Arg)
MAKALAH
OLEH :
FAKULTAS PERTANIAN
MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.
(Hevea brasiliensis Muell. Arg)” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat
Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang telah
mendukung penulis baik dalam bentuk moral maupun material dan penulis
mengucapkan terima kasih juga kepada pihak PT. Perkebunan Nusantara III yang telah
memberikan izin kepada pihak mahasiswa untuk melakukan praktik kerja lapangan.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
perbaikan kedepan. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Latar Belakang...................................................................................................... 2
Tujuan Penulisan .................................................................................................. 2
Kegunaan Penulisan ............................................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg)
Syarat Tumbuh
Iklim
Tanah
KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg)
Sejarah Karet di Indonesia
Pengenalan Karet
Jenis-Jenis Tanaman Karet
BUDIDAYA KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg)
Pengolahan Tanah
Penanaman
Pembuatan Lubang Tanam
Pelaksanaan Penanaman
Penanaman Tanaman Penutup Tanah
Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan Tanaman Sebelum Berproduksi
Penyulaman
Penyiangan
Pemupukan
Seleksi dan penjarangan
Pemeliharaan tanaman penutup tanah
Pemeliharaan Tanaman Sebelum Berproduksi
Penyiangan
Pemupukan
Pengendalian Hama dan Penyakit
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
Latar Belakang
komoditas andalan ekspor adalah kelapa sawit dan karet. Karet merupakan salah satu
komoditi perkebunan penting, baik sebagai sumber pendapatan, kesempatan kerja dan
perkebunan karet maupun pelestarian lingkungan dan sumberdaya hayati (Silaen, 2010).
produktivitas tanaman karet dan tingginya tingkat kematian bibit setelah beberapa
saat tanam di lapangan. Salah satu strategi untuk meningkatkan ketahanan bibit karet
atau pembekalan bibit karet dengan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dapat
meningkatkan dan mempertahankan pertumbuhan pada kondisi tanah yang tidak ideal
(Yuleli, 2009).
ini tidak diimbangi dengan penerapan budidaya yang baik terlihat pada masih
penggunaan bahan tanam, penggunaan benih unggul bermutu untuk komoditi karet yang
masih sangat rendah sekitar 41%. Tanaman karet umumnya diperbanyak melalui
okulasi, sehingga untuk menghasilkan bibit yang baik perlu mempersiapkan adanya
batang atas dan batang bawah. Batang bawah berupa tanaman semaian dan biji klon
(Haryanto, 2012).
Perbaikan teknologi budidaya juga dapat menjadi salah satu usaha dalam
budidaya yang sangat penting dilakukan sebelum tanaman menghasilkan menjadi tua
dan kurang produktif atau umur ekonomisnya habis. Perbanyakan vegetatif mempunyai
peranan yang penting dalam budidaya tanaman perkebunan karena akan menghasilkan
tanaman yang secara genetic sama dengan induknya, sehingga memiliki sifat-sifat yang
hamper seragam serta memiliki kemampuan produksi yang merata. Keseragaman ini
Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengenal tanaman karet,
mengetahui perkembangan karet serta prospek komoditas karet kedepannya dan mampu
Kegunaan Penulisan
Kegunaan dari penulisan laporan adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat
tunggang dan akar akar cabang. Akar ini mampu menopang batang tanaman yang
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar
Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh
lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas. Dibeberapa kebun karet ada
beberapa kecondongan arah tumbuh tanamanya agak miring kearah utara. Batang
tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks (Ashari, 2006).
Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang
tangkai daun utama 3-20 cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10 cm dan pada
ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada
sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung
Bunga majemuk ini terdapat pada ujung ranting yang berdaun. Tiap-tiap
sedangkan bunga jantan terdapat pada seluruh bagian karangan bunga. Jumlah
bunga jantan jauh lebih banyak daripada bunga betina. Bunga berbentuk
“lonceng” berwarna kuning. Ukuran bunga betina lebih besar daripada bunga
jantan. Apabila bunga betina terbuka, putik dengan tiga helai putik akan tampak.
