Anda di halaman 1dari 406

2017

Prediksi UKMPPD
51
Seorang pria datang dengan keluhan mual, muntah, nyeri pada otot,
mata kabur serta penglihatan ganda. Pasien memiliki kebiasaan
mengkonsumsi kari dalam kemasan kaleng. Diagnosis pada pasien
adalah…

A. Tetanus

B. Botulisme

C. Leptospirosis

D. Amebeasis

E. Alergi makanan
Pembahasan
• Pria
• Mual muntah  gejala GI

• Nyeri pada otot (mialgia), mata kabur, pengelihatan ganda


 gejala neurologis

• Riwayat konsumsi makanan kaleng


• Kemungkinan keracunan makanan

• Etiologi ?
Keracunan Makanan
• Kontaminasi makanan oleh
• Mikroorganisme/produk toksinnya
• Bakteri  Campylobacter, Salmonella, E. coli, Listeria, C.
botulinum (neurotoksin), C. perfringens (enterotoksin),
Shigella
• Virus  Norovirus, Rotavirus
• Parasit  E. Hystolytica, G. Lamblia

• Logam
Keracunan Makanan

• Manifestasi klinis
• Enterotoksin  saluran GI  nyeri abdomen,
muntah, diare, disentri

• Neurotoksin  sistem saraf  paralisis otot


Botulisme
• Gangguan neurologi akut  neurotoksin Clostridium
botulinum (gram positif)  kelumpuhan saraf yang
mematikan.

• Terbagi 3:
• Infant botulism: pada anak-anak

• Foodborne botulism: akibat makanan yang tercemar (biasanya


makanan kaleng)

• Wound botulism: akibat luka yang terinfeksi


Botulisme

• Neurotoksin berikatan secara irreversible ke


membran presinaps NMJ perifer  blokade
pelepasan asetilkolin  kelemahan, flasid, henti
napas
Botulisme
Gejala:

• Mual

• Muntah

• Nyeri menelan

• Pandangan ganda

• Dilatasi pupil

• Mulut kering yang tidak berkurang dengan minum air

Setelah itu akan diikuti dengan symmetrical descending paralysis, kelemahan saraf

motorik dan otonom, dan kelemahan otot pernapasan.


Terapi
1. Mengamankan jalan napas!

2. Segera rujuk untuk observasi ketat

3. Gagal napas dapat terjadi dengan sangat cepat

4. Laksatif/enema  eliminasi toksin

5. Profilaksis ulkus gaster akibat stres dapat diberikan

6. Kateter foley dipasang untuk inkontinensia urin dan


dimonitor ketat dan diganti secara berkala
Pilihan Lain

• Tetanus  kontaminasi luka (toksin tidak


diserap oleh lambung)

• Leptospirosis  tidak ada gejala neurologis

• Amebeasis  disentri, tidak ada gejala


neurologis

• Alergi makanan  reasi anafilaktik


A. Tetanus)

B. Botulisme

C. Leptospirosis

D. Amebeasis

E. Alergi makanan
52
Wanita 35 tahun datang dengan keluhan BAB cair 4x dalam sehari sejak 3 hari lalu.

Pasien mengaku keluhannya muncul akibat beban kerja yang semakin berat akhir-akhir

ini. Pasien juga sering mengeluhkan nyeri perut yang hilang setelah BAB. Diagnosis pada

pasien adalah…

A. IBD

B. IBS

C. Ulkus peptikum

D. Ulkus duodenum

E. Diare
Pembahasan

• Wanita 35 tahun
• Diare sejak 3 hari  diare akut

• Frekuensi 4 kali/hari

• Berhubungan dengan stress emosional

• Nyeri perut, hilang setelah defekasi

• Diagnosis ?
Terminologi Diare

• Diare akut  <7 hari

• Diare memanjang  7-14 hari

• Diare persisten  >14 hari


Irritable Bowel Syndrome
“Kumpulan gejala nyeri atau rasa tidak nyaman di perut
yang diasosiasikan dengan abnormalias fungsi dan
pergerakan usus besar, namun ternyata tidak ditemukan
kelainan struktural, biokimia, maupun sistemik yang
mendasari”

• Bukan diagnosis eksklusi


• Dan harus dapat didiagnosis dokter di layanan primer
Kriteria Diagnosis IBS
ROME III

Harus ada:

• Nyeri atau tidak nyaman di abdomen, minimal 3 kali dalam 1 bulan, selama 3 bulan
terakhir

Disertai 2 atau lebih dari:

1. Perbaikan setelah defekasi

2. Awitan diasosiasi dengan perubahan frekuensi BAB

3. Awitan diasosiasi dengan perubahan konsistensi BAB

4. Sudah pernah dialami setidaknya 6 bulan sebelum diagnosis


Harus cari tanda bahaya untuk
dirujuk
• Usia > 50 tahun

• Anemia

• Berat badan turun tanpa penyebab jelas

• Riwayat keganasan kolorektal di keluarga

• Inflammatory bowel disease

• Celliac sprue  gangguan absorbsi gluten


Pilihan Lain

• IBD  diare kronis, ada kelainan


makroskopik/mikroskopik

• IBS  belum memenuhi kriteria waktu

• Ulkus peptikum  nyeri ulu hati, tanpa diare

• Ulkus duodenum  nyeri ulu hati 2-3 jam


setelah makan, tanpa diare
A. IBD IBS

B. Ulkus peptikum

C. Ulkus duodenum

D. Diare
53
Perempuan 26 tahun dibawa ke IGD RS karena muntah-muntah sejak 8 jam lalu setelah makan
nasi bungkus yang dibeli di warung. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit lain. Dari
pemeriksaan didapatkan tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 120x/menit, napas 20x/menit, dan
suhu 38°C. Apa tatalaksana awal kasus tersebut?

A. Resusitasi Cairan

B. Antiemetik

C. Antipiretik

D. Antibiotik

E. Merujuk pasien
Pembahasan
• Perempuan 26 tahun
• Muntah sejak 8 jam
• Riwayat konsumsi nasi bungkus di warung
• Kemungkinan intoksikasi

• Pemeriksaan fisik  MAP 70, takikardia, demam 


tanda dehidrasi/hipovolemia

• Tatalaksana awal ?
Penanganan Keracunan
Makanan
1. Menjaga konsumsi cairan oral agar tidak
dehidrasi

2. Muntah  antiemetik (misalnya


proklorperazin)

3. Diare  antidiare (kodein fosfat atau


loperamid)
DISKUSI

• Tanda dehidrasi  takikardia

• Intake peroral sulit  muntah

• Resusitasi cairan parenteral


A. Resusitasi cairan

B. Antiemetik

C. Antipiretik

D. Antibiotik

E. Merujuk pasien
54
Laki-laki 30 tahun datang ke IGD dengan keluhan badan terasa kaku. Tangan terasa
tertarik dan bergerak sendiri tanpa bisa dikendalikan. Sebelumnya pasien mengalami
BAB cair dan muntah. Pasien berobat ke puskesmas dan diberikan obat untuk
mengurangi keluhannya. Obat yang memiliki efek samping pada keadaan pasien adalah…

A. Loperamide

B. Domperidone

C. Metoklopramide

D. Ondansetron

E. Omeprazole
Pembahasan

• Laki-laki 30 tahun  badan terasa kaku, gerakan


involunter tangan, riwayat minum obat diare dan
obat muntah
• Spasme otot

• Gejala EPS

• Efek samping gejala yang dimaksud akibat obat?


Obat Muntah
• Domperidone blokade reseptor dopamin perifer dan
CTZ, mempercepat pengosongan lambung, meningkatkan
peristaltik lambung (tidak bisa lewat BBB)
• Metoclopramide  blokade reseptor dopamin dan
serotonin di CTZ, meningkatkan motilitas GI (bisa lewat
BBB)
• Ondansentron  antagonis reseptor serotonin
• Chlorpromazine  antagonis dopamin di otak
Extra-Pyramidal Syndrome
(EPS)
• Suatu kumpulan gejala motorik akibat defisiensi dopamin di
otak (jaras ekstrapiramidal)

• Gejala
• Distonia/spasme
• Akatisia
• Bradikinesia
• Parkinsonisme
• Tremor
• Tardive diskinesia
A. Loperamide  bekerja lewat reseptor opioid

B. Domperidone

C. Metoklopramide

D. Ondansetron

E. Omeprazole  inhibitor pompa proton di lambung


55
Wanita 40 tahun datang ke RS dengan keluhan nyeri ulu hati. Pada

pemeriksaan penunjang, ditemukan H. pylori. Terapi yang tepat adalah...

A. PPI + amoksisilin + metronidazol

B. PPI + metronidazol + klaritromisin

C. PPI + H2 antagonis + antasida

D. PPI + sukralfat + antasida

E. H2 antagonis + bismut + amoksisilin


Infeksi H. pylori
• Jika terbukti positif terinfeksi, baru boleh ditatalaksana karena penanganan
antibiotik rawan gagal dan akan menimbulkan resistensi antibiotik yang
berbahaya

• Terapi eradikasi kuman H. Pylori dikenal dengan Triple Therapy


selama 14 hari! (1 PPI + 2 antibiotik)
1. Omeprazole 20 mg (2x1)
2. Clarithromycin 500 mg (2x1) ATAU metronidazole 500 mg
3. Amoxicillin 1000 mg (2x1) ATAU metronidazole
H. pylori Triple Therapy

14
hari!
1.Omeprazole 20
mg (2x1)
2.Clarithromycin
500 mg (2x1)
3.Amoxicillin 1000
mg (2x1)
!
Clarithromycin
merupakan
antibiotik first
line untuk H.
pylori
A. PPI + amoksisilin + metronidazol

B. PPI + metronidazol + klaritromisin

C. PPI + H2 antagonis + antasida

D. PPI + sukralfat + antasida

E. H2 antagonis + bismut + amoksisilin


56
Laki-laki 55 tahun datang ke IGD dengan keluhan
nyeri perut kanan atas sejak 3 hari lalu. Keluhan
disertai mual, muntah, dan demam. Pada pemeriksaan
fisik teraba hepar 3 jari di bawah arkus kosta, floating,
tepi tumpul. Pada USG ditemukan massa 8,6 cm x 7,8
cm. Diagnosis pada pasien adalah…
A. Kolangitis
B. Hepatitis
C. Kolesistitis
D. Fatty liver
E. Abses hepar
Pembahasan
• Nyeri perut kanan atas
• Khas untuk gangguan hepar atau empedu
• Demam
• Menandakan infeksi/inflamasi
• Mual dan muntah
• Perbesaran hepar 3 jari di bawah arkus costae
• Gangguan pada hepar!
• Gambaran massa pada USG
• Menggambarkan abses atau batu. Pada hepar  abses!
• Diagnosis?
Abses Hepar
• Dibagi menjadi :
1. Abses hati amoebik  akibat amoeba, sering
diawali diare berdarah (disentri)
2. Abses hati piogenik
• Gejala :
• Nyeri perut kanan atas, hingga jalan membungkuk
• Ikterus
• Demam tinggi
• Mual, muntah, penurunan nafsu makan
Pemeriksaan Fisik
• Hepatomegali
• Nyeri tekan hepar
• Ludwig sign  nyeri
pada penekanan pada
sela iga 6 aksilaris
anterior
Pemeriksaan Penunjang
• Lab : leukositosis dengan shift to the left,
hiperbilirubinemia, peningkatan ALP, AST, ALT
• USG merupakan pemeriksaan terpilih
• Hipoechoic, bulat, berbatas tegas
Tatalaksana
• Kultur darah
• Pyogenic :
• Ceftriaxone atau cefotaxime ditambah metronidazole
• Amoebic
• Metronidazole
• Drainase jika abses >3 cm (pyogenic) atau >5 cm
(amoebic)
A. Kolangitis  Charcot’s Triad (demam, ikterus,
RUQ pain)
B. Hepatitis
C. Kolesistitis  Murphy’s sign (+)
D. Fatty liver
E. Abses hepar
57
Pria 63 tahun datang dengan keluhan sesak dan nyeri
perut kanan atas. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
tekanan darah 140/100 mmHg, nadi 100x/menit,
napas 20x/menit, suhu afebris, shifting dullness (+),
dan fluktuasi (+). Pasien tidak ada riwayat
mengkonsumsi alkohol. Pemeriksaan lab didapatkan
HDL 30 mg/dl, GDS 299 mg/dl, dan AST 110 U/L.
Diagnosis pada pasien ini adalah…
A. Abses hepar
B. Karsinoma hepar
C. Hepatitis
D. Kolesistitis
E. Hepatitis A
Pembahasan
• Nyeri perut kanan atas  hepar atau empedu
• Sesak, asites (shifting dullness), dan fluktuasi
• Efek hipoalbumin  gangguan hepar kronik 
sirosis? Ca hepar?
• Tidak ada riwayat alkohol
• Hiperglikemia  faktor risiko
• HDL rendah, AST meningkat
• Gangguan fungsi hepar
• Diagnosis?
Hiperglikemia sebagai faktor risiko hepatocellular
carcinoma (HCC)
Hepatocellular Carcinoma
• Faktor risiko :
• Hepatitis B
• Hepatitis C
• Sirosis hati
• Obesitas
• Diabetes mellitus
• Aflatoxin B1
(Aspergillus)
Manifestasi Klinis
• Nyeri perut kanan atas
• Hepatomegali
• Sesak napas (akibat tumor menekan diafragma
atau metastasis tumor ke paru)
• Splenomegali
• Asites
• Ikterus
Pemeriksaan
• Laboratorium
• Alfa fetoprotein (AFP)  marker HCC
• Serologi hepatitis
• USG abdomen  pemeriksaan radiologi awal,
dapat dilanjutkan dengan CT Scan atau MRI
Pilihan Lain
• Abses hepar  disertai demam
• Hepatitis
• Kolesistitis  Murphy’s sign (+)
• Hepatitis A  demam, ikterus, riwayat jajan
A. Abses hepar
B. Karsinoma hepar
C. Hepatitis
D. Kolesistitis
E. Hepatitis A
58
Laki-laki 50 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan perut
yang semakin membesar sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan
disertai dengan mata kuning. Dari pemeriksaan fisik
ditemukan TD 110/70 mmHg, nadi 65x/menit, napas
22x/menit dan suhu 36,50C. Didapatkan spider naevi,
asites, dan splenomegali. Pemeriksaan lab didapatkan Hb 9
gr/dl, albumin 2,3 g/L dan globulin 3,3 g/L. Diagnosis
pasien adalah…
A. Sirosis hepatis
B. Hepatitis B akut
C. Hepatitis B kronis
D. Hepatitis alkoholik
E. Fatty liver
Pembahasan
• Perut membesar sejak 1 bulan
• Ascites? Hepatomegali?
• Sklera ikterik
• Ascites, spider naevi
• Stigmata sirosis
• Hb 9, hipoalbuminemia
• Komplikasi sirosis
• Normal globulin (n=2.0 – 3.5)
• Diagnosis?
Sirosis Hati
• Stadium akhir fibrosis hepar yang ditandai nodul
regeneratif akibat nekrosis hepatoseluler.
• Dibagi menjadi
• Sirosis hati kompensata  disertai gejala klinis
• Sirosis hati dekompensata  tanpa disertai gejala klinis
• Faktor risiko
• Alkohol
• Hepatitis B dan C
• Gangguan bilier
• Penyakit sistemik lain (jantung, metabolik)
• Obat-obatan
Gejala Klinis (stigmata sirosis)
• Spider naevi
• Jaundice
• Sklera ikterik
• Palmar eritema
• Ginekomastia
• Asites
• Ensefalopati hepatikum
• Asterixis/flapping tremor
Patofisiologi Sirosis
Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium
• SGOT SGPT meningkat, tidak terlalu tinggi
• ALP meningkat, tidak terlalu tinggi
• Hipoalbumin
• Anemia (hipertensi porta  hipersplenisme 
anemia NN)
• Globulin meningkat (peningkatan bakteri 
imunoglobulin naik)
• PT memanjang
• USG  hati mengecil (stadium lanjut), nodular
Pilihan Lain
• Hepatitis B akut  demam, ikterus, HBsAg (+)
• Hepatitis B kronis  IgG anti-HBc (+)
• Hepatitis alkoholik
• Fatty liver
A. Sirosis hepatis
B. Hepatitis B akut
C. Hepatitis B kronis
D. Hepatitis alkoholik
E. Fatty liver
59

