5.1 Hasil Survei Topografi Serta Perencanaan Sistem Jaringan Distribusi Air Bersih
Dalam merencanakan unit pipa distribusi air bersih penulis melakukan survei topografi
terlebih dahulu untuk mengetahui jarak dan elevasi yang memungkinkan agar bisa dilewati oleh
air dalam perencanaan pipa distribusi. Survei topografi ini dilakukan dengan menggunakan alat
GPS. GPS (Global Positioning System) adalah suatu jaringan satelit secara terus menerus
memancarkan sinyal radio dengan frekuensi yang sangat rendah. Penggunaan GPS akan sangat
efisien dan efektif untuk diaplikasikan pada survei dan pemetaan di daerah-daerah yang kondisi
topografinya sulit, seperti daerah pengunungan dan daerah rawa-rawa.
Pengukuran elevasi menggunakan GPS dilakukan dengan meletakkan GPS diatas tanah
kemudian membaca nilai elevasi pada layar GPS. Pengukuran ini dilakukan pada setiap jarak
tempuh 50 meter, dengan rute perjalanan dari intake hingga reservoir . Berdasarkan survei
topografi Kecamatan Pal IX dan Sungai Kakap, didapat hasil pengukuran seperti berikut
dimana :
Q = laju aliran air yang dibutuhkan (m3/s)
V = kecepatan aliran air yang melalui pipa (m/s)
A = luas penampang pipa (m2)
Sehingga,
D 2
Q V
A r 2 4
2 4Q D 2V
1
D 4Q
2 D2
V
D2
4Q
4 D
V
dengan nilai V diperoleh dari kecepatan minimum aliran air dalam pipa distribusi yang
mengacu pada Tabel 5.6 (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, 2007).
Dari tebel di atas, ditentukan kecepatan minimum aliran air dalam pipa distribusi sebesar
0,6 m/det. Sehingga analisis perhitungan diameter pipa primer adalah :
Diketahui,
𝑄 = 0,447 m³/det (Sumber : Pangestu, 2011)
𝑄=
𝑉 = 0,6 m/det
Sehingga,
4𝑄
𝐷= √
𝜋𝑉
4. (0,447)
= √
3,14 . 0,6
= √0,94
𝐷 = 0,97 𝑚
Dari tabel 5.7 diatas, diketahui diameter pipa primer yang dibutuhkan sesuai kebutuhan
air adalah 0,83 meter, namun pipa yang digunakan adalah pipa yang disesuaikan dengan pipa
yang terdapat di pasaran yaitu 0,81 meter (32 inch), sehingga kapasitas debit pada pipa akan
berkurang 0,017 m3/det atau ±5% dari total debit kebutuhan. Hal tersebut tidak menjadi masalah
karena pada kebutuhan maksimum kebutuhan air tetap dapat terlayani hingga 100%.
Begitu juga untuk pipa sekunder pada masing-masing blok pelayanan, pipa yang
digunakan adalah ukuran diameter pipa yang dibutuhkan dan disesuaikan dengan pipa yang
terdapat di pasaran, dimana kapasitas debit dalam pipa akan lebih besar atau sama dengan debit
kebutuhan, sehingga kebutuhan air maksimum untuk setiap blok dapat terpenuhi.
Untuk analisis perhitungan diameter pipa tersier pada daerah pelayanan dipilih hanya
pipa tersier blok A, hal tersebut karena blok A merupakan blok dengan titik kritis terjauh,
sehingga dapat diketahui head pompa yang diperlukan pada reservoir. Analisis perhitungan
diameter pipa tersier dapat dilihat pada tabel berikut (Hasil Analisis, 2011) :