Anda di halaman 1dari 6

ARTIKEL

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI


DALAM PEMASARAN PRODUK PANGAN DAN
PERTANIAN DI ASIA

Mohammad Ismet dan Agus Dwi Indiarto

RINGKASAN
Teknologi informasi dan komunikasi berperan penting dalam pemasaran produk pangan
dan pertanian di Asia, khususnya dalam mewujudkan sistem pemasaran yang efisien
sehingga mampu mencapai produktivitas yang lebih tinggi dan memacu pertumbuhan
ekonomi. Teknologi informasi mampu memberikan informasi yang dibutuhkan pelaku pasar
seperti harga komoditi, data produk dan kualitas, kondisi cuaca, ketersediaan akses pasar,
kredit pertanian hingga promosi pasar.
Di Asia, teknologi informasi belum sepenuhnya berkembang baik yang ditandai antara
lain dengan lemahnya infrastruktur telekomunikasi, kurangnya tenaga ahli di bidang teknologi
informasi, kurangnya kesadaran akan arti penting teknologi informasi bagi pertanian akibat
sifat konservatif petani, cara bertani yang masih tradisional, serta kekhawatiran penggunaan
teknologi baru. Pemerintah pun kurang memberi dukungan, baik melalui kampanye
pentingnya sistem ini bagi pertanian maupun alokasi finansial. Pihak swasta juga dapat
berperan melalui penciptaan inovasi baru di bidang ini serta memperkuat jaringan informasi
pasar seperti pemasaran dan produksi.

PENDAHULUAN Pertanian sendiri merupakan sektor yang


Teknologi informasi diartikan sebagai amat vital dan strategis bagi sebagian besar
teknologi yang digunakan untuk negara Asia, khususnya dalam menjamin
menyimpan, menghasilkan, mengolah, ketahanan pangan, pembangunan sosial
dan menyebarkan informasi. Definisi tersebut ekonomi dan sebagai pelindung pada saat
menganggap bahwa teknologi informasi krisis ekonomi, melalui peningkatan
tergantung pada kombinasi komputasi dan produktivitas dan ekspor pertanian. Dalam
teknologi telekomunikasi berbasis mikro- situasi ini, sektor pertanian membantu
elektronik. Teknologi informasi telah ber percepatan pemulihan ekonomi.
kembang sangat pesat sejak beberapa tahun Salah satu tantangan sektor pertanian
terakhir, khususnya sejak globalisasi mulai yang dihadapi negara-negara Asia di era
mendera seluruh negara di dunia. Puncaknya liberalisasi perdagangan adalah bagaimana
adalah penggunaan electronic web base atau memperkuat kompetisi dari produk-produk
internet di berbagai bidang, baik untuk pertanian serta ketersediaan akses pasar
komunikasi, transfer data, penyebarluasan dalam menghadapi kondisi pasar yang
informasi hingga pemasaran dan penjualan dinamis. Dalam menstimulasi pertumbuhan
suatu produk. Kondisi ini berlaku di berbagai yang pesat dari sektor pertanian ini. maka
sektor. termasuk sektor pangan dan pertanian. petani perlu mengambil peran yang lebih besar
dalam perdagangan produk pertanian

