Disusun Oleh:
FAHMI MAULUDDIEN
NPM. 12051324
BANDUNG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam
termasuk sumber daya batubara. Kesadaran akan banyaknya kekayaan batubara ini
mendorong bangsa Indonesia untuk dapat memanfaatkan sumber daya alam tersebut
secara efektif dan efisien. PT. Kaltim Prima Coal (PT KPC) merupakan salah satu
alam tersebut. Industri batubara merupakan bidang industri yang sangat vital bagi suatu
kekayaan yang sangat berharga dan perlu dikelola dengan baik. Batubara adalah salah
satu bahan galian vital yang banyak ditemukan di Indonesia. Keberadaannya banyak
penambangan batubara telah banyak dikembangkan mulai dari pertambangan skala kecil
PT Kaltim Prima Coal adalah salah satu perusahaan yang bergerak dibidang
Coal sebagai salah satu perusahaan pertambangan batubara dengan open pit terbesar di
1
Dunia, yang berusaha memenuhi permintaan batubara di pasaran dalam dan luar negeri
yang semakin meningkat untuk kebutuhan industri, dengan didukung oleh lebih dari
5.200 orang karyawan dan 21.500 personel dari kontraktor dan perusahaan terkait, PT
Kaltim Prima Coal mampu mencapai kapasitas produksi batubara lebih dari 50 juta ton
per tahun. Batubara di PT. Kaltim Prima Coal diklasifikasi menjadi 3 kelas, tergantung
pada kelembaban, kadar abu, kadar sulfur, dan jumlah kalori batubara yang dihasilkan,
yaitu kualitas Prima, kualitas Pinang, dan kualitas Melawan. Lebih dari 90% Batubara
yang berasal dari Run of Mine (ROM) PT. Kaltim Prima Coal pada umumnya hanya
membutuhkan Crushing dan Blending untuk dapat menghasilkan clean coal, sedangkan
batubara yang berasal dari bagian roof dan floor pada setiap lapisan batubara masih
terdapat pengotor atau mineral ikutan lain, sehingga untuk meningkatkan kualitasnya
menjadi fine clean coal atau clean coal maka dilakukan proses pencucian batubara.
PT. Kaltim Prima Coal, Kecamatan Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi
Kalimantan Timur secara umum mempunyai beberapa proses pencucian batubara kotor.
Dense Medium Cyclone adalah salah satu peralatan utama dalam proses pemisahan
batubara kasar dan pengotornya berdasarkan perbedaan berat jenis (Specific Gravity).
Terkadang proses pengolahan dengan Dense Medium Cyclone tidak dapat mencapai
target peningkatan kualitas batubara sesuai dengan standar jumlah dan kualitas, hal ini
disebabkan adanya kerusakan alat, pengaruh density medium pemisah, dan variabel –
variabel lain yang berpengaruh. Oleh karena itu mengoptimalkan kinerja Dense Medium
Cyclone perlu dilakukan agar dapat mencapai target clean coal sesuai standar yang
dicanangkan perusahaan.
2
1.2 Tujuan Penelitian
1. untuk mengkaji secara teknis kinerja alat Dense Medium Cyclone agar tercapai
2. Menentukan densitas relatif yang paling baik untuk media pemisah yang
cyclone.
Salah satu permasalahan yang sering terjadi didalam alat dense medium cyclone
adalah cyclone blocked yang diakibatkan karena densitas medium pemisah yang berupa
slurry campuran magnetit dan air terlalu tinggi, sehingga partikel-partikel kecil didalam
yang dihasilkan maka material yang menggumpal tersebut membuat bola-bola besar
(clay ball) yang mem-blocking lubang pengeluaran dari alat dense medium cyclone yaitu
vortex dan apex. Selain itu permasalahan dalam density medium pemisah juga dapat
pemisah terlampau tinggi, pengotor akan ikut masuk kedalam produk sementara apabila
density medium tersebut terlalu rendah maka batubara bersih yang seharusnya keluar
sebagai overflow malah ikut terbawa keluar bersama pengotor sebagai underflow. Maka
dari itu dibuat suatu kajian untuk menentukan density yang paling cocok digunakan
3
dalam proses pencucian batubara didalam alat dense medium cyclone yang digunakan
mengunakan Dense Medium Cyclone di Coal Preparation Plant (CPP) PT Kaltim Prima
Coal ini, maka dalam penulisan laporan tugas akhir ini, penulis membatasi masalah
hanya dalam kegiatan mengkaji mengenai densitas relatif yang paling baik digunakan
untuk medium pemisah pada alat Dense Medium Cyclone melalui uji ketercucian
batubara (washability test) yang meliputi sampling pada raw coal, pengayakan, uji
endap apung batubara, tabulasi data, dan pembuatan kurva ketercucian batubara yang
Penulisan laporan Tugas Akhir ini diharapkan dapat mengetahui densitas relatif
medium pemisah yang paling baik digunakan untuk alat Dense Medium Cyclone di Coal
Preparation Plant (CPP) PT Kaltim Prima Coal dalam proses pencucian batubara.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas beberapa tahapan, yaitu
sebagai berikut :
4
a. Studi Literatur
Plant PT KPC.
b. Studi lapangan
Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperoleh data primer, yaitu data yang
5
i. Sendok Pengaduk
j. Timbangan
k. Wadah untuk material endap dan apung
3. Pembuatan medium / suspensi cair yang akan dipakai untuk uji endap-apung dimana
komposisi campuran berasal dari bahan yang tersedia, sehingga diperoleh medium
pemisah yang diinginkan.
a. Tempat media uji diisi media pemisah yang masing-masing memiliki densitas
relatif yang berbeda yaitu 1,30; 1,40; 1,50; 1,60; dan 1,70 gr/cm3
6
e. Fraksi yang mengendap dibersihkan dari media kemudian dimasukan dalam
media uji berikutnya dengan densitas relatif media yang lebih besar sampai pada
densitas relatif 1,70 gr/cm3.
5. Tabulasi data, dimana data-data ketercucian yang dilabelkan adalah nilai persentase
berat terapung beserta nilai abunya tiap fraksi.
Data-data hasil penelitian ini dianalisis, apa yang dinyatakan oleh narasumber
baik secara lisan maupun tertulis serta data sekunder dipelajari sebagai satu kesatuan
yang utuh, kemudian diatur, dipilih, dibandingkan dan ditambah asumsi kemudian
Metode yang digunakan untuk menarik simpulan adalah berpikir secara deduktif,
yaitu pola pikir yang bertolok ukur dari teori atau hal-hal yang bersifat umum untuk
Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap hasil dari perhitungan dan melakukan
7
1.7 Jadwal dan Lokasi Penelitian
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir ini dibagi
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, tujuan penelitian,
batubara.
8
BAB III LANDASAN TEORI
Pada bab ini membahas tentang teori-teori yang berkaitan dengan kegiatan
pencucian batubara.
Pada bab ini akan dikemukakan data yang diperoleh di lapangan berupa data
sekunder dan data primer (data yang diamati) mengenai instalasi pencucian
Batubara.
BAB V PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas interpretasi dan penggunaan kurva ketercucian dan
Pada bab ini berisikan tentang simpulan yang didapat dari bab-bab
9
Penilaian Kinerja Dense Medium Cyclone
Studi Literatur
Pengolahan Data
Kesimpulan
Saran
10
BAB II
TINJAUAN UMUM
sudah berlangsung lebih dari 30 tahun. Sumber daya batubara di Indonesia ditemukan
tersebar hampir merata di daratan pulau - pulau di Indonesia. PT Kaltim Prima Coal
khususnya daerah Sangatta, telah diketahui berdasarkan tim survey para ahli geologi dari
Belanda pada tahun 1930. Pada tahun 1970, PT Rio Tinto Indonesia melakukan
eksplorasi lanjutan. Negosiasi perjanjian dengan pemerintah dimulai pada akhir tahun
asing untuk eksplorasi dan pengembangan sumber daya batubara di Kalimantan timur
dan selatan. BP / CRA joint venture berhasil penawaran untuk wilayah 7.900 km persegi
11
Pada bulan April tahun 1982 PT Kaltim Prima Coal (KPC) didirikan di Indonesia
Karya Batubara (Kontrak Karya) dengan HPH seluas 90.706 ha. Perusahaan Batubara
Negara Indonesia (PTBA) untuk menerima hak 13,5% dari produksi semua. Pada tahun
dengan kapasitas desain 7 juta ton per tahun (mtpa) setelah eksplorasi rinci dan studi
kelayakan prospek dekat dengan Sangatta. Prospek memiliki jumlah besar cadangan
batubara berkualitas tinggi, dekat dengan garis pantai dengan air yang dalam dan yang
Pada bulan Januari tahun 1989 PT KPC memulai konstruksi sarana dan
batubara skala besar dimulai pada bulan Juni 1990 dan produksi batubara secara
menyeluruh dimulai sejak Agustus 1991 dan eksploitasi resmi dibuka pada bulan
Di era 1991 – 2004 PT KPC menargetkan produksi hingga 20 juta ton per tahun,
namun pada tahun 2004 target tersebut tidak dapat terpenuhi karena jumlah produksi PT
KPC mengalami penurunan akibat musim hujan dan waktu pengiriman alat dari
kontraktor-kontraktor tambang yang memakan waktu lebih lama dari yang diharapkan.
12
Pada tanggal 10 Oktober 2003 PT KPC mengalami pemindahan saham dari PT
Saat ini PT. Kaltim Prima Coal dikenal sebagai perusahaan penghasil batubara
terbesar di Indonesia yang memenuhi kebutuhan batubara di dalam dan luar negeri.
2.2 Logo, Visi, Misi, dan Tata Nilai PT Kaltim Prima Coal
Gambar 2.1
Logo Perusahaan
13
1. Mematuhi peraturan perundangan keselamatan, kesehatan, dan lingkungan yang
meningkatkan kesejahteraan:
2. Memastikan para mitra diakui dan didorong memberikan pencapaian lebih tinggi.
4. Menunjukkan kepemimpinan.
14
2.2.4 Tata Nilai Perusahaan
1.Keunggulan
2.Integritas
Mendapatkan kepercayaan dan rasa hormat dengan bertindak adil, jujur, dan
bertanggung jawab.
3.Transparansi
Berupaya terus-menerus untuk bersikap terbuka dan jujur dalam semua tindakan.
4.Kegesitan
Secara proaktif menyesuaikan diri dengan situasi yang dinamis dengan memanfaatkan
5.Pemberdayaan
6.Kerjasama
mitra.
