilakukan dengan membandingakan nilai NPV yang
bernilai positif dengan NPV yang bernilai negatif. Proyek layak dilaksanakan jika nilai
Net B/C lebih dari satu dan sebaliknya tidak layak dilaksanakan jika nilai Net B/C
kurang dari satu. Hasil perhitungan Net B/C menurut perhitungan dari Persamaan 5
sebesar 5.02 yang menunjukan bahwa pendirian pabrik label indikator ini layak untuk
dilaksanakan, karena nilai net B/C lebih besar dari satu.
Pay Back Period (PBP) merupakan jangka waktu yang dibutuhkan untuk
mengembalikan seluruh modal suatu investasi, yang dihitung dari aliran kas bersih.
Jangka waktu pengembalian ini dapat diartikan sebagai jangka waktu pada saat NPV
sama dengan nol. Berdasarkan hasil perhitungan menurut Persamaan 6, nilai PBP
untuk proyek ini adalah 2.1 tahun yang berarti untuk mengembalikan investasi awal
pabrik dibutuhkan waktu 2 tahun 1 bulan setelah pabrik berproduksi. Dari hasil
tersebut, dapat disimpulkan bahwa industri label indikator layak untuk didirikan
karena waktu pengembalian modal lebih cepat dibandingkan dengan umur proyek.
Titik impas atau Break Event Point atau titik dimana total biaya produksi sama
dengan penerimaan atau dengan kata lain industri tidak mengalami untung dan tidak
mengalami rugi. Titik impas menunjukkan bahwa tingkat produksi telah menghasilkan
pendapatan yang sama besarnya dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Nilai BEP
yang diperoleh menurut perhitungan dari persamaan 7 adalah sebesar 26.90 % atau
sebanyak 322.511 unit label indikator. Sehingga, pada saat produksi sebanyak 322.511
label, pabrik tidak mengalami keuntungan dan juga tidak mengalami kerugian. Aliran
kas dan analisis kriteria investasi dapat dilihat di Lampiran 10.
18

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Perancangan Pabrik label indikator dilakukan pada tahap analisis teknis dan
teknologi, perancangan peralatan, dan analisis finansial. Pada tahap analisis teknis dan
teknologi dilengkapi dengan perancangan peralatan. Pada perancangan peralatan,
kesesuaian alat yang digunakan dan kondisi lingkungan steril merupakan hal yang
perlu diperhatikan karena mengingat produk label indikator yang dibuat rentan dengan
kontaminasi mikroba. Kapasitas produksi sebesar 5000 label perhari dengan harga jual
Rp 1 000 per label dan margin keuntungan per produk sebesar 9%. Pendirian pabrik
direncanakan di daerah Bantar Kambing, Kabupaten Bogor yang letaknya strategis dan
berdekatan dengan sumber bahan baku dan target pasar. Luas area yang dibutuhkan
sebesar 51.55 m2.
Modal investasi tetap yang dibutuhkan sebesar Rp 741 010 310 dan modal kerja
sebesar Rp 339 964 253. Modal investasi tetap ditetapkan 60% sebagai modal
pinjaman bank dan 40% sebagai modal sendiri. Analisis kriteria investasi menunjukan
Nilai Net Present Value (NPV) sebesar Rp 1 075 454 656. Internal Rate of Return
(IRR) sebesar 57 %, Net B/C sebesar 5.02, Pay Back Period (PBP) selama 2.1 tahun
dan Break Event Point (BEP) sebesar 26.90 %. Perancangan pabrik label indikator
dapat dikatakan layak untuk didirikan karena memenuhi kriteria-kriteria dari studi
kelayakan investasi.

Saran

Perlu dilakukan kajian lebih lanjut mengenai a) business model dan strategi
pemasaran untuk pengembangan label indikator, b) kebijakan mengenai penggunaan
label indikator untuk usaha retail agar menjamin kualitas dari produk daging segar
yang di kemas, dan c) analisa aspek lingkungan lanjutan tentang dampak proyek
terhadap lingkungan, baik lingkungan hidup maupun lingkungan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas SK. 2014. A study on pH indicator property of flowers of Ipomea nil. J Inov
Pharm Bio Sci. 1(2):72-76.
Catapano G, Czermak P, Eible R, Eible D, Portner R. 2009. Bioreactor design and
scale up. In: Celland tissue reaction engineering: Principles and practice. Berlin
Heidelberg, Germany: 173-186
Davis RZ. 2010. Design and scale-up of production scale stirred tank fermentator
[Tesis]. Utah: Utah State University.
Dwidjoseputro, S. 1994. Sterilisasi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Fardiaz S. 1989. Mikrobiologi Pangan. Bogor: PAU Pangan dan Gizi, IPB.
Fellow. P.j. 1998. Food Processing Technology. Principle and Practice. Ellis Horword.
New York.
19

