Dosen Pengampu :
Drs. Abbas.,MM
Disusun oleh :
Halfi Julmiraj
M. Firman
Jl. Lio Balandongan Sinargalih No. 74 Kel. Cikondang Kec. Citamiang Kota Sukabumi
Telp./Fax 0266-225465
KATA PENGATAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaukim Warahmatullahi Wabarakathu
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan hanya
kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah memberikan kesehatan, kesabaran,
kekuatan, ilmu pengetahuan dan hidayah-Nya yang telah dilimpahkan, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tak lupa juga sholawat serta
salam mudah-mudahan tercurah limpahkan kepada junjungan kita Rosul
Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam
Alhamdulillah, makalah dengan judul “Ma’rifat” dengan segala
keterbatasan dan kesederhanaan telah kami selesaikan.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian ma’rifat?
2. Apa konsep ma’rifat?
3. Siapa saja tokoh ma’rifat?
4. Apa pandangan al-quran dan hadist terhadap ma’rifat?
C. Tujuan penulisan
a. Mengetahui pengertian ma’rifat
b. Untuk mengetahui konsep ma’rifat
c. Untuk mengetahui para tokoh ma’rifat
d. Mengetahui ma’rifat dalam pandangan al-qur’an dan hadist
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian ma’rifat
Dari segi bahasa ma’rifat berasal dari kata arafa,ya’rifu,irfan,ma’rifah
yang artinya pengetahuan atau pengalaman. Istilah ma’rifat berasal dari
“AL-MA’RIFAH” yang berarti mengetahui atau mengenal sesuatu. Dan
apabila dihubungkan dengan pengamalan Tasawuff, maka istilah ma’rifat
di sini berarti mengenal Allah ketika Shufi mencapai suatu maqam dalam
tasawuf.
Kemudian istilah definisi ini dirumuskan kembali oleh beberapa para
ulama tasawuf, antara lain :
a. Dr. Mustafa Zhari, mengemukakan salah satu pendapat ulama
Tasawuf yang mengatakan:
ِ سائِ ِر ا ْلكَا ِل َما
ت َ ب ا ْل َم ْو ُج ْو ِد ُمت َّ ِصفًا ِب ِ ا ْل َم ْع ِرفَةُ َج ْز ُم ا ْلقَ ْل
ِ ب ِب ُو ُج ْو ِد ا ْل َو
ِ اج
"Ma’rifat adalah ketetapan hati (dalam mempercayai hadirnya) wujud
yang wajib adanya (Allah) yang menggambarkan segala
kesempurnaannya”
ُازدَادَتْ َم ْع ِرفَتُه
ْ فَ َم ِن, َسك ُْون
ُّ ب ال ِ س ِك ْينَةَ فِي ا ْلقَ ْل
ُ ب َك َما أَنَّ ا ْل ِع ْل َم يُ ْو ِج ُ ا ْل َم ْع ِرفَةُ يُ ْو ِج
َّ ب ال
ُس ِك ْينَتُه
َ ْا ِْزدَادَت
"Ma'rifat membuat ketenangan dalam hati, sebagaimana ilmu
pengetahuan membuat ketenangan (dalam akal pikiran). Barangsiapa
yang meningkat ma'rifatnya, maka meningkat pula ketenangan (hatinya).”
Tidak semua orang yang menuntut ajaran Tasawuf dapat sampai kepada
tingkatan ma’rifat. Karena itu, Shufi yang sudah mendapatkan ma’rifat,
memiliki tanda-tanda tertentu, sebagaimana beberapa tanda yang dimiliki
oleh Shufi bila sudah sampai kepada tingkatan ma’rifat, antara lain :
a. Selalu memancar cahaya ma’rifah padanya dalam segala sikap dan
perilakunya. Karena itu, sikap wara’ selalu ada pada dirinya.
b. Tidak menjadikan pada sesuatu yang berdasarkan fakta yang bersifat
nyata, karena hal-hal yang nyata menurut tasawuf, belum tentu benar.
c. Tidak menginginkan nikmat Allah yang banyak untuk dirinya, karena
hal itu bisa membawa dirinya kepada perbuatan yang haram.