15
7.Kepedulian
Secara administratif, lokasi Coal Preparation Plant (CPP) adalah salah satu
wilayah operasional PT Kaltim Prima Coal berjarak kurang lebih 220 km dari
Balikpapan ke arah Utara. Wilayah Kecamatan Sangatta secara geografis terletak pada
117o 26’ 24” – 117o 33’ 36” BT dan 0o 34’ LU sampai 0o 14’ 22” LU. PT Kaltim Prima
16
Gambar 2.2
dengan rute Balikpapan – Samarinda – Bontang - Sangatta yang berjarak ±220 km dan
menghabiskan waktu sekitar 9 jam perjalanan, atau bisa juga melalui jalur udara dengan
rute Balikpapan (Bandar Udara Sepinggan) – Sangatta (Bandar Udara Tanjung Bara)
milik PT. KPC menggunakan pesawat udara tipe Cassa dengan waktu tempuh 1 jam
17
perjalanan. Lokasi Coal Preparation Plant (CPP) sendiri berada dalam kawasan
Sangatta Pit PT Kaltim Prima Coal di Kecamatan Sangatta, Kabupaten Kutai Timur.
Gambar 2.3
Lokasi Coal Preparation Plant (CPP) pun sangat strategis, akses menuju ke
lokasi juga relatif sangat mudah. Batubara kotor yang didatangkan dari Crusher #5,
dengan mudah bisa diangkut ke Washing Plant melalui dirty feed conveyor. Di areal
CPP terdapat 4 bangunan utama yaitu bangunan Crushing Plant Area, Washing Plant
Area, bangunan CPP Office (C8), bangunan CPP Operation (CPPO) dan Control Room
(C1), Laboratorium (C2), dan bangunan Maintenance (C3) di area ini juga terdapat
18
beberapa fasilitas pendukung, yaitu bangunan preparasi sample, gedung training,
Gambar 2.4
19
2.2.1 Struktur Organisasi
Gambar 2.3
serangkaian proses, dimulai dari eksplorasi tahap awal, eksplorasi detail, pemodelan
Tanjung Bara, hingga proses pengiriman batubara menuju kapal tongkang (Lihat
Gambar 2.6).
20
Produk batubara yang dihasilkan oleh PT Kaltim Prima Coal mempunyai 3 macam
a. Kualitas Prima, dengan total moisure (TM) paling rendah yaitu 9-10%, kadar abu
4-5%, total sulfur 0,5-0,7%, dan total kalori (CV) 6700-6800 kkal.
b. Kualitas Pinang, dengan total moisure (TM) 13,5-15,5%, kadar abu 5,5-6,5%, total
c. Kualitas Melawan, dengan total moisure (TM) paling tinggi yaitu 22-23%, kadar
abu 3-4%, total sulfur 0,1-0,2%, dan total kalori (CV) paling rendah yaitu 5300-5450
kkal.
jenis tumbuhan yang ada di daerah tersebut. Kegiatan pembersihan lahan ini dilakukan
oleh pihak PT KPC yang bekerjasama dengan Dinas Kehutanan dan PT Prodisa,
sehingga kayu-kayu di area pembersihan lahan menjadi hak milik perusahaan kayu PT
Tanah pucuk (top soil) yang kaya akan unsur hara bagi tumbuhan-tumbuhan
dikupas dan dikumpulkan pada suatu tempat tertentu yang nantinya akan disebarkan
sebagai lapisan teratas pada lokasi penimbunan (dumping area) untuk keperluan
21
Gambar 2.6
2,0 m menggunakan ripper, sedangkan tanah penutup yang mempunyai ketebalan lebih
dari 2,0 m dilakukan peledakan dengen menggunakan mesin bor drilltech D45SP dan
D55SP jenis rotary tricone drag bit dengan diameter 7 7/8 inch atau 200 mm dan 6 ¾
inch atau 171 mm dimana kedalaman rata-rata 5-13 m. Untuk lokasi lubang ledak kering
dengan kondisi normal menggunakan ANFO dan untuk kondisi lantai menggunakan
22
heavy ANFO, sedangkan untuk lubang tembak basah menggunakan titan black (emulsi).
material non acid forming (NAF) dan material potential acid forming (PAF). Tujuan
akhirnya adalah untuk menghindari terjadinya air asam tambang (AAT). Lapisan tanah
penutup diangkut ke tempat penimbunan yang dirancang dan disediakan agar tidak
mengalami kontak langsung dengan air dan udara secara bersamaan. Kemampuan
sebelum digali dan dimuat dengan menganalisis contoh material saat pemboran geologi
dan produksi.
penggalian dan pemuatan, sedangkan batubara yang ketebalannya kurang dari 2 m digali
dengan menggunakan ripper yang ditarik oleh bulldozer. Batubara yang digali kemudian
Batubara yang telah dimuat kedalam dump truck setelah itu diangkut menuju
ROM Stockpile, dari ROM stockpile batubara kembali diangkut menuju unit pengolahan
23
2.4.6 Pengolahan dan Pengapalan Batubara
Preparation Plant (CPP) untuk dilakukan proses preparasi dan pencucian sebelum
didistribusikan ke coal termibal tanjung bara. Lebih dari 90% batubara yang ditambang
oleh PT KPC tidak lagi memerlukan pencucian batubara karena dianggap sudah bersih
dan memenuhi mutu. Pencucian batubara dilakukan hanya pada batubara yang berada
kurang lebih 30 cm dari bagian atas (roof) dan bawah (floor) dari lapisan batubara.
kotor, setelah di hancurkan batubara tersebut akan dibawa menuju washing plant melalui
washing plant feed conveyor untuk dilakukan serangkaian proses pencucian sebelum
batubara kotor dengan hasil akhir adalah clean coal, fine clean coal, reject, dan discard.
Saat ini, hanya batubara clean coal dan batubara fine clean coal yang dapat dijual,
Batubara dari semua stockpile tersebut akan masuk ke overland conveyor menuju
Tanjung Bara Coal Terminal. Conveyor ini memiliki panjang 13 km dengan kapasitas
4.200 tph.
24
2.5 Keadaan Geologi Daerah Penelitian
2.5.1 Fisiografi
dome) merupakan daerah tertinggi dengan ketinggian 325 mdpl dan titik terendahnya
adalah tepi selatan selat Makassar. Penambangan dipusatkan pada deposit Pinang yang
sebagian besar topografinya berupa perbukitan. Hal ini disebabkan adanya peristiwa
pengangkatan perlapisan yang relatif masih muda dan adanya peristiwa geologi lainnya
seperti perlipatan dan patahan kecil. Permukaan yang belum matang karena peristiwa
longsor. Dataran-dataran sempit yang terdapat di beberapa daerah rata-rata berada pada
ketinggian 20-50 mdpl. Terdapat dua sungai di daerah penambangan PT KPC yaitu
sungai Sangatta yang mengalir di sebelah selatan dari daerah penambangan dan sungai
Murung yang merupakan anak sungai Sangatta. Sungai murung mengalir membelah
2.5.2 Stratigrafi
Statigrafi daerah Pinang dari yang tua adalah formasi Pamaluan, formasi Pulau
batubara. Endapan batubara tersebut pada kala Tersier yang merupakan cekungan Kutai.
a. Formasi Pamaluan, tersusun dari batu lempung, batu pasir gampingan, batu
b. Formasi Pulau Balang, dengan ketebalan ± 400 m, dominan tersusun oleh batu
lempung, batu lanau dengan lapisan tipis batu pasir gampingan, batu gamping koral,
25
dan batu pasir dengan fragmen batubara. Pada bagian bawah ketebalan batubara 0,5-
c. Balikpapan Beds, dapat dibagi menjadi tiga yaitu bagian bawah yang terdiri dari
batu lempung, batu lanau, dan alur-alur batu pasir serta lapisan batubara Prima,
Bintang, B1, dan B2. Pada bagian tengah tersusun atas batu lempung, batu lanau,
batu pasir, dan batubara dengan ketebalan 1-20 m. Lapisan batubara tersebut yaitu:
Sangatta, Middle, M1, Pinang, P1, P2, P3, P4, P5, P6, P7, Mandili, Kedapat, dan
K1. Balikpapan Beds, yang mempunyai lebih dari 500 meter terletak selaras diatas
formasi Pulau Balang dan endapan yang ekonomis terletak di bagian bawah
Daerah Pinang termasuk dalam formasi Balikpapan Beds dan terletak di bagian
Timur Laut lembah Kutai. Struktur Kubah Pinang didominasi oleh perlipatan-perlipatan
Kubah Pinang (Pinang Dome) dimana terdapat struktur antiklin dengan arah Utara dan
patahan normal yang memiliki kecenderungan arah Timur – Barat Daya. Struktur
geologi yang banyak terdapat di sekitar kubah pinang merupakan perlapisan dan kekar.
Jenis batuan utama tanah penutup adalah batu pasir, batu lempung dan batu
lanau. Ketebalan interburden relatif tetap. Batu lempung biasanya berbatasan langsung
26
dengan lapisan batubara. Batu pasir tidak ditemukan dalam keadaan menerus secara
4. Post depositonal sesar, didominasi oleh low angle reserve dan sesar thrust-sesar
villa.
Lipatan muncul dengan dua fase berbeda, dimana kelompok sumbu Timur –
Barat yang beramplitudo rendah adalah yang pertama. Yang kedua dan paling dominan
adalah sub pararel ke sinklin Lembak dan telah dipengaruhi oleh lokasi kubah pinang.
Kubah Pinang, dimana terdapat struktur antiklin dengan arah Utara dan patahan normal
yang memiliki kecenderungan arah Timur – Barat Daya. Selain itu terdapat pula bidang
Deposit Pinang terdapat dalam komplek struktur yang terdiri dari sinklin
Lembak, antiklin Melawan, dan sinklin Runtu. Dari deposit Pinang, batubara terus
berlanjut ke arah Timur Laut dan kemudian berputar ke arah selatan sekeliling kubah
Pinang.
27
Tabel 2.1
28
2.6 Genesa Batubara
Pembentukan Karbon atau batubara) dikenal sebagai zaman batu bara pertama yang
berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Mutu dari setiap endapan
batu bara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta lama waktu pembentukan, yang disebut
sebagai maturitas organic. Proses awalnya gambut berubah menjadi lignite (batubara
muda) atau brown coal (batubara coklat) batubara tersebut adalah batubara dengan jenis
maturitas organik rendah. Dibandingkan dengan batubara jenis lainnya, batubara muda
agak lembut dan warnanya bervariasi dari hitam pekat sampai kecoklat-coklatan.
Mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama jutaan tahun, batubara
muda mengalami perubahan yang secara bertahap menambah maturitas organiknya dan
mengubah batubara muda menjadi batubara subituminous. Perubahan kimiawi dan fisika
terus berlangsung hingga batubara menjadi lebih keras dan warnanya lebih hitam dan
membentuk bituminous atau antrasite. Dalam kondisi yang tepat, penigkatan maturitas
organik yang semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit. Hampir
Tingkat perubahan yang dialami batubara, dari gambut sampai menjadi antrasit
disebut sebagai pengarangan, memiliki hubungan yang penting dan hubungan tersebut
yang dikontrol oleh tekanan, panas dan waktu, batubara umumnya dibagi dalam lima
29
Antrasit adalah kelas batubara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster)
metalik, mengandung antara 86% – 98% unsur karbon (C) dengan kadar air
Bituminus mengandung 68 – 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari
Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya
Lignit atau batubara coklat adalah batubara yang sangat lunak yang mengandung
Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang
paling rendah.
Sifat fisik batubara tergantung kepada unsur kimia yang membentuk batubara
tersebut, semua fisik yang dikemukakan dibawah ini mempunyai hubungan erat satu
sama lain.
Berat jenis
Berat jenis (specific gravity) batubara berkisar dari 1,25g/cm3 sampai 1,70
jenis batubara turun sedikit dari lignit (1,5g/cm3) sampai batubara bituminus
(1,25g/cm3), kemudian naik lagi menjadi 1,5g/cm3 untuk antrasit sampai grafit
30
(2,2g/cm3). Berat jenis batubara juga sangat bergantung pada jumlah dan jenis
mineral yang dikandung abu dan juga kekompakan porositasnya. Kandungan karbon
juga akan mempengaruhi kualitas batubara dalam penggunaan. Batubara jenis yang
Kekerasan
Kekerasan batubara berkaitan dengan struktur batubara yang ada. Keras atau
lemahnya batubara juga terkandung pada komposisi dan jenis batubaranya. Uji
(HGI). Nilai HGI menunjukan niali kekersan batubara. Nilai HGI berbanding
terbalik dengan kekerasan batubara. Semakin tinggi nilai HGI , maka batubara
tersebut semakin lunak. Sebaliknya, jika nilai HGI batubara tersebut semakin rendah
Warna
Warna batubara bervariasi mulai dari berwarna coklat pada lignit sampai warna
hitam legam pada antrasit. Warna variasi litotipe (batubara yang kaya akan vitrain)
Goresan
Goresan batubara warnanya berkisar antara terang sampai coklat tua. Pada lignit,
goresan hitam, batubara cannel mempunyai warna goresan dari coklat sampai hitam
legam.
31
Pecahan
sifat memecahnya. Ini dapat pula memeperlihatkan sifat dan mutu dari suatu
dengan zat terbang tinggi, cenderung memecah dalam bentuk persegi, balok atau
kubus.
penyusun dari batubara tersebut, baik senyawa organik ataupun senyawa anorganik.
Sifat kimia dari batubara dapat digambarkan dari unsur yang terkandung di dalam
Karbon
Persentase akan lebih kecil daripada lignit dan menjadi besar pada antrasit dan
hamper 100% dalam grafit. Unsur karbon dalam batubara sangat penting peranannya
sebagai penyebab panas. Karbon dalam batubara tidak berada dalam unsurnya tetapi
dalam bentuk senyawa. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah karbon yang besar yang
Hidrogen
32
Hidrogen yang terdapat dalam batubara berangsur-angsur habis akibat evolusi
metan. Kandungan hidrogen dalam liginit berkisar antara 5%, 6% dan 4.5% dalam
Oksigen
Oksigen yang terdapat dalam batubara merupakan oksigen yang tidak reaktif.
atau pembentukan air dan karbondioksida. Kandungan oksigen dalam lignit sekitar
20% atau lebih, dalam batubara berbitumin sekitar 4% sampai 10% dan sekitar 1,5%
Nitrogen
Nitrogen yang terdapat dalam batubara berupa senyawa organik yang terbentuk
sepenuhnya dari protein bahan tanaman asalnya jumlahnya sekitar 0,55% sampai
Sulfur
Sulfur dalam batubara biasanya dalam jumlah yang sangat kecil dan
kemungkinan berasal dari pembentuk dan diperkaya oleh bakteri sulfur. Sulfur
dalam batubara biasanya kurang dari 4%, tetapi dalam beberapa hal sulfurnya bisa
mempunyai konsentrasi yang tinggi. Sulfur terdapat dalam tiga bentuk, yaitu Sulfur
33
2.6.3.3 Karakteristik Batubara
Karakteristik batubara dapat dinyatakan berdasarkan sifat fisika dan sifat kimia
yang dimilikinya. Karakteristik batubara yang menunjukkan sifat fisikanya, antara lain
(specific heat), fluiditas, caking property, dan sebagainya. Di lain pihak, sifat kimia
batubara ditunjukkan dengan hasil analisis proksimat, analisis ultimat, nilai kalori,
Air (Moisture)
Air yang ada pada atau di dalam batubara akan ikut terangkut atau tersimpan
bersama batubara. Bila banyaknya ada dalam jumlah besar, maka akan meningkatkan
permukaan akan menyebabkan batubara lengket dan akan menyulitkan pada hopper atau
chute pada waktu menggerusnya. Adanya moisture akan menurunkan nila panas dan
Apabila batubara dipanaskan pada atmosfer yang inert sampai temperatur 950oC,
akan menghasilkan material yang disebut zat terbang. Zat terbang tersebut terdiri dari
campuran gas senyawa organik bertitik didih rendah yang akan mencair menghasilkan
material berbentuk oil dan tar. Proses menghasilkan zat terbang ini disebut pirolisis yang
34
berati memisahkan dengan menggunkaan panas. Di dalam pemanfaatan batubara sebagai
sumber panas (combustion), zat terbang ini penting untuk mengendaliakan asap dan
pembakaran.
Porositas
Batubara mengandung dua sistem pori, yaitu pori dengan ukuran rat-rata 500Ao
dan yang lain dengan pori berukuran 5-15Ao (1Ao=10-10 m). Pori yang kecil lebih sedikit
dibandingkan dengan yang besar, tetapi luas permukaannya besar (kira-kira 200 m2/gr).
Pori-pori yang lebih besar mempunyai total luas permukaan pori 1 m2/gr. Pori-pori ini
dapat menyerap CH4 yang terbentuk pada tahap akhir dari pembentukan batubara. Low
volatile bituminous coal mempunyai kemampuan menyrap CH4 lebih besar dan laju
difusi rendah, pada btubara yang tidak rusak. Hal ini berkaitan dengan sering terjadinya
ledakan dan kebakaran pada tambang-tambang Low volatile bituminous coal, bila
penggunaan diantaranya:
Bulk density adalah berat persatuan volume batubara lepas, gunanya untuk
moisture,
35
mineral matter dan udara didalam pori.
True density adalah berat jenis batubara yang bebas dari udara dan air yang tidak
menjadi berbutir untuk penggunaan bahan bakar bubuk (pulverized coal) dibandingkan
dengan batubara standar yang dipilh sebagai grindability 100. Dengan demikian
batubara akan lebih sukar digerus bila index grindabillity-nya lebih kecil dari 100 dan
akan slebih sukar digerus bila index grindability-nya lebih besar dari 100.
Weathering
Umumnya hampir semua batubara bila kontak dengan atmosfer, cepat atau lambat akan
mampu terbakar secara spontan. Bahaya ini timbul bila jumlah panas yang terbebaskan
36
oleh proses oksidasi lebih besar dari jumlah panas yang tersedia secara konveksi atau
konduksi.
Komposisi ukuran
Hal yang penting dalam memntukan harga batubara tertentu di pasar adalah
kualitasnya yang diukur dengan karakteristik penggunaannya seperti kandungan abu dan
sulfur, nilai panas. Kualitas ini sangat penting dan dikaitkan dengan size consist. Size
maksimum undersize yang diizinkan dan kadang-kadang juga dalam %-oversize yang
diinginkan.
Kekuatan
permukaan. Kekuatan dan mode of failure tergantung pada rank dan kondisi batubara
dan cara-cara menerapkan stress. Kekuatan batubara banyak dipelajari dengan cara uji
kompresi, sebab hasilnya dapat diterapkan dalam memperkirakan kapasitas beban pilar
di dalam tabung.
Abrasiveness
pertambangan, preparasi dan penggunaan. Batubara adalah material abrasif. Oleh karena
itu keausan pada pemboran, cutting (alat tambang) dan alat angkut sangat tinggi dan
37
sering harus diganti. Demikian juga pada waktu crushing dan grinding untuk
menghasilkan pulverized coal, keausan alat tinggi yang berakibatkan mahalnya ongkos.
tinggi, yang lain lebih rendah. Hal ini disebabkan karena batubara merupakan material
Impurities Batubara
Impurities lain seperti fosfor dan garam tertentu sering juga ada.
Kandungan Sulfur
Sulfur dalam batubara biasanya dalam jumlah yang sangat kecil dan
kemungkinan berasal dari pembentuk dan diperkaya oleh bakteri sulfur. Sulfur dalam
batubara biasanya kurang dari 4%, tetapi dalam beberapa hal sulfurnya bisa mempunyai
konsentrasi yang tinggi. Sulfur terdapat dalam tiga bentuk, yaitu Sulfur Piritik (piritic
perubahan fasa:
38
a. Partikel batubara melunak (pada temperatur 400oC) dan mencair
plastisitasnya dan mulai membeku membentuk struktur porous yang disebut kokas.
Swelling properties diukur dengan free swelling index (FSI) yaitu ukuran
tertentu. Pembesaran volume ini ada kaitannya dengan sifat plastis batubara. Batubara
yang tidak menunjukkan sifat plastis pada waktu pemanasan juga tidak menunjukkan
sifat pemuaian. Sungguhpun hubungan antara pemuaian dan plastisitas sangat komplek
dan sulit dipelajari, yakni diyakini bahwa gas yang terbentuk selama batubara berada
dalam bentuk plastis atau semi plastis, bertanggung jawab akan terjadinya pemuaian.
39
BAB III
LANDASAN TEORI
batubara, agar batubara tersebut memenuhi syarat penggunaan tertentu atau sesuai
(Tirasonjaya, F.,2006). Pengotor batubara dapat berupa pengotor homogen yang terjadi
di alam saat pembentukan batubara itu sendiri, yang disebut dengan Inherent Impurities,
maupun pengotor yang dihasilkan dari operasi penambangan itu sendiri, yang disebut
extraneous impurities.
Batubara dari ROM (run of mine) terdiri atas dua kategori yaitu batubara bersih
dan batubara kotor. Masing – masing kategori dilakukan pengecilan ukuran sedangkan
pencucian batubara maka batubara yang ada di ROM diuji ketercucian batubara
(washibility test). Setelah dilakukan washibility test batubara mempunyai sifat mudah
tercuci maka didirikan pabrik pencucian batubara (coal whasing plant). Recovery
pencucian sangat tergantung pada batubara ROM yang mengandung material pengotor
berupa tanah (soil), parting, dan kapasitas peralatan pengolahan serta perawatannya.
