Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Analisis Situasi


Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” yaitu mencegah sesuatu yang tidak
dikehendaki. Sedangkan konsepsi yang dimaksud ialah pertemuan sel telur pada wanita
dan sel sperma pada pria yang bisa mengakibatkan kehamilan. Kontrasepsi juga
dimaksudkan fertilsasi yakni pembuahan karena bertemunya sel telur (ovum) dengan sel
sperma (spermatozoa) melalui saluran sel telur. Alat yaitu sesuatu benda yang digunakan
untuk mencapai tujuan.
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan berbagai jenis
masalah kependudukan. Masalah utamanya yaitu ledakan jumlah penduduk yang beberapa
tahun terakhir ini sulit dikontrol. Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia
merupakan negara ke-5 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak, yaitu 249
juta. Pusat Data Informasi, Kementerian Kesehatan RI, mengestimasi jumlah penduduk
Indonesia tahun 2013 sejumlah 248,4 juta orang.
Kebijakan pemerintah dalam mengatasi hal tersebut yaitu dengan menetapkan
program Keluarga Berencana (KB) sebagai program pemerintah sejak tahun 1970
bersamaan dengan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional dengan tujuan dapat
menekan pertumbuhan jumlah penduduk serta
meningkatkan status kesehatan reproduksi. Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu
sasaran langsung dan tidak langsung tergantung dari usaha yang akan dicapai. Sasaran
langsungnya adalah pasangan usia subur yang bertujuan untuk menurunkan tingkat
kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. Sedangkan secara
tidak langsung adalah dengan pelaksanaan dan pengolahan KB dengan tujuan
menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu
dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas dan keluarga sejahtera.
Variasi dalam penggunaan alat kontrasepsi pun masih rendah. Pusat Data Informasi,
Kementrian Kesehatan RI tahun 2013 mencatat 48,56% pengguna alat kontrasepsi
menggunakan metode suntikan, 26,60% menggunakan metode pil dan sisanya tidak begitu
berbedaan tara persentase penggunaan alat kontrasepsi dengan metode intra uterine device
(IUD), metode operasi wanita (MOW), metode operasi pria (MOP), kondom, maupun
implan.
1.2 Permasalahan Mitra
Jumlah pasangan usia subur di RW 1 Kelurahan Simpang Tiga Pekanbaru cukup
banyak. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari penanggungjawab posyandu ada banyak
pasangan usia subur yang telah memiliki anak. Tingginya angka balita di daerah tersebut
menunjukkan pengendalian kelahiran di daerah tersebut kurang baik dan membutuhkan
edukasi mengenai program pengendalian kelahiran khususnya mengenai alat kontrasepsi
AKDR.

1.3 Solusi yang Ditawarkan


Banyaknya pasangan suami istri muda dan pasangan subur di kelurahan Simpang Tiga
membutuhkan suatu metode untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat
dalam penggunaan alat kontrasepsi, agar dapat digunakan dengan tepat dan dapat mencegah
terjadi angka kelahiran yang tinggi. Solusi yang ditawarkan pada permasalahan ini adalah
dengan melakukan penyuluhan mengenai alat kontrasepsi AKDR.

1.4 Tujuan Kegiatan


Tujuan diadakannya program penyuluhan kontrasepsi ini adalah :
1. Meningkatkan pengetahuan wanita pasangan usia subur di RW 01 Kelurahan
Simpang Tiga Kecamatan Bukit Raya mengenai kesehatan reproduksi dan program
pengendalian kelahiran dengan alat kontrasepsi.
2. Meningkatkan pengetahuan wanita usia subur di RW 01 Kelurahan Simpang Tiga
Kecamatan Bukit Raya dalam memilih alat kontrasepsi yang tepat khususnya AKDR.
3. Meningkatkan kesadaran pasangan usia subur di RW 01 Kelurahan Simpang Tiga
Kecamatan Bukit Raya untuk menggunakan alat kontrasepsi khususnya AKDR.

1.5 Target Luaran


Kegiatan penyuluhan kontrasepsi AKDR pada wanita pasangan usia subur di RW 01
kelurahan Simpang Tiga Kecamatan Bukit Raya ini ditargetkan menghasilkan luaran
berupa :
a. Peningkatan pengetahuan wanita pasangan usia subur mengenai kesehatan reproduksi,
pengendalian kelahiran dengan alat kontasepsi, maupun cara memilih alat
kontrasepsi yang tepat.
b. Kegiatan penyuluhan ini diharapkan dapat sebagai sarana untuk pengembangan diri
dalam hal public speaking, peningkatan pengetahuan tentang alat kontrasepsi, serta
terpenuhinya tugas blok reproduksi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

IUD (Intra Uterine Device)/Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/IUD (Intra Uterine
Device) adalah atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) merupakan alat kontrasepsi
terbuat dari plastik yang flesibel dipasang dalam rahim. Kontrasepsi yang paling ideal
untuk ibu pasca persalinan dan menyusui adalah tidak menekan produksi ASI yakni Alat
Kontarsepsi Dalam rahim (AKDR)/Intra Uterine Device(IUD), suntikan KB yang 3
bulan, minipil dan kondom (BkkbN, 2014).

