Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Globalisasi merupakan sebuah fenomena dimana negara-negara di dunia secara langsung
maupun tidak langsung mengharapkan terjadinya sebuah interaksi antara masyarakat yang jauh
lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan saat sebelumnya. Teknologi informasi dan
komunikasi (Information and Communication Technology/ICT)yang mendorong percepatan
globalisasi dalam memperoleh akses informasi, akses pelayanan, dan juga akses kecepatan dan
kemudahan dalam bertransaksi.Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi saat ini sudah
semakin meluas.
Globalisasi yang menyentuh berbagai bidang kehidupan di seluruh wilayah pemerintahan
negara menuntut reformasi sistem perekonomian dan pemerintahan, termasuk birokrasinya,
sehingga memungkinkan interaksi perekonomian antar daerah dan antarbangsa berlangsung lebih
efisien. Kunci keberhasilan pembangunan perekonomian adalah daya saing, dan kunci dari daya
saing adalah efisiensi proses pelayanan, serta mutu ketepatan dan kepastian kebijakan publik.
Kunci keberhasilan pembangunan perekonomian adalah daya saing dan kunci dari daya saing
adalah efisiensi proses pelayanan, mutu, dan kepastian kebijakan publik.

Good Governance adalah sebagi suatu paradigma yang dapat terwujud apabila ketiga
pilar pendukungnya dapat berfungsi secara baik yaitu negara, sector swasta dan masyarakat
madani. Istilah good governance di Indonesia dipahami sebagai kinerja suatu pemerintahan,
perusahaan atau organisasi kemasyarakatan.
Pemerintahan dibentuk dengan maksud untuk membangun peradaban dan menjaga sistem
ketertiban sosial sehingga masyarakat bisa menjalani kehidupan secara wajar dalam konteks
kehidupan bernegara. Dalam perkembangannya, konsep pemerintahan mengalami transformasi
paradigma dari yang serba negara ke orientasi pasar (market or public interest), dari
pemerintahan yang kuat, besar dan otoritarian ke orientasi small and less government, egalitarian
dan demokratis, serta transformasi sistem pemerintahan dari yang sentralistik ke desentralistik.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa pengertian Globalisasi?
2) Bagaimana peranan negara terhadap Globalisasi?
3) Apa pengertian Good Governance dan government?
4) Apa tujuan dari Good Governance?
5) Bagaimana Good Governance dan Government di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


1) Mengetahui apa itu Globalisasi, Good Governance, dan Government
2) Mengetahui tujuan dari Good Governance
3) Mengetahui bagaimana keadaan Good Governance dan Government di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Globalisasi

2.1.1 Pengertian Globalisasi

Globalisasi merupakan suatu proses untuk meletakkan dunia di bawah satu unit sama
tanpa dibatasi oleh kedudukan geografi suatu negara. Melalui proses ini dunia tidak lagi
mempunyai perbatasan dengan ruang udara dan terbuka luas untuk dimasuki oleh berbagai
informasi yang disalurkan melalui media komunikasi, seperti internet, media elektronik dan
teknologi cyber. Perkembangan ini memungkinkan hubungan antara sebuah negara dengan
negara lain dan hubungan sesama manusia dilakukan secara singkat.Definisi globalisasi dapat
dirumuskan sebagai fenomena yang menjadikan dunia mengecil dari aspek hubungan antara
manusia karena perkembangan teknologi informasi.

2.1.2 Kemajuan teknologi atau revolusi reformasi. Permintaan pasar dunia


Apa itu globalisasi? Secara ekonomi, globalisasi merupakan proses pengintegrasikan
ekonomi nasional bangsa-bangsa ke dalam sebuah sistem ekonomi global. Globalisasi
melibatkan penciptaan satu ekonomi dunia tidak hanya merupakan totalitas dari perekonomian
nasionalnya, melainkan sebuah realitas independen yang kokoh.

2.1.3 Kapan globalisasi terjadi

Globalisasi terjadi ketika ditetapkannya formasi sosial global baru dengan ditandai oleh
diberlakukannya secara global suatu mekanisme perdagangan melalui penciptaan kebijakan
perdagangan bebas (free-trade), yakni dengan berhasilnya ditandatanganinya kesepakatan
internasional tentang perdagangan pada bulan April 1994 di Maroko. Kesepakatan ini merupakan
suatu perjanjian internasional, perdagangan yang dikenal dengan nama General Agreement On
Tariff and Trade (GAAT). GAAT merupakan suatu kumpulan aturan internasional yang mengatur
perilaku perdagangan antar pemerintah. GAAT juga merupakan forum negosiasi perdagangan
antar pemerintah serta merupakan pengadilan untuk menyelesaikan jika terjadi perselisihan
dagang antar bangsa. Kesepakatan ini dibangun proteksionis dan dibangun atas keyakinan bahwa
persaingan bebas akan menguntungkan bagi negara-negara yang menerapkan prinsip-prinsip
efektifitas dan efesiensi. Pada tahun 1995, suatu organisasi pengawasan perdagangan dan kontrol
perdagangan dunia dikenal sebagai World Trade Organization (WTO) yang merupakan salah satu
aktor forum perundingan antar perdagangan dari mekanisme globalisasi yang terpenting.