Gill NK, M Appleton, F Baganz, GJ Lye. 2008. Quantification of power consumption


and oxygen transfer characteristics of a strirred miniature bioreactor for
predictive fermentation scale-up. Journal of Biorechnology and Bioengineering
Wiley Periodicals Inc.
Gundogdu A, Volkan B, Duran C, Kemer B, Bekircan O, Soylak M. 2008. A New pH
Indicator Base on 2.5-Diaryl-1-salicylideneamino-1,3,4-triazole derivative. J
Chi Chem . 26:143-145.
Hadiguna RA. 2009. Manajemen Pabrik Pendekatan sistem untuk Efisiensi dan
Efektivitas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hasnedi YW. 2009. Pengembangan kemasan cerdas (smart packaging) dengan sensor
berbahan dasar kitosan asetat, polivinil alkohol, dan pewarna indikator
bromthymol blue sebagai pendeteksi kebusukan fillet ikan nila. [Skripsi]. Bogor
(ID): Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan
Kelauta, Institut Pertanian Bogor.
Hinds WC. 2000. Aerosol technology: properties, behavior and measurement of
airborn particles. New york (USA): Willey.
Juneni. 2015. Label Pendeteksi Eherichia coli dari Indikator warna methyl red.
[Skripsi]. Bogor (ID): Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Kurniawan DW, Budianto A, Pratama KH. 2016. Karakteristik Agar dari Hasil
Produksi Petani Kabupaten Brebes Sebagai Eksipien Mukoadesif Dalam
Sediaan Farmasi. J. Trop. Pharm. Chem. 2016. Vol 3. No. 3
Lee GP, Lee MY, Lum SOY, Poh RSC, Lim KC. 2004. Extraradicular diffusion of
hydrogen peroxide and pH changes associated with intracoronal bleaching of
discoloured teeth using different bleaching agent. 37:500-506.
Nofrida R, Warsiki E, Yuliasih I. 2013. Pengaruh Suhu Penyimpanan Terhadap
Perubahan Warna Label Kemasan Cerdas Indikator Warna dari Label Daun Erpa
(Aerva sanguinolenta). J Tek Ind Pert. 23(3):232-241.
Nurmalia R, Sarianti T, Karyadi K. 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Departemen
Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Pratama M, Warsiki E, Harditjaroko L. 2015. Identification of Phenol red as
Staphylococcus aureus indicator label. J Tek Ind Pert. ISBN:978-4673-7404-0
Pratama M. 2016. Perancangan Label Indikator Bakteri Patogen Untuk Pemantauan
Kualitas Pempek. [Tesis]. Bogor (ID): Program Studi Teknologi Industri
Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Robertson GL. 2006. Food Packaging – Principles and Practice. Second edition, CRC
Press, Boca Raton, FL, USA.
Santoso, U. 2002. Kultur Jaringan Tanaman. Umm-Press, Jakarta
Suratman. 2002. Studi Kelayakan Proyek. Direktorat Pembinaan Penelitian dan
Pengabdian Pada masyarakat, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Sutojo, S. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Damar. Jakarta.
Umar, H. 2001. Studi Kelayakan Bisnis, Manajemen, Metoda, dan Kasus. PT.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Walas SM. 1990. Chemical Process Equipment, Selection and Design. USA.
Butterworth-Heinemann Publishing
Wang DIC, C. L. Cooney, A. L. Demain, P. Dunnil, A. E. Humprey and M. D. Lilly.
1978. Fermentation and Enzyme Technology. John Wiley and Sons, New York
20

Warsiki E, Putri CDW. 2012. Colored label indicator using natural and syntheticdye.
J Tek Ind Per. 1 (2): 82-87
Wu D, Wang Y, Chen J, Ye X, Wu Q, Liu D, Ding T. 2013. Preliminary study on
time-temperature indicator (TTI) system based on urease. J Food Con.
34(1):230-234.
21

