4.1 Data Hasil Pengamatan Proses Pengeringan Kakao Yang Sudah di Fermentasi
Tabel data dibawah ini adalah tabel pengamatan dari hasil pengeringan
buah kakao selama fermentasi
12
10
0
5 5 5 5 5 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
:5 :5 :5 :5 :5 :5 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0
10 11 12 13 14 15 9 10 11 12 10 11 12 13 14 15 16 8 9 10 11 12 8 9 10
40
35
30
25
20
15
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
BB BK
Rh merupakan hasil dari pengukran bola basah dan kering yang diukur 1
kali sejam, selama pengamatan biji kakao
Gambar 3. Rh
120
100
80
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Rh dari Gambar 3 diatas adalah data yang didapat selama pengamatan bola
basah dan kering dan pencarian Rh dari psikometri sebagai acuan nilai Rh, dari
Gambar 3 didapat Rh terkecil adalah 60% pada hari minggu jam 11:00 pagi dan
Rh tertinggi pada hari senin dan selasa yaitu 100%.
0.0030
0.0025
0.0020
0.0015
0.0010
0.0005
0.0000
5 5 5 00 0 0 0 0 0 00 0 00 0
:5 :5 :5 9: :0 :0 :0 :0 :0 9: :0 8: :0
10 12 14 11 10 12 14 16 11 10
Laju pengeingan dapat dilihat dari besarnya laju pengeringan penguapan
kadar air setiap jamnya. Laju pengeringan akan semakin menurun seiring dengan
penurunan kadar air. Semakin tinggi tingkat penguapan kadar air bahan semakin
tinggi pula tingkat penurunan laju pengeringan.
Gambar 4 dapat dilihat hasil tertinggi pada laju pengeringan adalah 0,0027
dan yang paling rendah adalah 0,0011 (Hayati, 2012).
Kadar air selama pengamatan selalu berubah dan dapat dilihat pada
gambar dibawah ini
32.00
31.95
31.90
31.85
31.80
31.75
31.70
5 5 5 5 5 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
:5 :5 :5 :5 :5 :5 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0
10 11 12 13 14 15 9 10 11 12 10 11 12 13 14 15 16 8 9 10 11 12 8 9 10
Gambar 5 dapat dilihat bahwa nilai tertinggi Mb adalah 31,98 dan nilai
terendah adalah 31,83 yang dimana hasil dari perubahan kadar air yang terjadi di
setiap jam tidak begitu besar sehingga dalam pengeringan menggunakan matahari
ini masih tidak egitu efisien.
Energi penguapan air selalu turun ini bisa dilihat dari gambar dibawah ini
6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
5 5 5 5 5 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0
:5 :5 :5 :5 :5 :5 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :1 :5 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0
10 11 12 13 14 15 9 10 11 12 10 11 12 13 14 14 16 8 9 10 11 12 8 9 10
Sebelum pengapan air, air yang terdapat di biji masih tinggi tetapi setelah
di jemur air mengering hanya sampai membutuhkan waktu 6 jam air sudah
menguap dengan cepat sampai di bawah angka 0,76 pada akhir penjemuran energi
penguapan air yang tersisa hanya 0,13.
DAFTAR PUSTAKA
Rita Hayati (2012) “Kajian Fermentasi dan Suhu Pengeringan pada Mutu Kakao”
LAMPIRAN
KA = 24,88%
ww
Mb= x 100
wt
3,31 g
Mb= x 100
10,39 g
Sampel 1 = 10,23 g
Sampel 2 = 10,45 g
Sampel 3 = 10,49 g
ww
KA= x 100
wt
Ww = 3,31 g
Wd = wt-ww
M1 = 31,85%
M2 = 7,5%
wa 0,00276 kg
wa= = =0,00276 kg/ jam
θ 1 jam
100 (m1−m2)
wa= xwd
(100−m 1)(100−m2)
2,76 g
wa=
1000
Wa = 0,00276 kg
Q = w x Hfg
Q = 6,54 kg/jam
Minyak kelapa murni atau bisa disebut VCO (singkatan dari Virgin
Coconut Oil) yang telah terbukti bermanfaat bagi kesehatan. Secara fisik VCO
yang bagus bewarna putih bening seperti air dan jernih. Selain itu beraroma
harum dan rasa bisa diterima serta tidak tengik. Tengik terjadi akibat proses
oksidasi karena tingginya kadar air dalam VCO, semakin tinggi kadar air maka
VCO semakin cepat tengik, di samping itu protein yang masih tersisa juga bisa
memicu ketengikan bila melebihi ambang batas 0,5%. Dasar botol VCO kadang
terdapat butiran kecil halus dan putih yaitu protein yang mengedap akibat
penyaringan tak sempurna. Protein merupakan sarana mikroba untuk tumbuh
sehingga menyebabkan ketengikan. Endapan lain yang ungkin timbul didasar
botol biasanya bewarna cokelat yang merupakan partikel lemah yang tidak
berbahaya.