Wanita 35 tahun datang dengan keluhan


sulit menelan sejak 1 tahun terakhir.
Keluhan juga disertai dengan penurunan
berat badan dalam beberapa bulan
terakhir. Gambaran hasil pemeriksaan
adalah seperti berikut. Diagnosis pasien
adalah…
A. GERD
B. Esofagitis
C. Akalasia
D. Gastristis
E. Ulkus duodenum
Pembahasan
• Sulit menelan sejak 1 tahun terakhir
• Penurunan berat badan
• Gambaran bird’s beak pada esofagus
• Gambaran khas akalasia
• Diagnosis?
Akalasia
• Degenerasi ganglia pleksus mesenterik
(Auerbach) pada korpus esofagus bagian bawah
disertai hipertonus pada sfingter bagian bawah.
Diagnosis
• Esofagogram
• Bird’s beak appearance
• Endoskopi saluran cerna
Pilihan Lain
• GERD  refluks akibat menurunnya tonus LES
• Esofagitis  inflamasi esofagus
• Gastritis  inflamasi lambung
• Ulkus duodenum  nyeri 2 jam setelah makan,
nyeri di malam hari
A. GERD
B. Esofagitis
C. Akalasia
D. Gastristis
E. Ulkus duodenum
60
Laki-laki 35 tahun datang dengan keluhan demam sejak 6 hari
lalu. Keluhan disertai mual, muntah, nyeri perut, dan lemas.
Pasien mempunyai kebiasaan makan kerang mentah hampir tiap
minggu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah
110/80 mmHg, nadi 98x/menit, napas 20x/menit, suhu 38,6oC,
sklera ikterik, hepatomegali dan tanpa splenomegali. Pada
pemeriksaan lab didapatkan hasil AST dan ALT meningkat,
bilirubin total 25 mg/dL. Pemeriksaan serologis yang
diperlukan untuk menunjang diagnosis adalah…
A. IgM anti HAV
B. IgG anti HAV
C. IgM anti HBc
D. Total anti HBc
E. Anti HBs
Pembahasan
• Demam sejak 6 hari  akut!
• Mual, muntah, nyeri perut
• Riwayat makan kerang mentah
• Risiko penularan melalui makanan
• Sklera ikterik
• Hepatomegali
• ALT, AST, dan bilirubin meningkat
• Kecurigaan hepatitis
• Pemeriksaan penunjang yang digunakan?
Hepatitis A
• Peradangan hepar akibat virus hepatitis A (HAV)
• Ditularkan secara fecal-oral
• Faktor risiko :
1. Konsumsi makanan terkontaminasi kotoran (buah-
buahan, sayuran, kerang, es dan air yang tersering)
2. Kontak dengan tinja atau darah penderita
3. Tidak mencuci tangan sebelum makan atau setelah
buang air
4. Bepergian ke tempat endemis
Manifestasi Klinis
• Demam
• Ikterus/jaundice
• BAK seperti teh
• Mudah lelah
• Mual, muntah, hilang nafsu makan
• Nyeri abdomen
• BAB dempul
• Pemeriksaan Penunjang
• IgM anti-HAV  infeksi akut
• IgG anti-HAV
• SGOT, SGPT meningkat (PT lebih tinggi dari OT)
• Tatalaksana
• Tidak ada tatalaksana khusus, self-limiting
• Istirahat
• Tatalaksana gejala
Pencegahan
• Cuci tangan setelah buang air atau kontak
dengan darah, cairan dan feses penderita
• Hindari makanan/minuman tidak bersih
• Hindari daging mentah
• Hindari jajan sembarangan
• Masak air hingga mendidih
• Vaksinasi hepatitis A (tidak wajib)
Pilihan Lain
• IgG anti HAV  jika tanpa IgM menandakan
infeksi lampau
• IgM anti HBc  penanda hepatitis B akut
• Total anti HBc  penanda hepatitis B
• Anti HBs  penanda hepatitis B
A. IgM anti HAV
B. IgG anti HAV
C. IgM anti HBc
D. Total anti HBc
E. Anti HBs
61
Wanita 60 tahun, mengeluh kelemahan kelopak
mata. Pada sore hari, mata semakin menutup dan
pada pagi hari kelopak mata tidak menutup. Gejala
juga muncul saat pasien lelah. Diagnosis kasus ini
adalah ....
A. GBS
B. HNP
C. Miastenia gravis
D. Sklerosis multipel
E. Amiotropik lateralis sklerosis
Pembahasan
• Wanita 60 tahun
• Kelemahan kelopak mata. Pada sore hari,
mata semakin menutup dan pada pagi hari
kelopak mata tidak menutup
• Gejala juga muncul saat pasien lelah

• Diagnosis?
Mysastenia Gravis
Gejala:
• Ptosis bilateral
• Disartria & Disfagia
• Wajah tanpa ekspresi
• Dropped-head syndrome
• Kelemahan ekstrimitas
• Kelemahan otot pernapasan
• Sistem imun menyerang reseptor asetilkolin
di neuromuscular junction  gangguan
transmisi sinyal  gejalanya adalah
kelemahan jika melakukan aktivitas terlalu
lama (mis: kelopak mata turun setelah lama
membaca)
Pilihan Lain
• GBS (Guillain-Barre Syndrome)
– Proses autoimun yang menyebabkan paralisis otot
bertahap dari ujung jari kaki, menjalar ke tungkai,
perut, dan seterusnya (ascending)
– Jika paralisis mencapai otot pernapasan dapat
menyebabkan kematian
• HNP (hernia nukleus pulposus)
– Terjepitnya saraf tulang belakang oleh nukleus
pulposus, biasanya karena sering mengangkat
barang berat atau riwayat jatuh terduduk
– Gejala: nyeri menjalar, kesemutan, kaku,
kelemahan, refleks turun, gangguan saraf otonom
Pilihan Lain
• Sklerosis multipel
– Demielinisasi saraf akibat autoimun yang menyerang
mielin saraf di seluruh tubuh.
– Gejala: kelemahan, baal, kesemutan, paresis, neuritis
retrobulbar, diplopia, dll
• Amiotropik lateralis sklerosis (ALS)
– Disebut juga motor neuron disease atau Lou Gehrig’s
disease  menyerang Stephen Hawking
– Degenerasi saraf motorik pada otot volunter
– Penyebab tidak diketahui
– Gejala: kesemutan, kram otot, kelemahan, kejang, paresis,
sulit berbicara, dll
A. GBS
B. HNP
C. Miastenia Gravis
D. Sklerosis multipel
E. Amiotropik lateralis sklerosis
62
Pria 24 tahun, mengeluh mulut mencong ke kanan
sejak 2 hari lalu. Selain itu, mata kanan pasien juga
tidak bisa tertutup. Pada pemeriksaan, didapatkan
dahi kanan pasien tidak dapat dikerutkan. Diagnosis
kasus ini adalah ….
A. Bell’s palsy
B. Mielinosis sentral pontin
C. Tumor sudut serebelopontin
D. Stroke
E. Tumor pons
Pembahasan
• Pria 24 tahun
• Mulut mencong ke kanan sejak 2 hari lalu
• Mata kanan pasien juga tidak bisa tertutup
• Dahi kanan pasien tidak dapat dikerutkan

• Diagnosis?
Gejala Bells palsy
• Paralisis otot fasialis perifer
unilateral, dengan onset akut
(periode 48 jam)
• Nyeri auricular posterior atau
otalgia
• Hiperakusis ipsilateral
• Peningkatan produksi air mata
(epifora), yang diikuti
penurunan produksi air mata
sehingga mengakibatkan mata
kering (dry eye)
• Penurunan rasa pengecapan
pada lidah
Terapi
• Prednison 1 mg/kgBB atau 60 mg/hari selama
6 hari, lalu tapering off hingga 10 hari
• Asiklovir 5 x 400 mg PO selama 7 – 10 hari
(tidak wajib)
• Artificial eye drop
Pilihan Lain
• Mielinosis sentral pontin
– Kerusakan selaput mielin di daerah pons
– Gejala: tetraparesis spastik, disfagia, disatria,
hiponatremi berat, emosi labil
– Hiponatremi berat  penurunan kesadaran,
kejang, sakit kepala
• Tumor sudut serebelopontin
– Gejala: kehilangan pendengaran, tinitus, vertigo,
sakit kepala, hipestesi wajah, diplopia
Pilihan Lain
• Stroke
– Terdapat 2 jenis stroke: iskemik dan hemoragik
– Gejala: paralisis satu sisi, bicara pelo, wajah
mencong, dll
• Tumor pons
– Gejala: gangguan gerakan bola mata, kelemahan
wajah, gangguan pendengaran, sulit menelan,
kelemahan ekstremitas, dll
A. Bell’s palsy
B. Mielinosis sentral pontin
C. Tumor sudut serebelopontin
D. Stroke
E. Tumor pons
63
Wanita 70 tahun, mengalami kelemahan tubuh sisi
kanan setelah bangun tidur. Selain itu, pasien juga
bicara pelo dan wajah mencong. Tidak ada riwayat
kejang, penurunan kesadaran, sakit kepala maupun
mual muntah. Diagnosis kasus ini adalah ....
A. Stroke infark
B. Stroke pendarahan
C. Syok hipovolemik
D. Hematoma serebral
E. Pendarahan epidural
Pembahasan
• Wanita 70 tahun
• Kelemahan tubuh sisi kanan setelah bangun
tidur
• Bicara pelo dan wajah mencong
• Tidak ada riwayat kejang, penurunan
kesadaran, sakit kepala maupun mual muntah

• Diagnosis?
Stroke
• Stroke = defisit neurologis fokal atau global akibat
faktor vaskular yang berlangsung >24 jam
• Transient ischemic attack (TIA): mirip stroke, tapi
gejala <24 jam
• Reversible ischemic neurological attack (RIND):
mirip stroke, tapi gejala hilang <72 jam

• Lokasi stroke tersering adalah arteri cerebri


media.
Gejala
• Keluhan berdasarkan pembuluh darah yang terlibat, seperti:
– Hemiparesis, hemiplegi
– Hemihipestesi, hemi-anestesi
– Gangguan bicara (disatria), gangguan berbahasa
(afasia)
– Ataksia
– Vertigo
– Kesulitan menelan (disfagia)
– Penglihatan ganda (diplopia), penyempitan lapang
pandang (hemianopia)
Klasifikasi
• Iskemik: trombus menutupi aliran darah  iskemik
• Hemoragik: tensi tinggi  pembuluh darah otak
pecah
S. ISKEMIK S. HEMORAGIK
Gejala tiba-tiba Gejala perlahan dan progresif
Penurunan kesadaran tiba-tiba
Tensi tinggi
Riwayat ateroma (DVT, Gejala TIK ⇑ (muntah proyektil,
PJK, AF dll) pusing, sakit kepala)

• Tatalaksana keduanya bertolak belakang, sehingga


wajib CT-scan untuk membedakannya
Iskemik vs Hemoragik

• Skor Siriraj = (2,5 x kesadaran) + (2 x muntah) +


(2 x sakit kepala) + (0,1 x diastol) – (3 x
ateroma) - 12
• Nilai >1 : stroke hemoragik
• Nilai <-1 : stroke iskemik
• Nilai -1 s/d 1 : belum jelas dan harus lanjut ke
CT scan
Tatalaksana
Stroke Iskemik
• Airway, Breathing, Circulation
• Revaskularisasi
– <3 jam: prognosis baik
– 3-4,5 jam: prognosis sedang
– Menyelamatkan penumbra
– rt-PA
• TIK ↑: Elevasi kepala 30o & manitol 1,5 g/kgBB dalam 1
jam
• TD: jika sistolik >220 atau diastolik >120, MAP diturunkan
perlahan sebesar 15% dalam 24 jam
• Neuroprotektor: sitikolin 250mg (kontroversial)
Tatalaksana Stroke Hemoragik
• ABC
• Tekanan darah
– Sistolik >200 atau MAP >150: turunkan agresif
– Sistolik >180 atau MAP >130: turunkan hingga TD
160/90 atau MAP 110
– Sistolik >180 atau MAP >130 + tanda TIK↑:
turunkan perlahan + pertahankan perfusi
serebral 60 mmHg
• TIK ↑: Elevasi kepala 30o & manitol 1,5 g/kgBB
dalam 1 jam
• Neuroprotektor: sitikolin 250mg (kontroversial)
Pilihan Lain
• Stroke pendarahan
– Gejala: hipertensi, penurunan kesadaran, peningkatan TIK
(muntah proyektil), sakit kepala, kadang kejang
• Syok hipovolemik
– Gejala: akral dingin, tekanan darah turun, takikardi, CRT >2
detik, merespons cairan
• Hematoma subdural
– Pecahnya bridging vein
– Sakit kepala, penurunan kesadaran
– CT scan: bulan sabit
• Pendarahan epidural
– Pecahnya arteri meningea media
– Gejala: interval lucid, muntah proyektil
– CT scan: bikonveks
A. Stroke infark
B. Stroke pendarahan
C. Syok hipovolemik
D. Serebral hematom
E. Pendarahan serebral
64
Pria 30 tahun mengeluh nyeri kepala yang sangat hebat.
Pasien sempat muntah. Pada pemeriksaan didapatkan
kesadaran compos mentis, tekanan darah 170/100
mmHg, nadi 90 x/menit, napas 28 x/menit, suhu 37 °C.
Pada pemeriksaan neurologis didapatkan kaku kuduk.
Apakah diagnosis kasus tersebut?
A. Perdarahan intraserebral
B. Perdarahan epidural
C. Meningitis bakteri
D. Perdarahan subarachnoid
E. Meningitis viral
Pembahasan
• Pria 30 tahun
• Nyeri kepala yang sangat hebat
• Sempat muntah
• PF: kesadaran compos mentis, tekanan darah
170/100 mmHg, nadi 90x/mnt, napas
28x/mnt, suhu 37oC, kaku kuduk

• Diagnosis?
Perdarahan Subarachnoid
• Pecahnya pembuluh darah di antara lapisan piamater dan
arachnoid. Biasanya karena pecahnya aneurisma.
• Gejala
– Nyeri kepala sangat berat yang disebut thunder clap
headache
– Pusing, nyeri orbita
– Diplopia, kehilangan penglihatan
– Muntah
– Tanda rangsang meningeal (kaku kuduk, brudzinski,
kernig, dan laseque)
– Hipertensi
Mengapa Bukan Meningitis Infeksi?
• Pada soal ini, yang ditekankan adalah tekanan darah
yang tinggi, sementara suhu pasien tetap rendah.
• Selain itu tidak ditekankan tanda-tanda infeksi
sebelumnya atau hasil lumbal pungsi.
• Mengapa perdarahan subarakhnoid bisa menimbulkan
kaku kuduk? Karena rongga subarakhnoid terhubung
dengan aliran cairan serebrospinal (CSF) sehingga
darah bercampur dengan CSF. Darah mengandung
banyak enzim yang mengiritasi lapisan meningeal
sehingga terjadi meningitis, namun bukan karena
infeksi.
Pilihan Lain
• Perdarahan intaserebral
– Gejala: penurunan kesadaran, muntah, sakit kepala,
kejang, gejala neurologis fokal
• Perdarahan epidural
– Pecahnya arteri meningea media
– Gejala: interval lucid, muntah proyektil
– CT scan: bikonveks
• Meningitis
– Peradangan selaput meningen otak yang ditandai
dengan tanda rangsang meningeal (+) dan lumbal pungsi
sebagai penunjang
A. Perdarahan intaserebral
B. Perdarahan epidural
C. Meningitis bakteri
D. Perdarahan subarachnoid
E. Meningitis viral
65
Anak laki-laki 15 tahun mengalami kejang 20 menit lalu.
Saat kejang, kepala pasien menengadah ke atas, mata
melotot, berkeringat, air liur keluar, dan seluruh tubuh
kelojotan. Kejang terjadi sekitar 2 menit. Setelah kejang,
pasien tidak sadar. Pasien memiliki riwayat epilepsi sejak
10 tahun yang lalu. Jenis kejang yang dialami pasien
adalah ....
A. Kejang umum tonik
B. Kejang umum petit mal
C. Kejang parsial sederhana
D. Kejang parsial kompleks
E. Kejang umum tonik-klonik
• Anak laki-laki 15 tahun
• Kejang 20 menit lalu. Saat kejang, kepala
pasien menengadah ke atas, mata melotot,
berkeringat, air liur keluar, dan seluruh tubuh
kelonjotan. Kejang terjadi sekitar 2 menit.
Setelah kejang, pasien tidak sadar
• Riwayat epilepsi sejak 10 tahun yang lalu

