Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

GLOBALISASI DAN GOOD GOVERNMENT


GOVERNANCE DI INDONESIA

Makalah Ini Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah :

Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen Pembimbing :

Dr. Ibnu Qoyyim, M.Si

Disusun Oleh :

Farhan Achmad Fajari* 11180510000114

Ramadhani 11180930000007

Nurul Hidayah 11180930000003

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM N SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2019 M / 1440 H
i

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha

penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Globalisasi dan Good Government

Governance di Indonesia” kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Islam

dan Ilmu Pengetahuan.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan

dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk

itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

bekontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah tentang “Globalisasi dan Good

Government Governance di Indonesia” ini bisa memberikan wawasan lebih luas

lagi dan menjadi inspirasi kepada para pembaca, khususnya untuk para mahasiswa

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 10 Mei 2019

Tim Penyusun

i
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I .......................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 5

1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 5

1.4 Manfaat ..................................................................................................... 5

BAB II .....................................................................................................................6

2.1 Pengertian Globalisasi ........................................................................... 6

2.1.1 Karakteristik Dari Proses Globalisasi ............................................... 7

2.1.2 Peranan Negara Dalam Globalisasi................................................... 9

2.1.3 Pengaruh Globalisasi Terhadap Kehidupan Ekonomi ............................ 9

2.2 Good Government Governance ( Tata Kelola Pemerintahan Yang

Baik) 10

2.2.1 Konsep Good Government Governance ......................................... 11

2.2.2 Prinsip Good Goverment Governance ............................................ 12

2.2.3 Manfaat Good Government Governance ........................................ 15

BAB III ..................................................................................................................18

ii
iii

3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 18

3.2 Saran ........................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Globalisasi merupakan sebuah fenomena dimana negara-negara di dunia

secara langsung maupun tidak langsung mengharapkan terjadinya sebuah interaksi

antara masyarakat yang jauh lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan saat

sebelumnya. Teknologi informasi dan komunikasi (Information and

Communication Technology/ICT) yang mendorong percepatan globalisasi dalam

memperoleh akses informasi, akses pelayanan, dan juga akses kecepatan dan

kemudahan dalam bertransaksi.Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi

saat ini sudah semakin meluas.

Fenomena ini menyentuh berbagai bidang kehidupan di seluruh wilayah

pemerintahan negara menuntut reformasi sistem perekonomian dan pemerintahan,

termasuk birokrasinya, sehingga memungkinkan interaksi perekonomian antar

daerah dan antarbangsa berlangsung lebih efisien sehingga memunculkan istilah

good government governance atau tata kelola pemerintahan yang baik. Kunci

keberhasilan pembangunan perekonomian adalah daya saing, dan kunci dari daya

saing adalah efisiensi proses pelayanan, serta mutu ketepatan dan kepastian

kebijakan publik. Kunci keberhasilan pembangunan perekonomian adalah daya

saing dan kunci dari daya saing adalah efisiensi proses pelayanan, mutu, dan

kepastian kebijakan publik.

4
5

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang nantinya akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana konsepsi tentang globalisasi?

2. Bagaimana korelasi globalisasi dengan tata kelola pemerintahan yang baik?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan umum dari pembuatan makalah ini yaitu :

1. Mengetahui konsepsi dan fenomena globalisasi

2. Mengetahui korelasi globalisasi dengan good governance government

3. Sebagai sarana yang bermanfaat untuk memperoleh keterampilan dalam

melakukan perbendaharaan pengetahuan tentang Pendidikan

Kewarganegaraan

1.4 Manfaat

Adapun manfaat dalam makalah ini yaitu memberikan pengetahuan kepada

pembaca mengenai globalisasi dan good government governance.


6

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Globalisasi

Globalisasi suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah

yang akan membawa seluruh bangsa dan negara didunia makin terikat satu sama

lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan koeksistensi dengan

menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya

Globalisasi juga merupakan suatu proses untuk meletakkan dunia di bawah

satu unit sama tanpa dibatasi oleh kedudukan geografi suatu negara. Melalui proses

ini dunia tidak lagi mempunyai perbatasan dengan ruang udara dan terbuka luas

untuk dimasuki oleh berbagai informasi yang disalurkan melalui media

komunikasi, seperti internet, media elektronik dan teknologi cyber. Perkembangan

ini memungkinkan hubungan antara sebuah negara dengan negara lain dan

hubungan sesama manusia dilakukan secara singkat.Definisi globalisasi dapat

dirumuskan sebagai fenomena yang menjadikan dunia mengecil dari aspek

hubungan antara manusia karena perkembangan teknologi informasi.

Globalisasi terjadi ketika ditetapkannya formasi sosial global baru dengan

ditandai oleh diberlakukannya secara global suatu mekanisme perdagangan melalui

penciptaan kebijakan perdagangan bebas (free-trade), yakni dengan berhasilnya

ditandatanganinya kesepakatan internasional tentang perdagangan pada bulan April

1994 di Maroko. Kesepakatan ini merupakan suatu perjanjian internasional,

perdagangan yang dikenal dengan nama General Agreement On Tariff and Trade
7

(GAAT). GAAT merupakan suatu kumpulan aturan internasional yang mengatur

perilaku perdagangan antar pemerintah. GAAT juga merupakan forum negosiasi

perdagangan antar pemerintah serta merupakan pengadilan untuk menyelesaikan

jika terjadi perselisihan dagang antar bangsa. Kesepakatan ini dibangun

proteksionis dan dibangun atas keyakinan bahwa persaingan bebas akan

menguntungkan bagi negara-negara yang menerapkan prinsip-prinsip efektifitas

dan efesiensi. Pada tahun 1995, suatu organisasi pengawasan perdagangan dan

kontrol perdagangan dunia dikenal sebagai World Trade Organization (WTO) yang

merupakan salah satu aktor forum perundingan antar perdagangan dari mekanisme

globalisasi yang terpenting.

2.1.1 Karakteristik dari proses globalisasi

Globalisasi lahir bersamaan dengan modernisasi di Barat

sejak abad ke XVI, saat dimulai terjadi sistematisasi kehidupan ekonomi,

hubungan internasional antar negara, dan lahirnya budaya global. Proses ini

terus berkembang sejak sekarang dalam akselerasi yang semakin cepat.

Masuknya budaya Barat ke Indonesia terjadi dengan ekspansi perdagangan

rempah yang diikuti dengan kolonialisasi.Globalisasi yang berarti

terjadinya hubungan sistemik dari semua hubungan-hubungan sosial di

bumi ini.

Fenomena globalisasi sifatnya refleksi, artinya menimbulkan

kesadaran atas kemanusiaan, misalnya rasa simpatik terhadap penderitaan

bencana alam, perang, adanya pasar global dan HAM. Proses globalisasi
8

berarti lenyapnya pertentangan antara universalisme dan partikularisme,

gemeinschaft dan gesselschaft, publik dan swasta, dunia kerja dan keluarga.

Proses globalisasi berakibat sekat-sekat pembatasan ruang dan waktu

semakin hilang.

Perkembangan dalam teknologi dan pola kegiatan ekonomi

membuat masyarakat di dunia semakin saling bersentuhan, saling

membutuhkan, dan saling menentukan nasib antara satu dengan yang lain,

tetapi juga saling bersaing. Hal ini secara dramatis terutama terlihat dalam

kegiatan perdagangan internasional, baik di bidang barang-barang (trade in

goods), maupun di bidang jasa (trade in services). Saling keterkaitan ini

memerlukan adanya kesepakatan mengenai aturan main yang berlaku.

Aturan main yang diterapkan untuk perdagangan internasional adalah

aturan main yang berkembang dalam sistem GATT-WTO. Manakala

ekonomi menjadi terintegrasi, harmonisasi hukum mengikutinya.

Terbentuknya WTO (World Trade Organization) telah didahului oleh

terbentuknya blok-blok ekonomi regional, seperti Masyarakat Uni Eropa,

NAFTA, AFTA dan APEC. Tidak ada kontradiksi antara regionalisasi dan

globalisasi perdagangan. Sebaliknya integrasi ekonomi global

mengharuskan terciptanya blok-blok perdagangan baru. Perdagangan yang

sejalan dengan aturan main WTO dan kerjasama ekonomi regional berarti

menuntut pula pengembangan institusi yang lebih demokratis,

memperbaharui mekanisme pasar, dan memfungsikan sistem hukum.


9

2.1.2 Peranan Negara dalam Globalisasi

Globalisasi liberal telah membangun pandangan bahwa negara telah

melemah di hadapan globalisasi. Negara tidak lagi mampu berperan

dilingkungan global untuk memberikan kesejahteraan kepada masyarakat,

karena lingkungan global, modal dan perusahaan-perusahaan global lah

yang mampu beraktifitas secara tidak terbatas.Pandangan ini dikemukakan

oleh Kenichi Ohmae yang menyatakan bahwa negara-bangsa tidak lagi

mempunyai kemampuan untuk terlibat dalam perekonomian global karena

pola pikirnya yang lebih menekankan kepada kepentingan nasional.

Kegagalan lain dari negara-bangsa adalah ketikmampuannya dalam

mengontrol aktor-aktor ekonomi non-negara dan modal yang berada di

dalam wilayahnya. Ketika negara-bangsa mengeluarkan kebijakan dan

aktivitas yang dirasakan akan membahayakan kedudukan modal, mereka

dengan begitu mudah memindahkan investasinya ke negara lain yang

menguntungkan akibat berlangsungnya sistem ekonomi global. Peran

negara-bangsa sebetulnya masih ada dalam era global, yaitu membuat

kebijakan perpajakan (pajak bertarif rendah), sehingga negara masih

memiliki kesempatan untuk mensejahterakan rakyatnya melalui kebijakan-

kebijakan yang populis.

2.1.3 Pengaruh Globalisasi Terhadap kehidupan Ekonomi

Dalam globalisasi ekonomi, telah berlaku peningkatan dalam

ketergantungan perdagangan. Perusahaan-perusahaan dan perdagangan


10

terus meningkat melalui investasi asing di suatu negara, sehingga perluasan

perusahaan telah melampaui batas negara.Perspektif ini dapat dilihat

melalui kegiatan berikut:Perusahaan multinasional yang mempunyai

kegiatan di luar negaranya meliputi eksport-import dan produksi bahan

jadi.Perusahaan multinasional menjalankan usaha di berbagai

negara.Perusahaan multinasional melihat ekonomi dunia sebagai satu, yaitu

memperoleh bahan mentah dan menjual produksi ke seluruh dunia.Proses

globalisasi melalui tiga jalur, yaitu tranfer modal, ilmu pengetahuan dan

teknologi dan tranfer skill. Ketiga ini mata rantai yang diterima negara

berkembang.

2.2 Good Government Governance ( Tata Kelola Pemerintahan Yang


Baik)

Penyempurnaan organisasi publik diharapkan mengarah kepada

terbentuknya organisasi bersistem terbuka yang lebih fleksibel, mampu

mengakomodasikan perubahan untuk kepentingan organisasi. Perubahan yang

cepat dan tidak terduga membuka pandangan dan pikiran atas tuntutan adanya

paradigma baru yang menghantarkan perjalanan menuju “Good Government

Governance” (Tata Kelola Pemerintahan yang Baik), menuju Pemerintahan yang

bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).

Dalam organisasi modern berpijak pada konsep-konsep pemikiran

manajemen modern, antara lain: menerapkan teknologi manajemen, berbasis pada

asas demokratisasi, akuntabilitas, keterbukaan, transparasi, dan taat hukum.


11

Terselenggaranya “Good Government Governance” merupakan prasyarat bagi

setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan

serta cita-cita bangsa bernegara. Dalam rangka itulah diperlukan pengembangan

dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas, dan legitimasi

sehingga penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan dapat berlangsung secara

berdayaguna, berhasilguna, bersih dan bertanggungjawab, serta bebas dari Korupsi,

Kolusi dan Nepotisme (KKN). Terwujudnya penerapan Good Government

Governance dalam organisasi pemerintahan merupakan tuntutan bagi

terselenggaranya manajemen pemerintahan dan pembangunan yang berdaya guna,

berhasil guna, dan bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Berkaitan dengan hal

tersebut diperlukan sistem akutabilitas, transparansi, keterbukaan, dan aturan

hukum yang baik dan sesuai dengan harapan / tuntutan kebutuhan pada seluruh

jajaran aparatur negara.

2.2.1 Konsep Good Government Governance

Konsep Good Government Governance dapat diartikan sebagai acuan

dalam proses dan struktur hubungan politik dan ekonomi yang baik. Faktor terkuat

yang mempengaruhi baik buruknya dan tercapai atau tidaknya pada pemerintahan

yang baik terletak pada good human resources. Bahwa setiap manusia memiliki

kepentingan, baik kepentingan individu, kelompok, dan/atau kepentingan

masyarakat. Untuk mewujudkannya, setiap kepentingan selalu terjadi benturan,

sehingga dalam merealisasikan good governanceadalah penghindaran terhadap


12

benturan kepentingan tersebut, sehingga tercapainya kata “sepakat”. Kata sepakat

tersebut diatur dalam peraturan dan perundangan.

Konsep Good Government Governance tentunya perlu dilaksanakan oleh semua

pihak yaitu Pemerintah, Swasta dan Masyarakat. Namun hal demikian masih

banyak yang rancu memahami konsep Governance. Secara sederhana, banyak

pihak menerjemahkan governance sebagai Tata Pemerintahan. Tata pemerintahan

disini bukan hanya dalam pengertian struktur dan manajemen lembaga yang disebut

eksekutif, karena pemerintah (government) hanyalah salah satu dari tiga aktor besar

yang membentuk lembaga yang disebut governance. Dua aktor lain adalah private

sektor (sektor swasta) dan civil society(masyarakat madani).

Karenanya memahami governance adalah memahami bagaimana integrasi peran

antara pemerintah (birokrasi), sektor swasta dan civil society dalam suatu aturan

main yang disepakati bersama. Lembaga pemerintah harus mampu menciptakan

lingkungan ekonomi, politik, sosial budaya, hukum dan keamanan yang kondusif.

Sektor swasta berperan aktif dalam menumbuhkan kegiatan perekonomian yang

akan memperluas lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan, sedangkan civil

society harus mampu berinteraksi secara aktif dengan berbagai macam aktifitas

perekonomian, sosial dan politik termasuk bagaimana melakukan kontrol terhadap

jalannya aktifitas-aktifitas tersebut

2.2.2 Prinsip Good Goverment Governance

Menyadari pentingnya masalah ini, prinsip-prinsip good government

governance diurai satu persatu sebagaimana tertera di bawah ini:


13

1. Partisipasi Masyarakat

Semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan

keputusan, baik secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga

perwakilan sah yang mewakili kepentingan mereka. Partisipasi

menyeluruh tersebut dibangun berdasarkan kebebasan berkumpul dan

mengungkapkan pendapat, serta kapasitas untuk berpartisipasi secara

konstruktif.

2. Tegaknya Supremasi Hukum

Kerangka hukum harus adil dan diberlakukan tanpa pandang

bulu, termasuk di dalamnya hukum-hukum yang menyangkut hak

asasi manusia.

3. Transparansi

Tranparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas.

Seluruh proses pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi perlu

dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan, dan informasi

yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan dipantau.

4. Peduli pada Stakeholder

Lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan harus berusaha

melayani semua pihak yang berkepentingan.

5. Berorientasi pada Konsensus


14

Tata pemerintahan yang baik menjembatani kepentingan-kepentingan yang

berbeda demi terbangunnya suatu konsensus menyeluruh dalam hal apa

yang terbaik bagi kelompok-kelompok masyarakat, dan bila mungkin,

konsensus dalam hal kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur.

6. Kesetaraan

Semua warga masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki atau

mempertahankan kesejahteraan mereka.

7. Efektifitas dan Efisiensi

Proses-proses pemerintahan dan lembaga-lembaga memb uahkan hasil

sesuai kebutuhan warga masyarakat dan dengan menggunakan sumber-

sumber daya yang ada seoptimal mungkin.

8. Akuntabilitas

Para pengambil keputusan di pemerintah, sektor swasta dan organisasi-

organisasi masyarakat bertanggung jawab baik kepada masyarakat maupun

kepada lembaga-lembaga yang berkepentingan. Bentuk pertanggung

jawaban tersebut berbeda satu dengan lainnya tergantung dari jenis

organisasi yang bersangkutan.

9. Visi Strategis

Para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jauh ke

depan atas tata pemerintahan yang baik dan pembangunan manusia, serta

kepekaan akan apa saja yang dibutuhkan untuk mewujudkan perkembangan


15

tersebut. Selain itu mereka juga harus memiliki pemahaman atas

kompleksitas kesejarahan, budaya dan sosial yang menjadi dasar bagi

perspektif tersebut.

Menerapkan praktik good governance dapat dilakukan secara bertahap

sesuai dengan kapasitas pemerintah, masyarakat sipil, dan mekanisme

pasar. Salah satu pilihan strategis untuk menerapkan good governance di

Indonesia adalah melalui penyelenggaraan pelayanan publik. Ada beberapa

pertimbangan mengapa pelayanan publik menjadi strategis untuk memulai

menerapkan good governance.

Pelayanan publik sebagai penggerak utama juga dianggap penting oleh

semua aktor dari unsur good governance. Para pejabat publik, unsur-unsur

dalam masyarakat sipil dan dunia usaha sama-sama memiliki kepentingan

terhadap perbaikan kinerja pelayanan publik. Ada tiga alasan penting yang

melatar-belakangi bahwa pembaharuan pelayanan publik dapat mendorong

praktik good governance di Indonesia. Pertama, perbaikan kinerja

pelayanan publik dinilai penting oleh stakeholders, yaitu pemerintah ,

warga, dan sektor usaha. Kedua, pelayanan publik adalah ranah dari ketiga

unsur governance melakukan interaksi yang sangat intensif. Ketiga, nilai-

nilai yang selama ini mencirikan praktik good governance diterjemahkan

secara lebih mudah dan nyata melalui pelayanan publik.

2.2.3 Manfaat Good Government Governance


Untuk dapat menerapkan Good Government Governance perlu

diperhatikan prinsip-prinsip dasar yang menjadi pedoman dalam


16

penyelenggaraan pemerintahan daerah. Secara umum prinsip-prinsip dasar

Good Government Governance terdiri dari lima hal, yaitu; tranparansi,

integritas, akuntabilitas, keadilan, dan responsibilitas.

Sementara Organization for Economic Cooperation and

Development menyebutkan 4 hal pokok yang menjadi prinsip dasar Good

Government Governance, diantaranya adalah:

1. Keadilan (fairness)

Melindungi segenap kepentingan masyarakat dan stakeholder lainnya dari

rekayasa-rekayasa dan transaksi-transaksi yang bertentangan dengan peraturan

yang berlaku.

2. Tranparansi (transparency)

Meningkatkan keterbukaan (disclosure) dari kinerja pemerintah daerah secara

teratur dan tepat waktu (timely basis) serta benar (accurate)

3. Dapat dikontrol (Accountability)

Menciptakan system pengawasan yang efektif didasarkan atas distribusi dan

keseimbangan kekuasaan (distribution and balance of power)

4. Tanggungjawab (responsibility)

Pemerintah memiliki tanggungjawab untuk mematuhi hukumdan ketentuan

peraturan yang berlaku termasuk tanggap terhadap kepentingan masyarakat.

Selain itu ada beberapa prinsip lain yang diperkenalkan oleh para pakar hukum dan

manajemen internasional antara lain:


17

1. Moralitas (moralty)

Pemerintah dan seluruh individu dalam pemerintahan wajib menjunjung tinggi

moralitas, didalam prinsip ini mengandung unsur-unsur kejujuran (honest),

kepekaan social dan tanggungjawab individu.

2. Kehandalan (reliability)

Didalam prinsip-prinsip Good Government Governance juga terkandung unsur

reability, diman pihak pemerintah/penyelenggara daerah dituntut untuk memiliki

kompetensi dan profesionalisme dalam penyelenggaraan pemerintah daerah.

3. Komitmen (commitment)

Pihak pemerintah daerah/penyelenggara pemerintahan daerah dituntut untuk

memiliki komitmen penuh untuk selalu meningkatkan nilai daerah, dan bekerja

untuk mengoptimalkan nilai pemerintahan daerah.

Bagi pemerintah daerah yang tidak dijalankan dengan prinsip-prinsip Good

Government Governance, akan beranggapan bahwa dengan menerapkan prinsip-

prinsip tersebut justru akan merugikan kepentingan mereka. Namun dengan

memahami secara menyeluruh tentang prinsip-prinsip Good Government

Governance, maka sebenarnya pemerintahan daerah dapat menarik manfaat yang

bisa dinikmati oleh seluruh pihak yang berkepentingan terhadap pemerintah


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penyelenggaraan pemerintahan yang baik adalah landasan bagi penyusunan

dan penerapan kebijakan negara yang demokratis. Prinsip-prinsip good governance

merupakan unsur yang fundamental dalam rangka penyelenggaraan pemerintah

yang baik bersih korupsi, kolusi serta nepotisme. Pelaksanaan prinsip-prinsip good

governance tidak selalu berjalan mulus, terdapat kendala-kendala yang harus

ditatanggulangi bersama oleh pemerintah dan masyarakat, serta peningkatan upaya-

upaya yang perlu dilakukan guna semakin meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

3.2 Saran

Bagi Indonesia, pemahaman terhadap tren perubahan global ini sangatlah

penting, terutama dalam mempersiapkan pendidikan bagi generasi muda kedepan,

khususnya dalam membangun pola pikir dengan wawasan global, dimana cara

berfikir baru perlu dikembangkan agar tidak terjebak pada pemahaman sempit dan

satu dimensional saja terhadap tren globalisasi sebagai suatu keniscayaan.

Karenanya, suka atau tidak suka, siap atau belum siap, sejak sekarang para pelaku

yang terlibat dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan tinggi perlu segera

melahirkan para alumninya dengan kesiapan kompetensi dalam memasuki

globalisasi pendidikan.Dalam konteks ini, adalah kesiapan ketika ledakan

perubahan revolusioner kembali terjadi di dunia, maka para alumni perguruan

tinggi Indonesia bukanlah lagi hanya sebagai penonton seperti di masa lalu dan saat

18
19

ini, namun menjadi pelaku atau agen perubahan itu sendiri. Viva perguruan tinggi

Indonesia tercinta.
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Halawi, Hendra. 2005. Ekonomi Internasioanl dan Globalisasi Ekonomi.

Bogor: Ghalia Indonesia

Ikbar, Yanuar. 2002. Ekonomi Politik Internasional: Studi Pengenalan Umum.

Bandung: Universitas Padjadjaran

Artikel Jurnal

Bourdieu, Pierre, 2003. “Kritik terhadap Neoliberalisme: Utopia

Eksploitasi Tanpa Batas menjadi Kenyataan”, Basis, 52 (11-12), November-

Desember 2003.

Held, David, 2000. “Regulating Globalization? The Reinvention Politics”.

International Sociology, 15 (2): 394-408

Priyono, Herry, 2004. “Marginalisasi ala Neoliberal”, Basis, 53 (05-06),

Mei-Juni 2005.

Sklair, Leslie. 2002, “Demokrasi and Transnational Capitalist Class”,

ANNAL AAPSS, 581, Mei 2002.

Yeates, Nicola. 2002, “Globalization and Social Policy: From Global

Neoliberal Hegemony to Global Political Pluralism”, Global Social Policy, 2 (x):

69-91.

20
21

Artikel Koran

Jemadu, Aleksius, 2001. “Demokrasi Global”, Kompas, 30 Mei.

Artikel Online

Al Qadhafi, Saif Al Islam, 2005. “By The People for the People”, dalam

http://www.globalagendamagazine.com/2005/saifalislamalqadhafi.asp.

Held, David, 2001. ”Globalization, Cosmopolitanism, and Democracy: An

Interview”, IDEES of the Centre d'Estudis de Temes Contemporanis, Generalitat

de Catalunya, dalam http://www.polity.co.uk/global/ held.htms.

Anda mungkin juga menyukai