Recovery pencucian adalah berkisar lebih 90% (R.Hutamadi dan Edie Kurnia
Djunaedi,2005). Pada prinsipnya coal whashing plant memiliki titik yield optimal dalam
40
menghasilkan produknya, tergantung dengan kualitaas dari feed yang masuk dalam
washpalnt. Pada industri pertambangan beberapa jenis metode pencucian batubara yang
umum dipakai dalam diantaranya metode Jig, metode Dense Medium Separator (DMS),
Karakteristik yang utama batubara dan pengotornya ditinjau dari segi pencucian
secara mekanis ialah komposisi ukuran yang disebut size consist, perbedaan berat jenis
dari material yang dipisahkan (specific gravity), kimia permukaan, friability relatif dari
batubara dan pengotornya serta kekuatan dan kekerasan. Dalam proses pencucian
batubara untuk memisahkan dari mineral pengotor, dipakai berbagai jenis peralatan
dapat berupa sifat fisik atau mekanik dari butiran tersebut, seperti halnya berat jenis,
ukuran, warna, gaya sentripetal, gaya sentrifugal ataupun desain peralatan itu sendiri.
Untuk menentukan kesesuaian alat yang digunakan dalam mencuci batubara syarat yang
diperlukan adalah ukuran butir dari batubara yang akan dicuci, spesifik gravity dan
kapasitas produksi yang digunakan. Dalam coal preparation plant terdapat 4 tahap yaitu
41
6) Meningkatkan kalori dan menurunkan kadar abu batubara sesuai permintaan pasar,
sehingga efisiensi pembakaran dalam suatu tanur dapat meningkat pula.
7) Mengurangi pembentukan slag dalam tanur yang berarti mengurangi waktu yang
tidak efektif dalam suatu tanur.
Secara umum proses pencucian batubara terdiri dari beberapa langkah operasi
(Gambar 3.1)
COAL
PREPARATION COMMINUTION
PLANT (Pengecilan Ukuran)
SIZING
(Penyeragaman Ukuran)
COAL WASHING
(Pencucian Batubara)
DEWATERING
(Pengeringan)
Gambar 3.1
42
Pencucian batubara dalam prosesnya terdiri dari 3 (tiga) operasi yang mendasar
yaitu:
yang lebih kecil. Comminution adalah sebagai langkah pertama (persiapan) yang
biasa dilakukan dalam proses pengolahan bahan galian yaitu memperkecil ukuran
fraksi-fraksi yang berukuran lebih kecil, sesuai dengan kehalusan ukuran butiran
yang diperlukan.
yang diinginkan (pasar) atau sesuai dengan persyaratan yang diperlukan untuk
proses berikutnya.
Proses pengecilan ukuran (kominusi) dapat dibagi dalam tiga tahap berdasarkan
43
Komponen yang berpengaruh dalam kegiatan kominusi untuk pencucian
batubara adalah:
1. Roll Crusher
Roll crusher terdiri dari 2 silinder baja, berdiameter sama, berputar pada
sumbunya dengan arah yang berlawanan. Kedua silinder (rolls) terbuat dari baja
merupakan alat penghancur (crushing surface) dan dapat diganti jika sudah aus.
Kedua silinder jaraknya dapat diatur sesuai dengan kehalusan produk yang
oleh motor penggerak. Umpan (feed) dimasukkan dari atas, seolah-olah terjepit
b. Gaya normal.
Jika penjumlahan (resultante) gaya tangensial dan gaya normal (gaya berat
diabaikan) arah kebawah dari horisontal, maka partikel akan tertekan ke bawah,
kejepit oleh kedua roll dan pecah. Apabila penjumlahan tersebur arahnya ke atas
horisontal, maka partikel akan tetap berada di atas kedua roll silinder.
Dalam memilih roll crusher, maka ukuran material yang masuk dan produk yang
diinginkan menentukan diameter dan jarak silinder. Reduction ratio dapat mencapai
empat.
44
2. Nip Angle
Nip angle pada roll crusher ialah sudut yang dibentuk oleh kedua garis singgung
dari titik kontak antara partikel dengan kedua silinder. Nip angle max 33,24, tetapi
Sizing atau penyeragaman ukuran ialah proses untuk memisahkan atau membagi-
memiliki ukuran butiran yang hampir sama. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan
dengan ukuran 3 x 6 meter, dengan ukuran lubang ayakan 1,4 ; 1,7 ; 50 mm yang
batubara kasar (- 50 + 0,5mm) (+0,75 -50 mm) dengan batubara halus (-0,5 +
0,125mm) (-0,75mm) .
Screen, batubara harus dialirkan dalam jumlah besar dan terus menerus ke atas
lubang screen. Akibatnya, aliran batubara tersebut terbagi dua menjadi dua aliran
partikel besar dan aliran partikel kecil. Gerakan batubara di sepanjang screen dan
didalam air. Partikel yang ukurannya lebih besar dari ukuran lubang screen tidak
45
akan bisa melewati lubang screen tersebut. Tetapi karena adanya beberapa faktor,
memberikan waktu yang cukup agar terjadi pemisahan partikel dan pemisahan
dikontrol oleh jumlah, bentuk serta jarak antar lubang pada pelat screen.
Pada gambar di bawah ini menunjukkan proses stratifikasi dalam sebuah screen
dan ukuran-ukuran relatif partikel yang lolos. Di bawah screen tersebut ada sebuah
grafik yang menunjukkan kecepatan aliran partikel yang lolos di sepanjang screen.
Pada mulanya partikel-partikel yang paling kecil akan lolos dari lubang screen
Gambar 3.2
46
3. Pencucian Batubara (Coal Washing)
menghilangkan material halus yang ukurannya di bawah 0,5 mm. Saringan yang
umumnya digunakan adalah wedge wire sieve bend yang dilapisi dengan vibrating
desliming screen. Partikel yang tersaring dicampur dengan dense medium kemudian
dipompakan ke cyclone atau head tank. Pemisahan batubara dan shale akan
berlangsung didalam cyclone. Batubara bersih akan keluar sebagai overflow menuju
sieve bend. Media yang berasal dari batubara bersih dan pengotornya dialirkan ke
settling cone kemudian dipompakan ke head tank untuk kemudian dicampur dengan
batubara mentah. Dilute medium dari rinsing screen dipekatkan oleh magnetic
separator sebelum disatukan denagn media yang ada. Pemisahan partikel halus
berukuran 0,5 mm sebelum dipisahkan oleh dense medium cyclone seringkali disebut
mempunyai berat jenis berada diantara berat jenis dua jenis mineral yang akan
dipisahkan, maka cara yang mudah untuk memisahkannya adalah dengan mencelupkan
keduanya kedalam cairan tersebut, biarkan yang satu tenggelam dan yang lainnya
terapung. Proses ini disebut dengan sink and float process atau proses endap apung.
Dense Medium Cyclone adalah hasil pengembangan dari metode Dense Medium
Separator yang berbentuk Cyclone. Proses ini digolongkan sebagai proses pemisahan
47
gravitasi yang paling sederhana, proses ini sudah lama digunakan sebagai standar di
Dense Medium Cyclone pemisahannya terjadi dalam cairan medium pemisah yang berat
jenisnya lebih besar dari berat jenis air. Prinsipnya ialah dengan menggunakan cairan
berat (heavy liquid) sebagai medium, sehingga apabila mineral yang berat jenisnya lebih
sedangkan mineral yang memiliki berat jenis lebih besar dari medium pemisah, mineral
tersebut akan tenggelam. Karena hampir semua jenis mineral memiliki berat jenis yang
lebih dari satu (air), maka air tidak dapat digunakan sebagai medium pemisah. Cairan
medium pemisah dibuat dari larutan garam an-organik dalam air atau larutan bahan
organik, dan lebih sering dipakai suspensi butiran-butiran yang sangat halus dalam air
(slurry).
Dense Medium Cyclone dapat dipakai untuk semua jenis mineral, setelah lebih
dulu dihaluskan untuk mendapatkan butiran dengan derajat liberasi sempurna. Proses ini
banyak dipakai pada pemisahan butiran-butiran yang agak kasar, sedangkan untuk
pengendapannya semakin kecil. Butiran-butiran yang paling baik untuk dipisah dengan
Dense Medium Cyclone adalah ukuran 3 mm atau lebih dan pemisahan masih efektif
Agar pemisahan berjalan lancar dan sempurna, maka medium pemisah perlu
mempunyai kondisi tertentu, dimana butiran yang akan tenggelam dan terapung dapat
cepat bergerak, karena itu perlu diperhatikan sifat fisik dari medium, yaitu density dan
viscocity. Sebagai medium pemisah dapat digunakan heavy liquid dan heavy suspension.
48
Gambar 3.3
Cairan yang dapat memenuhi faktor-faktor tersebut diatas untuk dapat dipakai
sebagai heavy liquid sangat terbatas, kalau pun tersedia biasanya harganya relatif mahal
dan beberapa diantaranya beracun. Cairan organik yang ada berat jenisnya 2,75 – 3,50
harganya mahal, yang berat jenisnya lebih dari 3,50 sangat jarang dan sangat mahal,
formate – thallium malonate solution) dapat memisahkan mineral berat jenis 4,2 adalah
larutan yang sangat beracun sehingga perlu ditangni dengan sangat hati-hati dan dengan
49
Cairan yang biasa dipakai ialah larutan dari garam-garam anorganik yang tinggi
kelarutan dan berat jenisnya, atau juga cairan organik yang berat jenisnya tinggi. Cairan-
Untuk mendapatkan cairan dengan berat jenis 1,59 – 2,95 dapat dicampur
1. Mudah mempergunakannya.
1. Sangat mahal
2. Bersifat korosif
3. Tidak stabil
50
4. Beracun
1. Lessing Process
berat jenis 1,40 sebagai medium pemisah dalam tangki berbentuk silinder
Biasanya dipakai untuk membersihkan batubara yang bebas dari debu dan
dilakukan lebih lanjut agar batubara terbebas dari CaCl2 kemudian air
pencucinya dibuang. Karena air tadi, maka berat jenis larutan pemisah turun
2. Du Pont Process
Dalam Du Pont Process dipakai larutan organik yang berat jenisnya tinggi
yang biasa disebut parting liquid (dengan berat jenis: 1,00-2,96). Parting
51
2. Solubility dalam air rendah
3. Stabil
4. Non-Explossive
5. Non-Flameable
butiran menjadi tidak senang pada parting liquid, tetapi lebih tertarik pada
air. Jadi menahan absorbsi parting liquid oleh butiran yang sedang
liquid menjadi berkurang. Proses ini baik sekali dipakai untuk memisahkan
batubara, sebagai active agent dipakai starch acette atau tannic acid, dan
sekitar 1 Lb. Per ton batubara. Proses ini tidak baik untuk butiran yang
sangat halus, jadi hanya cocok untuk pemisahan butiran-butiran yang besar.