• Jenis kejang?
Klasifikasi Kejang
Kejang Fokal Kejang Umum (tidak sadar)

• Kejang Fokal Sederhana: • Kejang absans (petit mal):


kesadaran tidak terganggu bengong dan dapat disertai
• Kejang Fokal Kompleks: automatisme
kesadaran terganggu • Kejang mioklonik : pergerakan
• Kejang Umum sekunder: motorik singkat, jerking, kurang
awalnya kejang fokal kompleks dari 1 detik
yang menjadi kejang umum • Kejang klonik : pergerakan
tonik-klonik motorik ritmik (kelojotan tapi
tidak kaku)
• Kejang tonik: kaku di tubuh
• Kejang tonik-klonik: campuran
tonik dan klonik (kaku dan
kelojotan)
• Kejang atonik: tiba-tiba jatuh
Status Epileptikus
• Definisi : kejang yang berlangsung lebih dari 30 menit
ATAU ≥2 kejang berturut-turut tanpa pulihnya
kesadaran menjadi sadar penuh di antara kejang
tersebut.
• Umumnya berupa kejang tonik-klonik
• Perlu didapatkan riwayat epilepsi dan pengobatan.
• Pada pasien status tanpa riwayat epilepsi, terdapat
beberapa kondisi pemicu, misalnya cedera kepala,
infeksi, neoplasma, dan beberapa penyakit saraf
lainnya yang dapat mencetuskan kejang.
A. Kejang umum tonik
B. Kejang umum petit mal
C. Kejang parsial sederhana
D. Kejang parsial kompleks
E. Kejang umum tonik-klonik
66
Pria 40 tahun mengeluh nyeri kepala berulang sejak
2 hari yang lalu. Nyeri kepala seperti tertekan dan
leher terasa kaku. Nyeri kepala tidak memberat saat
aktivitas. Apa diagnosis pada pasien di atas?
A. Cluster type headache
B. Migrain tanpa aura
C. Migrain komplikasi
D. Migrain dengan aura
E. Tension type headache
Pembahasan
• Pria 40 tahun
• Nyeri kepala berulang sejak 2 hari yang lalu.
• Nyeri kepala seperti tertekan dan leher terasa
kaku
• Nyeri kepala tidak memberat saat aktivitas

• Diagnosis?
Nyeri Kepala Primer
• Nyeri kepala primer:
– Tension Type Headache/TTH
– Migrain
• Klasik: dengan aura
• Common: tanpa aura
– Kluster
Tension Type Headache (TTH)
• Gejala
– Nyeri kepala difus, biasanya dari leher atau bahu
bagian belakang dan menjalar ke kepala belakang dan
depan
– Bersifat menekan/mengikat, tidak berdenyut
– Intensitasnya ringan atau sedang
– Tidak diperberat aktivitas
Tension Type Headache (TTH)
• Klasifikasi
– Episodik/infrequent  10 episode serangan, rata-
rata <1 hari/tahun (<12 hari/tahun)
– Kronis/frequent  10 episode serangan dalam 1-
15 hari/bulan selama min 3 bulan
TTH
• Terapi abortif (NSAID)
– Ibuprofen 200 – 800 mg/hari
– Aspirin 500 – 1000 mg/hari
– Asetaminofen (parasetamol) 1000 mg/hari
• Terapi profilaksis
– Antidepresan amitriptilin 30 – 75 mg/hari
Migrain
• Gejala
– Nyeri kepala unilateral
– Berdenyut atau seperti ditusuk-tusuk
– Intensitasnya sedang atau berat
– Diperberat aktivitas fisik
– Dapat disertai dengan:
• Mual dan muntah (bisa anoreksia)
• Fotofobia atau fonofobia (aura)
Terapi Migrain
• Terapi abortif:
– Spesifik : ergotamine 1-2mg/hari atau
sumatriptan tablet 50 -100 mg/hari
– Non-spesifik : NSAID (lihat bab TTH)
Migrain
• Terapi profilaksis
– Antidepresan amitriptilin 30 – 75 mg/hari
– Indikasi :
• Serangan berdampak buruk pada kehidupan sehari-
hari meskipun telah minum terapi abortif.
• Frekuensi sering
• Serangan nyeri kepala migraine lebih dari 3 hari per
bulan dengan pengobatan abortif tidak efektif
• Serangan nyeri kepala migraine lebih dari 8 kali
sehari meskipun pengobatan abortif efektif
• Serangan berulang >2x/minggu yang mengganggu
aktifitas
• Nyeri >48 jam
Kluster
• Gejala
– Nyeri hebat di orbita, supra orbita, temporal yang
unilateral
– Injeksi konjungtiva
– Lakrimasi ipsilateral
– Kongesti nasal, rhinorrhea ipsilateral
– Edema palpebral ipsilateral
– Dahi atau wajah berkeringat ipsilateral
– Miosis, ptosis ipsilateral
Kluster
• Terapi abortif:
– Oksigen (masker) 100% 7 liter/menit selama 15
menit
– Dihidroergitamin (DHE) 0,5 – 1,5 mg IV
– Sumatriptan injeksi subkutan 6 mg
• Terapi profilaksis
– Chalcium Channel Blocker, seperti Verapamil 120 –
160 mg/hari dibagi 3 hingga 4 dosis
A. Cluster type headache
B. Migrain tanpa aura
C. Migrain komplikasi
D. Migrain dengan aura
E. Tension type headache
67
Perempuan 30 tahun datang dengan keluhan kelopak
mata sering menutup pada sore hari. Pada pagi hari mata
kelopak mata membuka sempurna. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan ptosis. Pemeriksaan yang tepat untuk
menegakkan diagnosis di atas adalah…
A. Tensilon
B. Warternberg
C. Arm drop
D. Flick sign
E. Tinnel test
Pembahasan
• Perempuan 30 tahun
• Kelopak mata sering menutup pada sore hari
• Pada pagi hari mata kelopak mata membuka
sempurna
• PF: ptosis

• Pemeriksaan yang tepat?


Mysastenia Gravis
• Sistem imun menyerang reseptor asetilkolin di
neuromuscular junction  gangguan transmisi sinyal 
gejalanya adalah kelemahan jika melakukan aktivitas terlalu
lama (mis: kelopak mata turun setelah lama membaca)
Gejala
• Ptosis bilateral
• Disartria & Disfagia
• Wajah tanpa ekspresi
• Dropped head syndrome
• Kelemahan ekstrimitas
• Kelemahan otot pernapasan
Pemeriksaan Penunjang MG
• Endrophonium chloride (tensilon) test  positif
• Test wartenberg (benda diletakkan di atas atau kedua
mata dan pasien tidak boleh berkedip)  positif jika
ptosis
• Elektrodiagnostik
• Ocular cooling/ ice pack
• Antibodi Pada Soal! Biasanya dikatakan
gejala utama adalah kelopak mata
tidak dapat terbuka pada sore
hari. Harap bedakan dengan GBS
yang paralisis ascending bilateral
Terapi
• Piridokstigmin 1x60 mg
• Tambahan: imunomodulator & steroid
Diskusi
• Tes wartenberg bukan jawaban yang tepat,
karena pada PF sudah diketahui adanya ptosis
Pilihan Lain
• Arm drop
– Untuk robekan rotator cuff
• Flick sign & tinnel test
– Untuk CTS
Arm drop
Tinnel & Flick
A. Tensilon
B. Warternberg
C. Armdrop
D. Flick sign
E. Tinnel test
68
Laki-laki usia 25 tahun datang dengan keluhan nyeri
punggung sejak 2 bulan yang lalu. Pasien mempunyai
riwayat batuk dan penurunan berat badan dalam 3 bulan
terakhir. Pemeriksaan fisik ditemukan gibbus setinggi
torakal XI, VAS 7. Apa tatalaksana yang tepat pada
pasien?
A. Gabapentin
B. OAT
C. Anti virus
D. Antibiotik
E. Amitriptilin
Pembahasan
• Laki-laki usia 25 tahun
• Nyeri punggung sejak 2 bulan yang lalu
• Riwayat batuk dan penurunan berat badan
dalam 3 bulan terakhir
• PF: gibbus setinggi torakal XI, VAS 7

• Tatalaksana?
Spondilitis TB
• Spondilitis lain = Pott disease
• Infeksi TB yang menyerang tulang belakang
• Penyebaran dari paru secara hematogen atau
limfogen
Gejala dan Tanda
• Gejala TB paru: Batuk lama, BB↓, keringat malam
• Nyeri punggung yang menjalar ke kaki
• Gangguan sensorik: hipoestesi
• Gangguan motorik: plegi, paresis
• Gangguan otonom: gangguan BAB dan BAK
• PF:
– Abnormalitas tulang belakang, misal: kifosis
– Gibus
Pemeriksaan penunjang
• Pemeriksaan untuk TB (sputum SPS,
GeneXpert, kultur sputum, dll)
• X-ray vertebra: gibus
• Lumbal pungsi: protein↑, glukosa↓
• Mielografi: filling defect sepanjang vertebra
• MRI vertebra
Radiologi Spondilitis TB
Tatalaksana
• OAT = (9-12 bulan OAT) 2RHZE/7-10RH
• Kortikosteroid
• Koreksi vertebra melalui prosedur operatif

PPK Neurologi 2016 (PERDOSI)


A. Gabapentin
B. OAT
C. Anti virus
D. Antibiotik
E. Amitriptilin
69
Pria 40 tahun datang ke IGD dengan keluhan sulit membuka
mulut sejak 3 hari yang lalu. Keluhan disertai kejang sebanyak
1 kali dan sulit menelan. Dua minggu yang lalu pasien tertusuk
paku namun tidak diobati. Pemeriksaan fisik didapatkan
tekanan darah 130/70 mmHg, nadi 78 kali/menit, suhu 38oC,
trismus 2 cm, disfagia dan defans muskular. Obat muscle
relaxan yang tepat diberikan adalah…
A. Diazepam
B. Fenitoin
C. Fenobarbital
D. Clonazepam
E. Midazolam
Pembahsan
• Pria 40 tahun
• Sulit membuka mulut sejak 3 hari yang lalu.
• Keluhan disertai kejang sebanyak 1 kali dan sulit
menelan
• Dua minggu yang lalu pasien tertusuk paku namun
tidak diobati
• PF: tekanan darah 130/70 mmHg, nadi 78 kali/menit,
suhu 38oC, trismus 2 cm, disfagia dan defans muscular

• Obat muscle relaxan?


Tetanus
• Clostridium tetani masuk melalui
luka
• Clostridium tetani mengeluarkan
tetanospasmin, yaitu neurotoksin
yang menyebabkan spasme otot
terus-menerus
• Clostridium tetani adalah bakteri
gram positif, anaerob obligat,
berbentuk rod atau stik drum,
berkembang biak dengan spora
Gejala dan tanda
Keluhan pasien berdasarkan jenis tetanus:
• Tetanus lokal: Spasme hanya pada daerah luka
• Tetanus sefalik: Spasme pada wajah diikuti
dengan trimus, disfagia, risus sardonicus (wajah
seperti ketawa), disfungsi nervus kranialis
• Tetanus umum/generalisata: Spasme umum di
seluruh tubuh, epistotonus (perut dan dada kaku),
kejang umum dengan rangsangan yang ringan
(suara, cahaya, sentuhan)
• Tetanus neonatorum  Pada neonatus, gejala
khasnya adalah mulut mencucu (seperti ikan)
Trismus
- Mulut tidak bisa
menutup

Risus Sardonicus
- Wajah seperti tertawa

Mulut mencucu seperti ikan


pada tetanus neonatorum
Derajat Keparahan

Grade 1 Trismus ringan atau sedang


Grade 2 Trismus sedang , rigiditas, spasme umum ringan,
disfagia ringan, napas 30-35x/menit
Grade 3 Trismus berat, spastisitas umum, kejang spontan,
disfagia berat, napas >40x/menit, nadi >120x/menit
Grade 4 Grade 3 + autonomic storm (gangguan otonom
berupa hipertensi, takikardi, hipotensi, dan
bradikardi yang bergantian)
Tatalaksana Tetanus
• Manajemen Luka
• Oksigenasi
• Ruang rawat isolasi
• Tetanus immunoglobulin 3000-6000 unit
• Jika kejang: diazepam 0,5mg/kgBB/kali (dosis optimum 10
mg/kali, dosis maksimal 480 mg/hari)
• Antibiotik selama 10 hari

PPK Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer, 2015


Pilihan antibiotik
• Prokain penisilin 4x1,2 juta unit (IM)
• Tetrasiklin 4x500 mg (PO atau IV)
• Eritromisin 50 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis
• Metronidazole loading dose i5 mg/kgBB/jam,
selanjutnya 7,5 mg/kgBB setiap 6 jam

PPK Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer, 2015


Luka yang berisiko terkena tetanus
Post exposure prophylaxis
• Tetanus Imunoglobulin (TIg) 500 IU disuntikan IM pada:
– Luka kotor + riwayat vaksin tetanus <3 dosis
• Tetanus Toxoid (TT) disuntikan IM pada:
– Riwayat vaksin tetanus <3 dosis
– Riwayat vaksin tetanus >3 dosis + booster terakhir >10
tahun + luka bersih
– Riwayat vaksin tetanus >3 dosis + booster terakhir >5
tahun + luka kotor

Advanced Trauma Life Support, edisi 9


CDC, 2007
A. Diazepam
B. Fenitoin
C. Fenobarbital
D. Clonazepam
E. Midazolam
70
Perempuan usia 35 tahun datang ke puskesmas dengan
keluhan wajah sebelah kanan terasa tersayat sejak 3 jam
yang lalu. Keluhan dirasakan terutama saat menyikat gigi,
mengunyah dan terkena sentuhan. Pemeriksaan fisik
dalam batas normal. Pemeriksaan neurologis didapatkan
hiperalgesia wajah sebelah kanan. Apa tatalaksana
farmakologis yang diberikan kepada pasien?
A. Asam mefenamat
B. Parasetamol
C. Piracetam
D. Tramadol
E. Carbamazepin
Pembahasan
• Perempuan usia 35 tahun
• Wajah sebelah kanan terasa tersayat sejak 3 jam
yang lalu.
• Keluhan dirasakan terutama saat menyikat gigi,
mengunyah dan terkena sentuhan
• PF: batas normal
• Pemeriksaan neurologis didapatkan hiperalgesia
wajah sebelah kanan

• Tatalaksana?
Neuralgia
Trigeminal
• Nyeri pada wajah yang
dipersarafi n.trigeminal(n.v).
Nyeri dapat dirasakan
sepanjang 1 atau lebih
cabang n.trigeminal.