Tabel dibawah ini merupakan tabel dari pengukuran atau pembuatan VCO
(kusumawarni).
Perlakuan diatas ada 3 tabel merupakan tabel dari perlakuan kontrol dan
pepaya yang dimana dari perlakuan kontrol yang berhasil dan 1 dari perlakuan
kontrol yang gagal, dan juga dengan perlakuan dari daun pepaya yang berhasil.
Perlakuan memiliki nilai berat bahan yang berbeda-beda yang juga menjadi aspek
keberhasilan VCO.
4.2 Rendemen
Rendemen merupakan rasio antara berat dan VCO yang dihasilkan dengan
berat kelapa parut yang digunakan. Rendemen dihitung untuk mengetahui kadar
VCO yang diperoleh dari banyaknya kelapa parut yang digunakan (Maradesa,
2014). Tabel dibawah merupakan perhitungan dari rendemen
Tabel 4 merupakan hasil dari rendemen VCO yang gagal karena itulah
rendemen /vco yang di dapat tidak ada.
4.3 Volume
Volume ekstrak bromelin merupakan hasil parutan kemudian diperas dan
disaring, kemudian dimasukkan ke dlam notol lalu disimpan selama sehari
(Asmawati, 2010). Tabel dibawah merupakan hasil perhitungan dari Volume
Tabel 7 bisa dilihat nilai volume dengan sistem kontrol yang mana hasil
volume yang dihitung dalam ml
Tabel 8 diatas bisa dilihat nilai volume dengan pemberian daun pepaya
yang mana hasil volume yang dihitung dalam nilai ml.
Tabel 9 di atas bisa dilihat nilai volume dengan perlakuan kontrol yang
mana hasil volume di hitung dalam nilai ml.
Setiap perlakuan VCO yang mana ada 2 perlakuan kontrol dan 1 perlauan
daun pepaya, yang dimana dari 3 perlakuan tersebut akan di gabungkan untuk
mengetahui data mana yang memiliki perlakuan yang bagus dalam pembuatan
VCO rumah tangga dalam skala kecil.
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
r 1 il 2
im CO VC
O ai n
Kr VV + en Ka en
+ o m m
b it nd de de
Bi Bl
o en en
+ rr rr
im Ai Ai
Kr
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
Sa ntan + a i r Kri m Ka ni l Kri m + Bi bi t + VCO VCO Bl ondo + a i r Ai r
kontrol gagal daun pepaya kontrol Berhas i l
Gambar 2 diatas bisa dilihat nilai yang berbeda-beda dari setiap perlakuan
untuk santan +air didapat nilai yang hanya beda 10 ml dari perlakuan kontrol
berhasil dan perlakuan daun pepaya, dan untuk krim di dapat krim terbesar pada
perlkuan daun pepaya yaitu 1000ml dan yang terkecil yaitu sistem kontrol
berhasil dan untuk nilai kanil. Kanil terendah pada perlakuan kontrol yang gagal
yaitu 4590 ml, dan untuk krim+bibit+VCO di dapat juga nilai tertinggi pada
perlakuan daun pepaya yaitu 1146,91 dan nilai terendah pada perlakuan kontrol
gagal yaitu 710 ml yang dimana tidak adanya VCO yang di hasilkan, sedangkan
untuk Blondo+air di dapat nilai tertinggi pada perlakuan daun pepaya yaitu
sebesar 920ml dan yang paling rendah pada perlakuan kontrol berhasil 385,02ml
dan pada volume air memiliki nilai yang sama pada 3 sampel karena dalam setiap
perlakuan 3 sampel menggunakan berat air yang sama untuk melakukan
pemerasan santan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Setiap perlakuan hanya perlakuan dari sistem kontrol yang berhasil yang memiliki
nilai pendapatan VCO yang banyak dan perlakuan ini tampa menggunakan
tambahan seperti nanas dan pepaya hanya krim tok d ari santan kelapa
Saran
Maradesa. P., R. 2014. Kualitas Virgin Coconut Oil (VCO) Sebagai Minyak
Goreng yang Dibuat Dengan Metode Pengadukan Dengan Adanya Penambahan
Kemangi (Ocimun Senetum L.). Jurnal MIPA UNSRAT. Vol. No. (3(1)). Hlm. 44-
48.
LAMPIRAN
1. Perhitungan Rendemen
output
x 100
input
= 30,86%
= 30,86%
=0
= 74,64%
= 69,13%
Air rendemen 2 17 0
f. Air rendemen 2 = x 100 = x 100
berat krim+ bibit 71 0+0
= 23,94%
= 69,13%
2. Volume
a. Santa + air
= 2300 + 3000
= 5300
b. 710
= 5300 – 710
= 4590
= 710+0+0
= 710
e. 0
f. blondo + air
= 360 + 170
= 530
g. 3000