52
3.3.2 Heavy Suspension Separation
Karena pemakaian heavy liquid sebagai cairan medium pemisah relatif mahal
harganya, maka dari itu diusahakan untuk dapat menggantinya dengan suspensi zat
padat halus dalam air. Material yang digunakan untuk membentuk medium pemisah,
tergantung pada density (berat jenis) yang diinginkan, misalnya quartz-sand, barite,
magnetite, galena, ferro-sillicon, dan lain sebagainya. Suatu hal yang penting dalam
proses ini ialah untuk menjaga agar heavy density pulp tetap berada dalam keadaan
suspensi.
1. Mudah mendapatkan cairan medium dengan berat jenis 1,25 – 3,40 dan berat
kembali.
5. Ongkos operasi lebih murah, alat lebih sederhana, dan lebih efisien.
1. Chance Process
dalam air. Berat jenis dari massa suspensi dapat diatur dengan perbandingan
pengadukan atau dengan aliran air arah keatas dan dipakai untuk batubara.
53
Untuk melepaskan pasir kuarsa dari produk, dilakukan dengan
kembali.
2. Vooys Process
Vooys process menggunakan suspensi clay dan barite (-150 s.d -200 mesh)
dalam air. Karena menggunakan clay dan barite yang lebih halus dari
chance process, maka dapat mengerjakan batubara yang lebih halus (100
mesh). Medium ini lebih viscous dari pasir dengan density yang sama.
3. Wuensch Process
minimal 2,70 atau lebih, jika digunakan mineral dengan berat jenis 5,25
sedangkan suspensi yang diinginkan berisi kurang dari 30% solid (berat).
Agar butiran-butiran mudah bergerak dalam cairan medium, oleh karena itu
dibutuhkan mineral yang berat jenisnya 6,70 atau lebih. Mineral magnetite,
hematite, dan pyrite masih sangat ringan, maka dari itu digunakan galena
(dengan berat jenis 6,50). Karena galena relatif mahal, maka diusahakan
flotasi.
54
4. Conkling Process
Conkling Process memakai magnetite halus (-200 mesh) dengan berat jenis
5,0 – 5,2 dalam suspensi air. Karena butiran magnetite sudah halus, tidak
Thickener.
medium, yaitu alloy dari iron dan sillicon yang mengandung sedikit karbon,
mempunyai berat jenis sekitar antara 6,3 (25% Si) sampai 7,0 (10% Si).
Saat ini, Dense Medium Cyclone (DMC) semakin banyak digunakan, tidak
hanya pada pencucian batubara, namun juga untuk bijih logam. Untuk bijih logam
kemudahan, yaitu sifatnya secara fisik dapat dikatakan stabil sedangkan secara kimia
tidak reaktif dan mudah melepas dari produk. Untuk dapat mengambil kembali
(merecover) kedua macam medium tersebut dapat dilakukan dengan magnetic separator.
55
3.3.3 Proses Pemisahan dengan Dense Medium Cyclone
berdasarkan densitas yang relatif pertikel terhadap media yang digunakan. Partikel
dengan densitas yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan density relatif medium
akan menjadi produk overflow, partikel dengan densitas relatif yang lebih tinggi akan
Gambar 3.4
Cyclone dapat bekerja hampir dalam segala posisi dan bahkan dapat dioperasikan
secara terbalik, yakni dengan apex atau spigot berada di tempat yang paling tinggi.
56
1. Gaya Sentrifugal
Gaya Sentrifugal adalah gaya yang cenderung menarik sesuatu yang berputar
2. Gaya Hidrolik
Air atau medium yang dipompa ke dalam cyclone akan bergerak ke luar melalui
salah satu dari dua jalan ke luar, underflow atau overflow. Namun, dibagian
dalam cyclone cairan tersebut akan mengalir dengan empat cara yang berbeda,
yaitu :
a. Aliran ke Dalam
b. Aliran Berputar
c. Aliran kebawah
d. Aliran ke Atas
Gambar 3.5
57
3.3.3.2 Pemisahan Partikel Batubara dari Pengotornya
yang terjadi akan tergantung pada masa jenis relatif partikel batubara tersebut. Ukuran
terkecil partikel yang bisa diperoleh secara efektif di dalam cyclone tidak hanya
ditentukan oleh cyclone itu sendiri melainkan juga bagaimana mendapatkan kembali
Masa jenis relatif pemisahan tidak hanya ditentukan oleh masa jenis relatif
suspensi media melainkan juga oleh aliran ke dalam yang bergerak ke arah sumbu
cyclone. Cyclone akan sangat bekerja secara efisien apabila nilai masa jenis relatif
pemisahan mendekati nilai masa jenis relatif media, sehingga diameter vortex finder
Gambar 3.6
58
3.3.4 Pemasangan dan Pengoperasian Dense Medium Cyclone
memanjang yang membentuk sudut tertentu dengan bidang horisontal sehingga pada
saat miring dapat bekerja lebih efisien daripada saat tegak. Cyclone memiliki sudut
lancip 20˚ akan dipasang dengan sumbu sekitar 10˚ dari bidang horisontal. Cyclone
dalamnya dengan kecepatan yang sangat tinggi, bersama-sama dengan shale yang terus
mengalir di sepanjang dinding cyclone menuju spigot tempat dimana shale banyak
Drain and Rinse screen adalah ayakan getar single deck yang pengoperasiannya
berkurang.
59
Drain and rinse screen dibagi dalam dua daerah dan tiap daerah mendapat
penyemprotan. Penyemprotan pada daerah pertama disebut primary spray, dimana pada
daerah ini tekanan penyemprotan lebih kuat sehingga besar magnetite diharapkan dapat
lolos. Air penyemprotan yang digunakan pada daerah ini berasal dari produk overflow
thikening cyclone. Sedangkan pada daerah kedua disebut secondary spray yang
berfungsi untuk meloloskan magnetite yang mungkin masih menempel pada material
kasar.
Produk dari drain and rinse clean coal adalah batubara kasar bersih, dimana
merupakan overflow dari screen yang akan dialirkan ke stocpile batubara bersih, dan
larutan magnetite yang merupakan underflow screen yang dialirkan ke correct medium
ukuran lubang 0,5 dan berfungsi untuk menangkap magnetite dan memisahkan batubara
dari air. Untuk membantu proses penirisan maka sebelum masuk drain and rinse screen,
b. Memperoleh kembali magnetite yang ada dalam overflow dan underflow Dense
Medium Cyclone.
Sieve bend terpasang pada suatu vibrating screen (drain and rinse screen).
Campuran batubara bersih dan larutan magnetite akan mengalir ke clean coal sieve bend
60
sedangkan campuran material pengotor dan magnetite mengalir ke coarse discard sieve
bend. Overflow dari sieve bend (batubara/pengotor kasar) akan mengalir menuju coarse
D&R screen, sedangkan underflow (larutan magnetite) akan dialirkan ke correct medium
sump.
D/R Screen
Sieve Bend
Gambar 3.7
Sieve Bend
pertikel yang kasar berdasarkan pada perbedaan ukuran dengan menggunakan media air.
1. Diameter Cyclone
61
4. Panjang bagian silinder
5. Tekanan pengumpanan
7. Ukuran partikel
1. Diameter Cyclone
umumnya, semakin kecil partikel yang akan dikurangi kadar airnya, semakin kecil
diameter tersebut. Namun, karena kapasitas kerjanya dikurangi juga, maka semakin
2. Sudut Kerucut
Semakin kecil sudut kerucut, semakin tinggi kapasitasnya dan semakin akurat
semakin banyak cyclone yang harus digunakan untuk memenuhi kebutuhan sirkuit.
aliran produk yang telah dipekatkan. Ukuran lubang umpan harus memadai agar
lubang overflow dan underflow dapat berfungsi. Bila lubang umpan diperbesar, debit
aliran ke cyclone akan bertambah juga dan akan menyebabkan umpan tidak bertahan
lama di dalam cyclone serta akan lebih banyak partikel kasar yang terbawa oleh
overflow.
62
4. Panjang Bagian Silinder
Bagian silinder di bagian atas cyclone harus cukup panjang agar memudahkan
gerakan rotasi awal. Panjang saluran vortex finder harus seimbang dengan panjang
5. Tekanan Pengumpanan
dan pada akhirnya akan mengurangi efisiensi kerja dari alat tersebut.
biasanya berkisar antara 20%-25% dan dipekatkan hingga mencapai kira-kira 30%-
7. Ukuran Partikel
di dalam underflow dan jumlah partikel kasar yang hilang di dalam overflow.
Overflow dari classifying cyclone yang merupakan air kotor akan masuk ke
thikener untuk pengambilan kembali air bersih. Sedangkan underflow dari cyclone
2. Dialirkan ke Spiral
63
3.5.4 Spiral
pengotornya.
Sewaktu air yang membawa batubara mengalir menuruni spiral akan terbentuk
dua buah arus yaitu arus primer dan arus sekunder. Arus sekunder akan bergerak ke arah
dalam di dasar saluran dan ke arah luar di permukaan air. Partikel batubara dan
pengotornya dipengaruhi oleh arus sekunder ini. Partikel-partikel pengotor yang berat
dan lebih cepat mengendap adalah yang paling banyak terpengaruh oleh aliran ke dalam
yang lebih ringan dan lebih lambat mengendap cenderung lebih banyak dipengaruhi oleh
aliran ke luar dari arus sekunder dan oleh gaya sentrifugal yang terbawa sewaktu
Gambar 3.8
64
Gambar 3.9
Desain Spiral
b. Desain Spiral
Spiral dirancang sebagai volute yang mengelilingi sebuah kolom sentral yang
menurun beberapa meter dengan uliran 5 atau 6 buah. Potongan melintang dari alat
pencuci ini dirancang secara khusus dan berubah-ubah dari atas hingga ke bawah spiral.