• Neuralgia trigeminal dibagi


menjadi:
– Klasik: idiopatik
– Simptomatik: akibat
penyakit lainnya
Gejala dan Tanda
• Nyeri tajam (ditusuk, panas, tersetrum) di
wajah yang dipersarafi n.trigeminal
• Alodinia: nyeri muncul akibat rangsangan
ringan, misalnya saat menggosok gigi,
mengunyah, dll
Kriteria diagnosis berdasarkan International Headache Society
(IHS):

• Serangan nyeri paroksismal beberapa detik sampai 2 menit


melibatkan 1 atau lebih cabang N.Trigeminal dan
memenuhi kriteria B dan C.
• Nyeri paling sedikit memenuhi 1 karakteristik berikut:
– Kuat, tajam, superfisial, atau rasa menikam
– Dipresipitasi dari trigger area atau oleh faktor
pencetus.
– Jenis serangan stereotipik pada tiap individu
– Tidak ada defisit neurologis
– Tidak berkaitan dengan gangguan lain
Tatalaksana
• Antikonvulsan
– Karbamazepin per oral 200 – 1200 mg/hari
– Oxkarbamazepin 600-3000 mg/hari
– Gabapentin per oral 300 – 3600 mg/hari
– Fenitoin per oral 100 – 200 mg/hari
– Fenobarbital 50-100 mg/hari
– Klobazam 10 mg/hari
– Topiramat 100-400 mg/hari
– Pregabalin 50-75 mg/hari
– Mecobalamin 500-1000 mcg/hari

PPK Neurologi 2016 (PERDOSI)


A. Asam mefenamat
B. Parasetamol
C. Piracetam
D. Tramadol
E. Carbamazepin
71
Laki-laki usia 56 tahun dibawa ke IGD dengan penurunan
kesadaran sejak 5 jam yang lalu. Keluhan disertai kelemahan
anggota gerak sebelah kiri. Terdapat riwayat nyeri kepala,
mual, dan muntah. Riwayat DM disangkal. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan tekanan darah 200/100 mmHg, nadi
88x/menit, napas 21x/menit, suhu 37,50C, hemiparesis
sinistra. Pemeriksaan penunjang yang tepat untuk pasien ini
adalah…
A. MRI
B. CT-scan
C. USG doppler
D. Echocardiografi
E. EEG
Pembahasan
• Laki-laki usia 56 tahun
• Penurunan kesadaran sejak 5 jam yang lalu.
• Keluhan disertai kelemahan anggota gerak sebelah kiri
• Riwayat nyeri kepala, mual, dan muntah. Riwayat DM
disangkal
• PF: tekanan darah 200/100 mmHg, nadi 88x/menit,
napas 21x/menit, suhu 37,50C, hemiparesis sinistra

• Pemeriksaan penunjang?
Stroke
• Stroke = defisit neurologis fokal atau global akibat
faktor vaskular yang berlangsung >24 jam
• Transient ischemic attack (TIA): mirip stroke, tapi
gejala <24 jam
• Reversible ischemic neurological attack (RIND):
mirip stroke, tapi gejala hilang <72 jam

• Lokasi stroke tersering adalah arteri cerebri


media.
Gejala
• Keluhan berdasarkan pembuluh darah yang terlibat, seperti:
– Hemiparesis, hemiplegi
– Hemihipestesi, hemi-anestesi
– Gangguan bicara (disatria), gangguan berbahasa
(afasia)
– Ataksia
– Vertigo
– Kesulitan menelan (disfagia)
– Penglihatan ganda (diplopia), penyempitan lapang
pandang (hemianopia)
Klasifikasi
• Iskemik: trombus menutupi aliran darah  iskemik
• Hemoragik: tensi tinggi  pembuluh darah otak
pecah
S. ISKEMIK S. HEMORAGIK
Gejala tiba-tiba Gejala perlahan dan progresif
Penurunan kesadaran tiba-tiba
Tensi tinggi
Riwayat ateroma (DVT, Gejala TIK ⇑ (muntah proyektil,
PJK, AF dll) pusing, sakit kepala)

• Tatalaksana keduanya bertolak belakang, sehingga


wajib CT-scan untuk membedakannya
Iskemik vs Hemoragik

• Skor Siriraj = (2,5 x kesadaran) + (2 x muntah) +


(2 x sakit kepala) + (0,1 x diastol) – (3 x
ateroma) - 12
• Nilai >1 : stroke hemoragik
• Nilai <-1 : stroke iskemik
• Nilai -1 s/d 1 : belum jelas dan harus lanjut ke
CT scan
Tatalaksana
Stroke Iskemik
• Airway, Breathing, Circulation
• Revaskularisasi
– <3 jam: prognosis baik
– 3-4,5 jam: prognosis sedang
– Menyelamatkan penumbra
– rt-PA
• TIK ↑: Elevasi kepala 30o & manitol 1,5 g/kgBB dalam 1
jam
• TD: jika sistolik >220 atau diastolik >120, MAP diturunkan
perlahan sebesar 15% dalam 24 jam
• Neuroprotektor: sitikolin 250mg (kontroversial)
Tatalaksana Stroke Hemoragik
• ABC
• Tekanan darah
– Sistolik >200 atau MAP >150: turunkan agresif
– Sistolik >180 atau MAP >130: turunkan hingga TD
160/90 atau MAP 110
– Sistolik >180 atau MAP >130 + tanda TIK↑:
turunkan perlahan + pertahankan perfusi
serebral 60 mmHg
• TIK ↑: Elevasi kepala 30o & manitol 1,5 g/kgBB
dalam 1 jam
• Neuroprotektor: sitikolin 250mg (kontroversial)
A. MRI
B. CT-scan
C. USG doppler
D. Echocardiografi
E. EEG
72

Laki-laki 52 tahun diantar oleh istrinya karena sering


kelihatan bingung. Pasien memiliki riwayat
hipertensi, DM dan stroke. Pada anamnesis
didapatkan pasien sulit untuk menghitung. Diagnosis
pasien adalah...
A. Demensia alzheimer
B. Demensia vaskular
C. Demensia frontotemporal
D. Penyakit huntington
E. Lewy’s bodies
Pembahasan
• Laki-laki 52 tahun
• Sering kelihatan bingung
• Riwayat hipertensi, DM dan stroke
• Pada anamnesis didapatkan pasien sulit untuk
menghitung

• Diagnosis?
Demensia
• Sindrom penurunan fungsi intelektual yang
cukup berat sehingga mengganggu aktivitas
sehari-hari dan fungsi sosial
Kriteria diagnosis
• Mengganggu pekerjaan atau aktivitas sehari-hari
• Penurunan fungsi dari sebelumnya
• Tidak disebabkan delirium atau gangguan psikiatri
• Terdapat gangguan kognitif (min 2):
– Gangguan kemampuan untuk mendapat atau
mengingat informasi baru
– Gangguan logika, pengambilan keputusan, dan
pengerjaan tugas kompleks
– Gangguan visuospasial
– Gangguan fungsi berbahasa
– Gangguan kepribadian, perilaku, penampilan
Klasifikasi
• Alzheimer
– Demensia yang berhubungan dengan proses penuaan
• Demensia vaskular
– Akibat kelainan vaskular: arterosklerosis, stroke, hipertensi
• Demensia Lewy Body
– Demensia idiopatik yang progresif
– Biasanya ada gangguan motorik & halusinasi visual
– Histologi: Badan Lewi (ditemukan juga pada Parkinson)
• Demensia frontotemporal/Pick disease
– Mengenai lobus frontal dan temporal
– Gangguan memori, perilaku, bicara
– Mikroskopik: neuron atrofi atau hilang, badan inklusi tau
Pemeriksaan penunjang
• Mini mental state examination (MMSE)
– >24 normal
– 19-23 mild cognitive impairment
– 10-18 moderate cognitive impairment
– <9 severe cognitive impairment
• Clinical dementia rating (CDR)
• Global deterioration scale
• Geriatric depression scale (GDS)
• Neuropsychiatric inventory (NPI)
• Neuroimaging: CT-scan, MRI
A. Demensia alzheimer
B. Demensia vaskular
C. Demensia frontotemporal
D. Penyakit huntington
E. Lewy’s bodies
73
Wanita 25 tahun datang dengan keluhan penurunan
kesadaran sejak 1 jam yang lalu. Pasien diketahui sudah
mengalami serangan kejang lebih dari 6 kali dalam 1 tahun.
Serangan diawali bengong, mengecap-ngecap dan gerakan
tangan. Serangan berlangsung ± 5 menit tiap serangan.
Setelah sadar pasien terlihat bingung selama 1-2 jam, di
antara 2 serangan pasien normal. Pada pemeriksaan fisik tidak
ditemukan defisit neurologi. Diagnosis pasien ini adalah…
A. Epilepsi absans
B. Epilepsi parsial simpleks motorik
C. Epilepsi parsial simpleks sensorik
D. Epilepsi parsial kompleks
E. Epilepsi parsial simpleks psikotik
Pembahasan
• Wanita 25 tahun
• Penurunan kesadaran sejak 1 jam yang lalu
• Mengalami serangan kejang lebih dari 6 kali
dalam 1 tahun. Serangan diawali bengong,
mengecap-ngecap dan gerakan tangan. Serangan
berlangsung ± 5 menit tiap serangan. Setelah
sadar pasien terlihat bingung selama 1-2 jam, di
antara 2 serangan pasien normal

• Diagnosis?
Epilepsi
• Epilepsi = kelainan pada otak yang
menyebabkan kecenderungan untuk terjadi
bangkitan kejang.
• Pemeriksaan penunjang = EEG
Jenis-jenis Kejang
• Kejang Fokal/parsial
– Sederhana: kesadaran tidak terganggu,
– Kompleks: kesadaran terganggu, pasien tidak ingat saat kejang
– Umum-sekunder: awalnya kejang fokal kompleks, lalu menjadi
kejang umum tonik-klonik
• Kejang Umum/generalized
– Absans/petit mal: pasien menjadi bengong, dapat disertai
automatisme
– Mioklonik: gerakan motorik singkat, jerking, <1 detik
– Klonik: pergerakan motorik - ritmik
– Tonik: tonus otot meningkat, tubuh jadi kaku
– Tonik-klonik: campuran tonik dan klonik
– Atonik: tonus otot hilang, tiba-tiba jatuh
Status Epileptikus
• Definisi : kejang yang berlangsung lebih dari 30 menit
ATAU >2 kejang berturut-turut tanpa pulihnya
kesadaran diantara kejang yang berlangsung lebih dari
30 menit.
• Umumnya berupa kejang tonik-klonik
• Perlu didapatkan riwayat epilepsi dan pengobatan.
• Pada pasien status tanpa riwayat epilepsi, terdapat
beberapa kondisi pemicu, misalnya cedera kepala,
infeksi, neoplasma, dan beberapa penyakit saraf
lainnya yang dapat mencetuskan kejang.
Untuk neonatus, lini
pertama adalah
fenobarbital

Rekomendasi Penatalaksanaan Status Epileptikus, 2016 (IDAI)


Ini algoritma
yang lama
Tatalaksana
kejang pada
dewasa

American Epilepsy Society, 2016


A. Epilepsi absans
B. Epilepsi parsial simpleks motorik
C. Epilepsi parsial simpleks sensorik
D. Epilepsi parsial kompleks
E. Epilepsi parsial simpleks psikotik
74
Wanita usia 30 tahun datang dengan keluhan
kesemutan di tangannya. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan posisi tangan pasien wrist hand/drop
hand. Saraf apa yang terkena pada pasien ini?
A. N. ulnaris
B. N. radialis
C. N. medianus
D. N. antebrachii
E. N. axilaris
Pembahasan
• Wanita usia 30 tahun
• Keluhan kesemutan di tangannya
• PF: posisi tangan pasien wrist hand/drop
hand.

• Saraf yang terkena?


Macam-macam
kelemahan
A. N. ulnaris
B. N. radialis
C. N. medianus
D. N. antebrachii
E. N. axilaris
75
Laki-laki usia 66 tahun datang ke IGD Rumah Sakit dengan keluhan
sesak. Sesak terjadi sudah 1 tahun terakhir dan dirasakan semakin hari
semakin memberat. Sejak 2 hari ini sesak dirasakan sangat
mengganggu, disertai batuk berdahak warna kehijauan. Pasien
memiliki kebiasaan merokok sehari 2 bungkus sejak SMA. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 92
kali/menit, frekuensi napas 30 kali/menit, barrel chest (+), pursued lips
breathing (+), wheezing +/+, rhonki +/+. Apa diagnosis yang tepat pada
pasien diatas?
A. Asma Bronchial Akut
B. PPOK
C. Efusi Pleura
D. TB Paru Aktif
E. Bronkiektasis
Pembahasan
• Laki-laki, 66 tahun
• Sesak  1 tahun terakhir  semakin memberat
• Batuk berdahak warna kehijauan
• Kebiasaan merokok sehari 2 bungkus sejak SMA
• Pemeriksaan fisik  takipnea, barrel chest (+),
pursued lips breathing (+), wheezing +/+, rhonki +/+
• Apa diagnosis yang tepat pada pasien diatas?
Definisi
• PPOK adalah penyakit paru yang ditandai oleh hambatan
aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel, progresif
dan berhubungan dengan inflamasi paru terhadap partikel
gas beracun dan disertai efek ekstra paru
• Emfisema adalah suatu kelainan anatomis paru yang
ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus
terminal disertai kerusakan dinding alveoli
• Bronkhitis Kronik adalah kelainan saluran napas yang
ditandai oleh batuk kronis berdahak minimal 3 bulan
dalam setahun, sekurang-kurangnya dua tahun berturut-
turut, tidak disebabkan penyakit lainnya
Faktor Resiko Terjadinya PPOK Menurut
American Thoracic Sosiety (ATS)

Faktor Host
• Faktor genetik
• Anatomi saluran napas
Faktor Exposure
• Merokok
• Status sosioekonomi
• Hipereaktivitas saluran napas
• Pekerjaan
• Polusi lingkungan
• Kejadian saat perinatal
• Infeksi bronkopulmoner rekuren, dsb.
188
Pemeriksaan Fisik
• Tanda-tanda hiperinflasi paru-paru: iga tampak
horizontal, barrel chest, dan abdomen menonjol keluar.
• Hemidiafragma mendatar
• Laju respirasi istirahat >20x/menit dan pola napas lebih
dangkal
• Letak hati lebih rendah sehingga lebih mudah dipalpasi
• Irama jantung di apeks lebih sulit didengar karena
adanya hiperinflasi paru-paru
• Bunyi jantung terdengar lebih keras di area xiphoideus
• Bisa ditemukan mengi
Klasifikasi
Tatalaksana

Pedoman diagnosis
dan tatalaksana di
Indonesia. PDPI.
Tatalaksana

Pedoman diagnosis dan tatalaksana


di Indonesia. PDPI..
Tatalaksana

Pedoman diagnosis dan tatalaksana di Indonesia. PDPI..


Tatalaksana

Pedoman diagnosis dan tatalaksana di Indonesia. PDPI..