2.1.4 Karakteristik dari proses globalisasi


Globalisasi lahir bersamaan dengan modernisasi di Barat sejak abad ke XVI, saat dimulai
terjadi sistematisasi kehidupan ekonomi, hubungan internasional antar negara, dan lahirnya
budaya global. Proses ini terus berkembang sejak sekarang dalam akselerasi yang semakin cepat.
Masuknya budaya Barat ke Indonesia terjadi dengan ekspansi perdagangan rempah yang diikuti
dengan kolonialisasi.Globalisasi yang berarti terjadinya hubungan sistemik dari semua
hubungan-hubungan sosial di bumi ini.
Fenomena globalisasi sifatnya refleksi, artinya menimbulkan kesadaran atas
kemanusiaan, misalnya rasa simpatik terhadap penderitaan bencana alam, perang, adanya pasar
global dan HAM. Proses globalisasi berarti lenyapnya pertentangan antara universalisme dan
partikularisme, gemeinschaft dan gesselschaft, publik dan swasta, dunia kerja dan keluarga.
Proses globalisasi berakibat sekat-sekat pembatasan ruang dan waktu semakin hilang.

2.1.5 Peranan Negara Dalam Globalisasi

Globalisasi liberal telah membangun pandangan bahwa negara telah melemah di hadapan
globalisasi. Negara tidak lagi mampu berperan dilingkungan global untuk memberikan
kesejahteraan kepada masyarakat, karena lingkungan global, modal dan perusahaan-perusahaan
global lah yang mampu beraktifitas secara tidak terbatas.Pandangan ini dikemukakan oleh
Kenichi Ohmae yang menyatakan bahwa negara-bangsa tidak lagi mempunyai kemampuan
untuk terlibat dalam perekonomian global karena pola pikirnya yang lebih menekankan kepada
kepentingan nasional.

Kegagalan lain dari negara-bangsa adalah ketikmampuannya dalam mengontrol aktor-aktor


ekonomi non-negara dan modal yang berada di dalam wilayahnya. Ketika negara-bangsa mengeluarkan
kebijakan dan aktivitas yang dirasakan akan membahayakan kedudukan modal, mereka dengan begitu
mudah memindahkan investasinya ke negara lain yang menguntungkan akibat berlangsungnya sistem
ekonomi global.Peran negara-bangsa sebetulnya masih ada dalam era global, yaitu membuat kebijakan
perpajakan (pajak bertarif rendah), sehingga negara masih memiliki kesempatan untuk mensejahterakan
rakyatnya melalui kebijakan-kebijakan yang populis.

2.1.6 Pengaruh Globalisasi Terhadap kehidupan Ekonomi


Dalam globalisasi ekonomi, telah berlaku peningkatan dalam ketergantungan
perdagangan. Perusahaan-perusahaan dan perdagangan terus meningkat melalui investasi asing
di suatu negara, sehingga perluasan perusahaan telah melampaui batas negara.Perspektif ini
dapat dilihat melalui kegiatan berikut:Perusahaan multinasional yang mempunyai kegiatan di
luar negaranya meliputi eksport-import dan produksi bahan jadi.Perusahaan multinasional
menjalankan usaha di berbagai negara.Perusahaan multinasional melihat ekonomi dunia sebagai
satu, yaitu memperoleh bahan mentah dan menjual produksi ke seluruh dunia.Proses globalisasi
melalui tiga jalur, yaitu tranfer modal, ilmu pengetahuan dan teknologi dan tranfer skill. Ketiga
ini mata rantai yang diterima negara berkembang.

2.2 Good governance

2.2.1 Pengertian good governance


Good governance adalah suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid
dan bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien,
penghindaran salah alokasi dana investasi dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun
secara administratif menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal dan politican
framework bagi tumbuhnya aktifitas usaha.

Good governance pada dasarnya adalah suatu konsep yang mengacu kepada proses pencapaian
keputusan dan pelaksanaannya yang dapat dipertanggungjawabkan secara bersama. Sebagai
suatu konsensus yang dicapai oleh pemerintah, warga negara, dan sektor swasta bagi
penyelenggaraan pemerintahaan dalam suatu negara.

2.2.2 Prinsip good governance


Kunci utama memahami good governance adalah pemahaman atas prinsip-prinsip di
dalamnya. Baik-buruknya pemerintahan bisa dinilai bila ia telah bersinggungan dengan semua
unsur prinsip-prinsip good governance. Menyadari pentingnya masalah ini, prinsip-prinsip good
governance diurai satu persatu sebagaimana tertera di bawah ini:
1.Partisipasi masyarakat
Semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan keputusan, baik secara
langsung maupun melalui lembaga-lembaga perwakilan sah yang mewakili kepentingan mereka.
Partisipasi bermaksud untuk menjamin agar setiap kebijakan yang diambil mencerminkan
aspirasi masyarakat. Dalam rangka mengantisipasi berbagai isu yang ada, pemerintah daerah
menyediakan saluran komunikasi agar masyarakat dapat mengutarakan pendapatnya. Jalur
komunikasi ini meliputi pertemuan umum, temu wicara, konsultasi dan penyampaian pendapat
secara tertulis
2.Tegaknya supremasi hukum
Partisipasi masyarakat dalam proses politik dan perumusan-perumusan kebijakan publik
memerlukan sistem dan aturan-aturan hukum. Sehubungan dengan itu, dalam proses
mewujudkan cita good governance, harus diimbangi dengan komitmen untuk menegakkan rule
of law dengan karakter-karakter antara lain sebagai berikut: Supremasi hukum (the supremacy of
law), Kepastian hukum (legal certainty), Hukum yang responsip, Penegakkan hukum yang
konsisten dan non-diskriminatif, Indepedensi peradilan. Kerangka hukum harus adil dan
diberlakukan tanpa pandang bulu, termasuk di dalamnya hukum-hukum yang menyangkut hak
asasi manusia.
3.Transparansi
Transparansi adalah keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang diambil oleh
pemerintah. Prinsip transparansi menciptakan kepercayaan timbal-balik antara pemerintah dan
masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh
informasi yang akurat dan memadai. Tranparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas.
Seluruh proses pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi perlu dapat diakses oleh pihak-
pihak yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti
dan dipantau. Sehingga bertambahnya wawasan dan pengetahuan masyarakat terhadap
penyelenggaraan pemerintahan.
4.Peduli pada dunia usaha
Lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan harus berusaha melayani semua
pihak yang berkepentingan. Dalam konteks praktek lapangan dunia usaha, pihak korporasi
mempunyai tanggungjawab moral untuk mendukung bagaimana good governance dapat berjalan
dengan baik di masing-masing lembaganya. Pelaksanaan good governance secara benar dan
konsisten bagi dunia usaha adalah perwujudan dari pelaksanaan etika bisnis yang seharusnya
dimiliki oleh setiap lembaga korporasi yang ada didunia. Dalam lingkup tertentu etika bisnis
berperan sebagai elemen mendasar dari konsep CSR (Corporate Social Responsibility) yang
dimiliki oleh perusahaan. Pihak perusahaan mempunyai kewajiban sebagai bagian masyarakat
yang lebih luas untuk memberikan kontribusinya.

5.Berorientasi pada konsensus

Menyatakan bahwa keputusan apapun harus dilakukan melalui proses musyawarah


melalui konsesus. Model pengambilan keputusan tersebut, selain dapat memuaskan semua pihak
atau sebagian besar pihak, juga akan menjadi keputusan yang mengikat dan milik bersama,
sehingga ia akan mempunyai kekuatan memaksa (coercive power) bagi semua komponen yang
terlibat untuk melaksanakan keputusan tersebut. Paradigma ini perlu dikembangkan dalam
konteks pelaksanaan pemerintahan, karena urusan yang mereka kelola adalah persoalan-
persoalan publik yang harus dipertanggungjawabkan kepada rakyat. Semakin banyak yang
terlibat dalam proses pengambilan keputusan secara partisipasi, maka akan semakin banyak
aspirasi dan kebutuhan masyarakat yang terwakili.

