Prediksi UKMPPD
51
Seorang pria datang dengan keluhan mual, muntah, nyeri pada otot,
mata kabur serta penglihatan ganda. Pasien memiliki kebiasaan
mengkonsumsi kari dalam kemasan kaleng. Diagnosis pada pasien
adalah…
A. Tetanus
B. Botulisme
C. Leptospirosis
D. Amebeasis
E. Alergi makanan
Pembahasan
• Pria
• Mual muntah gejala GI
• Etiologi ?
Keracunan Makanan
• Kontaminasi makanan oleh
• Mikroorganisme/produk toksinnya
• Bakteri Campylobacter, Salmonella, E. coli, Listeria, C.
botulinum (neurotoksin), C. perfringens (enterotoksin),
Shigella
• Virus Norovirus, Rotavirus
• Parasit E. Hystolytica, G. Lamblia
• Logam
Keracunan Makanan
• Manifestasi klinis
• Enterotoksin saluran GI nyeri abdomen,
muntah, diare, disentri
• Terbagi 3:
• Infant botulism: pada anak-anak
• Mual
• Muntah
• Nyeri menelan
• Pandangan ganda
• Dilatasi pupil
Setelah itu akan diikuti dengan symmetrical descending paralysis, kelemahan saraf
B. Botulisme
C. Leptospirosis
D. Amebeasis
E. Alergi makanan
52
Wanita 35 tahun datang dengan keluhan BAB cair 4x dalam sehari sejak 3 hari lalu.
Pasien mengaku keluhannya muncul akibat beban kerja yang semakin berat akhir-akhir
ini. Pasien juga sering mengeluhkan nyeri perut yang hilang setelah BAB. Diagnosis pada
pasien adalah…
A. IBD
B. IBS
C. Ulkus peptikum
D. Ulkus duodenum
E. Diare
Pembahasan
• Wanita 35 tahun
• Diare sejak 3 hari diare akut
• Frekuensi 4 kali/hari
• Diagnosis ?
Terminologi Diare
Harus ada:
• Nyeri atau tidak nyaman di abdomen, minimal 3 kali dalam 1 bulan, selama 3 bulan
terakhir
• Anemia
B. Ulkus peptikum
C. Ulkus duodenum
D. Diare
53
Perempuan 26 tahun dibawa ke IGD RS karena muntah-muntah sejak 8 jam lalu setelah makan
nasi bungkus yang dibeli di warung. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit lain. Dari
pemeriksaan didapatkan tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 120x/menit, napas 20x/menit, dan
suhu 38°C. Apa tatalaksana awal kasus tersebut?
A. Resusitasi Cairan
B. Antiemetik
C. Antipiretik
D. Antibiotik
E. Merujuk pasien
Pembahasan
• Perempuan 26 tahun
• Muntah sejak 8 jam
• Riwayat konsumsi nasi bungkus di warung
• Kemungkinan intoksikasi
• Tatalaksana awal ?
Penanganan Keracunan
Makanan
1. Menjaga konsumsi cairan oral agar tidak
dehidrasi
B. Antiemetik
C. Antipiretik
D. Antibiotik
E. Merujuk pasien
54
Laki-laki 30 tahun datang ke IGD dengan keluhan badan terasa kaku. Tangan terasa
tertarik dan bergerak sendiri tanpa bisa dikendalikan. Sebelumnya pasien mengalami
BAB cair dan muntah. Pasien berobat ke puskesmas dan diberikan obat untuk
mengurangi keluhannya. Obat yang memiliki efek samping pada keadaan pasien adalah…
A. Loperamide
B. Domperidone
C. Metoklopramide
D. Ondansetron
E. Omeprazole
Pembahasan
• Gejala EPS
• Gejala
• Distonia/spasme
• Akatisia
• Bradikinesia
• Parkinsonisme
• Tremor
• Tardive diskinesia
A. Loperamide bekerja lewat reseptor opioid
B. Domperidone
C. Metoklopramide
D. Ondansetron
14
hari!
1.Omeprazole 20
mg (2x1)
2.Clarithromycin
500 mg (2x1)
3.Amoxicillin 1000
mg (2x1)
!
Clarithromycin
merupakan
antibiotik first
line untuk H.
pylori
A. PPI + amoksisilin + metronidazol
• Diagnosis?
Mysastenia Gravis
Gejala:
• Ptosis bilateral
• Disartria & Disfagia
• Wajah tanpa ekspresi
• Dropped-head syndrome
• Kelemahan ekstrimitas
• Kelemahan otot pernapasan
• Sistem imun menyerang reseptor asetilkolin
di neuromuscular junction gangguan
transmisi sinyal gejalanya adalah
kelemahan jika melakukan aktivitas terlalu
lama (mis: kelopak mata turun setelah lama
membaca)
Pilihan Lain
• GBS (Guillain-Barre Syndrome)
– Proses autoimun yang menyebabkan paralisis otot
bertahap dari ujung jari kaki, menjalar ke tungkai,
perut, dan seterusnya (ascending)
– Jika paralisis mencapai otot pernapasan dapat
menyebabkan kematian
• HNP (hernia nukleus pulposus)
– Terjepitnya saraf tulang belakang oleh nukleus
pulposus, biasanya karena sering mengangkat
barang berat atau riwayat jatuh terduduk
– Gejala: nyeri menjalar, kesemutan, kaku,
kelemahan, refleks turun, gangguan saraf otonom
Pilihan Lain
• Sklerosis multipel
– Demielinisasi saraf akibat autoimun yang menyerang
mielin saraf di seluruh tubuh.