A. Asma Bronchial Akut
B. PPOK
C. Efusi Pleura
D. TB Paru Aktif
E. Bronkiektasis
76
Laki-laki berusia 72 tahun datang ke IGD Rumah Sakit dengan keluhan
sesak nafas sejak 8 jam sebelum masuk rumah sakit, disertai rasa
berdebar-debar dan melayang. Riwayat 10 hari yang lalu operasi
pembuluh darah pada tungkai kanan. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan tampak sakit berat, tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 120
kali/menit, frekuensi napas 32 kali/menit dan suhu normal. Pada
pemeriksaan X-ray thorax didapatkan gambaran palla's sign (+),
westernmark sign (+) dan hampton's hump (+). Apa diagnosis yang
paling mungkin pada pasien ini?
A. Pneumothorax
B. Emboli paru
C. Gagal gantung
D. Efusi Pleura
E. DVT
Pembahasan
• Laki-laki, 72 tahun
• Sesak nafas 8 jam SMRS
• Berdebar-debar dan melayang
• Riwayat 10 hari yang lalu operasi pembuluh darah pada
tungkai kanan
• Pemeriksaan fisik  sakit berat, takikardi, takipnue
• X-ray thorax  palla's sign (+), westermark sign (+) dan
hampton's hump (+).
• Apa diagnosis yang paling mungkin pada pasien ini?
Emboli Paru
• Emboli paru (EP) merupakan kondisi akibat tersumbatnya
arteri paru atau salah satu cabangnya dan dapat
menyebabkan kematian pada semua usia.
• EP disebabkan oleh embolisasi dari thrombosis vena dalam
ke arteri paru atau cabangnya (merupakan penyebab
tersering), emboli bisa akibat material selain bekuan darah
seperti udara, lemak, sel tumor, dan cairan amnion.
• Penyakit ini sering ditemukan dan sering disebabkan oleh
satu atau lebih bekuan darah dari bagian tubuh lain dan
tersangkut di paruparu; sering berasal dari vena dalam di
ekstremitas bawah, rongga perut, dan terkadang
ekstremitas atas atau jantung kanan
Diagnosis

Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan


• Sesak • Hipoksia Penunjang
• Faktor risiko • Sianosis • Foto thorax
• Pleural friction rub • CT scan
• Takipnea dan takikardia • Pulmonary angiography
Foto Thorax
• Palla's sign is a clinical sign in
wich an enlarged right
descending pulmonary artery
• Westernmark sign is a dilatation
of the pulmonay arteries proximal
to the embolus
• Hampton's hump is a radiologic
sign wich consist of the swallow
Westernmark wedge-shaped opacity in the
sign periphery of the lung with its
base againts the pleural surface
A. Pneumothorax
B. Emboli paru
C. Gagal gantung
D. Efusi Pleura
E. DVT
77
Perempuan, usia 20 tahun datang ke IGD Rumah Sakit dengan
keluhan sesak nafas dan nyeri dada. Sebelumnya pasien
mengalami kecelakaan lalu lintas, dada kanan membentur
aspal terlebih dahulu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
tekanan darah 110/80 mmHg, frekuensi nafas 40 kali/menit,
nadi 120 kali/menit, afebris. Gambaran X-ray thoraks seperti
pada gambar. Apa diagnosis yang paling tepat pada pasien ini?
A. Empiyema kanan
B. Pneumonia kanan
C. Efusi pleura kanan
D. Hematothoraks kanan
E. Pneumothoraks kanan
Pembahasan
• Perempuan 20 tahun
• Sesak nafas dan nyeri dada
• Riwayat KLL  dada kanan terbentur
• Pemeriksaan fisik  takikardi, takipnea
• X-ray thorax  perselubungan opaq
homogen, meniscus sign (+)
• Apa diagnosis yang paling tepat pada pasien
ini?
Efusi Pleura
• Efusi pleura adalah menumpuknya cairan di
rongga pleura, biasanya disebabkan gangguan
kardiopulmonal
• Hematothorax adalah menumpuknya darah di
rongga pleura, biasanya disebabkan trauma
• Empiyema adalah menumpuknya pus di
rongga pleura, biasanya disebabkan infeksi
• Gejala
– Sesak nafas
– Riwayat gagal jantung (efusi), trauma
(hematotoraks), atau gejala infeksi (empiyema)
• PF:
– Inspeksi: dada tidak simetris (hemitoraks yang
sakit tertinggal saat inspirasi)
– Perkusi: redup
– Auskultasi: menurun/menghilang
Xray

• Perselubungan homogen
• Sudut costofrenikus yang
tumpul
• Meniscus sign
Terapi
• Torakosentesis:
mengambil cairan atau
darah
• WSD
A. Empiyema kanan
B. Pneumonia kanan
C. Efusi pleura kanan
D. Hematothoraks kanan
E. Pneumothoraks kanan
78
Laki-laki, usia 40 tahun datang ke Poliklinik dengan keluhan
batuk selama 3 minggu tidak sembuh-sembuh. Batuk
berdahak warna kekuningan terkadang disertai darah. Tiga
tahun yang lalu sudah menjalani pengobatan untuk batuknya
dan sudah dinyatakan sembuh. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 88 kali/menit,
frekuensi napad 30x/menit, dan suhu afebris. Pemeriksaan
BTA hasil (-/+/+). Apa tatalaksana untuk pasien di atas?
A. 2HRZE/4HR
B. 2HRZE/4H3R3
C. 2HRZES/HRZE/5H3R3E3
D. 2HRZ/4H3R3
E. 2HRZ/6HE
Pembahasan
• Laki-laki, usia 40 tahun
• Batuk selama 3 minggu  berdahak warna
kekuningan terkadang disertai darah
• Riwayat pengobatan  sembuh
• Pemeriksaan BTA hasil (-/+/+)
• Apa tatalaksana untuk pasien di atas?
• Diagnosis : TB paru kasus kambuh
Klasifikasi TB
• Berdasarkan riwayat pengobatan :
– Pasien baru TB : belum pernah atau sudah pernah menelan OAT
namun kurang dari 1 bulan (˂ dari 28 dosis)
– Pasien yang pernah diobati TB : sebelumnya pernah menelan
OAT selama 1 bulan atau lebih (≥ dari 28 dosis)
• Pasien ini selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan hasil pengobatan TB
terakhir :
• Pasien kambuh : pernah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap
dan saat ini didiagnosis TB berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis
atau klinis (baik karena benar-benar kambuh atau karena reinfeksi)
• Pasien yang diobati kembali setelah gagal : pernah diobati dan
dinyatakan gagal pada pengobatan terakhir.
• Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up):
pernah diobati dan dinyatakan lost to follow up  putus berobat /default
• Lain-lain : pernah diobati namun hasil akhir pengobatan sebelumnya
tidak diketahui
– Pasien yang riwayat pengobatan sebelumnya tidak diketahui
Tatalaksana TB
• Panduan OAT yang digunakan di Indonesia
(sesuai rekomendasi WHO dan ISTC) :
– Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3
– Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
– Kategori Anak : 2(HRZ)/4(HR) atau
2HRZA(S)/4-10HR
Tatalaksana TB
• Kategori 1 :
– Paduan obat kategori 1 untuk pasien baru :
• Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis
• Pasien TB paru terdiagnosis klinis
• Pasien TB ekstraparu
• Kategori 2 :
– Paduan obat kategori 1 untuk pasien BTA positif yang pernah
diobati sebelumnya :
• Pasien kambuh
• Pasien gagal pengobatan kategori 1
• Pasien yang diobati kembali setelah putus obat (lost to follow-up)
A. 2HRZE/4HR
B. 2HRZE/4H3R3
C. 2HRZES/HRZE/5H3R3E3
D. 2HRZ/4H3R3
E. 2HRZ/6HE
79
Seorang bayi laki-laki, usia 9 bulan dibawa ibunya ke IGD
Rumah Sakit dengan keluhan sesak. Sesak dirasakan sudah
sejak 3 hari yang lalu, memberat sejak kemarin. Keluhan
disertai demam, mengi dan batuk grok-grok. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan frekuensi napas 60 kali/menit,
nadi 100 kali/menit, suhu aksila 37,60C, pemeriksaan thorax
didapatkan retraksi subkosta, wheezing dan perkusi
hipersonor. Apa diagnosis bayi di atas?
A. Pneumonia
B. Bronkhitis
C. Bronkhiolitis akut
D. Asma Bronkhiale
E. Bronkopneumonia
Pembahasan
• Bayi laki-laki, 6 bulan
• Keluhan sesak, demam, mengi dan batuk
• Pemeriksaan fisik  takipnea, febris, retraksi
subkosta, wheezing +/+, perkusi hipersonor
• Diagnosis?
Bronkhiolitis
• Bronkhiolitis adalah penyakit seasonal viral
menyebabkan inflamasi bronkhiolus yang ditandai
dengan adanya panas, pilek, batuk dan mengi.
• Sering pada usia di bawah 2 tahun  Insiden
tertinggi umur 6 bulan
• Etiologi : Respiratory Syncytial Virus (RSV) 
tersering, Rhinovirus, Adenovirus, Parainfluenza
virus, Enterovirus dan Influenzae virus
Diagnosis

Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis
Fisik Penunjang
Anamnesis
Usia <2 tahun

Demam  biasanya tidak terlalu tinggi

Batuk, pilek, sesak napas

Mengi

Poor feeding

Letargi, gelisah, pucat


Pemeriksaan Fisik

Vital sign : takipnea, subfebris

Retraksi dinding dada (subcosta, intercosta, supraclavicula),


bentuk dada tampak hiperinflasi

Fine inspiratory crackles pada seluruh lapang paru, High pitched


expiratory wheeze juga ditemukan pada penderita bronkhiolitis
Pemeriksaan Penunjang
• Gambaran radiologis :
– Normal atau menunjukkan hiperinflasi paru,
diameter anteroposterior meningkat pada foto
lateral, diafragma mendatar, penonjolan daerah
retrosternal dan pelebaran interkostal
– Sebagian besar : infiltrat peribronkial, konsolidasi
infiltrat
Diagnosis Banding
• Berdasarkan manifestasi klinis, pemeriksaan fisik dan
gambaran radiologis, perlu dipertimbangkan
beberapa penyakit lain, yaitu :
– Asma bronkial
– Bronkopneumonia
– Penyakit jantung kongestif
– Pertusis
– Fibrosis kistik paru
Tatalaksana
• Terapi supportif  oksigen, nasal suction
• Pemberian antiviral, antibiotik, inhalasi β2-
agonis, inhalasi kortikosteroid dan inhalasi
antikolinergik (ipratropium) tidak
direkomendasikan
A. Pneumonia
B. Bronkhitis
C. Bronkhiolitis akut
D. Asma Bronkhiale
E. Bronkopneumonia
80
Perempuan 19 tahun datang ke IGD Rumah Sakit dengan keluhan sesak nafas sejak 1
jam lalu, batuk (+), demam (-), mengi (+). Pasien tampak sesak bila bicara dan terputus
setelah mengucap beberapa kata. Pasien merasa sesak bila berbaring dan memilih
duduk. Sesak seperti ini sudah beberapa kali dialami pasien namun sifatnya hilang
timbul. Pasien terakhir mengalami serangan sesak 2 hari lalu. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 90 kali/menit, frekuensi napas 32
kali/menit, pemeriksaan dada didapatkan retraksi, Rh -/- dan Wh +/+. Apa diagnosis
yang paling tepat?
A. Asma intermiten serangan ringan
B. Asma intermiten serangan sedang
C. Asma persisten ringan serangan ringan
D. Asma persisten ringan serangan sedang
E. Asma persisten sedang serangan ringan
Derajat ASMA
Derajat Eksaserbasi Asma
Penanganan Asma Persisten Ringan
• Pengontrol harian: glukortikosteroid inhalasi
dosis 200-400 µg BB/hari atau ekuivalennya.
• Alternatif lain: teofilin lepas lambat, kromolin,
leukotriene modifiers.
Penanganan Asma Persisten Sedang
• Pengontrol harian: kombinasi glukortikosteroid
inhalasi dosis 400-800 µg BB/hari atau
ekuivalennya + agonis beta-2 kerja lama.
• Alternatif lain:
– Glukortikosteroid dosis di atas + teofilin lepas lambat
– Glukortikosteroid dosis di atas + agonis beta-2 kerja
lama oral
– Glukortikosteroid dosis >800 µg BB/hari
– Glukortikosteroid dosis di atas + leukotriene modifiers
Penanganan Asma Persisten Berat
• Pengontrol harian: kombinasi glukortikosteroid
inhalasi dosis >800 µg BB/hari atau ekuivalennya
+ agonis beta-2 kerja lama + ≥1 di bawah:
– Teofilin lepas lambat
– Leukotriene modifiers
– Glukortikosteroid oral
• Alternatif lain:
– Prednisolon/metilprednisolon oral selang sehari 10
mg + agonis beta-2 kerja lama oral + teofilin lepas
lambat.
A. Asma intermiten serangan ringan
B. Asma intermiten serangan sedang
C. Asma persisten ringan serangan ringan
D. Asma persisten ringan serangan sedang
E. Asma persisten sedang serangan ringan
81
Pria berusia 35 tahun datang dengan keluhan batuk berdahak sejak 10
hari yang lalu. Dahak berwarna kuning kecoklatan. Pasien juga
mengeluhkan nyeri pada dada kanan. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan dada kanan tertinggal saat inspirasi, perkusi redup pada
lapang tengah hemithorax kanan, suara napas bronkial, dan ronki
basah pada hemithorax kanan. Pada pemeriksaan rontgen ditemukan
kavitas berdinding tebal dengan gambaran air fluid level. Diagosis yang
tepat adalah...
A. TB
B. Bronkiektasis
C. Bronkitis
D. Abses paru
E. Pneumonia
Pembahasan
• Pria, 35 tahun
• Keluhan batik berdahak kuning-kecoklatan 10 hari
disertai nyeri pada dada kanan.  sputum +
darah
• PF:
– dada kanan tertinggal saat inspirasi
– perkusi redup pada lapang tengah hemitoraks kanan
– suara napas bronkial
– ronki basah pada hemitoraks kanan
• Rontgen: kavitas berdinding tebal dengan
gambaran air fluid level
Abses Paru
Abses paru merupakan salah satu komplikasi
dari infeksi paru (pneumonia, TB)
Gejala dan hasil pemeriksaan fisik yang
ditemukan beragam, sesuai dengan infeksi yang
mendasarinya.
Diagnosis abses ditegakkan berdasarkan
pemeriksaan penunjang. Pada Xray, ditemukan
kavitas dengan air fluid level.
Pilihan Lain
• TB: batuk lama, dapat menyebabkan
komplikasi berupa abses paru
• Bronkiektasis: gambaran rontgen berupa
honey comb appearance
• Bronkitis: salah satu bentuk dari PPOK
• Pneumonia: trias batuk, sesak, demam.
A. TB
B. Bronkiektasis
C. Bronkitis
D. Abses paru
E. Pneumonia
82
Laki-laki 20 tahun datang ke IGD dengan keluhan sesak nafas
disertai demam sejak 3 hari lalu. Awalnya pasien batuk
dengan dahak berwarna seperti karat. Dari pemeriksaan
didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 116x/menit,
napas 28x/menit, suhu 39,8oC. Didapatkan ronki kasar di
hemitoraks kanan dan vokal fremitus meningkat. Dari
pemeriksaan foto thoraks didapatkan konsolidasi dan infiltrat
pada paru kanan. Apa terapi yang tepat pada pasein ini?
A. Kotrimoxazol oral 2x480mg/hari
B. Kloramfenikol IV 4x1gr
C. Cefadroxil oral 3x250mg
D. Ceftriakson IV 1x2gr
E. Metronidazol oral 3x500mg
Pembahasan
• Laki-laki 20 tahun
• Sesak+demam 3 hari diawali batuk  pneumonia?
• Dahak berwarna seperti karat  mengandung darah
• PF: TD 120/80 Nadi 116x/m
Napas 28x/m SB 39,8oC
Ronki kasar
vokal fremitus meningkat di hemotoraks kanan
 cairan/ benda padat
• Rontgen: konsolidasi dan infiltrat pada paru kanan 
pneumonia lobaris dextra.
Pneumonia
• Peradangan pada parenkim paru atau bagian
distal dari bronkiolus terminalis (bronkiolus
respiratorius dan alveoli).
• Pneumonia menyebabkan konsolidasi dan
gangguan perturakan gas.
• Bisa disebabkan infeksi (virus/bakteri) atau hal
lain (aspirasi, radiasi, dan lain-lain).
• Tidak termasuk infeksi Mycobacterium
tuberculosis.
Trias
• Demam
• Batuk dengan dahak mukoid atau purulen,
kadang disertai darah
• Sesak napas
Tanda
• Bagian dada yang sakit bisa tertinggal sewaktu
bernapas.
• Fremitus bisa mengeras pada bagian yang sakit.
• Pada perkusi, akan terdengar redup di bagian
yang sakit (harusnya sonor).
• Suara napas menjadi bronkovesikuler hingga
bronkial. Bisa disertai ronki basah halus, lalu
menjadi ronki basah kasar pada stadium resolusi.
Tatalaksana
• Menentukan apakah pasien bisa rawat jalan,
rawat inap, atau rawat intensif dengan kriteria
CURB-65 atau PORT.
Skor PORT
Karakteristik Faktor Jumlah Poin
Demografi
Usia Laki-laki: umur (tahun)
Perempuan: umur (tahun) – 10
Perawatan di rumah +10
Penyakit penyerta keganasan +30
Penyakit penyerta penyakit +20
hati
Penyakit penyerta gagal +10
jantung kongestif
Penyakit penyerta penyakit +10
serebrovaskuler
Penyakit penyerta penyakit +10
ginjal
Skor PORT

