Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN PARITAS DENGAN PERAWATAN TALI PUSAT PADA

BAYI BARU LAHIR OLEH IBU POSTPARTUM DI KLINIK BERSALIN


HJ. S. TARIGAN DI KOTA PANGKALPINANG

Neng Ayu Rosita


Jurusan Kebidanan, Poltekkes Pangkalpinang
Email: n.ayurosita@gmail.com

Abstrack: Relationship Between Parity by Way of Umbilical Cord Care Performed by Post-
partum Mothers in Labour Clinic Hj. S.Tarigan Pangkal Pinang City. Based on data from
Risbinakes in 2013 known that umbilical cord care in Province Bangka Belitung is 14.9% are not
given any treatment, 76.3% by betadine/ alcohol, 0.8% in the given drug sow, 7.9% by herb/
traditional medicine. The aim of this research is conducted to determine the relationship between
parity by way of umbilical cord care performed by post-partum mothers at the maternity. Metode
study using analytic methods research design cross sectional with data collection technique is
purposive sampling to obtain a sample of 48 respondents. The results showed 30 (62.5%) were
multiparas, and how to care umbilical cord is done properly as many as 9 people (18.75%) that
based on the results of the study there was no association between parity by way of umbilical cord
care by postpartum mothers at the maternity.

Keywords: Parity, Umbilical cord, Newborn baby

Abstrak: Hubungan Paritas dengan Perawatan Tali Pusat pada Bayi Baru Lahir oleh Ibu
Postpartum di Klinik Bersalin HJ. S. Tarigan di Kota Pangkalpinang. Berdasarkan data
Risbinakes 2013 diketahui bahwa cara perawatan tali pusat di Provinsi Bangka Belitung sebanyak
14,9 % tidak dibubuhkan apa-apa, 76,3% diberi betadine, 0,8% diberi obat tabur, 7,9% diberi obat
tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara paritas dengan cara
perawatan tali pusat yang dilakukan oleh ibu postpartum. Metode penelitian dengan menggunakan
metode analitik dengan desain penelitian cross sectional dengan tehnik pengumpulan data yaitu
purposive sampling sehingga didapatkan sampel 48 responden. Hasil penelitian menunjukan 30
orang (62.5%) ibu multipara, dan cara perawatan tali pusat yang dilakukan dengan tepat yaitu
sebanyak 9 orang (18.75%) sehingga berdasarkan hasil penelitian tidak ada hubungan antara
paritas dengan cara perawatan tali pusat oleh ibu postpartum.

Kata kunci: Paritas, Perawatan tali pusat, Bayi baru lahir

Dalam upaya penurunan Angka Kematian Perawatan tali pusat adalah melakukan
Neonatus, Angka Kematian Bayi dan angka pengobatan dan pengikat tali pusat yang
Kematian Balita, telah dikembangkan Rencana menyebabkan pemisahan fisisk ibu dengan bayi,
Aksi Nasional (RAN) Kesehatan Anak yang dan kemudian tali pusat dirawat dalam keadaan
bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan bersih dan terhindar dari infeksi tali pusat.
kematian bayi baru lahir, bayi dan balita untuk Perawatan tali pusat yang baik dan benar akan
pencapaian tujuan pembangunan millenium menimbulkan dampak positif yaitu tali pusat
bidang kesehatan. Tetanus Neonatorum dan akan “puput” pada hari ke-5 sampai hari ke-7
infeksi tali pusat telah menjadi penyebab tanpa ada komplikasi, sedangkan dampak negatif
kesakitan dan kematian secara terus-menerus di dari perawatan tali pusat yang tidak benar adalah
berbagai negara. Setiap tahunnya sekitar 500.000 bayi akan mengalami penyakit tetanus
bayi meninggal karena tetanus neonatorum dan Neonatorum dan dapat mengakibatkan kematian.
460.000 meninggal akibat infeksi bakteri (Depkes, 2007). Hasil Riskesdas juga
(WHO). Infeksi sebagai salah satu penyebab menunjukkan bahwa cakupan program kesehatan
kematian, sebenarnya dapat dengan mudah ibu dan anak umumnya rendah pada ibu-ibu di
dihindari dengan perawatan tali pusat yang baik, pedesaan dengan tingkat pendidikan dan
dan pengetahuan yang memadai tentang cara ekonomi rendah. Ada budaya dan kepercayaan di
merawat tali pusat (Tiwikz, 2012).