Bunga jantan bila telah matang akan mengeluarkan tepung sari yang berwarna
kuning. Bunga karet mmpunyai bau dan warna yang menarik dengan tepung sari
Karet merupakan tanaman berbuah polong (diselaputi kulit yang keras) yang
sewaktu masih muda buahnya berpaut erat dengan rantingnya. Buah karet dilapisi
oleh kulit tipis berwarna hijau dan didalamnya terdapat kulit yang keras dan
berkotak. Tiap kotak berisi sebuah biji yang dilapisi tempurung, setelah tuawarna
kulit buah berubah menjadi keabu-abuan dan kemudian mengering. Pada waktunya
pecah dan jatuh, bijinya tercampak lepas dari kotaknya.Tiap buah tersusun atas
dua sampai empat kotak biji. Pada umumnya berisi tiga kotak biji dimana setiap
kotak terdapat satu biji. Tanaman karet mulai menghasilkan buah pada umur lima
(Budiman, 2012).
Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi jumlah biji biasanya tiga
kadang sampai enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras.
(Ashari, 2006).
Syarat Tumbuh
Iklim
Daerah yang cocok adalah pada zone antara 150 LS dan 150 LU, dengan suhu
harian 25 – 30o C. karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.000-2.500 mm/tahun
dengan hari hujan berkisar 100 s/d 150 HH/tahun. Lebih baik lagi jika curah hujan
merata sepanjang tahun dan membutuhkan sinar matahari sepanjang hari, minimum
5- 7 jam/hari.
Tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 m –
400 m dari permukaan laut (dpl). Pada ketinggian > 400 m dpl dan suhu harian lebih
dari 30o C, akan mengakibatkan tanaman karet tidak bisa tumbuh dengan baik.
Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk penanaman
karet.
Tanah
Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik
tanah vulkanis maupun alluvial. Sifat-sifat tanah yang cocok pada umumnya antara lain;
aerasi dan drainase cukup, tekstur tanah remah, struktur terdiri dari 35% tanah liat dan
30% tanah pasir, kemiringan lahan < 100 cm. Derajat keasaman mendekati normal
cocok untuk tanaman karet, yang paling cocok adalah pH 5-6. Batas toleransi pH tanah
adalah 4-8.
KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg)
Euphorbiaceae, yang merupakan pohon kayu tropis yang berasal dari hutan Amazon.
Di dunia, setidaknya 2.500 spesies tanaman diakui dapat memproduksi lateks, tetapi
Havea brasiliensis saat ini merupakan satusatunya sumber komersial produksi karet
alam. Karet alam mewakili hampir separuh dari total produksi karet dunia karena sifat
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi, besar dan berbatang
cukup besar, tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Tumbuh lurus dan memiliki
percabangan yang tinggi diatas. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal
dengan nama lateks. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun.
Panjang tangkai daun utama 3-20 cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10 cm. Anak
daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing, tepinya rata dan gundul
(Wikipedia).
karet. Tujuan dari penyadapan karet ini adalah membuka pembuluh lateks pada kulit
pohon agar lateks cepat mengalir. Kecepatan aliran lateks akan berkurang apabila
takaran cairan lateks pada kulit berkurang. Kulit karet dengan ketinggian 260 cm dari
permukaan tanah merupakan bidang sadap petani karet untuk memperoleh pendapatan
selama kurun waktu sekitar 30 tahun. Oleh sebab itu penyadapan harus dilakukan
dengan hati-hati agar tidak merusak kulit tersebut. Jika terjadi kesalahan dalam
(lateks). Pohon karet normal disadap pada tahun ke-5. Produk dari penggumpalan lateks
selanjutnya diolah untuk menghasilkan lembaran karet (sheet), bongkahan (kotak), atau
karet remah (crumb rubber) yang merupakan bahan baku industri karet. Ekspor karet
dari Indonesia dalam berbagai bentuk, yaitu dalam bentuk bahan baku industri (sheet,
crumb rubber, SIR) dan produk turunannya seperti ban, komponen, dan sebagainya
(Arif, 2009).