Lampiran 1 Rumus Analisis kriteria investasi


1. Net Present Value (NPV)
𝑛 𝑛
(C)t (C0)t
𝑁𝑃𝑉 = ∑ (1+i)t
−∑ (1+i)t
……………………… (3)
𝑡=0 𝑡=0

NPV : Nilai sekarang bersih (Rp)


(C)t : Arus khas masuk pada tahun ke-t (Rp)
(C0)t : Arus khas keluar pada tahun ke-t (Rp)
n : Umur unit usaha hasil investasi
t : Tahun proyek yang sedang berlangsung
i : Discount rate atau biaya peluang modal (%)

2. Internal Rate of Return (IRR)


𝑛 𝑛
(C)t (C0)t
𝐼𝑅𝑅 = ∑ (1+IRR)t
−∑ (1+IRR)t
= 0………… (4)
𝑡=0 𝑡=0

IRR : Tingkat pengembalian internal (%)


(C)t : Arus khas masuk pada tahun ke-t (Rp)
(C0)t : Arus khas keluar pada tahun ke-t (Rp)
n : Umur unit usaha hasil investasi
t : Tahun proyek yang sedang berlangsung
Jika IRR ≥ discount rate, proyek layak untuk dilaksanakan.
Jika IRR <discount rate, proyek tidak layak untuk dilaksanakan.

3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

𝐵 𝑅− (𝐶)𝑜𝑝
𝑁𝑒𝑡 = …………………………….……… (5)
𝐶 𝐶𝑓

R : Nilai sekarang pendapatan (Rp)


(C)op : Nilai sekarang biaya, di luar biaya pertama (Rp)
Cf : Biaya pertama (Rp)
Jika Net B/C ≥ 1, proyek layak untuk dilaksanakan.
Jika Net B/C< 1, proyek tidak layak untuk dilaksanakan.

4. Pay Back Period (PBP).

𝑡 1 −𝑃𝐵𝑃 𝑘𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑐𝑎𝑠ℎ𝑓𝑙𝑜𝑤 1 −0


= …… (6)
𝑡 1 −𝑡 2 𝑘𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑐𝑎𝑠ℎ𝑓𝑙𝑜𝑤 1 −𝑘𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑐𝑎𝑠ℎ𝑓𝑙𝑜𝑤 2

t1: tahun saat kumulatif cashflow mulai bernilai positif


t 2: tahun saat kumulatif cashflow bernilai negatif
kumulatif cashflow1 : kumulatif cashflow mulai bernilai positif
kumulatif cashflow1 : kumulatif cashflow bernilai negatif
Proyek dengan PBP yang lebih kecil lebih layak dilaksanakan.
22

5. Break Event Point Unit


𝐹𝐶
𝐵𝐸𝑃 = ………………………………… (7)
𝑃−𝑉𝐶

FC : Biaya Tetap
P : Harga jual per unit
VC : Biaya variabel per unit
23

Lampiran 2 Block Flow Diagram

Raw Material

Feed

Steam out
Mixing Tank

Heat Homogenizer
Exchanger Tank

Primary
Aseptic
Filling
Tank
Machine

Conveyor
Seal aplicator

Secondary
Filling
Machine

Indicator

Lable
24

Lampiran 3 Dimensi dan Kapasitas Alat


Dimensi Aseptic Storage Tank Kapasitas 30 L
Tangki : Tinggi tangki 62.44 cm
: Diameter 32.26 cm
Alas : Panjang 80 cm
: Lebar 50 Cm
:Tinggi 110 cm
Daya : 750 Wh
Bahan stainlist 316

Dimensi Filling Machinge


Kapasitas : 50 bag/min
Panjang : 150 cm
Lebar : 100 cm
Tinggi : 130 cm
Daya : 1,150 Wh
Bahan pengemas : LDPE

(Katalog PT Prima teknik)


Dimensi Packing Machine
Kapasits :50 bag / min
Panjang : 200 cm
Lebar : 150 cm
Tinggi : 130 cm
Daya : 1,150 Wh
Bahan pengemas : alumunium foil

(Katalog PT Prima teknik)