6.Kesetaraan

Kesetaraan yakni kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan. Semua warga masyarakat
mempunyai kesempatan memperbaiki atau mempertahankan kesejahteraan mereka. Prinsip
kesetaraan menciptakan kepercayaan timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat melalui
penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat
dan memadai. Informasi adalah suatu kebutuhan penting masyarakat untuk berpartisipasi dalam
pengelolaan daerah. Berkaitan dengan hal tersebut pemerintah daerah perlu proaktif memberikan
informasi lengkap tentang kebijakan dan layanan yang disediakannya kepada masyarakat.
Pemerintah daerah perlu mendayagunakan berbagai jalur komunikasi seperti melalui brosur,
leaflet, pengumuman melalui koran, radio serta televisi lokal. Pemerintah daerah perlu
menyiapkan kebijakan yang jelas tentang cara mendapatkan informasi
7. Efektifitas dan efisiensi
Untuk menunjang prinsip-prinsip yang telah disebutkan di atas, pemerintahan yang baik
dan bersih juga harus memenuhi kriteria efektif dan efisien yakni berdaya guna dan berhasil-
guna. Kriteria efektif biasanya di ukur dengan parameter produk yang dapat menjangkau sebesar-
besarnya kepentingan masyarakat dari berbagai kelompok dan lapisan sosial. Agar pemerintahan
itu efektif dan efisien, maka para pejabat pemerintahan harus mampu menyusun
perencanaan-perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat, dan disusun secara
rasional dan terukur.
8.Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah pertangungjawaban pejabat publik terhadap masyarakat yang
memberinya kewenangan untuk mengurusi kepentingan mereka. Para pengambil keputusan di
pemerintah, sektor swasta dan organisasi-organisasi masyarakat bertanggung jawab baik kepada
masyarakat maupun kepada lembaga-lembaga yang berkepentingan. Bentuk
pertanggungjawaban tersebut berbeda satu dengan lainnya tergantung dari jenis organisasi yang
bersangkutan. Instrumen dasar akuntabilitas adalah peraturan perundang-undangan yang ada,
dengan komitmen politik akan akuntabilitas maupun mekanisme pertanggungjawaban,
sedangkan instrumen-instrumen pendukungnya adalah pedoman tingkah laku dan sistem
pemantauan kinerja penyelenggara pemerintahan dan sistem pengawasan dengan sanksi yang
jelas dan tegas.

9.Visi Strategis

Visi strategis adalah pandangan-pandangan strategis untuk menghadapi masa yang akan
datang. Para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jauh ke depan atas tata
pemerintahan yang baik dan pembangunan manusia, serta kepekaan akan apa saja yang
dibutuhkan untuk mewujudkan perkembangan tersebut. Selain itu mereka juga harus memiliki
pemahaman atas kompleksitas kesejarahan, budaya dan sosial yang menjadi dasar bagi perspektif
tersebut.

2.2.3 Penerapan Good Governance di Indonesia


Good Governance diIndonesia sendiri mulai benar – benar dirintis dan diterapkan sejak
meletusnya era Reformasi yang dimana pada era tersebut telah terjadi perombakan sistem
pemerintahan yang menuntut proses demokrasi yang bersih sehingga Good Governance
merupakan salah satu alat Reformasi yang mutlak diterapkan dalam pemerintahan baru. Akan
tetapi, jika dilihat dari perkembangan Reformasi yang sudah berjalan selama 12 tahun ini,
penerapan Good Governance diIndonesia belum dapat dikatakan berhasil sepenuhnya sesuai
dengan cita – cita Reformasi sebelumnya. Masih banyak ditemukan kecurangan dan kebocoran
dalam pengelolaan anggaran dan akuntansi yang merupakan dua produk utama Good
Governance.
Akan tetapi, Hal tersebut tidak berarti gagal untuk diterapkan, banyak upaya yang
dilakukan pemerintah dalam menciptaka iklim Good Governance yang baik, diantaranya ialah
mulai diupayakannya transparansi informasi terhadap publik mengenai APBN sehingga
memudahkan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam menciptakan kebijakan dan dalam
proses pengawasan pengelolaan APBN dan BUMN. Oleh karena itu, hal tersebut dapat terus
menjadi acuan terhadap akuntabilitas manajerial dari sektor publik tersebut agar kelak lebih baik
dan kredibel kedepannya. Undang-undang, peraturan dan lembaga – lembaga penunjang
pelaksanaan Good governance pun banyak yang dibentuk. Hal ini sangatlah berbeda jika
dibandingkan dengan sektor publik pada era Orde Lama yang banyak dipolitisir pengelolaannya
dan juga pada era Orde Baru dimana sektor publik di tempatkan sebagai agent of development
bukannya sebagai entitas bisnis sehingga masih kental dengan rezim yang sangat menghambat
terlahirnya pemerintahan berbasis Good Governance.
Diterapkannya Good Governance diIndonesia tidak hanya membawa dampak positif
dalam sistem pemerintahan saja akan tetapi hal tersebut mampu membawa dampak positif
terhadap badan usaha non-pemerintah yaitu dengan lahirnya Good Corporate Governance.
Dengan landasan yang kuat diharapkan akan membawa bangsa Indonesia kedalam suatu
pemerintahan yang bersih dan amanah.

Anda mungkin juga menyukai