Ibu perlu ikut KB setelah persalinan agar ibu tidak cepat hamil lagi (minimal 3- 5
tahun) dan punya waktu merawat kesehatan diri sendiri, anak dan keluarga. Kontrasepsi
yang dapat digunakan pada pasca persalinan dan paling potensi untuk mencegah mis
opportunity berKB adalah Alat Kontrasepsi Dalam rahim (AKDR) atau IUD pasca
plasenta, yakni pemasangan dalam 10 menit pertama sampai 48 jam setelah plasenta lahir
(atau sebelum penjahitan uterus/rahim ada pasca persalinan dan pasca keguguran di
fasilitas kesehatan, dari ANC sampai dengan persalinan terus diberikan penyuluhan
pemilihan metode kontrasepsi. Sehingga ibu yang setelah bersalin atau keguguran, pulang
ke rumah sudah menggunakan salah satu kontrasepsi (BkkbN, 2014).

2.2 Jenis-jenis IUD


Menurut Arum (2011) jenis-jenis Intra Uterine Device (IUD) adalah sebagai berikut:
1. IUD CuT-380 A
Bentuknya kecil, kerangka dari plastik yang fleksibel, berbentuk huruf T
diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu).
2. IUD lain yang beredar di Indonesia ialah NOVA T (Schering) Menurut Hartanto
(2008) IUD yang banyak dipakai di Indonesia dewasa ini dari jenis unmedicated
adalah Lippes Loop dan dari jenis Medicated adalah Cu-T 380 A, Multiload 375
dan Nova-T.
a. Lippes Loop
IUD Lippes Loop terbuat dari bahan polietilen, berbentuk spiral, pada bagian
tubuhnya mengandung barium sulfat yang menjadikannya radio opaque pada pemeriksaan
dengan sinar -X. Menurut Proverawati (2010) IUD Lippes Loop bentuknya seperti spiral atau
huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol dan dipasang benang pada ekornya. Lippes
Loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda ukuran panjang bagian atasnya. Adapun tipe dari
Lippes Loops adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1. Jenis dan Ukuran Lippes Loops
Macam Loop Panjang Berat Warna Benang
LL A 22,5 cm 290 mgr Hitam
LL B 27, 5 cm 526 mgr Biru
LL C 30,0 cm 615 mgr Kuning
LL D 30,0 cm 709 mgr Putih

IUD jenis Lippes Loops mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan lain
dari jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus,
sebab terbuat dari bahan plastik (Proverawati, 2010).

c. Cu T 380 A
IUD Cu – T 380 A terbuat dari bahan polietilen berbentuk huruf T dengan tambahan
bahan Barium Sulfat. Pada bagian tubuh yang tegak, dibalut tembaga sebanyak 176
mg tembaga dan pada bagian tengahnya masing-masing mengandung 68,7 mg
tembaga, dengan luas permukaan 380 ± 23m2. Ukuran bagian tegak 36 mm dan
bagian melintang 32 mm, dengan diameter 3 mm. pada bagian ujung bawah dikaitkan
benang monofilamen polietilen sebagai kontrol dan untuk mengeluarkan IUD.
d. Multiload 375
IUD Multiload 375 (ML 375) terbuat dari polipropilen dan mempunyai luas
permukaan 250 mm2 atau panjang 375 mm2 kawat halus tembaga yang membalut
batang vertikalnya untuk menambah efektifitas. Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu
standar, small, dan mini. Bagian lengannya didesain sedemikian rupa sehingga lebih
fleksibel dan meminimalkan terjadinya ekspulsi.
e. Nova – T
IUD Nova-T mempunyai 200 mm2 kawat halus tembaga dengan bagian lengan
fleksibel dan ujung tumpul sehingga tidak menimbulkan luka pada jaringan setempat
pada saat dipasang.
f. Cooper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini
mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat
tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2 fungsinya sama seperti
halnya lilitan tembaga halus pada jenis Copper-T (Proverawati, 2010).

Jenis kontrasepsi IUD pasca salin aman dengan menggunakan IUD Cu T (copperT),
sedangkan jenis non copper memerlukan penundaan sampai 6 minggu sehingga tidak cocok
untuk pasca salin (BkkbN, 2014).
Menurut Suparyanto (2011) IUD terdiri dari IUD hormonal dan non hormonal.
1. IUD Non-hormonal
Pada saat ini IUD telah memasuki generasi ke-4. Karena itu berpuluh-puluh macam IUD
telah dikembangkan. Mulai dari generasi pertama yang terbuat dari benang sutra dan logam
sampai generasi plastik (polietilen) baik yang ditambah obat atau tidak.
a. Menurut bentuknya IUD dibagi menjadi 2: 1) Bentuk terbuka (Open Device): Misalnya:
Lippes Loop, CUT, Cu-7. Marguiles, Spring Coil, Multiload, Nova-T. 2) Bentuk tertutup
(Closed Device): Misalnya: Ota-Ring, Altigon, dan Graten ber-ring.
b. Menurut Tambahan atau Metal
1) Medicated IUD: Misalnya: Cu T 200 (daya kerja 3 tahun), Cu T 220
(daya kerja 3 tahun), Cu T 300 (daya kerja 3 tahun), Cu T 380 A (daya
kerja 8 tahun), Cu-
7, Nova T (daya kerja
5 tahun), ML
-Cu 375 (daya
kerja 3 tahun). Pada jenis Medicated IUD angka yang tertera di
belakang IUD menunjukkan luasnya kawat halus tembaga yang
ditambahkan, misalnya Cu T 220 berarti tembaga adalah 220 mm
2
. Cara
insersi:
Withdrawal
.

Anda mungkin juga menyukai