Dari sinilah kita dapat melihat bahwa seorang Sufi tidak membutuhkan
kehidupan yang mewah, kecuali tingkatan kehidupan yang hanya sekedar
dapat menunjang kegiatan ibadahnya kepada Allah SWT., sehingga asy-
Syeikh Muhammad bin al-Fadhal mengatakan bahwa ma’rifah yang
dimiliki Sufi cukup dapat memberikan kebahagiaan batin padanya karena
merasa selalu bersama-sama Tuhannya.
Alat yang dapat digunakan untuk ma’rifat telah ada dalam diri manusia,
yaitu qalb (hati), namun artinya tidak sama dengan heart dalam bahasa
inggris, karena qalb selain dari alat untuk merasa adalah juga untuk alat
berpikir. Bedanya qalb dengan akal yaitu bahwa akal tidak bisa
memperoleh pengetahuan yag sebenarnya Tuhan, sedang qalb bisa
mengetahui hakikat dari segala yang ada, dan jika dilimpahi cahaya
Tuhan, bisa mengetahui rahasia-rahasia Tuhan. Qalb yang telah
dibersihkan dari segala dosa dan maksiat melalui serangkaian zikir dan
wirid secara teratur akan dapat mengetahui rahasia-rahasia Tuhan, yaitu
setelah hati tersebut disinari cahaya Tuhan.
Proses sampainya qalb pada cahaya Tuhan ini erat kaitannya dengan
konsep takhalli,tahalli, dan tajalli. Takhalli yaitu, mengosongkan diri dari
akhlak yang tercela dan perbuatan maksiat melalui taubat. Hal ini
dilanjutkan dengan tahalli yaitu, menghiasi diri dengan akhlak yang mulia
dan amal ibadah. Sedangkan tajalli adalah terbukanya hijab, sehingga
tampak jelas cahaya Tuhan. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT
yang artinya, “tatkala tuhannya tampak bagi gugnung itu, kejadian itu
menjadikan gunung itu hancur luluh dan Musa jatuh pingsan” (qs. Al-a’raf
: 143)
PENUTUP
A. Simpulan
Dari segi bahasa ma’rifat berasal dari kata arafa,ya’rifu,irfan,ma’rifah
yang artinya pengetahuan atau pengalaman. Istilah ma’rifat berasal dari
“AL-MA’RIFAH” yang berarti mengetahui atau mengenal sesuatu.
Alat yang dapat digunakan untuk ma’rifat telah ada dalam diri manusia,
yaitu qalb (hati), namun artinya tidak sama dengan heart dalam bahasa
inggris, karena qalb selain dari alat untuk merasa adalah juga untuk alat
berpikir. Bedanya qalb dengan akal yaitu bahwa akal tidak bisa
memperoleh pengetahuan yag sebenarnya Tuhan, sedang qalb bisa
mengetahui hakikat dari segala yang ada, dan jika dilimpahi cahaya
Tuhan, bisa mengetahui rahasia-rahasia Tuhan.
Dalam literatur tasawuf dijumpai dua tokoh yang mengenalkan paham
ma’rifat ini, yaitu Al-Ghazali dan Zun al-Nun al-Misri. Al-Ghazali nama
lengkapnya Abu Hamid Muhammad al-Ghazali lahir pada tahun 1059 M,
di Ghazaleh, suatu kota kecil yang terletak di Tus di Khurasan. Adapun
Zun al-Misri berasal dari Naubah, suatu negeri yang terletak antaran
Sudan dan Mesir. Tahun kelahirannya tidak banyak diketahui, yang
diketahui hanya tahun kematiannya saja yaitu 860 M.
B. Saran