Karakteristik Pemeriksaan Jumlah Poin


Fisis
Perubahan status mental +20
Pernapasan ≥30 kali/menit +20
Tekanan darah sistolik ≤90 +20
mmHg
Suhu tubuh <35 oC atau >40 oC +15
Nadi ≥125 kali/menit +10
Skor PORT

Karakteristik Hasil Jumlah Poin


Laboratorium
Analisis gas darah arteri: pH +30
7,35
BUN >30 mg/dL +20
Natrium <130 mEq/liter +20
Glukosa >250 mg/dL +10
Hematokrit <30% +10
PO2 ≤60 mmHg +10
Efusi pleura +10
Indikasi Rawat Inap Berdasarkan PORT
• Skor PORT >70
• Skor PORT <70, dengan salah satu kriteria
berikut:
– Frekuensi napas >30/menit
– PaO2/FiO2 <250 mmHg
– Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral
– Foto toraks paru melibatkan >2 lobus
– Tekanan darah diastolik <60 mmHg
– Tekanan darah sistolik <90 mmHg
Terapi Antibiotik Rawat Jalan
• Pilihan utama: Makrolid (azitromisin,
klaritromisin, atau eritromisin).
• Pilihan alternatif: doksisiklin.
Terapi Antibiotik Rawat Jalan dengan
Komorbid
• Yang disebut dengan komorbid adalah penyakit
jantung kronik, paru, hati, penyakit ginjal,
diabetes melitus, alkoholisme, keganasan, kondisi
imunosupresif, antibiotik >3 bulan, atau faktor
risiko lain pneumonia.
• Antibiotik yang diberi:
– Fluorokuinolon respirasi (moksifloksasin,
gemfloksasin, atau levofloksasin)
– Beta laktam + makrolid (amoksisilin dosis tinggi 3x1
gram/hari atau amoksisilin-klavulanat 2x2 gram/hari)
– Alternatif: seftriakson, sefpodoksim, dan sefuroksim
2x500 mg, atau doksisiklin.
Terapi Antibiotik Rawat Inap Biasa
• Flurokuinolon respirasi
• Beta laktam + makrolid
• Ertapenem untuk pasien tertentu
• Doksisiklin sebagai alternatif makrolid
Diskusi
• Pada pasien ini, Skor PORT < 70 dan tidak
ditemukan indikasi lain yang mengharuskan
pasien rawat inap sehingga Abx pilihan utama
menurut PPK yang diberikan adalah golongan
Makrolid
• Namun, menurut panduan tatalaksana
pneumonia dari KEMENKES RI, pilihan
pertama adalah Kotrimoksazol. Pilihan kedua
adalah Amoksisilin.

Kemetrian Kesehatan RI. Tatalaksana Standar Pneumonia. 2012.


Kemetrian Kesehatan RI. Tatalaksana Standar Pneumonia. 2012.
A. Kotrimoxazol oral 2x480mg/hari
B. Kloramfenikol IV 4x1gr
C. Cefadroxil oral 3x250mg
D. Ceftriakson IV 1x2gr
E. Metronidazol oral 3x500mg
83
Pria 48 tahun mengeluhkan sesak napas. Pasien bekerja
di pertambangan Kalimantan. Pada pemeriksaan
penunjang foto polos dada ditemukan ground-glass
appereance. Diagnosis kasus ini adalah...
A. Silikosis
B. Asbestosis
C. Busitosis
D. Bissinosis
E. PPOK
Pembahasan
• Pria 48 tahun
• sesak napas
• bekerja di pertambangan Kalimantan.
• Foto polos dada ditemukan ground-glass
appereance
• Diagnosis ?
Asbestosis

• Asbestosis adalah pneumokoniosis yang


disebabkan oleh akumulasi Pajanan serat
asbestos.
• Asbestos adalah kelompok mineral silikat
fibrosa dari logam magnesium dan besi
yang sering digunakan sebagai bahan
baku industri tegel lantai dan atap
• Proses patofisiologi asbestosis diawali dengan
inhalasi serat asbestos.
• Serat berdiameter 0,5-5 mikrometer akan
tersimpan di bifurcatio saluran, bronkioli, dan
alveoli.
• Awitan gejala asbestosis biasanya akan timbul
20 tahun setelah Pajanan awal. Tanda dan
gejala asbestosis kebanyakan tidak khas dan
mirip penyakit paru restriktif lainnya.
Gejala
• munculnya dispnea saat beraktivitas
• berkembang progresif lambat
• memburuk walaupun tidak lagi terpapar
asbestos
• batuk produktif atau batuk kering persisten
• sesak
Pemeriksaan fisik
• rhonki basal paru bilateral pada akhir fase
inspirasi
• jari tabuh (digital clubbing)
Pemeriksaan roentgen
• tiga tingkatan gambaran roentgen:
• 1.Pada tahap awal, gambaran pola retikular
pada basal paru, ground-glass appearance.
• 2. Tahap kedua, ditandai gambaran shaggy
heart border (Gambar 2).
• 3.Pada tahap akhir, terdapat pola intersisial
kasar dan honey-comb pada paru atas
Roentgen toraks yang memperlihatkan Posteroanterior radiograph of a patient
bayangan opak linear ireguler pada basal with asbestosis shows “shaggy”
paru, mengindikasikan asbestosis ringan mediastinal and diaphragmatic contours.
A. Silikosis
B. Asbestosis
C. Busitosis
D. Bissinosis
E. PPOK
84
Laki-laki 34 tahun mengeluh terjadi penurunan
pendengaran. Diketahui pasien sedang menjalani
terapi tuberkulosis paru-paru selama 2 bulan.
Kemungkinan obat yang dapat menyebabkan
keluhan pasien adalah...
A. Streptomycin
B. Isoniazid
C. Etambutol
D. Pyrazinamid
E. Rifampisin
Pembahasan
• Laki-laki 34 tahun
• Penurunan pendengaran.
• Sedang dalam terapi tuberkulosis paru-paru
selama 2 bulan.
Efek samping obat TB

Pedoman nasional pengendalian tuberkulosis. 2014.


Efek samping obat TB + tatalaksana

Pedoman nasional pengendalian tuberkulosis. 2014.


Efek samping obat TB + tatalaksana

Pedoman nasional pengendalian tuberkulosis. 2014.


Hepatitis imbas obat
• Obat hepatotoksik: Pirazinamid, Isoniazid,
Rifampisin (PIR)
• Klinis (+) (Ikterik [+], gejala mual, muntah [+]) →
OAT Stop .
• Klinis (+) dan SGOT, SGPT > 3 kali → OAT stop.
• Klinis (-), lab:
– Bilirubin >2 → OAT Stop
– SGOT, SGPT > 5 kali → OAT stop
– SGOT, SGPT > 3 kali → teruskan pengobatan, dengan
pengawasan

Tuberkulosis: pedoman diagnosis dan penatalaksanaannya di Indonesia. PDPI. 2006


Tatalaksana Hepatitis Imbas Obat

• Hentikan OAT yang hepatotoksik


• Ganti dengan E dan S sambil menunggu fungsi
hati membaik.
• Bila fungsi hati normal/mendekati normal:
– Berikan R dengan dosis bertahap, kemudian H.
• Z tidak diberikan.
• Jika pengobatan tidak dapat dihentikan atau
gejala tidak membaik, berikan regimen obat non-
hepatotoksik (S+E+OAT gol. Florokuinolon).

Pedoman nasional pengendalian tuberkulosis. 2014.


Tatalaksana Hepatitis Imbas Obat

• Paduan pengganti tergantung OAT apa yang telah


menimbulkan gangguan fungsi hati.
– R sebagai penyebab: 2HES/10HE.
– H sebagai penyebab: 6-9 RZE.
• Apabila Z dihentikan sebelum pasien menyelesaikan
pengobatan tahap awal, total lama pengobatan dengan
H dan R dapat diberikan sampai 9 bulan.
• Apabila H maupun R tidak dapat diberikan, paduan
pengobatan OAT non hepatotoksik terdiri dari : S, E dan
salah satu dari golongan kuinolon harus dilanjutkan
sampai 18-24 bulan.

Pedoman nasional pengendalian tuberkulosis. 2014.


Pilihan Lain
• Rifampisin (R)
– Red body fluid, hepatotoksik
• Isoniazid (INH)
– Neuritis, hepatotoksik
• Pirazinamid
– Pirai, paling hepatotoksik
• Etambutol
– Eye (buta warna; neuritis optik)
A. Streptomycin
B. Isoniazid
C. Etambutol
D. Pyrazinamid
E. Rifampisin
85
Pada pasien PPOK dengan nilai VEP 65%, dosis
glukokortikoid yang diberikan adalah...
A. Beklometason 2x300 mcg
B. Beklometason 3x500 mcg
C. Beklometason 2x250 mcg
D. Budesonid 3x400 mcg
E. Budesonid 1x400 mcg
Pembahasan
• Pasien PPOK dengan nilai VEP 65%
• Dosis glukokortikoid?
PPOK
• PPOK adalah penyakit
paru kronik yang ditandai
oleh hambatan aliran
udara di saluran napas
yang bersifat progressif
nonreversibel atau
reversibel parsial. PPOK
terdiri dari bronkitis
kronik dan emfisema atau
gabungan keduanya.
PPOK

Bronkitis kronik
Kelainan saluran napas yang ditandai
oleh batuk kronik berdahak minimal 3
bulan dalam setahun, sekurang-
kurangnya dua tahun berturut - turut,
tidak disebabkan penyakit lainnya.
Emfisema
Suatu kelainan anatomis paru yang
ditandai oleh pelebaran rongga
udara distal bronkiolus terminal,
disertai kerusakan dinding alveoli.
Diagnosis
• Spirometri
– Obstruksi: % VEP1(VEP1/VEP1 pred) < 80% VEP1%
(VEP1/KVP) < 75 %
• Uji bronkodilator
– Setelah pemberian bronkodilator inhalasi
sebanyak 8 hisapan, 15 - 20 menit kemudian
dilihat perubahan nilai VEP1 atau APE, perubahan
VEP1 atau APE < 20% nilai awal dan < 200 ml.

Pedoman diagnosis dan tatalaksana di Indonesia. PRDPI..


Manifestasi klinis
• Sering pada perokok/terpapar iritan inhalasi
• Pursed-lips breating
• Barrel chest
• Menggunakan otot bantun napas → hipertrofi
• Pelebaran sela iga
• Pink puffer vs Blue bloater
Klasifikasi
Tatalaksana

Pedoman diagnosis
dan tatalaksana di
Indonesia. PDPI.
Tatalaksana

Pedoman diagnosis dan tatalaksana


di Indonesia. PDPI..
Tatalaksana

Pedoman diagnosis dan tatalaksana di Indonesia. PDPI..


Tatalaksana

Pedoman diagnosis dan tatalaksana di Indonesia. PDPI..


A. Beklometason 2x300 mcg
B. Beklometason 3x500 mcg
C. Beklometason 2x250 mcg
D. Budesonid 3x400 mcg
E. Budesonid 1x400 mcg
86
Anak berusia 14 bulan datang dengan keluhan sesak
sejak kemarin. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan
nadi 110x/menit, napas 32x/menit, suhu 38 oC,
tidak ada ronki, namun ada wheezing di kedua
lapang paru. Diagnosis kasus ini adalah...
A. Bronkhitis
B. Bronkhiolitis
C. Asma
D. Aspirasi benda asing
E. Pneumonia
Pembahasan
• Anak 14 bulan
• Keluhan sesak sejak kemarin.
• Tana vital: nadi 110x/menit, napas 32x/menit,
suhu 38 oC
• Auskultasi pulmo: ronki (-), wheezing +/+.
Bronkiolitis
• Penyakit infeksi saluran pernapasan bawah akut yang ditandai
dengan adanya inflamasi pada bronkiolus.
Bronkiolitis
• Umumnya disebabkan virus
– Respiratory syncytial virus (95%)
– Lainnya: adenovirus, influenza virus, parainfluenza
virus, rhinovius, dan mikoplasma.
• Klinis: episode pertama wheezing pada bayi
yang didahului dengan gejala infeksi saluran
napas akut.
Bronkiolitis
• Gejala infeksi saluran napas atas akibat virus:
pilek, batuk, demam → batuk, sesak napas,
wheezing, sianosis, merintih, napas berbunyi.
• Pemeriksaan fisik
– Takikardia, takipneu, demam
– wheezing, yang tidak membaik dengan tiga dosis
bronkodilator kerja cepat
– ekspirasi memanjang/expiratory effort
– hiperinflasi dinding dada, dengan hipersonor pada
perkusi
– tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
Bronkiolitis

• X foto thorax
– Non-spesifik
– Hiperinflasi dan
patchy infiltrate.
Bronkiolitis
• Tatalaksana
– Suportif
– Oksigenasi dan hidrasi
– Respiratory support jika dibutuhkan.
– Bronkodilator (kontroversi)
– Kortikosteroid (kontroversi)
– Infeksi sekunder → antibioti
– Pencegahan: vaksin RSV
Pilihan Lain
• Bronkhitis
– Lebih sering pada anak besar dan dewasa. Batuk
prouktif.
• Asma
– Episode wheezing berulang, respon baik terhadap
bronkodilator, demam biasanya (-).
• Aspirasi benda asing
– Ada riwayat tersedak
• Pneumonia
– Demam, batuk, sesak. Auskultasi: ronkhi.
A. Bronkhitis
B. Bronkhiolitis
C. Asma
D. Aspirasi benda asing
E. Pneumonia
87
Pria 55 tahun tahun sedang menjalani pengobatan TB dan
teratur minum obat. Saat ini, terapi sudah berjalan 6
bulan. Ketika dilakukan tes BTA hasilnya positif 3x. Pada
pemeriksaan serum darah, ditemukan resistensi terhadap
rifampisin dan INH. Diagnosis kasus ini adalah...
A. TB poliresisten
B. TB MDR
C. TB XDR
D. TB resisten
E. TB refrakter
Pembahasan
• Pria 55 tahun
• Setelah terapi OAT 6 bulan, BTA positif 3x.
• Pada pemeriksaan serum darah, ditemukan
resistensi terhadap rifampisin dan INH.
TB resisten obat
• Keadaan dimana kuman M. tuberculosis sudah
tidak dapat dibunuh dengan OAT.

Pedoman nasional pengendalian tuberkulosis. 2014.


Kategori TB resistan obat
• Monoresistance
– Resistan 1 OAT
• Polyresistance
– Resistan >1 OAT, selain kombinasi H-R (mis HE, RE, HES)
• Multi drug resistance (MDR)
– Resistan H-R, dengan atau tanpa OAT lini 1 yang lain.
(mis RH, RHE).
• Extensively drug resistance (XDR)
– MDR + resisten OAT kuinolon dan OAT injeksi lini kedua.
• TB resistan rifampisin (TB RR)
– Resistan rifampisin.
Pedoman nasional pengendalian tuberkulosis. 2014.
TB resisten obat
• Kriteria terduga TB resisten obat
– Pasien TB gagal pengobatan kat. 2
– Pasien TB pengobatan kat. 2 yang tidak konversi
setelah 3 bulan pengobatan.
– Pasien TB yang memiliki riwayat pengobatan TB
tidak standar serta menggunakan kuinolon dan
obat injeksi lini kedua minimal 1 bulan.
– Pasien TB gagal pengobatan kat. 1
– Pasien TB pengobatan kat. 1 yang tetap positif
setelah 3 bulan pengobatan

Pedoman nasional pengendalian tuberkulosis. 2014.