Edisi No. 46/XV/Januari/2006 PANGAN 15


domestik maupun regional. Untuk memenang- melakukan perencanaan produksi komoditi
kan persaingan global di pasar pertanian, mulai dari jenis, jadwal tanam. kuantitas,
maka penguasaan teknologi informasi dan kualitas, jadwal panen, grading, hingga
komunikasi menjadi hal yang mutlak pengemasan yang sesuai dengan permintaan
diperlukan. Mendasari hal-hal tersebut. maka pasar. Peran lainnya adalah membangun
FAO (Food Agriculture Organization) dan basis data penggunaan lahan pertanian.
AFMA (Association of Food and Agricultural sistem monitoring dan komunikasi elektronik
Marketing Agencies in Asia and the Pasific) antara pusat dan daerah dalam rangka
mengadakan regional workshop mengenai memperkuat pengumpulan, pengolahan,
pemanfaatan teknologi informasi untuk penyimpanan dan penyajian informasi
pemasaran produk pangan dan pertanian di pertanian, serta membuat informasi tersebut
Asia di New Delhi, India pada tanggal 26-30 tersedia bagi semua stakeholders. Informasi
September 2005, yang dihadiri oleh delegasi yang tersedia berupa potensi pertanian
dari 9 negara Asia, yaitu Bangladesh, Filipina. Kabupaten, sistem peringatan dini (early
India, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Nepal, warning system), informasi luas tanam padi,
Srilanka, dan Korea Selatan; FAO Regional palawija, sayur, buah, tanaman obat-obatan,
Asia; dan beberapa institusi di India yang tanaman hias, alat dan mesin pertanian
terkait dengan pemasaran produk pangan dan (alsintan), luas lahan sawah dan non sawah.
pertanian, seperti FCI (Food Corporation of serta luas lahan yang terserang hama penyakit
India), NIAM (National Institute ofAgricultural tumbuhan (www.deptan.qo.id)
Marketing) dan CWC (Central Warehousing Pemanfaatan teknologi informasi di
Corporation). bidang pertanian juga memegang peran yang
penting di Srilanka, Bangladesh, Myanmar
PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI dan Nepal mengingat ekonomi negara-negara
Penerapan teknologi informasi dan ini amat bergantung pada sektor pertanian.
komunikasi dalam pemasaran sektor pangan Penggunaan internet dalam bidang pangan
dan pertanian umumnya belum berkembang dan pertanian berangsur-angsur mengganti-
baik di negara-negara berkembang Asia. kan pola konvensional, terutama dalam
Banyak kendala dan keterbatasan yang memperoleh informasi tentang harga pasar,
dihadapi, namun bukan berarti tidak ada distribusi, pengadaan, dan penyimpanan
kemajuan yang dibuat. Tekanan liberalisasi dengan lebih cepat, serta penyediaan bantuan
perdagangan, kompetisi pasar global dan teknis tentang teknologi informasi dan
perhatian terhadap arti penting peran pangan komunikasi sektor pertanian kepada
dan lingkungan menjadi tantangan terbesar stakeholders. Internet juga dimanfaatkan
yang harus dihadapi, yang dapat diatasi antara dalam pengembangan proyek peringatan dini
lain melalui pemanfaatan teknologi informasi. (early warning and food information system)
Peran teknologi informasi dan komunikasi guna mengambil keputusan yang tepat
dalam pemasaran produk pangan dan tentang bantuan pangan. impor pangan,
pertanian adalah mewujudkan sistem manajemen stok pangan dan program pangan
pemasaran yang efisien sehingga mampu bagi orang miskin. Disamping itu. teknologi
mencapai produktivitas yang lebih tinggi dan informasi juga dimanfaatkan oleh pengambil
memacu pertumbuhan ekonomi. Disamping keputusan di negara-negara tersebut dalam
itu, teknologi informasi mampu memberikan menentukan kebijakan pertanian yang tepat
informasi yang dibutuhkan oleh pelaku pasar, di bidang pemasaran, produksi maupun
seperti harga komoditi di pasar, data jenis perdagangan produk-produk pertanian
produk dan kualitasnya, kondisi cuaca, (Gunatilaka, 2005; Munasinghe, 2005).
ketersediaan input, kontrol hama dan penyakit Pengembangan teknologi informasi untuk
tanaman, kredit pertanian, asuransi, subsidi, pemasaran produk pangan dan pertanian di
pelatihan, promosi pasar dan lain sebagainya. Malaysia dilakukan oleh FAMA (Federal
Di Indonesia, peran teknologi informasi AgriculturalMarketingAuthority), suatu badan
untuk pemasaran pangan dan pertanian yang dibentuk tahun 1965 dibawah
diakomodiroleh Departemen Pertanian antara Departemen Pertanian. Tujuannya adalah
lain melalui pengembangan jaringan informasi untuk supervisi, koordinasi, regulasi dan
pasar untuk membantu petani agar mampu meningkatkan pemasaran produk pertanian di