– Gejala: kelemahan, baal, kesemutan, paresis, neuritis
retrobulbar, diplopia, dll
• Amiotropik lateralis sklerosis (ALS)
– Disebut juga motor neuron disease atau Lou Gehrig’s
disease menyerang Stephen Hawking
– Degenerasi saraf motorik pada otot volunter
– Penyebab tidak diketahui
– Gejala: kesemutan, kram otot, kelemahan, kejang, paresis,
sulit berbicara, dll
A. GBS
B. HNP
C. Miastenia Gravis
D. Sklerosis multipel
E. Amiotropik lateralis sklerosis
62
Pria 24 tahun, mengeluh mulut mencong ke kanan
sejak 2 hari lalu. Selain itu, mata kanan pasien juga
tidak bisa tertutup. Pada pemeriksaan, didapatkan
dahi kanan pasien tidak dapat dikerutkan. Diagnosis
kasus ini adalah ….
A. Bell’s palsy
B. Mielinosis sentral pontin
C. Tumor sudut serebelopontin
D. Stroke
E. Tumor pons
Pembahasan
• Pria 24 tahun
• Mulut mencong ke kanan sejak 2 hari lalu
• Mata kanan pasien juga tidak bisa tertutup
• Dahi kanan pasien tidak dapat dikerutkan
• Diagnosis?
Gejala Bells palsy
• Paralisis otot fasialis perifer
unilateral, dengan onset akut
(periode 48 jam)
• Nyeri auricular posterior atau
otalgia
• Hiperakusis ipsilateral
• Peningkatan produksi air mata
(epifora), yang diikuti
penurunan produksi air mata
sehingga mengakibatkan mata
kering (dry eye)
• Penurunan rasa pengecapan
pada lidah
Terapi
• Prednison 1 mg/kgBB atau 60 mg/hari selama
6 hari, lalu tapering off hingga 10 hari
• Asiklovir 5 x 400 mg PO selama 7 – 10 hari
(tidak wajib)
• Artificial eye drop
Pilihan Lain
• Mielinosis sentral pontin
– Kerusakan selaput mielin di daerah pons
– Gejala: tetraparesis spastik, disfagia, disatria,
hiponatremi berat, emosi labil
– Hiponatremi berat penurunan kesadaran,
kejang, sakit kepala
• Tumor sudut serebelopontin
– Gejala: kehilangan pendengaran, tinitus, vertigo,
sakit kepala, hipestesi wajah, diplopia
Pilihan Lain
• Stroke
– Terdapat 2 jenis stroke: iskemik dan hemoragik
– Gejala: paralisis satu sisi, bicara pelo, wajah
mencong, dll
• Tumor pons
– Gejala: gangguan gerakan bola mata, kelemahan
wajah, gangguan pendengaran, sulit menelan,
kelemahan ekstremitas, dll
A. Bell’s palsy
B. Mielinosis sentral pontin
C. Tumor sudut serebelopontin
D. Stroke
E. Tumor pons
63
Wanita 70 tahun, mengalami kelemahan tubuh sisi
kanan setelah bangun tidur. Selain itu, pasien juga
bicara pelo dan wajah mencong. Tidak ada riwayat
kejang, penurunan kesadaran, sakit kepala maupun
mual muntah. Diagnosis kasus ini adalah ....
A. Stroke infark
B. Stroke pendarahan
C. Syok hipovolemik
D. Hematoma serebral
E. Pendarahan epidural
Pembahasan
• Wanita 70 tahun
• Kelemahan tubuh sisi kanan setelah bangun
tidur
• Bicara pelo dan wajah mencong
• Tidak ada riwayat kejang, penurunan
kesadaran, sakit kepala maupun mual muntah
• Diagnosis?
Stroke
• Stroke = defisit neurologis fokal atau global akibat
faktor vaskular yang berlangsung >24 jam
• Transient ischemic attack (TIA): mirip stroke, tapi
gejala <24 jam
• Reversible ischemic neurological attack (RIND):
mirip stroke, tapi gejala hilang <72 jam
• Diagnosis?
Perdarahan Subarachnoid
• Pecahnya pembuluh darah di antara lapisan piamater dan
arachnoid. Biasanya karena pecahnya aneurisma.
• Gejala
– Nyeri kepala sangat berat yang disebut thunder clap
headache
– Pusing, nyeri orbita
– Diplopia, kehilangan penglihatan
– Muntah
– Tanda rangsang meningeal (kaku kuduk, brudzinski,
kernig, dan laseque)
– Hipertensi
Mengapa Bukan Meningitis Infeksi?
• Pada soal ini, yang ditekankan adalah tekanan darah
yang tinggi, sementara suhu pasien tetap rendah.
• Selain itu tidak ditekankan tanda-tanda infeksi
sebelumnya atau hasil lumbal pungsi.
• Mengapa perdarahan subarakhnoid bisa menimbulkan
kaku kuduk? Karena rongga subarakhnoid terhubung
dengan aliran cairan serebrospinal (CSF) sehingga
darah bercampur dengan CSF. Darah mengandung
banyak enzim yang mengiritasi lapisan meningeal
sehingga terjadi meningitis, namun bukan karena
infeksi.
Pilihan Lain
• Perdarahan intaserebral
– Gejala: penurunan kesadaran, muntah, sakit kepala,
kejang, gejala neurologis fokal
• Perdarahan epidural
– Pecahnya arteri meningea media
– Gejala: interval lucid, muntah proyektil
– CT scan: bikonveks
• Meningitis
– Peradangan selaput meningen otak yang ditandai
dengan tanda rangsang meningeal (+) dan lumbal pungsi
sebagai penunjang
A. Perdarahan intaserebral
B. Perdarahan epidural
C. Meningitis bakteri
D. Perdarahan subarachnoid
E. Meningitis viral
65
Anak laki-laki 15 tahun mengalami kejang 20 menit lalu.