Batubara mentah dengan sejumlah air yang memadai diumpankan dari bagian atas spiral
dan kemudian mengalir ke bawah melalui saluran spiral. Sewaktu material mengalir ke
bawah, material yang lebih berat cenderung berkumpul di bagian saluran yang lebih
dalam sedangkan partikel yang lebih ringan berada di tepi saluran sebelah luar. Setelah
65
terjadi pemisahan, partikel-partikel yang berat dan ringan dipisahkan oleh splitter yang
3.5.5 Thikener
mengandung lumpur, pasir, dan debu. Lumpur yang terbentuk dari hasil flokulasi
mengendap pada dasar thikener sedangkan air bersih bergerak ke atas thikener. Endapan
lumpur ini kemudian diarahkan ke lubang yang ada di bagian tengah thikener oleh
a. Flokulasi Konsentrat
jenis bahan kimia atau lebih ke dalam konsentrat. Di dalam suspensi yang stabil, dimana
partikel sangat sulit untuk mengendap. Bahan kimia yang cocok untuk menanggulangi
sifat elektrosatik ini adalah kapur, garam besi, dan aluminium sulfat. Jika sejumlah kecil
larutan kimia ini ditambahkan ke bahan pengotor, sifat elektrosatiknya akan hilang dan
secara merata. Thikener akan dioperasikan dan airnya yang telah jernih dapat dialirkan
kembali ke sirkuit serta endapan konsentrat yang lebih pekat dari sebelumnya dapat di
66
Gambar 3.10
Thikener
disebabkan oleh perbedaan komposisi mineral tersebut. Pada proses pencucian batubara
kehilangan magnetit dan meminimalisasi material non magnetit dalam correct media.
67
Gambar 3.11
untuk memisahkan batubara bersih dari shale yang berkadar abu tinggi dan kadang juga
untuk memisahkan middling. Adanya hubungan yang kuat antara densitas relatif dengan
kadar abu membuat pengendalian densitas relatif didalam operasi pencucian akan dapat
mempertahankan batubara bersih dengan kadar abu tertentu. Sehingga nilai kalor, sulfur,
dilakukan studi ketercucian batubara (washability test) sehingga dapat diketahui apakah
68
Tujuan dilakukan Studi Ketercucian Batubara adalah:
dilakukan proses pencucian dengan memakai berat jenis medium yang berbeda-
beda.
Medapatkan berat jenis medium yang paling baik dan paling cocok digunakan
sebagai berikut:
tersebut adalah:
3. Melakukan uji endap apung (Sink & Float test) masing – masing fraksi.
69
4. Menentukan kadar abu dan belerang pada masing – masing fraksi dan berat jenis.
Tabel 3.1
0 – 70 – 7Muda 7 MudahMud
Gambar 3.12
70
Batubara dari ROM terdiri berbagai macam material yang bervariasi dari yang
menunjukkan hubungan antara kandungan abu dalam suatu fraksi ukuran dengan jumlah
material yang dapat terapungkan atau terendapkan pada suatu densitas relatif tertentu.
menunjukkan hubungan antara persen terapungkan dengan kadar abunya. Pada gambar
3.12 dicontohkan daftar tabel data uji ketercucian batubara (washability test).
Berdasarkan data pada tabel tersebut kemudian dibuat kurva ketercucian yang
ditunjukkan oleh Gambar 3.13, didalam tabel ketercucian batubara terdapat 13 kolom
Kolom 2 : Persen berat setiap fraksi densitas relatif. Kolom ini diperoleh dengan
cara membagi berat setiap fraksi dengan jumlah berat seluruh fraksi
Kolom 4 : Persen berat abu di fraksi terapung pada densitas pemisahan tertentu,
persamaan:
𝐾𝑜𝑙𝑜𝑚 2 𝑥 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑚 3
100
Kolom 5 : Kumulatif persen berat abu. Kolom ini diperoleh dengan menjumlahkan
nilai pada kolom 4 secara kumulatif. Nilai pada kolom ini menunjukkan
71
berat abu sebagai bagian dari total percontoh, yang akan diperoleh pada
Kolom 7 : Persen kadar abu dari kumulatif fraksi yang terapung, yaitu persen kdar
𝐾𝑜𝑙𝑜𝑚 5
𝑥100
𝐾𝑜𝑙𝑜𝑚 6
Kolom 8 : Persen berat abu didalam fraksi terendapkan pada densitas pemisahan
Kolom 9 : Kumulatif persen bert terendapkan, yaitu nilai kumulatif persen berat dari
Kolom 10 : Persen kadar abu dari kumulatif fraksi yang terendapkan, yaitu persen
kadar abu yang akan diperoleh pada fraksi tenggelam pada densitas
𝐾𝑜𝑙𝑜𝑚 8
𝑥100
𝐾𝑜𝑙𝑜𝑚 9
72
Kolom 12 : Persen berat percontoh yang densitas relatifnya terletak +0,10 dan -0,10
𝐾𝑜𝑙𝑜𝑚 2
Persamaannya adalah: 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑚 6 − 2
Setelah data-data pada tabel ketercucian tersebut lengkap, maka dapat dibuat
batubara yang dikaitkan dengan sifat-sifat ketercuciannya maka dapat dialurkan lima
Gambar 3.13
dikaitkan dengan sifat-sifat ketercuciannya maka dapat dialurkan lima jenis kurva yaitu:
73
1. Instrument Ash Curve: Untuk menentukan maksimal kandungan abu yang
mungkin ada dalam suatu batas tertentu didalam partikel batubara (dirteiest
berbagai densitas relatif. Untuk membuat Instrument Ash Curve adalah dengan
cara, memasukkan data kolom 3 sebagai sumbu X, dan data kolom 13 sebagai
sumbu Y.
memasukkan data kolom 7 sebagai sumbu X, dan data kolom 6 sebagai sumbu
Y.
membaca densitas relatif pemisahan pada setiap fraksi kumulatif terapung &
relatifnya dan dicantumkan pada sebelah kiri sumbu tegaknya. Untuk membuat
Cumulative Sink Curve adalah dengan cara, memasukkan data kolom 10 sebagai
Untuk membuat Relative Density Curve adalah dengan cara, memasukkan data
raw coal pada suatu Specific Gravity yang disebabkan karena perbedaan ±0,1
74
dari Specific Gravity yang ditentukan. Untuk membuat Near Gravity Curve
adalah dengan cara, memasukkan data kolom 11 sebagai sumbu X, dan data
Sebelum melakukan uji endap apung harus ditentukan terlebih dahulu fraksi
ukuran yang akan diuji dan densitas relatif yang akan dipakai. Selanjutnya apakah
pengujian akan dimulai dari cairan dengan densitas relatif terendah atau tertinggi.
Pilihan ini sangat tergantung pada densitas relatif yang akan dipakai untuk membuang
sebagian besar material pada tahap awal. Percontoh batubara yang mengandung sedikit
shale sebaiknya diuji dengan memakai densitas relatif mulai dari yang terendah sampai
yang tertinggi. Jika yang akan diuji adalah percontoh dengan sebagian besar
Sebagian besar uji endap apung dimulai dari densitas yang terendah (misal 1,3)
sampai densitas yang tertinggi. Material yang terapung pada densitas 1,3 diambil dari
dimasukkan kedalam cairan yang memiliki relatif densitas lebih tinggi (misal 1,4).
Pada akhir proses uji endap apung diperoleh satu seri fraksi yang telah
dikeringkan mulai dari yang terapung pada densitas relatif paling rendah sampai yang
tenggelam pada densitas relatif yang tertinggi. Setiap fraksi yang telah dikeringkan
berat total percontoh sebelum diuji. Dari hasil perhitungan ini akan diketahui berat
75
material yang hilang. Persen berat untuk masing-masing fraksi akhirnya dihitung.
Selanjutnya setiap fraksi dilakukan preparasi untuk analisis kadar abu. Data persen kadar
Uji endap apung skala kecil dilakukan dengan memakai alat yang sederhana
yaitu gelas beaker besar, sendok penyaring, timbangan, dan cairan dengan berbagai
densitas relatif. Pada umumnya, karena mudah menguap, makin tinggi densitas suatu
suatu cairan makin tinggi pula tingkat racunnya. Uap cairan berat ini berbahaya bagi
kesehatan jika dihirup terus menerus. Cairan ini harus dipakai dengan benar dan dengan
metode keselamatan kerja yang berlaku harus selalu diperhatikan. Seringkali lebih baik
bekerja ditempat terbuka, operator harus menghadap ke alat yang dipakai searah gerakan
angin.
Pada gambar 4.14 ditunjukkan gelas filter funnel dan flask yang disarankan didalam
AS1661. Alat ini sangat baik untuk pengapungan partikel -0,5 mm. dengan kontruksi
gelas seperti ini, proses pemisahan dapat dihentikan dengan menggunakan stopper,
sehingga cairan dan material yang terapung dapat ditahan didalam funnel. Material yang
tenggelam juga dapat ditahan didalam flask bawah. Kemudian larutan yang mengandung
material yang terapung dipisahkan dari material yang mengandung material tenggelam.
Pada gambar 4.16 ditunjukkan alat uji endap apung untuk partikel +0,5 mm.
76
Gambar 4.14
Untuk material berukuran -250 +83,3 mm alat yang dipakai pada uji endap apung
terdiri dari beberapa tangki percontoh berbentuk segi empat yang terbuat dari kain dan
sebuah tangki larutan terbuat dari baja tahan karat berbentuk empat segi panjang yang
dibagi atas beberapa segmen (lihat gambar 4.15). dibagian bawah tangki ini dibuat
saluran sedemikian rupa untuk mengalirkan gas/uap larutan pemisah, yang dihisap untuk
Cairan yang dipakai untuk uji endap apung disebut media. Salah satu cairan organik
yang sangat umum dipakai adalah perchlorethylene yang densitas relatifnya sekitar 1,61.
Cairan ini tidak berwarna dan berbau keras. Meskipun tidak dianggap berbahaya, cairan
77
Gambar 3.15
Gambar 3.16
78
Gambar 3.17
79
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
Penanganan terhadap batubara kotor (dirty coal) tidak dapat dilakukan hanya
dengan Crushing dan Blending saja, namun harus dilakukan proses pencucian batubara
di washing plant, departemen coal preparation plant (CPP) PT KPC, untuk memisahkan
Gambar 4.1
80
Proses tersebut dimulai ketika Haul Truck yang membawa batubara kotor dari
ROM (Run Of Mine) menuju Crusher #5, kemudian material dimasukkan kedalam
hopper (bak penampung) dengan kapasitas 250 ton, sebelum masuk kedalam crusher
(mesin penghancur). Didalam hopper terdapat ayakan statis jenis grizzly berukuran
700x700 mm, setelah lolos dari ayakan grizzly umpan kemudian masuk kedalam feeder,
menjadi 300 mm. selanjutnya produk dari feeder breaker diangkut dengan dirty coal
transfer conveyor #1 yang dilengkapi dengan overband magnet, weigher, dan metal
proses ini adalah proses penghancuran tahap kedua dengan top size 50 mm.