295
296 Jurnal Kesehatan, Volume VII, Nomor 2, Agustus 2016, hlm 295-301

daerah tertentu yang tidak mendukung kesehatan Menurut data Survey Demografi dan
ibu dan anak. Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012 yaitu
Perawatan tali pusat yang baik dan benar AKB di provinsi kepulauan Bangka Belitung
akan menimbulkan dampak positif yaitu tali sebesar 27/1000 kelahiran Hidup. Kematian
pusat akan lepas pada hari ke-5 sampai hari ke-7 Neonatus (0-28 hari) di Provinsi Kepulauan
tanpa ada komplikasi. Perawatan tali pusat Bangka Belitung tahun 2011 berjumlah 195
bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit orang dan tahun 2012 berjumlah 224 orang.
tetanus pada bayi baru lahir, penyakit ini Jumlah kematian neonatus tahun 2012 meningkat
disebabkan karena masuknya spora kuman dibanding tahun sebelumnya. Kematian neonatus
tetanus kedalam tubuh melalui tali pusat, baik pada tahun 2012 paling banyak terdapat di
dari alat yang tidak steril, pemakaian obat- Kabupaten Bangka (23,66% dari total kematian
obatan, bubuk atau daun-daunan yang ditaburkan neonatus) dan paling sedikit terdapat di
ke tali pusat sehingga dapat mengakibatkan Kabupaten Belitung Timur (7,14% dari total
infeksi (Depkes RI,2007). kematian neonatus) (Profil Dinkes Provinsi
Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kepulauan Bangka Belitung,2012).
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka Pada tahun 2015 di Kota Pangkalpinang
Kematian Neonatus (AKN) pada tahun 2012 bulan Februari Tahun 2015 terjadi kasus 1 bayi
sebesar 19 per 1000 kelahiran hidup. Perhatian meninggal karena Tetanus Neonatorum yang
terhadap upaya penurunan angka kematian disebabkan karena infeksi pada tali pusat umur
neonatal (0-28 hari) menjadi penting karena bayi 10 hari di Kelurahan Air Itam RT 01 (Data
kematian neonatal memberi kontribusi terhadap Puskesmas Air Itam, 2015). Berdasarkan studi
56% kematian bayi (Kemenkes RI, 2013). pendahuluan PKK II di BPS Sawiyah Aryani
Riset Kesehatan Dasar 2013 menyediakan pada tanggal 12 Desember 2014 saat kunjungan
informasi tentang cara perawatan tali pusat bayi neonatal 2 hari postpartum didapatkan masih ada
baru lahir. Menurut standar Asuhan Persalinan ibu postpartum di Kelurahan Air Itam RT 02
Normal (APN) tali pusat yang telah dipotong dan yang belum mengetahui cara perawatan tali pusat
diikat, tidak diberi apa-apa. Persentase cara yang benar dan dari pengakuan ibu tersebut ia
perawatan tali pusat dengan tidak diberi apa-apa hanya mengikuti cara merawat tali pusat yang
meningkat dari 2010 (11,6%) menjadi 24,1% diajarkan orangtuanya yaitu ditaburi dengan
pada tahun 2013. Sebaliknya perawatan tali pusat bedak dan masih diberi betadine.
dengan pemberian betadine/alkohol menurun dari Tujuan Penelitian ini yaitu untuk
78,9% (2010) menjadi 68,9% (2013) tetapi yang mengetahui hubungan paritas dengan perawatan
diberi betadine/ alkohol masih lebih besar, tali pusat pada bayi baru lahir oleh ibu
(68,9%) dan diberi obat tabur sebesar 1,6%. postpartum di Klinik Bersalin Hj. S. Tarigan kota
Persentase cara perawatan tali pusat dengan tidak pangkalpinangtahun 2015.
diberi apa-apa tertinggi di Bali (49,6%) dan
terendah diSulawesi Utara (4,6%) (Riskesdas,
2013). METODE PENELITIAN
Persentase cara perawatan tali pusat
menurut provinsi Bangka Belitung 2013 Tidak Metode penelitian yang digunakan dalam
diberi apa-apa 14,9%, diberi betadine/alkohol penelitian ini adalah analitik dengan jenis
76,3%, diberi obat tabur 0,8%, diberi ramuan/ penelitian ini menggunakan penelitian secara
obat tradisional 7,9% (Riskesdas, 2013). kuantitatif. Dengan rancangan penelitian cross
Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi cetional, penelitian ini melakukan uji hubungan
Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011 paritas ibu dengan cara ibu melakukan perawatan
berjumlah 224 orang atau sebesar 8,39% (Profil tali pusat di Rumah Bersalin Tarigan tahun 2015.
Dinkes Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Populasi pada penelitian ini yaitu ibu bersalin
2011). Jumlah ini menurun dari tahun 2010 yaitu yang melahirkan pada bulan April s/d Mei 2015
234 orang. Kematian bayi pada tahun 2011 di Klinik Bersalin Hj Sabab Tarigan. Tehnik
paling banyak terdapat di Kabupaten Belitung pengambilan sampel yang digunakan dalam
(24,10% dari total kematian bayi) dan paling penelitian ini adalah purposive sampling dimana
sedikit di Kabupaten Belitung Timur (6,6% dari pada saat penelitian yang diambil adalah semua
total kematian bayi). Kejadian Luar Biasa akibat ibu postpartum yang memiliki bayi selama tali
kasus Tetanus Neonatorum di Provinsi pusatnya belum lepas yang bertempat tinggal di
Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011 Kota Pangkalpinang pada bulan April-Mei Tahun
berjumlah 2 bayi (Profil Dinkes Provinsi 2015. Analisa dalam penelitian ini adalah Analisa
Kepulauan Bangka Belitung, 2011). Univariat dan Bivariat. Analisis bivariat
Rosita, Hubungan Paritas dengan Perawatan Tali Pusat pada Bayi Baru oleh Ibu Postpartum 297