Saat kejang, kepala pasien menengadah ke atas, mata
melotot, berkeringat, air liur keluar, dan seluruh tubuh
kelojotan. Kejang terjadi sekitar 2 menit. Setelah kejang,
pasien tidak sadar. Pasien memiliki riwayat epilepsi sejak
10 tahun yang lalu. Jenis kejang yang dialami pasien
adalah ....
A. Kejang umum tonik
B. Kejang umum petit mal
C. Kejang parsial sederhana
D. Kejang parsial kompleks
E. Kejang umum tonik-klonik
• Anak laki-laki 15 tahun
• Kejang 20 menit lalu. Saat kejang, kepala
pasien menengadah ke atas, mata melotot,
berkeringat, air liur keluar, dan seluruh tubuh
kelonjotan. Kejang terjadi sekitar 2 menit.
Setelah kejang, pasien tidak sadar
• Riwayat epilepsi sejak 10 tahun yang lalu
• Jenis kejang?
Klasifikasi Kejang
Kejang Fokal Kejang Umum (tidak sadar)
• Diagnosis?
Nyeri Kepala Primer
• Nyeri kepala primer:
– Tension Type Headache/TTH
– Migrain
• Klasik: dengan aura
• Common: tanpa aura
– Kluster
Tension Type Headache (TTH)
• Gejala
– Nyeri kepala difus, biasanya dari leher atau bahu
bagian belakang dan menjalar ke kepala belakang dan
depan
– Bersifat menekan/mengikat, tidak berdenyut
– Intensitasnya ringan atau sedang
– Tidak diperberat aktivitas
Tension Type Headache (TTH)
• Klasifikasi
– Episodik/infrequent 10 episode serangan, rata-
rata <1 hari/tahun (<12 hari/tahun)
– Kronis/frequent 10 episode serangan dalam 1-
15 hari/bulan selama min 3 bulan
TTH
• Terapi abortif (NSAID)
– Ibuprofen 200 – 800 mg/hari
– Aspirin 500 – 1000 mg/hari
– Asetaminofen (parasetamol) 1000 mg/hari
• Terapi profilaksis
– Antidepresan amitriptilin 30 – 75 mg/hari
Migrain
• Gejala
– Nyeri kepala unilateral
– Berdenyut atau seperti ditusuk-tusuk
– Intensitasnya sedang atau berat
– Diperberat aktivitas fisik
– Dapat disertai dengan:
• Mual dan muntah (bisa anoreksia)
• Fotofobia atau fonofobia (aura)
Terapi Migrain
• Terapi abortif:
– Spesifik : ergotamine 1-2mg/hari atau
sumatriptan tablet 50 -100 mg/hari
– Non-spesifik : NSAID (lihat bab TTH)
Migrain
• Terapi profilaksis
– Antidepresan amitriptilin 30 – 75 mg/hari
– Indikasi :
• Serangan berdampak buruk pada kehidupan sehari-
hari meskipun telah minum terapi abortif.
• Frekuensi sering
• Serangan nyeri kepala migraine lebih dari 3 hari per
bulan dengan pengobatan abortif tidak efektif
• Serangan nyeri kepala migraine lebih dari 8 kali
sehari meskipun pengobatan abortif efektif
• Serangan berulang >2x/minggu yang mengganggu
aktifitas
• Nyeri >48 jam
Kluster
• Gejala
– Nyeri hebat di orbita, supra orbita, temporal yang
unilateral
– Injeksi konjungtiva
– Lakrimasi ipsilateral
– Kongesti nasal, rhinorrhea ipsilateral
– Edema palpebral ipsilateral
– Dahi atau wajah berkeringat ipsilateral
– Miosis, ptosis ipsilateral
Kluster
• Terapi abortif:
– Oksigen (masker) 100% 7 liter/menit selama 15
menit
– Dihidroergitamin (DHE) 0,5 – 1,5 mg IV
– Sumatriptan injeksi subkutan 6 mg
• Terapi profilaksis
– Chalcium Channel Blocker, seperti Verapamil 120 –
160 mg/hari dibagi 3 hingga 4 dosis
A. Cluster type headache
B. Migrain tanpa aura
C. Migrain komplikasi
D. Migrain dengan aura
E. Tension type headache
67
Perempuan 30 tahun datang dengan keluhan kelopak
mata sering menutup pada sore hari. Pada pagi hari mata
kelopak mata membuka sempurna. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan ptosis. Pemeriksaan yang tepat untuk
menegakkan diagnosis di atas adalah…
A. Tensilon
B. Warternberg
C. Arm drop
D. Flick sign
E. Tinnel test
Pembahasan
• Perempuan 30 tahun
• Kelopak mata sering menutup pada sore hari
• Pada pagi hari mata kelopak mata membuka
sempurna
• PF: ptosis
• Tatalaksana?
Spondilitis TB
• Spondilitis lain = Pott disease
• Infeksi TB yang menyerang tulang belakang
• Penyebaran dari paru secara hematogen atau
limfogen
Gejala dan Tanda
• Gejala TB paru: Batuk lama, BB↓, keringat malam
• Nyeri punggung yang menjalar ke kaki
• Gangguan sensorik: hipoestesi
• Gangguan motorik: plegi, paresis
• Gangguan otonom: gangguan BAB dan BAK
• PF:
– Abnormalitas tulang belakang, misal: kifosis
– Gibus
Pemeriksaan penunjang
• Pemeriksaan untuk TB (sputum SPS,
GeneXpert, kultur sputum, dll)
• X-ray vertebra: gibus
• Lumbal pungsi: protein↑, glukosa↓
• Mielografi: filling defect sepanjang vertebra
• MRI vertebra
Radiologi Spondilitis TB
Tatalaksana
• OAT = (9-12 bulan OAT) 2RHZE/7-10RH
• Kortikosteroid
• Koreksi vertebra melalui prosedur operatif
Risus Sardonicus
- Wajah seperti tertawa
• Tatalaksana?