Hasil karet biasa dimanfaatkan atau diolah menjadi beberapa produk antara lain
adalah : RSS I, RSS II, RSS III, Crumb Rubber, Lump, dan Lateks. Hasil utama dari
pohon karet adalah lateks yang dapat dijual atau diperdagangkan di masyarakat berupa
tersebut akan digunakan sebagai bahan baku pabrik Crumb Rubber / Karet Remah, yang
menghasilkan berbagai bahan baku untuk berbagai industri hilir seperti ban, bola,
sepatu, karet, sarung tangan, baju renang, karet gelang, mainan dari karet, dan berbagai
merupakan Negara produsen kedua terbesar di dunia setelah Thailand. Karet alam
(cis-1,4 polyisoprene) diperoleh dari lateks yang diproduksi sel latisifer di kulit batang
tanaman karet. Karet alam dalam prakteknya diperoleh dengan melakukan penyadapan
pada panel batang karet. Lateks tersebut kemudian dikumpulkan dan diolah
Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan penting, baik sebagai sumber
sentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet maupun pelestarian lingkungan dan
sumberdaya hayati (Litbang Deptan, 2007). Ekspor karet Indonesia tahun 2015 sebesar
sektor pertanian di Indonesia, berikut ini akan disajikan perkembangan karet dan
yang pada waktu itu masih jajahan belanda. Mula-mula karet ditanam di kebun raya
bogor sebagai tanaman koleksi. Dari tanaman koleksi, karet selanjutnya dikembangkan
ke beberapa daerah sebagai tanaman perkebunan komersil. Daerah yang pertama kali
digunakan sebagai tempat uji coba penanaman karet adalah Pamanukan dan Ciasem,
Jawa Barat. Jenis yang pertama kali diujicobakan di kedua daerah tersebut adalah
species Ficus elastica atau karet rembung. Jenis karet Havea brasiliensis baru ditanam di
Sumatera bagian timur pada tahun 1902 dan di Jawa pada tahun 1906
permintaan karet dunia dan kenaikkan harga. Hal-hal lain yang ikut menunjang
dibukanya perkebunan karet antara lain karena pemeliharaan tanaman karet relatif
mudah. Pada masa itu, penduduk umumnya membudidayakan karet sambil menanam
padi. Jika tanah yang diolah kurang subur, mereka pindah mencari lahan baru. Namun,
mereka tetap memantau pertumbuhan karet yang telah ditanam secara berkala hingga
(HAPM) pada tahun 1910-1911 ikut menanamkan modal dalam membuka perkebunan
karet di Sumatera. Perluasan perkebunan karet di Sumatera berlangsung mulus berkat
perkebunan mengerahkan biaya, teknik budidaya yang ilmiah dan modern, serta teknik
Pengenalan Karet
Tanaman karet (Hevea brasiliensis) berasal dari negara Brazil. Tanaman ini
merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam dunia. Jauh sebelum tanaman karet
ini dibudidayakan, penduduk asli diberbagai tempat seperti: Amerika Serikat, Asia dan
Afrika Selatan menggunakan pohon lain yang juga menghasilkan getah. Getah yang
mirip lateks juga dapat diperoleh dari tanaman Castillaelastica (family moraceae).
Sekarang tanaman tersebut kurang dimanfaatkan lagi getahnya karena tanaman karet
telah dikenal secara luas dan banyak dibudidayakan. Sebagai penghasil lateks tanaman
Pohon karet para pertama kali hanya tumbuh di Amerika Selatan, namun setelah
percobaan berkali-kali oleh Henry Wickham, pohon ini berhasil dikembangkan di Asia
Tenggara, di mana sekarang ini tanaman ini banyak dikembangkan; sekarang Asia
Tanaman karet alam pertama kali tumbuh di Amerika Selatan, setelah percobaan
berkali-kali oleh Henry Wickham. Pohon ini berhasil dikembangkan di Asia Tenggara.
Nama lain karet alam adalah Havea brasiliensis, pohon ini dapat tumbuh tinggi hingga
15-25 meter. Tanaman ini dapat diambil getahnya sampai usia 30 tahun dan setiap
harinya dapat diambil hasilnya (Anwar Chairil 2005, dalam Soekarno 2009).