PANGAN Edisi No. 46/XV/Januari/2006


Malaysia kecuali beras, padi, tembakau, tahun 2002, yang difasilitasi oleh 5000
kakao, minyak sawit, karet dan nanas. Inisiatif website. Penjualan produk pangan olahan
yang dikembangkan FAMA dalam kaitannya masih menjadi yang terbesar (32%) dari
dengan informasi ini adalah membangun seluruh penjualan produk pertanian, disusul
portal FAMA (www.famaxchange.org) dan oleh bunga (16%), biji-bijian (13%), dan buah
Supply Demand Virtual Information System (10%).
(SDVI). FAMAXCHANGE bertindak sebagai Salah satu program yang dikembangkan
one stop marketing information center di sektor di negara tersebut adalah Rencana
pangan dan pertanian; mendiseminasikan Informatisasi Perdesaan (RIP) yang difasilitasi
informasi yang akurat, up-to-date dan relevant Kementerian Pertanian dan Kehutanan,
bagi pihak yang terkait berikut trend dan harga bertujuan untuk menjamin competitiveness
terbaru dari berbagai komoditi pertanian; produk pertanian dan perbaikan tingkat
menjadikan website sebagai sarana pelatihan kehidupan petani. Latar belakang dibentuknya
dan pendidikan secara online; dan RIP adalah adanya perubahan kondisi
memperkenalkan e-commerce bagi komoditi pertanian dan perdesaan, dimana terjadi
pertanian (Khairi dan Dawin, 2005). penurunan jumlah petani dan makin tuanya
Adapun SDVI System bertindak sebagai usia petani yang ada saat ini. Disamping itu,
back bone dalam pengumpulan, pengolahan informatisasi dapat meningkatkan nilai tambah
dan analisa data melalui SAS (Statistical pertanian, seperti penurunan biaya distribusi;
Analysis System); sebagai end to end solution serta pengetahuan dan informasi merupakan
dengan proses aplikasi data secara on line sumber competitiveness. Infrastruktur yang
(OLAP); dan terintegrasi dengan GIS dikembangkan guna menunjang RIP adalah
(Geographical Information System). SDVI peningkatan tingkat penyerapan Personal
memberikan informasi mengenai prakiraan Computer (PC) sebesar 50%, pembangunan
dan estimasi permintaan dan penawaran 300 pusat informasi pedesaan, pendidikan IT
pasar terhadap komoditi pertanian, sistem untuk 400.000 petani, pembangunan 10.000
peringatan dini berbasis sistem informasi homepage untuk petani, dan lain sebagainya.
geografi (GIS) untuk fluktuasi harga dan Di negara yang berbasis pertanian seperti
produksi pertanian, neraca perdagangan Filipina, sistem informasi pemasaran
(balance of trade), laporan harga, estimasi biasanya didesain dan digunakan untuk
panen, maupun sajian analisa data dan menyediakan informasi tentang harga,
statistik. petunjuk dan teknik produksi, serta jaringan
Manfaat dari SDVI System adalah pemasaran. Sistem ini dibuat untuk
memberikan keuntungan yang lebih besar menyediakan informasi yang substansial
bagi petani/produsen, jaminan pasar dan kepada stakeholders melalui penyediaan data
pembayaran, mengurangi susut pasca panen. produksi dan pemasaran. Sistem informasi ini
supply yang kontinyu. dan penyediaan akses berfungsi sebagai petunjuk bagi pengguna
informasi bagi siapapun yang berminat (Khairi untuk memperoleh manfaat yang kompetitif
dan Dawin, 2005). terhadap berbagai kesempatan bisnis yang
Khusus di negara maju Asia seperti Korea dijumpai di pasar. Namun demikian, sistem ini
Selatan, penggunaan teknologi informasi masih belum dimanfaatkan secara maksimal
sudah sangat maju, yang ditandai dengan dan efisien antara lain akibat kurangnya
tingkat penggunaan internet oleh masya- sarana infrastruktur. Perbaikan sistem
rakatnya yang sudah mencapai 70,2%, informasi pemasaran pertanian amat
dengan pengguna sebanyak 31,58 juta orang. bergantung pada peran serta aktif pemerintah
Bahkan pada Desember 2004, semua anak dan swasta, misalnya dalam penyediaan
Korea berumur 6 tahun keatas telah infrastruktur pasar, supply informasi pasar dan
menggunakan jaringan internet sekali atau jasa pertanian. Hal ini harus dilakukan
lebih setiap bulan. Jumlah rumah tangga di bersama oleh pemerintah dan swasta seperti
Korea yang telah menggunakan komputer lembaga penelitian swasta, pelaku agribisnis,
mencapai 77,8%. Dari jumlah itu. 86% asosiasi dagang, retailer besar, petani dan
diantaranya dapat mengakses internet. juga konsumen (Buenaflor, 2005).
Transaksi e-commerce dibidang per Teknologi informasi di India antara lain
tanian telah mencapai 313 juta dolar pada dikembangkan di Maharashtra, salah satu