Neuralgia
Trigeminal
• Nyeri pada wajah yang
dipersarafi n.trigeminal(n.v).
Nyeri dapat dirasakan
sepanjang 1 atau lebih
cabang n.trigeminal.
• Pemeriksaan penunjang?
Stroke
• Stroke = defisit neurologis fokal atau global akibat
faktor vaskular yang berlangsung >24 jam
• Transient ischemic attack (TIA): mirip stroke, tapi
gejala <24 jam
• Reversible ischemic neurological attack (RIND):
mirip stroke, tapi gejala hilang <72 jam
• Diagnosis?
Demensia
• Sindrom penurunan fungsi intelektual yang
cukup berat sehingga mengganggu aktivitas
sehari-hari dan fungsi sosial
Kriteria diagnosis
• Mengganggu pekerjaan atau aktivitas sehari-hari
• Penurunan fungsi dari sebelumnya
• Tidak disebabkan delirium atau gangguan psikiatri
• Terdapat gangguan kognitif (min 2):
– Gangguan kemampuan untuk mendapat atau
mengingat informasi baru
– Gangguan logika, pengambilan keputusan, dan
pengerjaan tugas kompleks
– Gangguan visuospasial
– Gangguan fungsi berbahasa
– Gangguan kepribadian, perilaku, penampilan
Klasifikasi
• Alzheimer
– Demensia yang berhubungan dengan proses penuaan
• Demensia vaskular
– Akibat kelainan vaskular: arterosklerosis, stroke, hipertensi
• Demensia Lewy Body
– Demensia idiopatik yang progresif
– Biasanya ada gangguan motorik & halusinasi visual
– Histologi: Badan Lewi (ditemukan juga pada Parkinson)
• Demensia frontotemporal/Pick disease
– Mengenai lobus frontal dan temporal
– Gangguan memori, perilaku, bicara
– Mikroskopik: neuron atrofi atau hilang, badan inklusi tau
Pemeriksaan penunjang
• Mini mental state examination (MMSE)
– >24 normal
– 19-23 mild cognitive impairment
– 10-18 moderate cognitive impairment
– <9 severe cognitive impairment
• Clinical dementia rating (CDR)
• Global deterioration scale
• Geriatric depression scale (GDS)
• Neuropsychiatric inventory (NPI)
• Neuroimaging: CT-scan, MRI
A. Demensia alzheimer
B. Demensia vaskular
C. Demensia frontotemporal
D. Penyakit huntington
E. Lewy’s bodies
73
Wanita 25 tahun datang dengan keluhan penurunan
kesadaran sejak 1 jam yang lalu. Pasien diketahui sudah
mengalami serangan kejang lebih dari 6 kali dalam 1 tahun.
Serangan diawali bengong, mengecap-ngecap dan gerakan
tangan. Serangan berlangsung ± 5 menit tiap serangan.
Setelah sadar pasien terlihat bingung selama 1-2 jam, di
antara 2 serangan pasien normal. Pada pemeriksaan fisik tidak
ditemukan defisit neurologi. Diagnosis pasien ini adalah…
A. Epilepsi absans
B. Epilepsi parsial simpleks motorik
C. Epilepsi parsial simpleks sensorik
D. Epilepsi parsial kompleks
E. Epilepsi parsial simpleks psikotik
Pembahasan
• Wanita 25 tahun
• Penurunan kesadaran sejak 1 jam yang lalu
• Mengalami serangan kejang lebih dari 6 kali
dalam 1 tahun. Serangan diawali bengong,
mengecap-ngecap dan gerakan tangan. Serangan
berlangsung ± 5 menit tiap serangan. Setelah
sadar pasien terlihat bingung selama 1-2 jam, di
antara 2 serangan pasien normal
• Diagnosis?
Epilepsi
• Epilepsi = kelainan pada otak yang
menyebabkan kecenderungan untuk terjadi
bangkitan kejang.
• Pemeriksaan penunjang = EEG
Jenis-jenis Kejang
• Kejang Fokal/parsial
– Sederhana: kesadaran tidak terganggu,
– Kompleks: kesadaran terganggu, pasien tidak ingat saat kejang
– Umum-sekunder: awalnya kejang fokal kompleks, lalu menjadi
kejang umum tonik-klonik
• Kejang Umum/generalized
– Absans/petit mal: pasien menjadi bengong, dapat disertai
automatisme
– Mioklonik: gerakan motorik singkat, jerking, <1 detik
– Klonik: pergerakan motorik - ritmik
– Tonik: tonus otot meningkat, tubuh jadi kaku
– Tonik-klonik: campuran tonik dan klonik
– Atonik: tonus otot hilang, tiba-tiba jatuh
Status Epileptikus
• Definisi : kejang yang berlangsung lebih dari 30 menit
ATAU >2 kejang berturut-turut tanpa pulihnya
kesadaran diantara kejang yang berlangsung lebih dari
30 menit.
• Umumnya berupa kejang tonik-klonik
• Perlu didapatkan riwayat epilepsi dan pengobatan.
• Pada pasien status tanpa riwayat epilepsi, terdapat
beberapa kondisi pemicu, misalnya cedera kepala,
infeksi, neoplasma, dan beberapa penyakit saraf
lainnya yang dapat mencetuskan kejang.
Untuk neonatus, lini
pertama adalah
fenobarbital
Faktor Host
• Faktor genetik
• Anatomi saluran napas
Faktor Exposure
• Merokok
• Status sosioekonomi
• Hipereaktivitas saluran napas
• Pekerjaan
• Polusi lingkungan
• Kejadian saat perinatal
• Infeksi bronkopulmoner rekuren, dsb.
188
Pemeriksaan Fisik
• Tanda-tanda hiperinflasi paru-paru: iga tampak
horizontal, barrel chest, dan abdomen menonjol keluar.
• Hemidiafragma mendatar
• Laju respirasi istirahat >20x/menit dan pola napas lebih
dangkal
• Letak hati lebih rendah sehingga lebih mudah dipalpasi
• Irama jantung di apeks lebih sulit didengar karena
adanya hiperinflasi paru-paru
• Bunyi jantung terdengar lebih keras di area xiphoideus
• Bisa ditemukan mengi
Klasifikasi
Tatalaksana
Pedoman diagnosis
dan tatalaksana di
Indonesia. PDPI.
Tatalaksana
• Perselubungan homogen
• Sudut costofrenikus yang
tumpul
• Meniscus sign
Terapi
• Torakosentesis:
mengambil cairan atau
darah
• WSD
A. Empiyema kanan
B. Pneumonia kanan
C. Efusi pleura kanan
D. Hematothoraks kanan
E. Pneumothoraks kanan
78
Laki-laki, usia 40 tahun datang ke Poliklinik dengan keluhan
batuk selama 3 minggu tidak sembuh-sembuh. Batuk
berdahak warna kekuningan terkadang disertai darah. Tiga
tahun yang lalu sudah menjalani pengobatan untuk batuknya
dan sudah dinyatakan sembuh. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 88 kali/menit,
frekuensi napad 30x/menit, dan suhu afebris. Pemeriksaan
BTA hasil (-/+/+). Apa tatalaksana untuk pasien di atas?
A. 2HRZE/4HR
B. 2HRZE/4H3R3
C. 2HRZES/HRZE/5H3R3E3
D. 2HRZ/4H3R3
E. 2HRZ/6HE
Pembahasan
• Laki-laki, usia 40 tahun
• Batuk selama 3 minggu berdahak warna
kekuningan terkadang disertai darah
• Riwayat pengobatan sembuh
• Pemeriksaan BTA hasil (-/+/+)
• Apa tatalaksana untuk pasien di atas?
• Diagnosis : TB paru kasus kambuh
Klasifikasi TB
• Berdasarkan riwayat pengobatan :
– Pasien baru TB : belum pernah atau sudah pernah menelan OAT
namun kurang dari 1 bulan (˂ dari 28 dosis)
– Pasien yang pernah diobati TB : sebelumnya pernah menelan
OAT selama 1 bulan atau lebih (≥ dari 28 dosis)
• Pasien ini selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan hasil pengobatan TB
terakhir :
• Pasien kambuh : pernah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap
dan saat ini didiagnosis TB berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis
atau klinis (baik karena benar-benar kambuh atau karena reinfeksi)
• Pasien yang diobati kembali setelah gagal : pernah diobati dan
dinyatakan gagal pada pengobatan terakhir.
• Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up):
pernah diobati dan dinyatakan lost to follow up putus berobat /default
• Lain-lain : pernah diobati namun hasil akhir pengobatan sebelumnya
tidak diketahui
– Pasien yang riwayat pengobatan sebelumnya tidak diketahui
Tatalaksana TB
• Panduan OAT yang digunakan di Indonesia
(sesuai rekomendasi WHO dan ISTC) :
– Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3
– Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
– Kategori Anak : 2(HRZ)/4(HR) atau
2HRZA(S)/4-10HR
Tatalaksana TB
• Kategori 1 :
– Paduan obat kategori 1 untuk pasien baru :
• Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis
• Pasien TB paru terdiagnosis klinis
• Pasien TB ekstraparu
• Kategori 2 :
– Paduan obat kategori 1 untuk pasien BTA positif yang pernah
diobati sebelumnya :
• Pasien kambuh
• Pasien gagal pengobatan kategori 1
• Pasien yang diobati kembali setelah putus obat (lost to follow-up)
A. 2HRZE/4HR
B. 2HRZE/4H3R3
C. 2HRZES/HRZE/5H3R3E3
D. 2HRZ/4H3R3
E. 2HRZ/6HE
79
Seorang bayi laki-laki, usia 9 bulan dibawa ibunya ke IGD
Rumah Sakit dengan keluhan sesak. Sesak dirasakan sudah
sejak 3 hari yang lalu, memberat sejak kemarin. Keluhan
disertai demam, mengi dan batuk grok-grok. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan frekuensi napas 60 kali/menit,
nadi 100 kali/menit, suhu aksila 37,60C, pemeriksaan thorax
didapatkan retraksi subkosta, wheezing dan perkusi
hipersonor. Apa diagnosis bayi di atas?
A. Pneumonia
B. Bronkhitis
C. Bronkhiolitis akut
D. Asma Bronkhiale
E. Bronkopneumonia
Pembahasan
• Bayi laki-laki, 6 bulan
• Keluhan sesak, demam, mengi dan batuk
• Pemeriksaan fisik takipnea, febris, retraksi
subkosta, wheezing +/+, perkusi hipersonor
• Diagnosis?
Bronkhiolitis
• Bronkhiolitis adalah penyakit seasonal viral
menyebabkan inflamasi bronkhiolus yang ditandai
dengan adanya panas, pilek, batuk dan mengi.
• Sering pada usia di bawah 2 tahun Insiden
tertinggi umur 6 bulan
• Etiologi : Respiratory Syncytial Virus (RSV)
tersering, Rhinovirus, Adenovirus, Parainfluenza
virus, Enterovirus dan Influenzae virus
Diagnosis
Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis
Fisik Penunjang
Anamnesis
Usia <2 tahun
Mengi
Poor feeding
Bronkitis kronik
Kelainan saluran napas yang ditandai
oleh batuk kronik berdahak minimal 3
bulan dalam setahun, sekurang-
kurangnya dua tahun berturut - turut,
tidak disebabkan penyakit lainnya.