Jenis-Jenis Tanaman Karet
Karet alam sekarang ini jumlah produksi dan konsumsinya jauh dibawah karet
sintesis atau buatan pabrik. Sesungguhnya karet alam belum dapat digantikan oleh
Karet sintesis memiliki kelebihan seperti tahan terhadap berbagai zat kimia dan
harganya yang cenderung bisa dipertahankan supaya tetap stabil. Bila ada pihak yang
menginginkan karet sintesis dalam jumlah tertentu, maka biasanya pengiriman atau
kelemahan, karet alam tetap mempunyai pangsa pasar yang baik. Beberapa industri
tetap memiliki ketergantungan yang besar terhadap pasokan karet alam, misalnya
industri ban yang merupakan pemakai terbesar karet alam. Dewasa ini jumlah produksi
karet alam dan karet sintesis adalah 1:2. Walaupun jumlah produksi karet alam lebih
rendah, bahkan hanya setengah dari produksi karet sintesis, tetapi sesungguhnya jumlah
- Lateks kebun, adalah cairan getah yang didapat dari bidang sadap pohon karet.
- Sheet angin, adalah bahan olah karet yang dibuat dari lateks yang sudah disaring
dan digumpalkan dengan asam semut, berupa karet sheet yang sudah digiling tetapi
belum jadi.
- Slab tipis, adalah bahan olah karet yang terbuat dari lateks yang sudah
- Lump segar, adalah bahan olah karet yang bukan berasal dari gumpalan
- Ribbed smoked sheet (RSS), adalah jenis karet berupa lembaran sheetyang
- White crepe dan Pale crepe, merupakan crepe yang berwarna putih atau muda.
White crepe dan Pale crepe juga ada yang tebal dan tipis.
- Estate brown crepe, merupakan crepe yang berwarna coklat. Selain itu
- Compo crepe, adalah jenis crepe yang dibuat dari bahan lump, scrap pohon,
potongan-potongan sisa dari RSS, atau slab basah. Scrap tanah tidak boleh
digunakan.
- Thin brown crepe remills, merupakan crepe cokelat yang tipis karena
digiling ulang.
- Thick blanket crepes ambers, merupakan crepe blanket yang tebal dan
berwarna cokelat.
- Flat bark crepe, merupakan karet tanah atau earth rubber, yaitu jenis crepe
yang dihasilkan dari scrap karet alam yang belum diolah, termasuk scrap tanah yang
berwarna hitam.
- Pure smoked blanket crepe, merupakan crepe yang diperoleh dari
penggilingan karet asap yang khusus berasal dari Ribbed smoked sheet, termasuk
juga block sheet atau sheet bongkah, atau sisa dari potongan Ribbed smoked
sheet.
- Off crepe, merupakan crepe yang tidak tergolong bentuk baku atau standar.
Biasanya tidak dibuat melalui proses pembentukan langsung dari bahan lateks yang
masih segar.
c). Lateks Pekat adalah jenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak berbentuk
d). Karet Bongkah atau Block Rubber adalah karet yang telah dikeringkan dan
e). Karet spesifikasi teknis atau Crumb rubber adalah karet yang dibuat khusus
f). Tyre rubber adalah bentuk lain dari karet alam yang dihasilkan sebagai barang
setengah jadi sehingga bisa dipakai langsung oleh konsumen, baik untuk
pembuatan ban atau barang yang menggunakan bahan baku karet alam lainnya.
g). Karet reklim atau Reclaimed rubber adalah karet yang diolah kembali dari
barang-barang karet bekas. Boleh dibilang karet reklim adalah suatu hasil
Karet Sintesis
banyak digunakan. Memiliki ketahanan kikis yang baik dan kalor atau panas yang
- BR (butadiene rubber), karet jenis BR lebih lemah, daya lekat lebih rendah,
- IIR (isobutene isopropene rubber), sering juga disebut butyl rubber dan
karet sintesis untuk kegunaan khusus yang paling sering digunakan. Sifatnya
yang sangat baik adalah tahan terhadap minyak. Sekalipun didalam minyak, karet
dibanding dengan NBR masih kalah. Memiliki daya tahan terhadap pengaruh
oksigen dan ozon diudara, bahkan juga tahan terhadap panas atau nyala api.
ketahanannya terhadap sinar matahari, ozon, serta pengaruh unsur cuaca lainnya.