Edisi No. 46/XV/Januari/2006 PANGAN I7


propinsi di India, yang membangun suatu dilengkapi dengan komputerdan dihubungkan
konsep universitas virtual yang dibiayai dengan internet melalui dial up phone atau
pemerintah India dengan nama Maha- VSAT. Hal yang penting dari e-chaupals
Agrinet, yang dibentuk dari suatu konsorsium adalah kegunaannya sebagai one stop shop
beberapa institusi untuk penerapan aplikasi IT. dengan menawarkan berbagai informasi
Institusi yang terlibat antara lain kementerian (cuaca, harga, berita), pengetahuan
terkait, perguruan tinggi pertanian, lembaga (manajemen resiko, manajemen pertanian),
riset dan penelitian, Lembaga Swadaya input dan output, dengan manager yang dipilih
Masyarakat (LSM), asosiasi petani, perusaha- dari warga setempat. ITC merencanakan
an swasta, pedagang, penyedia jasa internet, untuk membuat 25.000 chaupals di 15 negara
dan komunitas lain yang bergerak di sektor bagian dalam jangka waktu 5 tahun, dengan
pertanian. Tujuannya adalah untuk mem cakupan 100.000 desa. Kendala yang
bangun dan mengembangkan infrastruktur, dihadapi oleh operator kios IT antara lain
proses dan manajemen yang mampu adalah sumber tenaga, dimana sinyal amat
memberdayakan masyarakat perdesaan di sulit ditangkap. Pengunjung kios makin lama
Maharashtra dalam rangka memberikan makin berkurang karena sulitnya internet
pilihan yang lebih baik untuk pembangun- terhubung akibat kegagalan sinyal (Dhankar,
annya sendiri. Sasaran yang ingin dicapai 2005; Yadav dan Singh, 2005)
adalah: (1) mengembangkan jaringan virtual
antara komunitas petani, lembaga pemerintah,
penyedia jasa internet, pengambil keputusan, KENDALA DAN ALTERNATIF PENGEM
peneliti dan pendidik, yang akan bekerja demi BANGAN TEKNOLOGI INFORMASI
kemakmuran daerah ini; (2) Mendidik dan Umumnya kendala yang dialami dalam
melatih stakeholders dalam pengetahuan di pengembangan teknologi informasi dan
bidang jasa pangan dan pertanian termasuk komunikasi untuk pemasaran pangan dan
pemasaran; (3) dan membangun jaringan pertanian di Asia adalah masalah infrastruktur.
komunikasi kepada petani, penduduk desa Di Indonesia, kendala yang terjadi adalah
dan kelompok-kelompok masyarakat lainnya. ketidaktersediaan data yang terkait dengan
Strategi yang dikembangkan antara lain kegiatan usaha tani, dan tingkat keterlambatan
membentuk 0,5 juta kelompok petani yang data karena penyampaian data yang masih
masing-masing terdiri dari 20 keluarga di bersifat manual dengan lokasi yang masih
seluruh negeri; menunjuk contact farmer, yang terpencar-pencar; serta belum didukung oleh
akan dilatih terus menerus untuk mengajarkan sarana dan prasarana yang memadai. Data
teknologi informasi kepada kelompoknya; pertanian yang ada saat ini pun masih tersebar
menunjuk petani yang paling terdidik sebagai di beberapa instansi, seperti Departemen
Krishimitra (farmer's fhend) untuk memberikan Pertanian, Departemen Koperasi, Departemen
jasa informasi kepada kelompok-kelompok Perindustrian, Departemen Perdagangan,
petani. Saat ini ada 200 lokal Hub yang BPS, lembaga-lembaga penelitian, asosiasi-
memiliki infrastruktur komunikasi dan teknis asosiasi pertanian maupun LSM.
yang mutakhir dengan 10.000 pusat informasi Secara umum, kendala yang dihadapi
dan pembelajaran di tingkat desa, yang oleh negara-negara Asia dalam implementasi
mencakup 10 juta keluarga petani (Yadavdan penggunaan IT bagi pertanian dan e-
Singh, 2005). commerce adalah kondisi ekonominya yang
Salah satu institusi swasta yang berperan belum berkembang sehingga infrastruktur
dalam pengembangan IT di India adalah telekomunikasinya pun masih jauh tertinggal;
Indian Tobacco Company (ITC), yaitu dengan tingkat kemiskinan yang masih tinggi;
membangun jaringan IT di perdesaan India, kurangnya kurikulum di sekolah untuk mata
yang dijalankan oleh petani setempat yang pelajaran komputerdan internet; kemampuan
terlatih. ITC telah menginvestasikan dana berbahasa Inggris yang masih rendah,
sebesar Rs 800 juta untuk membangun 2500 padahal hampir seluruh internet content
chaupals^ atau kios IT di seluruh negeri. berbahasa Inggris; peralatan teknologi
Investasi untuk tiap Chaupals sebesar Rs 2 Chaupals adalah suatu tempat berkumpulnya petani
150.000 dan melayani rata-rata 600 petani di yang berfungsi sebagai pusat aktivitas komunitas
10 desa dalam radius 5 km. Chaupals di desa.