Emfisema
Suatu kelainan anatomis paru yang
ditandai oleh pelebaran rongga
udara distal bronkiolus terminal,
disertai kerusakan dinding alveoli.
Diagnosis
• Spirometri
– Obstruksi: % VEP1(VEP1/VEP1 pred) < 80% VEP1%
(VEP1/KVP) < 75 %
• Uji bronkodilator
– Setelah pemberian bronkodilator inhalasi
sebanyak 8 hisapan, 15 - 20 menit kemudian
dilihat perubahan nilai VEP1 atau APE, perubahan
VEP1 atau APE < 20% nilai awal dan < 200 ml.
Pedoman diagnosis
dan tatalaksana di
Indonesia. PDPI.
Tatalaksana
• X foto thorax
– Non-spesifik
– Hiperinflasi dan
patchy infiltrate.
Bronkiolitis
• Tatalaksana
– Suportif
– Oksigenasi dan hidrasi
– Respiratory support jika dibutuhkan.
– Bronkodilator (kontroversi)
– Kortikosteroid (kontroversi)
– Infeksi sekunder → antibioti
– Pencegahan: vaksin RSV
Pilihan Lain
• Bronkhitis
– Lebih sering pada anak besar dan dewasa. Batuk
prouktif.
• Asma
– Episode wheezing berulang, respon baik terhadap
bronkodilator, demam biasanya (-).
• Aspirasi benda asing
– Ada riwayat tersedak
• Pneumonia
– Demam, batuk, sesak. Auskultasi: ronkhi.
A. Bronkhitis
B. Bronkhiolitis
C. Asma
D. Aspirasi benda asing
E. Pneumonia
87
Pria 55 tahun tahun sedang menjalani pengobatan TB dan
teratur minum obat. Saat ini, terapi sudah berjalan 6
bulan. Ketika dilakukan tes BTA hasilnya positif 3x. Pada
pemeriksaan serum darah, ditemukan resistensi terhadap
rifampisin dan INH. Diagnosis kasus ini adalah...
A. TB poliresisten
B. TB MDR
C. TB XDR
D. TB resisten
E. TB refrakter
Pembahasan
• Pria 55 tahun
• Setelah terapi OAT 6 bulan, BTA positif 3x.
• Pada pemeriksaan serum darah, ditemukan
resistensi terhadap rifampisin dan INH.
TB resisten obat
• Keadaan dimana kuman M. tuberculosis sudah
tidak dapat dibunuh dengan OAT.
• Pneumonia aspirasi
disebabkan oleh
bakteri yang berada di
orofaring yang masuk
ke paru bersama
dengan makanan
misalnya sehingga
menimbulkan
inflamasi
Diskusi
• Aspirasi benda asing merupakan salah satu etiologi
terjadinya pneumonia aspirasi
• Beberapa klinisi akan menggabungkan pneumonia
aspirasi akibat bakteri dengan akibat aspirasi benda
asing
• Pada pasien ini sudah didapatkan ronkhi → sudah
pasti ada inflamasi di dalam paru
• Komplikasi dari pneumonia → abses paru
Pilihan lain
• Aspirasi benda asing
– Ada sumbatan jalan napas akut
• Pneumonia atipikal
– Disebabkan mikoplasma dan bakteri chlamydophilia
• Pneumonia komuniti
– Pneumonia yang terjadi sebelum 2x24 jam
perawatan di RS.
• Pneumonia nosokomial
– Pneumonia yang terjadi setelah 2x24 jam perawatan
di RS.
A. Abses paru
B. Pneumonia
C. Efusi pleura
D. Gagal napas
E. Sumbatan jalan napas
89
Laki-laki 50 tahun tidak sadarkan diri, diantar keluarganya ke
IGD. Pada pemeriksaan, nadi karotis tidak teraba. Tatalaksana
kasus ini adalah...
A. Adenosin 6 mg
B. Epinefrin 0,1 mg
C. Defibrilasi monofasik 360 J
D. Defibrilasi monofasik 200 J
E. Kardioversi 150 J
Pembahasan
• Laki-laki 50 tahun
• Tidak sadarkan diri
• Nadi karotis tidak teraba
• EKG: VF
• Tatalaksana?
ALGORITMA PERKI
Pilihan Lain
• Adenosin 6 mg
– Untuk takikardi
• Epinefrin 0,1 mg
– Dosis epinefrin pada henti jantung adalah 1 mg
• Defibrilasi monofasik 200 J
– Defibrilasi monofasik 360 J
– Defibrilasi bifasik 120-200 J
• Kardioversi 150 J
– Dapat digunakan untuk SVT
A. Adenosin 6 mg
B. Epinefrin 0,1 mg
C. Defibrilasi monofasik 360 J
D. Defibrilasi monofasik 200 J
E. Kardioversi 150 J
90
Pria 60 tahun datang ke IGD karena sesak sejak 1 jam lalu.
Sebelumnya, pasien sesak jika berjalan jauh atau
beraktivitas berat. Pada pemeriksaan, ditemukan tekanan
vena jugularis meningkat, ronkhi di basal kedua paru, dan
edema tungkai. Terapi awal yang diberikan adalah ....
A. ISDN
B. Morfin
C. Aspirin
D. ACE-inhibitor
E. Diuretik
Pembahasan
• Pria 60 tahun
• Sesak sejak 1 jam lalu
• Sebelumnya pasien sesak jika berjalan jauh
atau beraktivitas berat
• PF: JVP meningkat, ronkhi di basal kedua paru,
dan edema tungkai
• Tatalaksana awal?