Gambar 4.2
Crushing Plant Crusher #5
81
Produk dari secondary crusher kemudian diangkut dengan dirty coal transfer
conveyor #2 menuju chute dan selanjutnya diangkut oleh wash feed conveyor menuju
raw coal wetting box. Di raw coal wetting box, batubara dicampur dengan air untuk
memudahkan proses, setelah itu raw coal dialirkan ke desliming screen untuk dilakukan
sizing.
Gambar 4.3
Dalam proses pencucian batubara kotor terdapat dua sirkuit pencucian batubara
yaitu sirkuit batubara kasar dan batubara halus. Proses pemisahan antara batubara kasar
dan batubara halus terjadi di multi slope “desliming screen” yang dilengkapi dengan
pembilas air bertekanan (spray water) untuk memisahkan batubara kotor dari partikel
halus. Desliming Screen merupakan alat pengayak dengan 3 tingkat kemiringan yang
berukuran 3 x 6 m, alat ini dilengkapi screen panel dengan ukuran lubang ayakan 0,75 ;
0,5 ; 50 mm. Bergerak dengan getaran eksentrik untuk memisahkan batubara kasar,
batubara halus, dan oversize. Pada bagian akhir ujung pengayakan screen, desliming
screen menyingkirkan raw coal dengan ukuran +50 sebagai oversize dan masuk kedalam
oversize bay.
82
4.1.1 Sirkuit Pencucian Batubara Kasar
dari masuknya produk batubara kasar dari desliming screen ke launder dan didorong
oleh lumpur magnetite ke wing tank dimana terjadi proses pencampuran batubara kasar
dengan medium berupa magnetite, setelah itu batubara kasar dipompa dengan
menggunakan dense medium cyclone feed pump menuju dense medium cyclone.
Gambar 4.4
Desliming Screen
Washing Plant PT KPC memiliki 2 buah alat Dense Medium Cyclone dengan
diameter 760 mm dan kapasitas masing-masing mencapai 100 tph, tekanan kerja
pengumpanan adalah 135-180 kPa. Prinsip pemisahannya adalah ketika batubara kasar,
83
tangensial ke Dense Medium Cyclone melalui inlet feeder, kemudian karena gaya
sentrifugal maka pengotor yang densitasnya lebih dari 1,4 akan bergerak disepanjang
dinding cyclone menuju ke bagian bawah (apex) dan menjadi produk underflow bersama
lumpur magnetite. Kemudian batubara bersih dan lumpur magnetite yang memiliki
densitas relatif kurang dari 1,4 akan bergerak sepanjang bagian tengah cyclone menuju
Gambar 4.5
84
Gambar 4.6
Overflow dari dense medium cyclone dialirkan kedalam clean coal sieve bend
yang diteruskan ke clean coal drain and rinse screen. Sisa kandungan magnetite yang
selanjutnya air yang mengandung magnetite yang lolos ke dalam screen yang berukuran
Gambar 4.7
85
Clean coal dialirkan menuju clean coal sieve bend kemudian masuk menuju
pengotor yang memiliki Specific Grafity >2 dari dense medium cyclone dialirkan menuju
discard sieve bend dan kemudian akan diteruskan ke discard D&R screen, didalam alat
Gambar 4.8
Kemudian pengotor dari discard D&R screen dialirkan oleh discard conveyor
yang kemudian masuk ke dalam discard bin yang berfungsi untuk menampung pengotor
dengan daya tampung 60 ton, discard kemudian diangkut oleh dump truck untuk dibuang
86
Gambar 4.9
Pada proses proses batubara halus dimulai dari pemisahan didalam desliming
screen dimana batubara halus yang berukuran - 0,75 mm masuk ke classifying cyclone
sump. Proses pemisahan batubara halus di classifying cyclone ini terjadi didalam media
air. Fungsi dari classifying cyclone yaitu untuk memisahkan partikel-partikel halus dari
87
Gambar 4.10
Classifying Cyclone
Jika kualitas batubara halus yang dihasilkan oleh washing plant rendah
(Ash>20%) maka keluaran dari classifying cyclone ini akan dialirkan ke fine reject
screen dan masuk ke discard conveyor yang nantinya akan dialirkan ke discard bin dan
masuk ke dump truck yang selanjutnya akan diangkut untuk dibuang ke dump area
tambang.
b. Dialirkan ke spiral
88
Batubara halus produk classifying cyclone di alirkan ke spiral untuk proses
pemisahan lebih lanjut antara batubara halus dengan pengotor. Spiral adalah alat dimana
proses pemisahannya berdasarkan berat partikel atau material yang berat (pengotor
halus) akan berada pada bagian dalam dan keluar sebagai tailing, sedangkan untuk
material yang ringan (batubara halus) akan berada pada tepi terluar dan keluar sebagai
slurry batubara halus. Slurry batubara halus hasil dari spiral akan dialirkan ke fine clean
coal sump, yang selanjutnya dipompakan ke sieve bend dan fine clean coal dewatering
screen yang berfungsi untuk mengurangi kadar air. Batubara halus ini kemudian
dialirkan di stacking conveyor #3 yang akan ditampung di stockpile #3. Tailing hasil dari
spiral akan dialirkan ke thickener untuk selanjutnya dibuang ke tambang melalui pompa
tailing.
Gambar 4.11
89
Hanya saja untuk saat ini, penggunaan spiral pada fine clean coal circuit dalam
proses pencucian batubara di washing plant PT KPC sudah ±2 tahun tidak dioperasikan,
karena alat sudah tidak efektif dan efisien untuk digunakan (reliable). Maka batubara
halus yang masuk kedalam classifying cyclone dialirkan langsung ke fine clean coal
sieve bend yang nantinya akan masuk ke fine clean coal dewatering screen dan langsung
Jika underflow classifying cyclone tidak dapat dialirkan ke spiral atau ke fine
discard dewatering screen maka underflow dari classifying cyclone ini akan dialirkan
langsung ke fine clean coal sieve bend yang nantinya akan masuk ke fine clean coal
batubara kasar adalah media tersebut bisa diambil kembali, untuk itu aliran
disirkulasikan sehingga magnetit dapat dambil kembali untuk proses pemisahan batubara
Media hasil pencucian yang berupa slurry dari rinse section yang ada pada D&R
screen #1 dan #2, discard D&R screen, dan bleed dari correct medium splitterbox,
mengalir ke primary magnetic separator #1 dan #2, aliran dibagi sama antara 2
90
dibuang dan dialirkan ke dilute medium cone. Fluida dari magnetic separator harus tetap
Setelah itu limbah atau underflow bagian akhir dari primary magnetic separtor #1 dan
#2 diumpankan ke dilute media sump. Adapun tambahan yang juga masuk ke Dilute
Media Sump adalah berbagai aliran dari overdense/milling system, correct medium
splitter box, dan limbah dari clean coal centrifuge #1 dan #2. Fungsi utama dari Dilute
Media Pump adalah memompa lumpur magnetit dengan specific gravity rendah dari
Gambar 4.12
91
Gambar 4.13
distributor, overflow dikumpulkan dalam overflow box dan digunakan kembali di dilute
92
Gambar 4.14
splitterbox. Limbah yang dihasilkan oleh Secondary Magnetite Separator dialirkan dan
correct medium sump sedangkan effluent dari secondary magnetic separator akan masuk
ke wetting box dan selanjutnya bercampur dengan feed wash plant di desliming screen.
Limbah Secondary Magnetite Separator dialirkan ke dilute media sump sebagai recycle
Gambar 4.15
93
4.2 Data Produksi Unit Pencucian Batubara
dilakukan berdasarkan jumlah produksi crusher #5 (sebagai jumlah produksi feed / dirty
coal) dan pada jumlah produksi washing plant (sebagai jumlah produksi clean coal).
Target produksi dari washing plant adalah sebesar 70% dari jumlah target produksi
crusher #5, dalam artian target produksi washing plant tercapai apabila target tersebut
telah mencapai 70% dari target produksi crusher #5 yang sebelumnya telah ditetapkan
oleh perusahaan. Data-data dibawah ini menunjukkan data target produksi dan data
aktual dari produksi washing plant selama 6 Tahun 3 Bulan, mulai dari bulan Januari
2,000,000
1,500,000
1,000,000
500,000
-
2010 2011 2012 2013 2014 2015 Mar-16
Aktual 1,142,4 1,077,1 1,000,5 667,742 401,009 607,365 181,838
Target 1,927,2 1,410,7 795,625 1,324,9 1,207,2 1,207,2 254,740
Gambar 4.16
94
DATA PRODUKSI WASHING PLANT
(CLEAN COAL) - TON
1,600,000
1,400,000
1,200,000
1,000,000
800,000
600,000
400,000
200,000
-
2010 2011 2012 2013 2014 2015 Mar-16
aktual 808,896 764,049 742,305 502,667 300,477 459,446 139,627
Taget 1,349,0 987,503 556,937 927,465 845,040 845,040 178,318
Gambar 4.17
Dari data tersebut diketahui bahwa produksi tertinggi dalam 6 tahun 3 bulan
terjadi pada tahun 2010 dan terendah terjadi pada tahun 2014. Dari grafik dapat dilihat
bahwa hanya pada tahun 2012 washing plant PT KPC dapat melampaui target produksi,
hal itu dikarenakan target produksi yang dicanangkan oleh perusahaan, paling rendah
dalam 6 tahun 3 bulan yaitu hanya mencapai 556.937 ton dalam setahun.