18 PANGAN Edisi No. 46/XV/Januari/2006


informasi dan komunikasi yang seluruhnya PENUTUP
masih impor sehingga harganya mahal; serta Teknologi informasi dan komunikasi
banyaknya tenaga ahli di bidang komunikasi dalam pemasaran pangan dan pertanian di
yang memilih bekerja di luar negeri. Disamping negara-negara Asia belum sepenuhnya
itu, kendala lainnya adalah kurangnya berkembang baik, namun amat penting untuk
kesadaran akan arti penting IT bagi pertanian dikembangkan dalam menghadapi era
akibat sikap konservatif petani, usia petani liberalisasi perdagangan dunia yang sangat
yang rata-rata sudah tua, cara bertani yang mengandalkan peran teknologi informasi. Bagi
masih tradisional serta kekhawatiran fiegara Asia yang sebagian besar adalah
penggunaan teknologi baru. Pemerintah negara berkembang, pengembangan
setempat juga dianggap kurang memberi teknologi informasi menemui banyak kendala,
dukungan finansial disertai minimnya yang umum dijumpaiadalah infrastruktur yang
kampanye yang komprehensif tentang belum memadai. kurangnya kesadaran dari
pentingnya sistem ini bagi publik. masyarakat maupun pemerintah akan arti
Beberapa altematif pemecahan masalah pentingnya penggunaan teknologi informasi,
antara lain membangun infrastruktur teknologi kurangnya pengetahuan dan pelatihan
informasi dan komunikasi sampai di tingkat mengenai sistem teknologi informasi, serta
perdesaan dimana petani dapat langsung keterbatasan informasi dan administrasi data.
memanfaatkannya; penyebariuasan informasi Keikutsertaan pihak swasta dalam pengem
akan arti pentingnya penggunaan teknologi bangan teknologi pertanian diharapkan makin
informasi di bidang pemasaran produk pangan menciptakan banyak inovasi baru yang lebih
dan pertanian; pelatihan dan pendidikan yang besar dibandingkan hanya dilakukan oleh
berkelanjutan bagi stakeholders di bidang pemerintah.
teknologi informasi; peningkatan peran swasta Pengembangan teknologi informasi dan
dalam turut serta membangun proyek-proyek komunikasi dalam pemasaran produk pangan
di bidang teknologi informasi; dan memperkuat dan pertanian akan lebih baik bila dilakukan
jaringan informasi pasar untuk kebutuhan secara bersama antar negara atau antar
stakeholders, termasuk pemasaran dan regional. Hal ini berguna dalam membuka
produksi. Penggunaan bahasa lokal dalam akses pasar maupun untuk pertukaran
aplikasi internet bagi pengguna domestik dan informasi mengenai produk pertanian masing-
pemanfaatan tenaga matahari (solar cells) masing negara. Untuk itu, dalam jangka
sebagai alternatif pengganti energi listrik yang panjang perlu membangun e-marketing
belum tersedia merata, dapat dijadikan framework diantara negara-negara Asia,
sebagai jalan keluar pemecahan masalah khususnya yang tergabung dalam AFMA,
lainnya. guna secara bersama-sama memfasilitasi
Beberapa saran yang dapat disampaikan pengembangan e-marketing di sektor pangan
dalam mengatasi kendala-kendala diatas dan pertanian dan memajukan liberalisasi di
antara lain meningkatkan peran pemerintah bidang investasi dan perdagangan melalui
khususnya dalam investasi infrastruktur IT, teknologi informasi dan komunikasi, yang
meningkatkan peran swasta dalam mediasi tujuan akhirnya adalah mensupport petani,
dan pelaksanaan proyek-proyek di bidang IT, pengusaha kecil-menengah, dan industri
meningkatkan kerjasama antara pemerintah dalam bidang perdagangan produk pangan
dan swasta dalam diseminasi informatisasi dan pertanian melalui teknologi berbasis
perdesaan dan pendidikan serta iklan. internet. Q