TB resisten obat
– Pasien TB kasus kambuh, kat 1 dan kat 2.
– Pasien TB kasus default/lost to follow up
– Terduga TB yang kontak erat dengan pasien TB
MDR
– Pasien ko-infeksi TB-HIV yang tidak respons
terhadap OAT.

Pedoman nasional pengendalian tuberkulosis. 2014.


A. TB poliresisten
B. TB MDR
C. TB XDR
D. TB resisten
E. TB refrakter
88
Wanita 35 tahun mengeluh batuk tidak berdahak dan
sesak napas sejak 3 hari lalu. Sebelumnya, pasien
tersedak saat makan kacang dan menjadi batuk terus-
menerus hingga saat ini. Pada pemeriksaan ditemukan
ronkhi. Komplikasi apa yang bisa terjadi pada kasus ini...
A. Abses paru
B. Pneumonia
C. Efusi pleura
D. Gagal napas
E. Sumbatan jalan napas
Pembahasan
• Wanita 35 tahun
• Batuk tidak berdahak dan sesak napas sejak 3
hari lalu.
• Riwayat tersedak saat makan kacang dan
menjadi batuk terus-menerus hingga saat ini.
• PF: Ronkhi (+).
• Komplikasi?
Aspirasi

• Aspirasi didefinisikan sebagai masuknya isi lambung atau


orofaring ke dalam saluran napas bawah, menyebabkan
masuknya material asing ke dalam paru-paru.
Aspirasi
Empat tipe sindrom aspirasi
• Sindrom mendelson (chemical pneumonitis)
– Aspirasi cairan lambung yang asam.
• Pneumonia aspirasi
– Aspirasi isi orofaring bersama dengan
bakteri,sehingga menimbulkan inflamasi
• Pneumonia lipoid eksogenous
– Aspirasi minyak
• Aspirasi benda asing
Pneumonia Aspirasi

• Pneumonia aspirasi
disebabkan oleh
bakteri yang berada di
orofaring yang masuk
ke paru bersama
dengan makanan
misalnya sehingga
menimbulkan
inflamasi
Diskusi
• Aspirasi benda asing merupakan salah satu etiologi
terjadinya pneumonia aspirasi
• Beberapa klinisi akan menggabungkan pneumonia
aspirasi akibat bakteri dengan akibat aspirasi benda
asing
• Pada pasien ini sudah didapatkan ronkhi → sudah
pasti ada inflamasi di dalam paru
• Komplikasi dari pneumonia → abses paru
Pilihan lain
• Aspirasi benda asing
– Ada sumbatan jalan napas akut
• Pneumonia atipikal
– Disebabkan mikoplasma dan bakteri chlamydophilia
• Pneumonia komuniti
– Pneumonia yang terjadi sebelum 2x24 jam
perawatan di RS.
• Pneumonia nosokomial
– Pneumonia yang terjadi setelah 2x24 jam perawatan
di RS.
A. Abses paru
B. Pneumonia
C. Efusi pleura
D. Gagal napas
E. Sumbatan jalan napas
89
Laki-laki 50 tahun tidak sadarkan diri, diantar keluarganya ke
IGD. Pada pemeriksaan, nadi karotis tidak teraba. Tatalaksana
kasus ini adalah...

A. Adenosin 6 mg
B. Epinefrin 0,1 mg
C. Defibrilasi monofasik 360 J
D. Defibrilasi monofasik 200 J
E. Kardioversi 150 J
Pembahasan
• Laki-laki 50 tahun
• Tidak sadarkan diri
• Nadi karotis tidak teraba
• EKG: VF

• Tatalaksana?
ALGORITMA PERKI
Pilihan Lain

• Adenosin 6 mg
– Untuk takikardi
• Epinefrin 0,1 mg
– Dosis epinefrin pada henti jantung adalah 1 mg
• Defibrilasi monofasik 200 J
– Defibrilasi monofasik 360 J
– Defibrilasi bifasik 120-200 J
• Kardioversi 150 J
– Dapat digunakan untuk SVT
A. Adenosin 6 mg
B. Epinefrin 0,1 mg
C. Defibrilasi monofasik 360 J
D. Defibrilasi monofasik 200 J
E. Kardioversi 150 J
90
Pria 60 tahun datang ke IGD karena sesak sejak 1 jam lalu.
Sebelumnya, pasien sesak jika berjalan jauh atau
beraktivitas berat. Pada pemeriksaan, ditemukan tekanan
vena jugularis meningkat, ronkhi di basal kedua paru, dan
edema tungkai. Terapi awal yang diberikan adalah ....
A. ISDN
B. Morfin
C. Aspirin
D. ACE-inhibitor
E. Diuretik
Pembahasan
• Pria 60 tahun
• Sesak sejak 1 jam lalu
• Sebelumnya pasien sesak jika berjalan jauh
atau beraktivitas berat
• PF: JVP meningkat, ronkhi di basal kedua paru,
dan edema tungkai

• Tatalaksana awal?
Gagal Jantung
Akut atau acute
decompensated
heart failure
(ADHF)
(PERKI 2015)
Edema
Paru Akut
(PERKI
2015)
A. ISDN
B. Morfin
C. Aspirin
D. ACE-inhibitor
E. Diuretik
91
Pria 60 tahun dibawa ke UGD karena tidak sadar. Pasien
memiliki tekanan darah tinggi dan mengonsumsi
antihipertensi. Pasien juga mengonsumsi ISDN. Pada
pemeriksaan, didapatkan tekanan darah 80/50 mmHg.
Obat apakah yang dapat menyebabkan hipotensi?
A. ISDN + bisoprolol
B. ISDN + dopamin
C. ISDN + digoksin
D. ISDN + epinefrin
E. ISDN + dobutamin
Pembahasan
• Pria 60 tahun
• Tidak sadar
• Memiliki tekanan darah tinggi dan
mengonsumsi antihipertensi
• Pasien juga mengonsumsi ISDN
• TD 80/50 mmHg

• Obat apa yang menyebabkan hipotensi?


Diskusi
• Cara kerja ISDN:
– Relaksasi otot polos vaskular  vasodilatasi 
menurunkan preload & afterload, menurunkan
kebutuhan oksigen miokardium, menurunkan TD,
meningkatkan denyut jantung (kompensasi penurunan
TD)
• β-Bloker memiliki efek kronotropik dan inotropik
negatif (menurunkan kecepatan dan kekuatan
denyut jantung)
• β-Bloker akan menghambat peningkatan denyut
jantung yang disebabkan ISDN  hipotensi
Pilihan Lain
• Dopamin  pada dosis rendah sebagai
inotropik dan kronotropik positif, pada dosis
tinggi memiliki efek vasokontriksi 
meningkatkan tekanan darah
• Digoksin  memperpanjang potensial aksi
jantung sehingga memperlambat denyut
jantung, tetapi memperlambat irama ventrikel
sehingga stroke volume lebih efektif 
akibatnya meningkatkan tekanan darah
Pilihan Lain
• Epinefrin  vasokontriksi perifer sehingga
memperbesar tekanan darah.
• Dobutamin  meningkatkan kontraktilitas
jantung sehingga memperbesar tekanan
darah.
A. ISDN + bisoprolol
B. ISDN + dopamin
C. ISDN + digoksin
D. ISDN + epinefrin
E. ISDN + dobutamin
92
Wanita 67 tahun mengeluh sesak napas sejak 3 jam lalu.
Pada pemeriksaan didapatkan tekanan darah 110/80
mmHg, napas 28 x/menit, nadi 115 x/menit, peningkatan
JVP, terdengar bunyi jantung tambahan S3 dan ronkhi di
basal paru. Pada EKG ditemukan T inverted di V1-V4. Pada
foto polos thorax, didapatkan kardiomegali. Diagnosis
kasus ini adalah ....
A. RVH
B. Kardiomiopati
C. LVH
D. COPD
E. Gagal jantung
Pembahasan
• Wanita 67 tahun
• Sesak napas sejak 3 jam lalu
• PF: TD 110/80 mmHg, napas 28x/menit, nadi
115x/menit, peningkatan JVP, terdengar bunyi
jantung tambahan S3 dan ronkhi di basal paru.
• EKG: T inverted di V1-V4
• Foto polos thorax: kardiomegali

• Diagnosis?
Definisi Gagal Jantung berdasarkan
PERKI
Framingham Criteria
(2 mayor ATAU 1 mayor+1 minor)
Kriteria Mayor Kriteria Minor
• Sesak napas tiba-tiba pada • Edema ekstremitas
malam hari (paroxysmal • Batuk malam
nocturnal dyspneu)
• Distensi vena-vena leher
• Dyspneu d’effort (sesak
ketika beraktifitas)
• Peningkatan tekanan vena
jugularis • Hepatomegali
• Ronki basah basal • Efusi pleura
• Kardiomegali • Penurunan kapasitas vital
• Edema paru akut paru sepertiga dari normal
• Gallop (S3) • Takikardi >120 kali per
• Refluks hepatojugular positif menit
Tanda dan Gejala
Gagal Jantung
berdasarkan
PERKI
Skema
Diagnosis
Gagal Jantung
Pilihan Lain
• LVH
– Sokolow-Lyon: S di V1/V2 + R di V5/V6 >35 mm
– R di aVL >11 mm

• RVH
– Rasio R/S di V1 >1 atau di V5/V6 <1
– R di V1 >7 mm
– R di V1 + S di V5/6 >10,5 mm

*Pembesaran jantung tidak selalu berarti gagal jantung!


(lihat kriteria diagnosis gagal jantung)
Pilihan Lain
• Kardiomiopati
– Keadaan otot jantung tidak dapat berkontraksi dengan
memadai
– Diagnosis ini terlalu luas & kurang spesifik
• COPD
– Nama lain penyakit obstruksi paru kronik (PPOK)
– Gejala: sesak, riwayat merokok, wheezing
– Pada kelainan pulmonal (COPD, emboli paru), dapat
ditemukan T inversi di V1, V2, V3, atau V4. Namun
pada kasus ini, anamnesis, PF, dan foto polos thoraks
tidak mendukung ke arah COPD
A. RVH
B. Miokardiopati
C. LVH
D. COPD
E. Gagal jantung
93
Anak usia 2 tahun mengalami sesak sejak 1 bulan
lalu. Pasien tidak pernah biru sebelumnya. Pada
pemeriksaan, terdengar ejection systolic. Diagnosis
kasus ini adalah ....
A. ASD
B. VSD
C. Tetralogy of Fallot
D. PDA
E. Coarcatio aorta
Pembahasan
• Anak usia 2 tahun
• Tidak pernah biru sebelumnya
• Sesak sejak 1 bulan lalu
• PF: ejection systolic

• Diagnosis?
Penyakit Jantung Bawaan
A. ASD
B. VSD
C. Tetralogy of Fallot
D. PDA
E. Coarcatio aorta
94
Pria 35 tahun mengeluh nyeri dada sejak 1 minggu lalu.
Pasien juga mengeluhkan nyeri sendi yang berpindah.
Sebulan yang lalu, pasien mengalami batuk berdahak.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 130/80
mmHg, nadi 120 x/menit, napas 22 x/menit, dan murmur
pansistolik di apeks. Pemeriksaan ASTO (+). Kelainan pada
kasus ini adalah ....
A. Stenosis mitral
B. Regurgitasi mitral
C. Stenosis trikuspid
D. Regurgitasi trikuspid
E. Stenosis aorta
Pembahasan
• Pria 35 tahun
• Nyeri dada sejak 1 minggu lalu
• Nyeri sendi yang berpindah
• Sebulan yang lalu, batuk berdahak
• PF: TD 30/80 mmHg, nadi 120x/menit, napas
22x/menit, dan murmur pansistolik di apeks
• Pemeriksaan ASTO (+)

• Kelainan?
Kriteria JONES
Cara Menghafal Kriteria JONES
• J  Joint involvement (poliathritis)
• O  Ooo.. Myocard (carditis)
• N  Nodul subkutan
• E  Eritema marginatum
• S  Sidenham Chorea
Diskusi
• Pada penyakit jantung reumatik, dapat terjadi
stenosis atau regurgitasi pada katup mitral. Katup
aorta juga dapat terkena tetapi lebih jarang,
sementara keterlibatan katup trikuspid dan
pulmonal sangat jarang.
• Murmur di soal adalah pansistolik (disebut juga
holosistolik) yang berarti murmur terdengar di
sepanjang fase sistolik (pan = seluruh). Berarti
terjadi kebocoran katup, yaitu regurgitasi.
• Katup yang berada di apeks jantung adalah
mitral.
A. Stenosis mitral
B. Regurgitasi mitral
C. Stenosis trikuspid
D. Regurgitasi trikuspid
E. Stenosis aorta
95
Wanita 32 tahun mengeluh sesak mendadak sejak 6 jam
lalu. Pasien saat ini hamil anak kedua dengan usia
kehamilan 8 bulan. Sebelumnya, pasien tidak memiliki
penyakit jantung. Pada pemeriksaan ditemukan tekanan
darah 110/80 mmhg, nadi 140x/menit, napas 40x/menit,
ronki basal pada kedua paru, dan varises di
kulit. Diagnosis kasus ini adalah...
A. Edema paru
B. Asma bronkial
C. Tamponade jantung
D. Tromboemboli
E. PPOK
Pembahasan
• Wanita, 32 tahun, hamil 8 bulan
• Sesak sejak 6 jam yll
• RPD: penyakit jantung (-)
• PF: TD 110/80, Nadi 140x/m, Napas 40x/m, ronki basal
paru bilateral, varises di kulit
Emboli Paru
• Definisi: Infark jaringan paru akibat tersumbatnya arteri pulmonalis
oleh peristiwa emboli.
• Gejala: sesak mendadak

• Presentasi klinis dapat dikelompokkan menjadi:

• Emboli paru masif: bukti ada emboli paru+syok dan/atau hipotensi


• Emboli paru submasif: bukti ada emboli paru+hipokinetik ventrikel
kanan
• Emboli paru non massif: bukti ada emboli paru tanpa penyerta lain

Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). 2016. Panduan Praktik Klinis &
Clinical Pathway Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah.
Kriteria Diagnosis:

Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). 2016. Panduan Praktik


Klinis & Clinical Pathway Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah.
2. EKG: S1, Q3, T3, RBBB incomplete (baru), ST depresi di V3R-V6R

3. Lab. :
- D-dimer (Elisa) > 500
- Troponin (+) bukan konfirmasi diagnostik, tetapi menunjukkan
prognosis buruk

4. Scanning paru: probabilitas tinggi atau skor klinis >4 + probabilitas


sedang atau rendah

5. Ekokardigrafi bukan konfirmasi diagnostik tapi untuk menilai


disfungsi ventrikel kanan untuk menentukan presentasi klinis

6. Arteriografi pulmonal dilakukan bila indikasi embolektomi


perkutan

Prhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). 2016. Panduan Praktik Klinis & Clinical Pathway
Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah.
Faktor Risiko Emboli Paru
Triad Virchow’s:
• Imobilisasi (menurunkan aliran darah)
• Kerusakan dinding pembuluh darah (lokasi clot
terbentuk)
• Kondisi Hypercoagulable

• Beberapa kondisi: Perjalanan jauh, trauma,


obesitas, penyakit jantung, luka bakar, riwayat
DVT.