Pengolahan Tanah
Menurut Batubara (2017) Ada dua jenis penanaman karet, yaitu penanaman baru
(new planting) dan peremajaan (replanting). Kegiatan pengolahan lahan, baik untuk
lahan adalah membabat pepohonan yang tumbuh. Tentunya, pada newplanting jenis
pohon yang tumbuh di areal relatif banyak dengan ketinggian dan diameter batang
beragam. Sementara itu, pada replanting pohon yang tumbuh hanya karet dengan
cangkul atau traktor. Dalam pembongkaran tanah ini sekaligus dilakukan pembersihan
sisa-sisa akar, rhizoma, alang-alang, dan bebatuan karena akan mengganggu perakaran
Roundup dengan dosis bisa dilihat di kemasannya. Biasanya setiap satu hektar lahan
memerlukan 20.000 liter larutan herbisida. Setelah disemprot herbisida, lahan dibiarkan
Jika lahan untuk budi daya karet tidak berkontur rata, tetapi memiliki
kemiringan lebih dari 10°, sebaiknya dibuat teras dengan lebar minimum tiga meter.
Penanaman
Untuk tanaman karet, jarak tanam optimal tersebut adalah 3 x 7 meter jika
ditanam secara monokultur. Sementara itu, jika ditanam secara tumpangsari, jarak
menggunakan jarak tanam pagar. Artinya, tanaman tumpangsari berfungsi sebagai pagar
atau mengapit tanaman utama. Dalam cara ini jarak tanam dalam barisan dibuat rapat
dan jarak tanam antar barisan renggang. Cara seperti ini memungkinkan tanaman
segitiga atau tidak teratur. Jarak tanam segitiga hanya bisa diterapkan di lahan berkontur
datar atau mendekati datar. Sementara itu, jarak tanam tidak teratur bisa diterapkan di
stadium bibit yang akan ditanam. Jika yang ditanam adalah bibit okulasi stum mini atau
bibit dalam kantong plastik, ukuran lubang tanam cukup 60 x 60 x 60 cm. Jika yang
dipakai adalah bibit stum tinggi berumur 2 - 3 tahun, lubang tanam berukuran 80 x 80 x
80 cm. Sementara itu, jika panjang akar tunggang lebih dari 80 cm, di bagian tengah
Setelah digali dengan ukuran sesuai dengan stadium bibit yang akan ditanam,
tanah galian bagian atas atau top soil yang subur dipisahkan dari tanah bagian bawah
atau subsoil yang kurang subur. Lubang tanam kemudian dibiarkan terkena panas
matahari selama dua minggu agar bibit hama dan penyakit yang ada di dalamnya mati.
Pelaksanaan Penanaman
Setelah bibit dan lubang tanam siap maka penanaman bisa segera dilaksanakan.
Jika bibit yang ditanam merupakan bibit yang diambil dari lahan, akar tunggang harus
masuk lurus ke dalam tanah. Akar tunggang yang arahnya miring bisa mengakibatkan
pertumbuhan tanaman terhambat. Jika yang akan ditanam berupa bibit okulasi dalam
kantong plastik atau dalam tapih, media di sekitar bibit harus padat dan tidak pecah.
ke dalam lubang tanam dan diurug dengan tanah yang ada di sekitarnya
Crotalaria juncea, dan Tephrosia candida. Sementara itu, dari jenis pepohonan yang
Penanaman tanaman penutup tanah ini bisa dilakukan dengan cara menyebarkan
benih secara merata di antara larikan tanaman karet sebagai tanaman utama. Bisa juga
Di kalangan petani karet, tanaman yang belum bisa disadap atau belum
(Siregar, 2006).
Penyulaman
itu sudah ada kepastian tanaman yang hidup dan yang mati. Karena penyulaman
dilakukan saat tanaman berumur 1 - 2 tahun, bibit yang digunakan berupa bibit stum
kematian disebabkan oleh bakteri atau jamur, tanah bekas tanaman harus diberi
fungisida. Pelaksanaan penyulaman dilakukan pada pagi hari pukul 06.00 - 09.00 atau
sore hari pukul 15 - 17.00, saat cuaca tidak terlalu panas untuk mengurangi risiko
kematian.