25

Lampiran 4 Neraca Massa Label Indikator

Basis 5000 label 122 g Agar bubuk


30.5 g tapioka
457.5 g Nacl
183 g Phenol red

Aquades Pencampuran
12200 g 13664 g

Uap air
Pemanasan 800C
3714 g
Manitol
122 g Pencampuran
Susu Cair 9950 g
122 g

Homogenizer
10194 g

Sterilisasi 1210C

Filling

Label Cerdas Berat Akhir 10194 g


= 5000 label
26

Pencampuran dan pemanasan

F3

F1 F2

Masuk Keluar
Komponen
Aliran F1 Aliran F2 Aliran F3
Agar Bubuk 122 g 122 g
Tapioka 61 g 61 g
NaCl 915 g 915 g
Phenol red 366 g 366 g
Aquades 12200 g 3714 g 8486 g
Sub total 13664 g 3714 g 9950 g

Pencampuran

F2 F5

F4

Masuk Keluar
Komponen
Aliran F2 Aliran F4 Aliran F5
Agar Bubuk 122 g 122 g
Tapioka 61 g 61 g
NaCl 915 g 915 g
Phenol red 366 g 366 g
Aquades 8486 g 8486 g
Manitol 122 g 122 g
Susu Cair 122 g 122 g
Sub total 9950 g 122 g 10194 g
27

Homogenizer

F5 F6

Masuk Keluar
Komponen
Aliran F5 Aliran F3
Agar Bubuk 122 g 122 g
Tapioka 61 g 61 g
NaCl 915 g 915 g
Phenol red 366 g 366 g
Aquades 8486 g 8486 g
Manitol 122 g 122 g
Susu cair 122 g 122 g
Sub total 10194 g 10194 g

Sterilisasi

F6 F7

Masuk Keluar
Komponen
Aliran F5 Aliran F3
Agar Bubuk 122 g 122 g
Tapioka 61 g 61 g
NaCl 915 g 915 g
Phenol red 366 g 366 g
Aquades 8486 g 8486 g
Manitol 122 g 122 g
Susu 122 g 122 g
Sub total 10194 g 10194 g
28

Entalpi untuk mixing pada suhu 27o-80o c

𝑇2

∫ 𝐶𝑝 𝑑𝑇
𝑇1
80

= ∫ 𝑎 + 𝑏𝑇 + 𝑐𝑇 2 + 𝑑𝑇 3
27
𝐶𝑝𝑜 = 33.46 + ( 0.6880 ×10−2 )𝑇 + (0.7604 ×10−5 )𝑇 2 + (−3.593 ×10−9 )𝑇 3
80
∆𝐻 = ∫ 33.46 + ( 0.6880 ×10−2 )𝑇 + (0.7604 ×10−5 )𝑇 2 + (−3.593 ×10−9 )𝑇 3
27

( 0.6880 ×10−2 ) 2 (0.7604 ×10−5 ) 3 (−3.593 ×10−9 ) 4 80


∆𝐻 = [ 33.46 𝑇 + 𝑇 + 𝑇 + 𝑇 ]27
2 3 4
∆𝐻 = [ 2676.8 + 22,016 + 1.297 + (−0.0368 )] − [ 903.42 + 2.508 + 0.0499 − 4.77×10−4 ]

∆𝐻 = 2700.0769 − 905.98

∆𝐻 = 1794.0969 𝑗𝑜𝑢𝑙𝑒/𝑔𝑚𝑜𝑙

𝑗𝑜𝑢𝑙𝑒 12.2 ×103


∆𝐻 = 1.794×103 𝑔𝑚𝑜𝑙
× 18
𝑔𝑚𝑜𝑙
3
∆𝐻 = 1215 ×10 𝑗𝑜𝑢𝑙𝑒

Q untuk mixing pada suhu 27o-80o c

𝑄 = 𝑀 𝐶 ∆𝑇

𝑘𝑘𝑎𝑙
𝑄 = 13.670 𝑘𝑔 ×0.337 ×530
𝑘𝑔𝑜 𝑐

𝑄 = 244.15 𝑘𝑘𝑎𝑙

Q untuk PHE pada suhu 50o-121o c

𝑘𝑘𝑎𝑙
𝑄 = 10194 𝑘𝑔 ×0.337 ×530
𝑘𝑔𝑜 𝑐

𝑄 = 243.991 kkal
29

Lampiran 5 Denah Ruang Dalam Pabrik

Keterangan :

MT : Mixing tank
HG : Homogenizer
PHE : Plate Heat Excanger
AT : Aseptic Tank
FM1 : Filling Machine
FM2 : Filling Machine proses 2
30

Lampiran 6 Kebutuhan Luas dan Harga Tanah

Area Alat Dimensi alas Area Luas Kelonggaran Jumlah Kebutuhan Total Luas
(m) Operator Alas (150% Luas Alat Luas Alat
(m2) (m2) Alas) (m2) (unit) (m2)
Mixing tank p=0.4 l=0.8 0.8 0.32 1.68 1 2.00
Homogenizer p=0.4 l=0.8 0.8 0.32 1.68 1 2.00
Heat Exchanger p=0.3 l=0.8 0.8 0.24 1.56 1 1.8
Produksi Aseptic Storage Tank p=1.0 l= 0.5 1.0 0.5 2.25 2.75 23.55
1
Filling Machine p=1.5 l=1.1 1.5 1.65 4.725 1 6.375
Packing Machine p=1.5 l=1.1 1.5 1.65 4.725 1 6.375
Conveyor p=3.0 l=0.3 - 0.9 1.35 1 2.25
Ruang QC 3.00
Ruang Penyimpanan 3.00
Kantor 4.00
Mushola dan Toilet 6.00
Parkir 12.00
Total Luas m2 32.26
Harga Tanah/m2 51.55
Harga tanah keseluruhan Rp 650,000
Biaya Perataan Tanah (20% dari Harga Tanah) Rp 33,507,500
Biaya Total Tanah Rp 6,701,500
p= panjang , l= lebar
31

Lampiran 7 Perhitungan Deprisiasi dan Amortis


Komponen Harga awal (Rp) Harga Akhir (Rp) Umur Depresiasi / tahun(Rp)
Ekonomis
Bangunan Rp 56,459,3375 Rp 28,229,668 20 Rp 1,411,484
Peralatan Proses Rp 318,976,000 Rp 31,897,600 10 Rp 28,707,840
Instrumentasi Rp 25,518,080 Rp 2,551,808 10 Rp 2,296,627
Biaya Perpipaan Rp 63,795,200 Rp 31,897,600 10 Rp 3,189,760
Instalasi Listrik Rp 31,897,600 Rp 15,948,800 10 Rp 1,594,880
Insulasi Rp 25,518,080 Rp 12,759,040 10 Rp 1,275,904
Inventaris kantor Rp 6,379,520 Rp 3,189,760 10 Rp 318,976
Total Deprisiasi Rp 39,601,800
Amortis Ditetapkan dari 20% MITL Rp 26,724,962.00
Total Deprisiasi dan Amortis Rp 66,326,762
32

Lampiran 8 Perhitungan Biaya Tetap dan Biaya Variabel

Komponen Tahun 1 (Rp) Tahun 2 (Rp) Tahun 3 (Rp) Tahun 4 (Rp) Tahun 5 (Rp)
Biaya Tetap
Gaji Tetap Karyawan 177,450,000 177,450,000 177,450,000 177,450,000 177,450,000
Pokok Pinjaman Bank 86,146,659 97,776,458 110,976,280 125,958,078 142,962,419
Biaya Bunga Pinjaman 60,021,835 48,392,036 35,192,214 20,210,416 3,206,076
Depresiasi dan Amortis 66,326,762 66,326,762 66,326,762 66,326,762 66,326,762
Biaya Laboratorium dan Pengembangan 35,490,000 35,490,000 35,490,000 35,490,000 35,490,000
Biaya Asuransi 7,410,103 7,410,103 7,410,103 7,410,103 7,410,103
Biaya Administrasi Umum 22,997,605 22,997,605 22,997,605 22,997,605 22,997,605
Pajak Bumi Bangunan 344,608 344,608 344,608 344,608 344,608
Total Biaya Tetap 456,187,571 456,187,571 456,187,571 456,187,571 456,187,571

Biaya Variabel
Biaya Bahan Baku dan Utilitas 104,026,648 104,026,648 104,026,648 104,026,648 104,026,648
Biaya Pemasaran dan Distribusi 35,490,000 35,490,000 35,490,000 35,490,000 35,490,000
Biaya Perawatan 74,101,031 74,101,031 74,101,031 74,101,031 74,101,031
Total Biaya Variabel 213,617,679 213,617,679 13,617,679 213,617,679 213,617,679

Total Biaya 669,805,251 669,805,251 669,805,251 669,805,251 669,805,251


33

Lampiran 8 Perhitungan Biaya Tetap dan Biaya Variabel (Lanjutan)