Efisiensi kinerja suatu alat tidak mungkin dapat mencapai 100%, banyak faktor
kegiatan produksi berlangsung. Begitu pula pada alat utama pencucian batubara kasar
yaitu Dense Medium Cyclone. Meskipun pemisahan batubara dengan pengotornya pada
95
alat tersebut cukup baik, namun masih banyak kendala yang sering dihadapi selama
Dalam proses pencucian batubara didalam alat Dense Medium Cyclone hal ini sering
terjadi, itu disebabkan feed yang masuk banyak terkontaminasi dengan clay dan mineral
yang tidak seharusnya masuk, selain itu terjadinya clay ball menyebabkan blocked pada
b. Low Ampere
Low Ampere menyebabkan pressure didalam cyclone kurang dari 135-180 kPa, sehingga
pemisahan terhadap material pekat akan sulit dilakukan. Hal tersebut dikarenakan oleh
beberapa faktor diantaranya fan belt kendur, dudukan motor penggerak yang kurang
Pemisahan didalam cyclone sangat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya density dari
medium pemisah. Apabila density dari medium pemisah itu terlalu tinggi maka pengotor
akan ikut masuk kedalam produk, sedangkan apabila terlalu rendah clean coal akan ikut
e. Clay Ball
96
Clay Ball disebabkan oleh banyaknya clay yang masuk kedalam cyclone, karena terlalu
bersama lumpur magnetit didalam cyclone. Karena putaran yang dihasilkan, sehingga
clay tersebut membentuk bola-bola. Akibatnya terjadi blocked didalam cyclone, apabila
clay ball menyumbat vortex (lubang pengeluaran overflow) maka produk akan terbuang
ke underflow, sedangkan apabila penyumbatan oleh clay ball terjadi di apex (lubang
Gambar 4.18
Clay Ball
kesulitan pencucian batubara di washing plant dan menentukan densitas relatif dari
medium pemisah yang paling baik digunakan dalam proses pencucian didalam cyclone,
97
selain itu juga dari pengujian ini dapat dibuat kurva ketercucian batubara. Sampel
pengujian adalah raw coal yang diambil dari auto sampler transfer conveyor #2 dari
ukuran tertentu yang disesuaikan dengan tujuan uji. Pengayakan (sieving) yang
dilakukan di Laboratorium preparasi Coal Quality Control PT. KPC. Pengayakan dibagi
menjadi 8 fraksi ukuran dengan persentase ukuran yang berbeda-beda. Pada sampel
produk raw coal, berat awal produk sebelum dilakukan pengayakan adalah sebesar
16981,14 gr. Pada tabel 4.1 akan dijelaskan data hasil dari proses pengayakan pada
sampel.
Tabel 4.1
Fraksi
Fraksi Ukuran Fraksi Berat Kumulatif Kumulatif
Berat
NO Kode
Tertampung
(mm) (gr) (%) Lolos (%)
(%)
1 RC-1 +45,00 327,81 1,9 1,9 100
2 RC-2 -45,00 +22,40 4142,98 24,7 26.6 98,04
3 RC-3 -22,40 +12,50 4383,53 26,2 52,8 73,3
4 RC-4 -12,50 +06,30 3207,36 19,1 72,0 47,13
5 RC-5 -06,30 +04,00 1659,75 9,9 81,9 29,98
6 RC-6 -04,00 +01,18 1747,87 10,4 92,4 18,07
7 RC-7 -01,18 +0,60 646,96 3,9 96,2 3.86
8 RC-8 -0,60 633,15 3,8 100 3,78
Total 16749,41 100
98
Sampel awal produk raw coal sebelum dilakukan pengayakan adalah sebesar
16981,14 gr, namun setelah dilakukan proses pengayakan berat sample tersebut menjadi
16749,41 gr. Maka terjadi perubahan bobot setelah proses pengayakan sebesar 231,46 gr
16981,14-16749,41=231,46 gr.
231,46
Persentase perubahan bobot = 16981,14 𝑥100% = 1,36%
Gambar 4.19
Hasil Pengayakan
Sebelum uji endap apung dilakukan, terlebih dahulu disiapkan peralatan uji
seperti pembuatan medium pemisah yang berupa slurry campuran magnetit dan air
dengan specific gravity 1,3; 1,4; 1,5; 1,6; 1,7. Sedangkan sampel yang digunakan adalah
sampel dari produk raw coal berkode RC-3 dengan ukuran fraksi -22,40 +12,50 mm dan
99
Gambar 4.20
pembagian menggunakan metode split, sehingga sampel yang digunakan untuk proses
100
Gambar 4.21
Berikut hasil analisa uji endap apung untuk analisis ketercucian batubara yang
menggunakan raw coal berkode RC-3 dengan ukuran fraksi -22,40 +12,50 mm
Tabel 4.2
101
4 F 1.6 141,37 7,4 28,59
Dari data tersebut didapatkan berat sampel awal sebelum dianalisa adalah
sebesar 1967,87 gram, total berat sampel setelah dilakukan uji endap apung adalah
sebesar gram. Maka terjadi kehilangan sebesar 57 gram, hasil dari (1967,87 gr-1910,63
57,24
gr). Maka persentase faktor kehilangan adalah (1967,87)𝑥100% = 2,9 %.
Data persentase berat dan kadar abu sampel hasil dari pengujian endap apung
kemudian ditabulasikan kedalam tabel ketercucian agar dapat dibuat kurva ketercucian
dari tabulasi data yang diperoleh. Tabulasi data ketercucian dapat dilihat pada tabel L.1
Analisis ketercucian batubara didasarkan kelima kurva yang terbentuk dari hasil
uji endap apung pada fraksi -22,4 +12,5 mm. berikut ini adalah kurva yang telah
102
Gambar 4.22
a. Batubara bersih yang diinginkan oleh PT KPC adalah yang memiliki kandungan
% ash sebesar 6%, kemudian ditarik garis 6% ash. Setelah bertemu dengan garis
cumulative floats curve, ditarik garis secara horizontal terhadap floats (%) dan
sink (%) sehingga diperoleh nilai clean coal sebesar 88% dan nilai reject 12%.
b. Garis horizontal bersinggungan dengan garis Instrument ash curve, ditarik garis
secara vertikal kebawah sehingga diperoleh nilai kandungan abu maksimal yang
dengan garis cumulative sink curve, ditarik garis secara vertikal kebawah
103
sehingga diperoleh nilai kandungan abu batubara kotor pada produk adalah
sebesar 58%.
c. Garis Horizontal bersinggungan dengan garis relative density curve, ditarik garis
pencucian.
d. Dari pertemuan garis relative density curve dan garis Instrumen ash curve,
e. ±0,1 berat relatif densitas, maka diperoleh nilai near density material sebesar
104
BAB V
PEMBAHASAN
Dense medium cyclone adalah peralatan utama pada unit pencucian batubara
kasar di washing plant PT. Kaltim Prima Coal. Pemisahan dilakukan berdasarkan
perbedaan berat jenis media pemisah yang digunakan, yaitu slurry campuran magnetit
dan air. Dalam proses pemisahan didalam cyclone, sangat bergantung terhadap seluruh
komponen pendukung seperti mesin heavy medium cyclone feed pump yang
umpan yang masuk, cyclone design, dan tekanan yang dihasilkan. Pada bab ini penulis
akan membahas analisis mengenai pemecahan masalah hambatan didalam cyclone dan
hasil dari uji ketercucian batubara, sehingga dapat diketahui densitas relatif yang sesuai
Hal ini sering terjadi didalam cyclone, itu disebabkan feed yang masuk
masuk, selain itu terjadinya clay ball menyebabkan blocked pada lubang
105
menghentikan pengoperasian dan membersihkan lubang yang terjadi
blocking dan menghindari penggunaan air berlebih pada dirty line conveyor.
b. Low Ampere
dari medium pemisah. Apabila density dari medium pemisah itu terlalu tinggi
maka pengotor akan ikut masuk kedalam produk, sedangkan apabila terlalu
rendah clean coal akan ikut terbuang bersama discard melalui lubang
selalu mengontrol density yang sedang digunakan didalam proses agar selalu
berada dalam takaran yang pas, apabila medium terlalu kental maka
106
(kebocoran). Penanganannya adalah dengan melakukan penambalan
menggunakan keramik ataupun plat yang di las, baik dari dalam maupun
e. Clay Ball
Clay Ball disebabkan oleh banyaknya clay yang masuk kedalam cyclone,
terjadi blocked. Hal ini dapat dicegah dengan selalu mengontrol density yang
Uji ketercucian batubara dilakukan pada sampel raw coal berkode RC-3 yang
diambil dari populasi pada dirty line conveyor yang berasal dari crusher 5. Setelah
ketercuciannya menggunakan uji endap apung batubara. Uji endap apung batubara
dilakukan dengan media uji yang berupa campuran magnetit dan air yang dicampur dan
ditimbang menggunakan alat direct reading density scale untuk memperoleh density
yang diinginkan, magnetit sendiri memiliki densitas relatif 4,86 gr/cm3 dan air yang
107
Setelah itu dilakukan uji endap apung yang dimulai dari densitas yang paling
rendah ke densitas yang paling tinggi. Percobaan uji endap apung dilakukan pada
medium pemisah yang memiliki densitas 1,30; 1,40; 1,50; 1,60; dan 1,70 gr/cm3.
Penggunaan larutan kimia pada uji endap apung ini sangatlah terbatas, sehingga perlu
dilakukan perhitungan yang teliti terhadap pencampuran antara larutan magnetit dan air
yang digunakan guna mengurangi biaya tambahan dari larutan yang terbuang.
densitas relatif. Dari analisis kurva densitas relatif ±0,1 menunjukkan angka yang cukup
pencucian (clean coal) memiliki kadar abu sebesar 6% sehingga perolehan teoritis
batubara bersih yang akan dihasilkan maksimal sebesar 88% sedangkan batubara kotor
yang akan dihasilkan adalah 12%. Densitas relatif pemisahan yang sesuai untuk
digunakan adalah 1,40 gr/cm3 dan jumlah near density material adalah sebesar 11 %.
108
BAB VI
6.1 Simpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Departemen Coal Preparation Plant PT.
1. Pencucian Batubara dibagi menjadi 2 bagian yaitu untuk pencucian batubara halus
pencucian batubara kasar dilakukan pada alat dense medium cyclone dengan
menggunakan media pemisah campuran magnetit dan air, sedangkan pada sirkuit
batubara halus dilakukan di pemisahan antara material kasar dan halus yang
2. Dari data target produksi dan data aktual produksi washing plant selama 6 Tahun 3
bulan, produksi washing plant PT KPC belum mencapai target yang dicanangkan
oleh perusahaan.
3. Masalah yang sering terjadi pada alat dense medium cyclone disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya jenis material yang masuk kedalam feed, medium
109
4. Pemisahan didalam cyclone sangat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya density dari
medium pemisah. Apabila density dari medium pemisah itu terlalu tinggi maka
pengotor akan ikut masuk kedalam produk, sedangkan apabila terlalu rendah clean
5. Berdasarkan kurva ketercucian batubara, jika PT. Kaltim Prima Coal menginginkan
kandungan abu maksimal pada clean coal sebesar 6% maka densitas pemisah yang
ideal untuk proses pencucian adalah 1,4 gr/cm3. Akan diperoleh clean coal sebesar
88% dan reject coal 12 %. Nilai near density material sebesar 11% yang
6.2 Saran
Demi terciptanya peningkatan produksi, baik secara kualitas dan kuantitas dari
1. Untuk mengupayakan pencucian batubara yang baik, pada set point PLC di control
room dapat di setting tabel density medium pemisah sebesar 1,4 gr/cm3.
2. Diperlukan kajian teknis lebih lanjut mengenai performa washing plant, melalui
studi banding dengan populasi washing plant terbaik di dunia, agar washing plant di
PT KPC dapat dinilai ketersediaan baik secara fisik dan mekanisnya, sehingga dari
110