https://www.emedicinehealth.com/pulmonary_embolism/article_em.htm
Kondisi-kondisi yang
berhubungan dengan clotting
darah
• Kehamilan
• Kanker
• Terapi oksigen dan
kontrasepsi oral
• Defisiensi enzim dan protein
tertentu

https://www.emedicinehealth.com/pulmonary_embolism/article_em.htm
Tatalaksana
Umum:
a. Tirah baring di ruang perawatan intensif
b. Oksigen 2-4 L/menit
c. IV line untuk pemberian cairan
d. Pemantauan tekanan darah
e. Pemasangan stocking kompresi gradient (30-
40 mmHg) bila tak ditoleransi gunakan 20-30
mmHg
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). 2016. Panduan Praktik
Klinis & Clinical Pathway Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah.
Khusus:

a. Trombolitik diindikasikan pada emboli paru masif & submasif


- Streptokinase 1,5 juta U diberikan dalam 1jam atau
- rt-PA100mg IV dalam 2 jam atau
- Urokinase 4400/kgBB/jam dalam 12 jam

b. Dilanjutkan heparinisasi unfractioned/LM heparin selama 5 hari

c. Ventilator mekanik diperlukan pada emboli paru massif

d. Heparinisasi sebagai pilihan pada emboli paru non-masif/


submasif

Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). 2016. Panduan Praktik Klinis & Clinical Pathway
Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah.
e. Anti inflamasi nonsteroid bila tidak ada perdarahan

f. Embolektomi dilakukan bila ada kontra indikasi heparinisasi /


trombolitik pada emboli paru masif dan submasif

g. Pemasangan filter vena cava dilakukan bila:


- Ada perdarahan yang memerlukan transfusi,
- Emboli paru berulang meskipun telah menggunakan anti-
koagulan jangka panjang

h. Perawatan emboli paru massif dan non massif memerlukan


perawatan di ruang intensif

Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). 2016. Panduan Praktik Klinis & Clinical Pathway
Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah.
Pilihan Lain
• Edema paru: ronki basah halus di kedua
lapang paru juga, tetapi biasanya sesak
berkurang saat posisi duduk, disertai gejala
gagal jantung lain.
• Asma bronkial: tidak ditemukan wheezing dan
riwayat.
• PPOK: harusnya ada riwayat paparan bahan
yang mengiritasi paru seperti rokok, pestisida,
asbes, dll.
Pilihan Lain
• Tamponade jantung
– Akumulasi cairan dalam ruang perikardium 
pengisian ventrikel berkurang  hipotensi.
– Gejala dan tanda: dispneu, takikardia, takipnea.
– Gejala lain: extrimitas dingin, peningkatan JVP,
pulsus paradoxus, penekanan dada, dll.

https://emedicine.medscape.com/article/152083-overview
Pilihan Lain

Tamponade Jantung

Trias Beck:
Tekanan darah arteri
menurun (Hipotensi)
Distensi vena jugular
Suara jantung menjauh
A. Edema paru
B. Asma bronchial
C. Tamponade jantung
D. Tromboemboli
E. PPOK
96
Laki-laki 40 tahun dibawa ke UGD karena henti
jantung. Dokter dan perawat melakukan RJP.
Setelah 5 siklus, nadi arteri karotis tidak teraba dan
EKG asistol. Apa yang selanjutnya dilakukan?
A. Hentikan RJP
B. Lanjutkan RJP
C. Defibrilasi bifasik 120 J
D. Defibrilasi bifasik 200 J
E. Defibrilasi monofasik 360 J
Pembahasan
• Lelaki, 40 tahun mengalami henti jantung
• Nadi arteri karotis tidak teraba dan EKG asistol
setelah 5 siklus
• Tindakan selanjutnya?
Kapan menghentikan RJP?
• Terlihat tanda kehidupan, seperti pasien
bernapas
• Alat defib/ AED siap digunakan dan akan
dilakukan shock
• Penolong terlalu lelah untuk melanjutkan RJP
• Situasi dan lingkungan tidak aman
• Terlihat tanda pasti kematian
• Keluarga pasien yang berhak meminta
menghentikan resusitasi
Diskusi
Seharusnya, bila menemukan pasien henti jantung
dengan irama asistol, setelah siklus RJP pertama
dan ditemukan irama yang tidak bisa dilakukan
shock (bukan VF/VT), segera:
• dipasang akses vena
• diberikan Epinefrin tiap 3-5 menit
• dipasang ETT utk ventilasi tekanan positif (VTP)

Evaluasi nadi dapat dilakukan ulang setiap selsai 5


siklus
Kordinasi antara kompresi dada dengan napas
buatan

• Setiap akhir 30x kompresi diselingi dengan


1-1,5 detik napas buatan
• Rangkaian 30 kali kompresi dan 2 kali napas
buatan diulang selama 5 kali siklus baru
lakukan evaluasi nadi(5-10 detik)
• Lanjutkan resusitasi hingga petugas
kesehatan datang

KEMENKES dan PJNHK. https://www.pjnhk.go.id/index.php/berita-artikel/art1/184-rjp


Pilihan lain
• Defibrilasi: baru dilakukan bila terdapat irama
shockable yaitu VF/VT yang tidak stabil.
Energi shock yang disarankan:
– Bifasik 120-200J, bila tidak diketahui, gunakan
energi terbesar.
Besaran energi shock kedua dan berikutnya
disarankan yang setara/ lebih besar.
– Monofasik 360J
A. Hentikan RJP
B. Lanjutkan RJP
C. Defibrilasi bifasik 120 J
D. Defibrilasi bifasik 200 J
E. Defibrilasi monofasik 360 J
97
Laki-laki 56 tahun datang dengan keluhan nyeri
dada sebelah kiri sejak 5 jam yang lalu. Keluhan
disertai nyeri menjalar ke lengan kiri dan punggung.
Pemeriksaan EKG dan enzim jantung normal.
Diagnosis kasus ini adalah...
A. Stable Angina
B. Unstable Angina
C. STEMI
D. NSTEMI
E. Mialgia
Pembahasan
• Laki-laki, 56 tahun
• Nyeri dada sebelah kiri sejak 5 jam yang lalu,
menjalar ke lengan kiri dan punggung
• EKG dan enzim jantung dalam batas normal
Sindroma Koroner Akut
• Sindroma klinik yang disebabkan oleh ketidak-
seimbangan antara kebutuhan (demand) dan
suplai aliran arteri koroner.

• Terdiri dari:
– Angina tidak stabil
– NSTEMI
– STEMI
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). 2016. Panduan Praktik
Klinis & Clinical Pathway Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah.
Tanda Angina Tidak Stabil

Wilder J, Sabatine MS, Lilly LS. Acute Coronary Syndromes. Lilly LS, editor. In: Pathophysiology of
Heart Disease, 6th ed. Wolters Kluwer. 2016.
Wilder J, Sabatine MS, Lilly LS. Acute Coronary Syndromes. Lilly LS, editor. In: Pathophysiology of
Heart Disease, 6th ed. Wolters Kluwer. 2016.
Klasifikasi lain Angina Pektoris
Sesuai Canadian Cardiovascular Society (CCS):
CCS Kelas 1: Keluhan angina saat aktifitas berat
yang lama
CCS Kelas 2: Keluhan angina saat aktifitas yang
lebih berat dari aktifitas sehari-hari
CCS Kelas 3: Keluhan angina saat aktifitas sehari-
hari
CCS Kelas 4: Keluhan angina saat istirahat
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). 2016. Panduan Praktik
Klinis & Clinical Pathway Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah.
Pemeriksaan Penunjang
Angina Pectoris CCS1-2:
Dilakukan pemeriksaan ischemic stress test meliputi Treadmill
test, atau Echocardiografi Stress test, atau Stress test
perfusion scanning atau MRI. MSCT dilakukan sebagai
alternatif pemeriksaan penunjang lain.

Angina Pektoris CCS3-4 (simptomatik) atau riwayat infark


miokard lama:
Memerlukan pemeriksaan angiografi koroner perkutan.
Pemeriksaan Angiografi koroner dapat dikerjakan pada pasien
usia >40 tahun yang akan menjalani prosedur bedah jantung

Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). 2016. Panduan Praktik


Klinis & Clinical Pathway Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah.
Tatalaksana
Medikamentosa
• Aspilet1x80-160mg
• Simvastatin1x20-40 mg/ Atorvastatin 1x 20-40 mg/
Rosuvastatin1x10-20mg
• Betabloker: Bisoprolol 1x5-10 mg/ Carvedilol 2x25 mg/
Atau Metoprolol 2x50mg. Ivabradine 2x5mg jika pasien
intoleran dengan beta bloker
• Isosorbid dinitrat 3x 5-20mg/ Isosorbid
• mononitrat 2x 20mg

2. PCI atau CABG


Bila ada indikasi
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). 2016. Panduan Praktik
Klinis & Clinical Pathway Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah.
Klasifikasi SKA

Wilder J, Sabatine MS, Lilly LS. Acute Coronary Syndromes. Lilly LS, editor. In: Pathophysiology of
Heart Disease, 6th ed. Wolters Kluwer. 2016.
Wilder J, Sabatine MS, Lilly LS. Acute Coronary Syndromes. Lilly LS, editor. In: Pathophysiology of
Heart Disease, 6th ed. Wolters Kluwer. 2016.
Diskusi
Pasien sudah mengalami nyeri dada tipikal
selama 5 jam, jadi bisa dikategorikan sebagai
SKA.
Pemeriksaan enzim jantung (-)  belum
mengalami infark miokard
EKG normal  bukan STEMI

Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). 2016. Panduan Praktik


Klinis & Clinical Pathway Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah.
A. Stable Angina
B. Unstable Angina
C. STEMI
D. NSTEMI
E. Mialgia
98
Wanita 39 tahun, G3P2A0 datang dengan keluhan nyeri
pada kedua kaki. Keluhan dirasa membaik dengan
istirahat. Sebelumnya pasien punya riwayat operasi SC
sebanya 2 kali. Pada pemeriksaan tampak adanya
pembuluh darah yang berkelok-kelok, kemerahan, arteri
dorsalis pedis (+). Apa diagnosis pada pasien ini?
A. Insufisiensi Vena Kronik
B. Iskemik Akut
C. Trombosis Vena Dalam
D. Tromboflebitis
E. Tromboangitis Obliterans
PEMBAHASAN
• S : KU : nyeri kedua tungkai
RPS : membaik dengan istirahat
PENYAKIT ARTERI
RPD : SC 2x

• O : Status lokalis : pembuluh darah berkelok-


kelok, pulsasi arteri dorsalis pedis +
Penyakit Arteri Perifer
• ARTERI bermasalah darah tidak dapat mengalir
ke distal  bertambah aktivitas  bertambah
kebutuhan oksigen  NYERI saat aktivitas dan
berkurang saat istirahat (Klaudikasio)
• Terbagi menjadi beberapa jenis:
– Acute limb ischemia/Acute arterial occlusion
– Chronic limb ischemia
– Arteritis Takayasu
– Buerger Disease
Acute Limb Ischemia
• Pengurangan aliran darah secara tiba-tiba
• Disebabkan emboli atau tombus
• Gejala
– < 2minggu
– 6P (Pain, Pallor, Parasthesia, Perishing cold, Pulselessness,
Paralysis)
Chronic Limb Ischemia
• Obstruksi kronik pada arteri
• Penyebab tromboemboli, atherosklerosis
• F.risiko: Hipertensi, DM, merokok, dislipidemia
• Gejala
– > 2 minggu
– Nyeri saat aktivitas, berkurang saat istirahat
– Ulcer/ gangrene
– Pulsasi arteri ↓ hingga hilang
– Uji Ankle-Brachial Index (ABI) < 0,9
Arteritis Takayasu
• Vaskulitis pembuluh darah besar
(aorta dan cabang utama)
• Gejala
– TD sistolik tangan kanan dan
kiri berbeda (>10mmHg)
– Bruit pada A. Subclavia
Penyakit Vena Perifer
• Gejala utamanya adalah malah nyeri saat
ISTIRAHAT. Nyeri biasanya saat berdiri atau
duduk terlalu lama.
• Dapat dibagi menjadi:
– Varicose veins
– DVT
– Insufisiensi Vena
Deep Vein Thrombosis
• Faktor Predisposisi
– Imobilitas, bed Rest
– Riwayat DVT sebelumnya
– Gangguan koagulasi darah
• Patofisiologi
– Stasis
– Kerusakan pembuluh darah
– Hiperkoagubilitas
• Gejala Klinis (unilateral)
– Edema, hangat, eritema, nyeri
– Homans Sign (+)
– D-dimer meningkat
Varicose Vein
• Faktor Predisposisi
– Obesitas
– Kehamilan
– Berdiri lama
• Patofisiologi
– Dilatasi vena superfisial
• Predileksi
– Ekstremitas bawah
• Gejala: hanya gangguan kosmetik
Insufisiensi Vena Kronik
• Faktor Predisposisi
– Berdiri Lama
• Patofisiologi
– Inkompetensi katup vena
• Gejala Klinis
– Nyeri pada tungkai saat istirahat
– Vena retikular/ telangiektasia
– Edema
– Hiperpigmentasi
Pilihan Lain
• Insufisiensi Vena Kronik  nyeri saat istirahat
• Trombosis Vena Dalam homan’s sign +, D-
dimer +
• Tromboflebitis
• Tromboangitis Obliterans  Buerger’s D
A. Insufisiensi Vena Kronik
B. Iskemik Akut
C. Trombosis Vena Dalam
D. Tromboflebitis
E. Tromboangitis Obliterans
99
Laki-laki 56 tahun keluhan nyeri dada kiri sejak 2 jam yang
lalu. Nyeri menjalar ke leher dan lengan kiri. Pasien
adalah perokok. Pada pemeriksaan ditemukan tekanan
darah 170/100 mmHg, nadi 95x/menit, napas 20x/menit.
Terapi yang tepat adalah...
A. Beta bloker
B. Ace inhibitor
C. Aspirin
D. Furosemid
E. Valsartan
PEMBAHASAN
• S : KU : nyeri dada kiri 2 jam lalu
RPS : menjalar ke lengan kiri dan leher
RPD : seorang perokok aktif

• O : BP = 170/90 N 95x/m RR 20x/m

SKA Terapi yang tepat ?


Gejala muncul saat
Angina
Kronik aktivitas dan hilang
pektoris stabil
saat istirahat
Angina EKG tidak spesifik
PJK pektoris tidak
stabil Enzim jantung normal
ST depresi atau inversi
Akut NSTEMI T
Enzim jantung naik
ST elevasi
STEMI
Enzim jantung naik
Tatalaksana awal ACS
• MOrfin: diberikan jika nyeri tidak hilang
• Nitrogliserin sublingual
– Vasodilatasi koroner dan pembuluh darah
perifer  mengurangi resistensi vaskular &
meningkatkan preload
– Bisa diulang hingga 3x, tiap 5 menit
– Tidak diberikan jika pasien mengonsumsiMencegah
golongan sidenafil (dalam 24 jam) atau pembekua
hipotensi n darah
• Aspirin 160–320, maintenance 80–160 mg lebih
• Clopidogrel 300–600mg, maintenance 75 mg lanjut
• Oksigen
A. Beta bloker
B. Ace inhibitor
C. Aspirin
D. Furosemid
E. Valsartan
100
Laki-laki 60 tahun dibawa keluarganya ke UGD RS dengan
keluhan pingsan tiba-tiba sejak 30 menit lalu. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan tekanan darah 80/60 mmHg, nadi 200x/menit,
napas 22x/menit. Pada pemeriksaan EKG didapatkan QRS lebar
dan cepat. Apa tatalaksana yang tepat?
A. Amiadaron
B. Ephineprin
C. Defibrilasi
D. Kardioversi
E. Norephineprin
Pembahasan
• Laki-laki 60 tahun
• Pingsan tiba-tiba sejak 30 menit lalu
• PF: tekanan darah 80/60 mmHg, nadi
200x/menit, napas 22x/menit
• EKG: QRS lebar dan cepat

• Tatalaksana?
A. Amiadaron
B. Ephineprin
C. Defibrilasi
D. Kardioversi
E. Norephineprin

Anda mungkin juga menyukai