Komponen Tahun 6 (Rp) Tahun 7 (Rp) Tahun 8 (Rp) Tahun 9 (Rp) Tahun 10 (Rp)
Biaya Tetap
Gaji Tetap Karyawan 177,450,000 177,450,000 177,450,000 177,450,000 177,450,000
Pokok Pinjaman Bank
Biaya Bunga Pinjaman
Depresiasi dan Amortis 66,326,762 66,326,762 66,326,762 66,326,762 66,326,762
Biaya Laboratorium dan Pengembangan 5,490,000 5,490,000 35,490,000 5,490,000 5,490,000
Biaya Asuransi 7,410,103 7,410,103 7,410,103 7,410,103 7,410,103
Biaya Administrasi Umum 2,997,605 2,997,605 22,997,605 2,997,605 2,997,605
Pajak Bumi Bangunan 344,608 344,608 344,608 344,608 344,608
Total Biaya Tetap 310,019,077 310,019,077 310,019,077 310,019,077 310,019,077

Biaya Variabel
Biaya Bahan Baku dan Utilitas 104,026,648 104,026,648 104,026,648 104,026,648 104,026,648
Biaya Pemasaran dan Distribusi 35,490,000 35,490,000 35,490,000 35,490,000 35,490,000
Biaya Perawatan 74,101,031 74,101,031 74,101,031 74,101,031 74,101,031
Total Biaya Variabel 213,617,679 213,617,679 213,617,679 213,617,679 213,617,679

Total Biaya 523,636,756 523,636,756 523,636,756 523,636,756 523,636,756


34

Lampiran 9 Perhitungan Labarugi


Komponen Tahun 1 (Rp) Tahun 2 (Rp) Tahun 3 (Rp) Tahun 4 (Rp) Tahun 5 (Rp)
75% 100% 100% 100% 100%

Penjualan Label Indikator 900,000,000 1,200,000,000 1,200,000,000 1,200,000,000 1,200,000,000

Total Pengeluaran 669,805,251 669,805,251 669,805,251 669,805,251 669,805,251

Laba Kotor Sebelum Pajak 230,194,749 530,194,749 530,194,749 530,194,749 530,194,749


Pajak 25% 57,548,687 132,548,687 132,548,687 132,548,687 132,548,687
Laba Bersih 172,646,062 397,646,062 397,646,062 397,646,062 397,646,062

Komponen Tahun 6 (Rp) Tahun 7 (Rp) Tahun 8 (Rp) Tahun 9(Rp) Tahun 10(Rp)
100% 100% 100% 100% 100%

Penjualan Label Indikator 1,200,000,000 1,200,000,000 1,200,000,000 1,200,000,000 1,200,000,000

Total Pengeluaran 523,636,756 523,636,756 523,636,756 523636756.3 523636756.3

Laba Kotor Sebelum Pajak 676,363,244 676,363,244 676,363,244 676363243.7 676363243.7


Pajak 25% 169,090,811 169,090,811 169,090,811 169,090,811 169,090,811
Laba Bersih 507,272,433 507,272,433 507,272,433 507,272,433 507,272,433
35

Lampiran 10 Aliran Kas dan Kriteria Investasi


Komponen Tahun 0 (Rp) Tahun 1 (Rp) Tahun 2 (Rp) Tahun 3 (Rp) Tahun 4 (Rp) Tahun 5 (Rp)
Inflow
a. Nilai Produksi 900,000,000 1,200,000,000 1,200,000,000 1,200,000,000 1,200,000,000
b. Pinjaman 444,606,186
Total Inflow 444,606,186 900,000,000 1,200,000,000 1,200,000,000 1,200,000,000 1,200,000,000
Outflow
a. Biaya Investasi 741,010,310
b. Biaya Operasional
b.1. Biaya Tetap 322,166,865 322,511,472 322,511,472 322,511,472 322,511,472 322,511,472
b.2. Biaya Variabel 213,617,679 213,617,679 213,617,679 213,617,679 213,617,679 213,617,679
c. Angsuran Modal Pinjaman 146,168,494 146,168,494 146,168,494 146,168,494 146,168,494
d. Pajak Penghasilan 57,548,687 132,548,687 132,548,687 132,548,687 132,548,687
Total Outflow 1,276,794,854 739,846,333 814,846,333 814,846,333 814,846,333 814,846,333

Net Benefit -832,188,668 160,153,667 385,153,667 385,153,667 385,153,667 385,153,667