Edisi No. 46/XV/Januari/2006 PANGAN 19


DAFTAR PUSTAKA
Dr.Mohammad Ismet, MSc Tenaga Ahli Perum
Bulog. menyelesaikan S1 bidang ekonomi pertanian
Buenaflor, Nelson C. (2005). "Information Technology in
dari Universitas Gadjah Mada pada tahun 1981, S2
Food and Agricultural Marketing System in the
bidang yang sama dari University of the Philippines
Philippines". Presented at FAO.'AFMA Regional
tahun 1988, dan S3 dari Kansas State University
Workshop on Use of Information Technology in Food
tahun 1995.
and Agricultural Marketing in Asia. New Delhi, India.
Dhankar, G.H. (2005). "Food and Agricultural Marketing
Agus Dwi Indiarto, Ssi, Kasubbag Penyusuran
Extension Through IT". Technical Paper. Presented
Laporan di Sekretariat Perusahaan Perum Bulog,
at FAO/AFMA Regional Workshop on Use of
menyelesaikar S1 bidang Biologi di Universitas
Information Technology in Food and Agricultural
Indonesia tahun 1994, dan saat ini ter.gah
Marketing in Asia. New Delhi, India.
menyelesaikan studi S2 ilmu ekonomi di Universitas
Gunatilaka, W.D. (2005). "Srilanka Country Paper'.
Indonesia.
Presented at FAO/AFMARegional Workshop on Use
of Information Technology in Food and Agricultural
Marketing in Asia. New Delhi, India.
Khairi, A.M dan Frankie Dawin (2005). 'The Use of ICT in
Agricultural Marketing (FAMAPerspective)". Federal
Agricultural Marketing Authority, Malaysia.
Munasinghe, Nalin (2005). "The Effectiveness of
Marketing Strategies Used in FAOTelefood Projects
in Sri Lanka: A Case Study Analysis". Presented at
FAO/AFMA Regional Workshop on Use of
Information Technology in Food and Agricultural
Marketing in Asia. New Delhi, India.
Yadav. J.S. dan S.V.Singh (2005). "IT Application in
Agricultural Marketing". CCS National Institute of
Agricultural Marketing, Jaipur, India.
www, deptan.go id

20 PANGAN Edisi No. 46/XV/Januari/2006

Anda mungkin juga menyukai