Penyiangan
Penyiangan dalam budi daya karet bertujuan membebaskan tanaman karet dari
bisa dilakukan setiap saat, yaitu ketika pertumbuhan gulma sudah mulai mengganggu
Ada dua cara penyiangan, yaitu secara manual dan secara kimiawi. Secara
Sementara itu, secara kimiawi dengan menyemprotkan herbisida atau bahan kimia
pemberantas gulma. Banyak merek herbisida yang sudah beredar di pasaran. Dianjurkan
memilih merek yang sesuai dengan jenis gulma yang akan diberantas agar hasilnya
efektif. Di samping itu, juga harus diperhatikan dosis dan frekuensi penyemprotan agar
Pemupukan
Kegiatan pemupukan dilakukan dengan dua cara, yaitu manual circle dan
chemical strip weeding. Pada cara pertama atau manual circle, lubang dibuat melingkari
tanaman dengan jarak disesuaikan dengan umur tanaman. Hal ini disebabkan perakaran
tanaman semakin bertambah luas seiring dengan pertambahan umurnya. Untuk tanaman
jarak 40 - 60 cm, dan lebih dari 48 bulan dengan jarak 50 - 120 cm. Lubang dibuat
dengan kedalaman 5 - 10 cm, kemudian pupuk ditaburkan ke dalamnya dan ditutup
dengan tanah.
Pada cara kedua atau chemical strip weeding, pupuk diletakkan pada jarak 1 -
1,5 m dari barisan tanaman. Caranya sama, yaitu tanah digali sedalam 5 - 10 cm,
kemarau. Sementara itu, jenis pupuk yang diberikan di antaranya urea, DS, dan KCl
Idealnya dalam suatu areal perkebunan karet terdiri dari tanaman yang
seluruhnya dalam keadaan sehat dan baik, terutama menjelang penyadapan. Karenanya,
tanaman yang sakit harus ditebang dan dibongkar sampai akarakarnya agar penyakit
Dengan asumsi yang hidup 95%, maka dari 476 bibit yang ditanam dalam satu
hektar akan terdapat 452 pohon Budidaya dan Pasca Panen KARET 49 menjelang
penyadapan. Jika dari 452 pohon tersebut 5% di antaranya sakit, akan tersisa 425
tanaman sehat. Dari 425 tanaman sehat akan dapat disadap 400 pohon.
Pemeliharaan tanaman penutup tanah
tanaman penutup tanah harus dipelihara dengan pemupukan dan pemangkasan. Pupuk
yang digunakan sebaiknya kompos yang telah matang dengan dosis 4 - 5 ton/hektar.
tanaman penutup tanah terlalu pesat perlu dikendalikan dengan cara pemangkasan. Alat
tanaman dalam keadaan baik; produksinya tetap, bahkan meningkat sesuai dengan umur
tanaman; dan masa produktifnya makin panjang. Tanpa perawatan yang baik, kondisi
produktifnya singkat.
Penyiangan
Penyiangan lahan karet pada masa produksi bertujuan sama dengan penyiangan
pada masa sebelum produksi, yaitu mengendalikan pertumbuhan gulma agar tidak
mengganggu tanaman utama. Penyiangan bisa dilakukan secara manual, kimiawi, atau
peralatan, seperti cangkul, parang, atau sabit. Jika gulmanya berupa rumput-rumputan,
Jika areal karet sangat luas, pemberantasan gulma yang paling efektif adalah
secara kimiawi menggunakan Budidaya dan Pasca Panen KARET 51 herbisida atau
bahan kimia pemberantas gulma, baik kontak maupun sistemik. Herbisida kontak
memberantas gulma dengan cara kontak langsung dengan gulmanya, misalnya
Gramaxone dan Paracol. Sementara itu, herbisida sistemik memberantas gulma dengan
cara zat aktifnya meresap ke dalam gulma, misalnya Basfapon, Dowpon, Gramavine,
dan Palitapon.