PV NB (DF 13.5%) -832,188,668 162,315,741 496,164,582 563,146,801 639,171,619 725,459,787
Arus Kas -832,188,668 -672,035,002 -286,881,335 98,272,331 483,425,998 868,579,664
36

Lampiran 10 Aliran Kas dan Kriteria Investasi (Lanjutan)


Komponen tahun 6 tahun 7 tahun 8 tahun 9 tahun 10
Inflow
a. Nilai Produksi 1,200,000,000 1,200,000,000 1,200,000,000 1,200,000,000 1,200,000,000
b. Pinjaman
Total Inflow 1,200,000,000 1,200,000,000 1,200,000,000 1,200,000,000 1,200,000,000
Outflow
a. Biaya Investasi
b. Biaya Operasional
b.1. Biaya Tetap 322,511,472 322,511,472 322,511,472 322,511,472 322,511,472
b.2. Biaya Variabel 213,617,679 213,617,679 213,617,679 213,617,679 213,617,679
c. Angsuran Modal
Pinjaman
d. Pajak Penghasilan 169,090,811 169,090,811 169,090,811 169,090,811 169,090,811
Total Outflow 705,219,963 705,219,963 705,219,963 705,219,963 705,219,963

Net Benefit 494,780,037 494,780,037 494,780,037 494,780,037 494,780,037


PV Net Benefit (DF 13.5%) 1,057,760,483 1,200,558,148 1,362,633,498 1,546,589,021 1,755,378,539
Arus Kas 1,363,359,702 1,858,139,739 2,352,919,777 2,847,699,814 3,342,479,851
PP 2.1
NPV Rp1,075,454,656
Net B/C 5.02
BEP 26.90%
Bep Unit 322,511
IRR 57%
37

RIWAYAT HIDUP

Rio Fazar Rahman Muhamad Ansor dilahirkan di Garut pada tanggal 16


Januari 1995. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan
Bapak Drs Asep Ansor M., M.si, dan Ibu Iis Umirawati, S.Pd.I. Penulis memulai
pendidikan formal di SDN Sukaluyu 1 Sukawening Garut pada tahun 2000-2006,
SMPN 1 Cibatu Garut pada tahun 2006-2009, SMAN 3 Garut pada tahun 2009-
2012. Pada tahun 2012 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi
Masuk Nasional Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Undangan di Departemen
Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian.
Selama menjalani perkuliahan di IPB, penulis aktif dalam berbagai kegiatan
organisasi dan kepanitian di dalam kampus. Penulis menjadi pengurus BEM Fateta
di Departemen Apresiasi Seni pada periode 2013-2014. Penulis menjadi anggota
Gentra Kaheman angkatan 10 pada tahun 2013-2014. Penulis juga menjadi
pengurus Keahlian UKM Gentra Kaheman selama periode 2014-2015. Penulis juga
menjadi Pelatih Peran UKM Gentra Kaheman selama periode 2014-2016. Penulis
juga menjadi anggota dalam komunitas Reds Production House Fateta pada tahun
2013-2015. Penulis juga aktif mengikuti kepanitiaan dalam berbagai acara yang
diselenggarakan di kampus seperti menjadi ketua panitia divisi DDD dalam acara
Fateta Art Contest 2013, Ketua panitia Tim kreatif dalam acara HAGATRI 2014,
panitia divisi DDD dalam rangkaian mimitran Gentra Kaheman 2014, panitia divisi
Tim Kreatif dalam acara Techno F 2014, panitia divisi DDD dalam acara KSM XI
2014, pelatih divisi peran Gentra Kaheman tahun 2014-sekarang, panitia divisi
DDD KSM XII 2015. PIC pada acara International Conterence on Biomass 2016.
Penulis juga pernah mendapatkan penghargaan mahasiswa berprestasi dalam
bidang seni Fakultas Teknologi Pertanian 2015. Selain itu, penulis juga pernah
menjuarai lomba Vokal Group peringkat ke-1 pada IPB Art Contest 2014, 2015,
dan 2016. Menjuarai lomba Vokal group peringkat ke-2 pada Pekan Kreasi Seni
Mahasiswa Daerah rayon DKI Jakarta pada tahun 2014 dan 2016. Penulis juga
menjuarai sayembara Jingle MPKMB angkatan 51 tahun 2012 dan angkatan 53
tahun 2016.

Anda mungkin juga menyukai