Gagal Jantung
Akut atau acute
decompensated
heart failure
(ADHF)
(PERKI 2015)
Edema
Paru Akut
(PERKI
2015)
A. ISDN
B. Morfin
C. Aspirin
D. ACE-inhibitor
E. Diuretik
91
Pria 60 tahun dibawa ke UGD karena tidak sadar. Pasien
memiliki tekanan darah tinggi dan mengonsumsi
antihipertensi. Pasien juga mengonsumsi ISDN. Pada
pemeriksaan, didapatkan tekanan darah 80/50 mmHg.
Obat apakah yang dapat menyebabkan hipotensi?
A. ISDN + bisoprolol
B. ISDN + dopamin
C. ISDN + digoksin
D. ISDN + epinefrin
E. ISDN + dobutamin
Pembahasan
• Pria 60 tahun
• Tidak sadar
• Memiliki tekanan darah tinggi dan
mengonsumsi antihipertensi
• Pasien juga mengonsumsi ISDN
• TD 80/50 mmHg
• Diagnosis?
Definisi Gagal Jantung berdasarkan
PERKI
Framingham Criteria
(2 mayor ATAU 1 mayor+1 minor)
Kriteria Mayor Kriteria Minor
• Sesak napas tiba-tiba pada • Edema ekstremitas
malam hari (paroxysmal • Batuk malam
nocturnal dyspneu)
• Distensi vena-vena leher
• Dyspneu d’effort (sesak
ketika beraktifitas)
• Peningkatan tekanan vena
jugularis • Hepatomegali
• Ronki basah basal • Efusi pleura
• Kardiomegali • Penurunan kapasitas vital
• Edema paru akut paru sepertiga dari normal
• Gallop (S3) • Takikardi >120 kali per
• Refluks hepatojugular positif menit
Tanda dan Gejala
Gagal Jantung
berdasarkan
PERKI
Skema
Diagnosis
Gagal Jantung
Pilihan Lain
• LVH
– Sokolow-Lyon: S di V1/V2 + R di V5/V6 >35 mm
– R di aVL >11 mm
• RVH
– Rasio R/S di V1 >1 atau di V5/V6 <1
– R di V1 >7 mm
– R di V1 + S di V5/6 >10,5 mm
• Diagnosis?
Penyakit Jantung Bawaan
A. ASD
B. VSD
C. Tetralogy of Fallot
D. PDA
E. Coarcatio aorta
94
Pria 35 tahun mengeluh nyeri dada sejak 1 minggu lalu.
Pasien juga mengeluhkan nyeri sendi yang berpindah.
Sebulan yang lalu, pasien mengalami batuk berdahak.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 130/80
mmHg, nadi 120 x/menit, napas 22 x/menit, dan murmur
pansistolik di apeks. Pemeriksaan ASTO (+). Kelainan pada
kasus ini adalah ....
A. Stenosis mitral
B. Regurgitasi mitral
C. Stenosis trikuspid
D. Regurgitasi trikuspid
E. Stenosis aorta
Pembahasan
• Pria 35 tahun
• Nyeri dada sejak 1 minggu lalu
• Nyeri sendi yang berpindah
• Sebulan yang lalu, batuk berdahak
• PF: TD 30/80 mmHg, nadi 120x/menit, napas
22x/menit, dan murmur pansistolik di apeks
• Pemeriksaan ASTO (+)
• Kelainan?
Kriteria JONES
Cara Menghafal Kriteria JONES
• J Joint involvement (poliathritis)
• O Ooo.. Myocard (carditis)
• N Nodul subkutan
• E Eritema marginatum
• S Sidenham Chorea
Diskusi
• Pada penyakit jantung reumatik, dapat terjadi
stenosis atau regurgitasi pada katup mitral. Katup
aorta juga dapat terkena tetapi lebih jarang,
sementara keterlibatan katup trikuspid dan
pulmonal sangat jarang.
• Murmur di soal adalah pansistolik (disebut juga
holosistolik) yang berarti murmur terdengar di
sepanjang fase sistolik (pan = seluruh). Berarti
terjadi kebocoran katup, yaitu regurgitasi.
• Katup yang berada di apeks jantung adalah
mitral.
A. Stenosis mitral
B. Regurgitasi mitral
C. Stenosis trikuspid
D. Regurgitasi trikuspid
E. Stenosis aorta
95
Wanita 32 tahun mengeluh sesak mendadak sejak 6 jam
lalu. Pasien saat ini hamil anak kedua dengan usia
kehamilan 8 bulan. Sebelumnya, pasien tidak memiliki
penyakit jantung. Pada pemeriksaan ditemukan tekanan
darah 110/80 mmhg, nadi 140x/menit, napas 40x/menit,
ronki basal pada kedua paru, dan varises di
kulit. Diagnosis kasus ini adalah...
A. Edema paru
B. Asma bronkial
C. Tamponade jantung
D. Tromboemboli
E. PPOK
Pembahasan
• Wanita, 32 tahun, hamil 8 bulan
• Sesak sejak 6 jam yll
• RPD: penyakit jantung (-)
• PF: TD 110/80, Nadi 140x/m, Napas 40x/m, ronki basal
paru bilateral, varises di kulit
Emboli Paru
• Definisi: Infark jaringan paru akibat tersumbatnya arteri pulmonalis
oleh peristiwa emboli.
• Gejala: sesak mendadak
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). 2016. Panduan Praktik Klinis &
Clinical Pathway Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah.
Kriteria Diagnosis:
3. Lab. :
- D-dimer (Elisa) > 500
- Troponin (+) bukan konfirmasi diagnostik, tetapi menunjukkan
prognosis buruk
Prhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). 2016. Panduan Praktik Klinis & Clinical Pathway
Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah.
Faktor Risiko Emboli Paru
Triad Virchow’s:
• Imobilisasi (menurunkan aliran darah)
• Kerusakan dinding pembuluh darah (lokasi clot
terbentuk)
• Kondisi Hypercoagulable
https://www.emedicinehealth.com/pulmonary_embolism/article_em.htm
Kondisi-kondisi yang
berhubungan dengan clotting
darah
• Kehamilan
• Kanker
• Terapi oksigen dan
kontrasepsi oral
• Defisiensi enzim dan protein
tertentu
https://www.emedicinehealth.com/pulmonary_embolism/article_em.htm
Tatalaksana
Umum:
a. Tirah baring di ruang perawatan intensif
b. Oksigen 2-4 L/menit
c. IV line untuk pemberian cairan
d. Pemantauan tekanan darah
e. Pemasangan stocking kompresi gradient (30-
40 mmHg) bila tak ditoleransi gunakan 20-30
mmHg
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). 2016. Panduan Praktik
Klinis & Clinical Pathway Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah.
Khusus:
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). 2016. Panduan Praktik Klinis & Clinical Pathway
Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah.
e. Anti inflamasi nonsteroid bila tidak ada perdarahan
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). 2016. Panduan Praktik Klinis & Clinical Pathway
Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah.
Pilihan Lain
• Edema paru: ronki basah halus di kedua
lapang paru juga, tetapi biasanya sesak
berkurang saat posisi duduk, disertai gejala
gagal jantung lain.
• Asma bronkial: tidak ditemukan wheezing dan
riwayat.
• PPOK: harusnya ada riwayat paparan bahan
yang mengiritasi paru seperti rokok, pestisida,
asbes, dll.
Pilihan Lain
• Tamponade jantung
– Akumulasi cairan dalam ruang perikardium
pengisian ventrikel berkurang hipotensi.
– Gejala dan tanda: dispneu, takikardia, takipnea.
– Gejala lain: extrimitas dingin, peningkatan JVP,
pulsus paradoxus, penekanan dada, dll.
https://emedicine.medscape.com/article/152083-overview
Pilihan Lain
Tamponade Jantung
Trias Beck:
Tekanan darah arteri
menurun (Hipotensi)
Distensi vena jugular
Suara jantung menjauh
A. Edema paru
B. Asma bronchial
C. Tamponade jantung
D. Tromboemboli
E. PPOK
96
Laki-laki 40 tahun dibawa ke UGD karena henti
jantung. Dokter dan perawat melakukan RJP.
Setelah 5 siklus, nadi arteri karotis tidak teraba dan
EKG asistol. Apa yang selanjutnya dilakukan?
A. Hentikan RJP
B. Lanjutkan RJP
C. Defibrilasi bifasik 120 J
D. Defibrilasi bifasik 200 J
E. Defibrilasi monofasik 360 J
Pembahasan
• Lelaki, 40 tahun mengalami henti jantung
• Nadi arteri karotis tidak teraba dan EKG asistol
setelah 5 siklus
• Tindakan selanjutnya?
Kapan menghentikan RJP?
• Terlihat tanda kehidupan, seperti pasien
bernapas
• Alat defib/ AED siap digunakan dan akan
dilakukan shock
• Penolong terlalu lelah untuk melanjutkan RJP
• Situasi dan lingkungan tidak aman
• Terlihat tanda pasti kematian
• Keluarga pasien yang berhak meminta
menghentikan resusitasi
Diskusi
Seharusnya, bila menemukan pasien henti jantung
dengan irama asistol, setelah siklus RJP pertama
dan ditemukan irama yang tidak bisa dilakukan
shock (bukan VF/VT), segera:
• dipasang akses vena
• diberikan Epinefrin tiap 3-5 menit
• dipasang ETT utk ventilasi tekanan positif (VTP)
• Terdiri dari:
– Angina tidak stabil
– NSTEMI
– STEMI
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). 2016. Panduan Praktik
Klinis & Clinical Pathway Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah.
Tanda Angina Tidak Stabil
Wilder J, Sabatine MS, Lilly LS. Acute Coronary Syndromes. Lilly LS, editor. In: Pathophysiology of
Heart Disease, 6th ed. Wolters Kluwer. 2016.
Wilder J, Sabatine MS, Lilly LS. Acute Coronary Syndromes. Lilly LS, editor. In: Pathophysiology of
Heart Disease, 6th ed. Wolters Kluwer. 2016.
Klasifikasi lain Angina Pektoris
Sesuai Canadian Cardiovascular Society (CCS):
CCS Kelas 1: Keluhan angina saat aktifitas berat
yang lama
CCS Kelas 2: Keluhan angina saat aktifitas yang
lebih berat dari aktifitas sehari-hari
CCS Kelas 3: Keluhan angina saat aktifitas sehari-
hari
CCS Kelas 4: Keluhan angina saat istirahat
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). 2016. Panduan Praktik
Klinis & Clinical Pathway Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah.
Pemeriksaan Penunjang
Angina Pectoris CCS1-2:
Dilakukan pemeriksaan ischemic stress test meliputi Treadmill
test, atau Echocardiografi Stress test, atau Stress test
perfusion scanning atau MRI. MSCT dilakukan sebagai
alternatif pemeriksaan penunjang lain.
Wilder J, Sabatine MS, Lilly LS. Acute Coronary Syndromes. Lilly LS, editor. In: Pathophysiology of
Heart Disease, 6th ed. Wolters Kluwer. 2016.
Wilder J, Sabatine MS, Lilly LS. Acute Coronary Syndromes. Lilly LS, editor. In: Pathophysiology of
Heart Disease, 6th ed. Wolters Kluwer. 2016.
Diskusi
Pasien sudah mengalami nyeri dada tipikal
selama 5 jam, jadi bisa dikategorikan sebagai
SKA.
Pemeriksaan enzim jantung (-) belum
mengalami infark miokard
EKG normal bukan STEMI
• Tatalaksana?
A. Amiadaron
B. Ephineprin
C. Defibrilasi
D. Kardioversi
E. Norephineprin