Pemupukan
Cara pemupukan tanaman karet pada masa produksi sama dengan masa sebelum
produksi, yaitu pupuk dimasukkan ke dalam lubang yang digali melingkar dengan jarak
1 – 1,5 meter dari pohon. Bisa juga pupuk dimasukkan ke dalam alur berbentuk garis di
antara tanaman dengan jarak 1,5 meter dari pohon. Sebelum pemupukan dilakukan,
(OPT) yang terdiri dari hama dan penyakit. Hama dibedakan dengan penyakit tumbuhan
Guna menghindari risiko yang berat tersebut, diperlukan usaha pengolaan penyakit
dengan pengendalian yang efektif dan efisien. Untuk perlu diketahui cirri-ciri khusus
masing-masing penyakit, cara pengendalian dengan bahan dan alat serta waktu yang
tepat.
- Mekanis-fisis
- Kultur teknis
Pengolahan tanah
Pengaturan pemupukan
- Biologis/hayati
penyakit tanaman.
- Kimiawi
Pada perkebunan tanaman karet Jamur Akar Putih merupakan penyakit umum
dan yang paling merugikan pada tanaman karet.Penyakit ini adalah penyakit yang utama
pada tanaman karet yang ditemukan pada sebagian besar area perkebunan didunia
termasuk Indonesia, India, Malaysia, Sri Lanka, Thailand Afrika barat dan Afrika
Tengah. Pada beberapa negara penyakit ini adalah penyebab kerugian terbesar pada
tanaman karet.
Penyakit ini disebakan oleh jamur patogen Rigidoporus lignosus dari kelas
Menurut Semangun (2008) cendawan ini mempunyai lebih kurang 35 nama lain
(sinonim), sinonim dari Rigioporus antara lain Rigidoporus lignosus (Kloztch) Imazeki
atau Rigidoporus microporus (Swartz: Fr.) van Ov., Polyporus lignosus Klotzsch,
Tanaman karet yang terserang JAP memiliki gejala awal berupa membusuknya
akar tanaman yang diserang, sehingga tanaman mudah roboh. Selain itu tanaman yang
terserang juga menampakkan gejala sekunder berupa bertambah banyaknya ranting dan
berbuah lebih awal dari tanaman yang sehat, sehingga tanaman terlihat lebih rimbun.
Daun tanaman yang terserang selanjutnya akan menguning dan gugur yang selanjutnya
1. Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan penting, baik sebagai sumber
sentra-sentra baru.
2. Pohon karet dapat tumbuh tinggi hingga 15-25 meter. Tanaman ini dapat diambil
getahnya sampai usia 30 tahun dan setiap harinya dapat diambil hasilnya
setelah bereproduksi.
5. Pengendalian hama dan penyakit tanaman karet dapat dilakukan secara mekanis,
kultur teknis, biologi dan kimiawi. Salah satu penyakit pada tanaman karet
Lindung, 2013. Teknik Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Karet. Balai
Pelatihan Pertanian. Jambi.
Nugroho PS. 2010. Karakteristik Bioligi Isolat – Isolat Rigidoporus microporus pada
Tanaman Karet (Havea brasiliensis) Asal Cilacap. Skripsi, Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret.
Riza Arief Putranto. 2013. Menguak Rahasia penyakit Kering Alur Sadar (KAS) pada
Tanaman Karet Menggunakan Teknik Analisis Ekspresi Gen Debit Tinggi.
Setiawan, H. D dan Andoko, A. 2005. Petunjuk Lengkap Budi Daya Karet. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Silaen, S.J. 2010. Strategi Pengembangan Bisnis Karet Alam Olahan. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Siregar, U.J. 2006. Budidaya Tanaman Karet. Faculty of Forestry IPB. Bogor.
Tim Penebar Swadaya. 2008. Panduan Lengkap Karet. Penebar Swadaya. Jakarta.
Tim Penulis Ps. 1991. Budidaya Ulat Sutera. Penebar Swadaya Jakarta.
Tim Penulis Ps. 2004. Karet Budidaya dan Pengolahan Strategi Pemasaran,
Penebar Swadaya. Jakarta.
Yuleli. 2009. Penggunanan Beberapa Jenis Fungi Untuk Meningkatkan Tanaman Karet
(Hevea brasiliensis) di Tanah Gambut. Tesis Program Studi Biologi
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan.