Anda di halaman 1dari 5

Seksio Caesaria Ekstraperitoneal Elektif

Keluaran yang kadang terjadi dari seksio caesaria yang dilakukan pada kondisi adanya infeksi
uterus atau persalinan lama dengan ketuban yang telah pecah lebih dari satu jam adalah infeksi
pada luka operasi, peritonitis, dan ileus paralitik (sering berkaitan dengan pneumonia) dan
kemungkinan syok sepsis yang mematikan.
Pada kasus dengan persentase tinggi, bahkan dengan adanya observasi yang teliti
terhadap asepsis dan antisepsis, teknik pembedahan yang hati-hati dan hemostasis yang
dilakukan dibawah kondisi asepsis yang ketat, pembersihan kavitas abdomen yang teliti dan
penggunaan antibiotik tidak dapat mencegah komplikasi yang telah disebutkan diatas, dimana
lebih sering terjadi pada rumah sakit di pedesaan Afrika.
Oleh karena itu, hal ini meningkatkan kebutuhan untuk penggunaan kembali teknik
pembedahan yang di negara Barat pernah dilakukan sebelum era antibiotik. Dalam hal ini
termasuk seksio caesaria ekstraperitoneal, dimana saat ini memberikan jalan untuk
menyelamatkan nyawa ibu hamil dan fertilitas.
Observasi menunjukkan bahwa pendekatan ekstraperitoneal pada kavitas uterus
mencegah penyebaran inflamasi dari uterus ke kavitas abdomen yang memberikan konfirmasi
lebih lanjut mengenai ketepatan penutupan peritoneal selama seksio caesaria. Kami ingin
memastikan pada pembaca bahwa teknik ini, seperti seluruh teknik yang telah dideskripsikan
sebelumnya pada manual ini yang telah berhasil diuji coba oleh penulis, merupakan teknik yang
sederhana dan efektif. Kami mendeskripsikan dua teknik:

a. Histerotomi Botella-Llusia (1949)


Langkah preeliminasi adalah instilasi kandung kemih dengan larutan methylene blue atau
gentian violet (Latzko, 1909). Laparotomi mengikuti (lihat Bab 13) insisi Cherney dengan insisi
kurvilinear transversal pada kulit dan fasia. Otot piramidalis (Gambar 15.19) didiseksi bebas dan
dieksisi secara tajam untuk memperlihatkan tendon rektus dibawahnya; dengan jari telunjuk,
sebuah bidang dibentuk antara tendon fibrosa otot rektus dan fasia transversalis dibawahnya.
Dengan menggunakan skalpel no.10 yang tajam, tendon rektus ditranseksi secara transversal 1 –
2 cm ke arah kranial ke tepi superior tulang pubis. Otot rektus tidak boleh terpotong.
Saat ini mengikuti mobilisasi kandung kemih dari traktus urinarius bawah (LUS) dimana
awalnya dilakukan dengan diseksi tumpul dan tajam, melanjutkan secara lateromedial dan pada
arah cephalad, pertama pada salah satu sisi, kemudian pada sisi kontralateral, dan akhirnya
dengan diseksi tajam (Gambar. 15.20)

Gambar 15.19: Seksio caesaria ekstraperitoneal: Laparotomi berdasarkan Cherney – otot


piramidalis dipisahkan dari rektum
Gambar 15.20: Mobilisasi kandung kemih, diseksi tajam pada area terbesar dari kandung kemih
ke peritoneum
Gambar 15.21: Histerotomi, dilakukan dengan penjahitan referensi
Gambar 15.22: Ekspansi digital pada insisi uterus. Untuk klarifikasi, otot piramidalis tidak
ditunjukkan
Gambar 15.23: Memasukkan kembali otot rektus ke penempatannya, sedangkan otot piramidalis
tetap di traksi
Gambar 15.24: Cara perlakuan pada peritoneum dengan teknik yang disederhanakan pada
seksio caesaria Crichton ekstraperitoneal, 1973

Kami melakukan hal tersebut dengan mengikuti cara berikut: Kami memegang kandung
kemih antara ibu jari (pada satu sisi) dan telunjuk dan jari tengah (pada sisi lainnya). Untuk
mempertahankan ujung jari tetap kontak dengan LUS, kami melakukan pemisahan dengan
elevasi simultan dengan traksi. Mobilisasi cepat dan mudah dilakukan.
Setelah melakukan histerotomi awal (dengan diseksi tajam, dengan lebar 2 – 3 cm), kami
melakukan dua stay suture (Gambar. 15.21) dan uterus diinsisi dengan lebar 2 – 3 cm, lalu
diikuti dengan ekspansi digital (Gambar 15.22).
Kami mempercayai bahwa aplikasi STAY suture merupakan langkah yang penting yang
dapat memungkinkan identifikasi tepi luka dan traksinya dapat mengurangi perdarahan. Langkah
selanjutnya dideskripsikan untuk histerotomi transversal. Penutupan dilakukan dengan jahit
matras horizontal sebanyak 5 – 6 dengan bahan benang jahit permanen pada tendon rektus
anterior ke fasia rektus anterior distal intak (Gambar. 15.23).

b. Teknik Histerotomi Crichton (1974)


Abdomen dimasuki melalui laparotomi pada garis tengah subumbilikal.
Langkah pembedahan sebagai berikut: Insisi kulit, subkutis dan fasia; pemisahan digital
otot rektus dan identifikasi fasia transversalis, yang diretraksi secara luas, secara lateral dan
kaudal, dari bidang otot diatasnya.
 Untuk mengidentifikasi urakus, forsep diletakkan dekat dengan asalnya (Gambar.
15.24A)
 Dengan menggunakan traksi pada forsep, urakus dan peritoneum parietal diletakkan
dibawah tegangan; keduanya didiseksi secara transversal pada kedua sisi sepanjang 3 cm
(Gambar 15.24B)
 Sekali lagi, traksi yang kuat diberikan pada forsep untuk menempatkan kantong
vesikouterin dibawah tegangan. Dilakukan insisi secara transversal pada kedua sisi,
sepanjang 3 cm (Gambar 15.24C)
 Peritoneum viseral (yang menutupi LUS) diangkat sejauh mungkin hingga tepi superior
dari LUS dapat dicapat (Gambar 15.24D)
 Tepi parietal dan viseral dijahit bersamaan; kavitas peritoneum saat ini ditutup sekali lagi
(Gambar 15.17)
Dengan demikian, LUS sebagian besar telah dapat diperlihatkan, kemudian akan
dilanjutkan seperti yang telah dideskripsikan sebelumnya dengan teknik Botella-Llusia.

Seksio Caesaria Ekstraperitoneal Darurat


Ketika seksio caesaria tidak diikuti dengan dilakukannya penutupan peritoneum, sering terjadi
adhesi yang luas yang terbentuk antara uterus dan dinding abdomen anterior, hal ini membuat
sulit untuk membedakan antara dua bidang. Pembedahan ini akan sangat sederhana jika
dilakukan dengan cara berikut.
Pada kasus laparotomi vertikal, dengan memperluas insisi kaudal (mons pubis) pada kulit
dan fasia hingga mencapai simfisis pubis, memungkinkan untuk identifikasi otot piramidalis
yang jika dipisahkan akan menandakan lokasi rektum, yang biasanya akan mudah terlihat. Pada
titik ini, melanjutkan secara cephalad dan mediolateral, otot rektus dari jaringan yang mendasari
hingga permukaan yang cukup akan dibebaskan untuk melaksanakan histerotomi yang dianggap
paling cocok. Berdasarkan preferensi, harusnya dilakukan secara transveral, dimana insisi
vertikal pada LUS (mengikuti Opitz, lihat Bab 16) memiliki kerugian dimana dapat memanjang
secara kaudal. Ekstraksi janin dan plasenta diikuti dengan penutupan lapis-ganda.
Jangan pernah melakukan lisis terhadap adhesi; hal ini akan terbentuk kembali dengan
risiko obstruksi abdomen.
Penutupan dinding dengan bidang anatomis; pasien dapat makan setelah beberapa jam.
Histerotomi Vertikal

Histerotomi vertikal melibatkan akses kavitas uterus dimana ekstraksi uterus dilakukan dengan
insisi vertikal pada dinding uterus anterior

PENDAHULUAN
Asumsi bahwa seksio caesaria dalam bentuk apapun

Anda mungkin juga menyukai