dilakukan untuk melihat hubungan antara


variabel dependen dengan independen Tabel 2. Hubungan paritas dengan perawatan
menggunakan uji chi-square. tali pusat pada bayi baru lahir oleh
Ibu postpartum
Variabel Perawatan Tali Pusat Nilai
HASIL Paritas Tepat Tidak Total p
Tepat
A. ANALISIS UNIVARIAT n % n % n %
Primipara 4 22,2 14 77,7 18 100 0,63
Multipara 5 16,6 25 83,3 30 100
Berdasarkan hasil penelitian di didapatkan
Jumlah 9 39 48 100
hasil untuk paritas ibu sebagian besar ibu adalah
seorang multipara yaitu 62,5%.
Berdasarkan cara perawatan tali pusat ibu
didapatkan hasil sebagian besar cara ibu PEMBAHASAN
melakukan perawatan tali pusat tidak tepat yaitu
Berdasarkan hasil penelitian yang
81,25%.
dilakukan di Klinik Bersalin Tarigan didapatkan
hasil nilai p yaitu 0,63 lebih besar dari 0,05
Tabel 1. Hasil Uji Univariat
sehingga tidak terdapat hubungan antara paritas
Paritas Ibu Jumlah Persentase(%)
dengan perawatan tali pusat yang dilakukan oleh
Primipara 18 orang 37,5
ibu post partum.
Multipara 30 orang 62,5
Sebanyak 39 orang ibu postpartum
Perawatan tali pusat melakukan perawatan tali pusat dengan tidak
pada bayi baru lahir tepat, untuk primipara sebanyak 14 orang tidak
Tepat 9 orang 18,75 melakukan perawatan tali pusat dengan tepat, dan
Tidak Tepat 39 orang 81,25 untuk multipara sebanyak 25 orang yang
melakukan perawatan tali pusat dengan tidak
tepat, sehingga, tidak ada perbedaan yang
B. ANALISIS BIVARIAT bermakna antara primipara dan multipara dalam
melakukan perawatan tali pusat, baik multipara
Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa dari 48 ataupun primipara sebagian besar melakukan
ibu, ibu primipara terdapat 14 (77,7%) ibu perawatan tali pusat dengan tidak tepat atau
melakukan perawatan tali pusat tidak tepat, dan sebanyak 39 orang atau 81,25%,
pada ibu multipara terdapat 25 (83,3%) ibu yang Dari poin checklist yang disesuaikan
melakukan perawatan tali tidak tepat. dengan observasi saat perawatan tali pusat secara
Hasil analisis statistik ditemukan nilai p langsung, ternyata didapatkan 6 tindakan yang
sebesar 0,63>0,05 sehingga berarti tidak ada sebagian besar tidak dilakukan oleh ibu
hubungan yang bermakna antara paritas dengan postpartum yaitu:
perawatan tali pusat.

Tabel 3. Berdasarkan poin checklist perawatan tali pusat yang oleh ibu postpartum
Langkah Kegiatan Langkah kegiatan
Dilakukan Dilakukan tapi Tidak
Dengan Tepat tidak dengan tepat Dilakukan
Mempersiapkan alat dan bahan 13 35 0
Mencuci Tangan sebelum tindakan 17 15 16
menggunakan sabun dan air
mengalir
Membersihkan tali pusat dengan 17 18 13
kapas air hangat dan kerin gkan
Jangan ditaburi bedak ataupun 39 9 0
diberi betadine
Melipat cawet di bawah sisa tali 24 23 1
pusat jika memakai cawat
pada bayi
Mencuci tanga kembali setelah 15 1 32
melakukan tindakan
298 Jurnal Kesehatan, Volume VII, Nomor 2, Agustus 2016, hlm 295-301

1. Langkah ke-1 penting untuk meminimalkan resiko infeksi tali


pusat bayi baru lahir.
Yaitu sebanyak 13 orang (27,1%), dan
yang tidak menyiapkan salah satupun alat dan 3. Langkah ke 3
bahan sama sekali (0%). Sebelum melakukan
tindakan perawatan tali pusat perlu persiapan alat Didapatkan bahwa dari jumlah keseluruhan
dan bahan yang lengkap karena akan menjadi 48 orang, 17 orang melakukan tindakan tersebut
penting sebelum, ketika dan sesudah melakukan dengan tepat (35,4%) membersihkan tali pusat
perawatan tali pusat pada bayi seperti air dengan kapas air hangat dan mengeringkannya
mengalir dan sabun yang digunakan untuk dengan menggunakan kassa steril. Sedangkan 18
mencuci tangan, handuk tangan agar tangan bisa orang (37,5%) melakukan hal tersebut namun
dikeringkan sebelum memegang tali pusat bayi. belum tepat misalnya tidak memakai kapas air
Sabun bayi, kapas air hangat, kassa steril, dan hangat namun menggunakan kain, bedong atau
pakaian bayi yang bersih dibutuhkan ketika pakaian bayi dan mengeringkan bagian tali pusat
melakukan perawatan tali pusat bayi. Air yang bayi yang kurang tepat atau masih lembab. Selain
digunakan sebaiknya mengalir, tujuannya agar itu 13 orang (27,1%) sama sekali tidak
tangan kita yang sudah dicuci bersih tidak melakukan tindakan tersebut.
mengenai air yang sudah kotor tersebut. Kapas air hangat bisa digunakan untuk
(Menurut Prawirohardjo, 2009) Meminimalkan membersihkan daerah tali pusat bayi. Disarankan
resiko infeksi tali pusat bayi baru lahir dapat menggunakan kapas yang dicelupkan dengan air
dilakukan dengan cara sebagai berikut : hangat agar kotoran, ataupun cairan yang
 Pakai sarung tangan dan apron plastik atau menempel di bagian tali pusat bisa dibersihkan
karet saat menangani bayi, sampai darah, dan terhindar dari infeksi. Tujuan pengeringan
mekonium atau cairan amnion dibersihkan yang dilakukan agar tali pusat tetap kering dan
darikulit bayi. bersih, karena jika tali pusat lembab maka tali
 Bersihkan darah dan cairan tubuh lainnya pusat akan mudah berbau yang bisa
secara hati-hati dengan menggunakan kapas menimbulkan infeksi.
yang dicelupkan ke dalam air hangat diikuti Menurut Prawirohardjo (2009)
dengan pengeringan kulit. mengatakan dengan membersihkan darah dan
 Cuci tangan sebelum memegang atau merawat cairan tubuh lainnya secara hati-hati dengan
bayi. menggunakan kapas yang dicelupkan ke dalam
 Tunda membersihkan bayi baru lahir sampai air hangat diikuti dengan pengeringan kulit agar
suhunya stabil, yangsangat penting adalah terhindar dari infeksi tali pusat bayi baru lahir,
membersihkan area bokong dan perineal. selain itu tali pusat harus bersih dan kering.
 Masker tidak perlu sewaktu menangani bayi. Dikatakan bahwa dengan membiarkan tali pusat
mengering, tidak ditutup, dan hanya dibersihkan
2. Langkah ke 2 setiap hari menggunakan air bersih.

Diketahui dari jumlah keseluruhan 48 4. Langkah ke 4


orang sebanyak 17 orang yang melakukan
tindakan tersebut dengan tepat (35,4%), Dari 48 orang responden ternyata masih
sedangkan 15 orang (31,3%) melakukan tindakan ada ibu yang memberikan betadine pada daerah
tapi tidak tepat seperti cuci tangan tidak tali pusat bayi baru lahir yaitu sebanyak 9 orang
menggunakan sabun, tidak dibawah air mengalir (18,75%), sedangkan menggunakan kassa steril
dan tidak menggunakan handuk tangan untuk saja tanpa betadine sebanyak 39 orang (81,3%).
mengeringkannya, dan 16 orang (33,3%) tidak Sebagian besar ibu sudah mengikuti saran
melakukan tindakan cuci tangan sama sekali. Air bidan dengan menggunakan kassa steril saja
mengalir dan sabun cuci tangan sangat penting tanpa dibubuhi bedak ataupun betadine dan
dalam meminimalkan infeksi agar kotoran yang mereka mengatakan sebenarnya ibu mau
ada di tangan kita saat mencuci tangan bersih memberikan betadine karena keluarga mereka
menyeluruh tanpa mengenai tangan kita lagi yang yang menyarankan, namun karena bidan sudah
sudah dicuci. Jangan lupa untuk mengeringkan menasehati untuk tidak diberi apapun, maka ibu
tangan dengan handuk tangan yang bersih agar pun mengikuti saran bidan tersebut.
saat melakukan perawatan tali pusat tetap kering. Saat dilakukan observasi ternyata
Menurut Prawirohardjo (2009), cuci tangan didapatkan masih ada ibu-ibu yang menggunakan
sebelum memegang atau merawat bayi sangat betadine yaitu berjumlah 9 orang. Jumlah ini
termasuk besar karena dampaknya yang bisa
Rosita, Hubungan Paritas dengan Perawatan Tali Pusat pada Bayi Baru oleh Ibu Postpartum 299

berbahaya bagi bayi karena kandungan yodium waktunya untuk lepas padahal sebenarnya tali
pada betadine akan masuk ke peredaran darah pusat yang tertutup cawat itu sendiri yang
dan menyebabkan gangguan pertumbuhan menyebabkan tali pusat lembab dan
kelenjar gondok jika terjadi luka pada tali pusat mudahterkena air kencing bayi akibatnya tali
bayi ataupun bisa menginfeksi daerah tali pusat pusat berbau sehingga menyebabkan bakteri
yang lembab sehingga akan mudah bakteri untuk berkembang biak, dan bisa menginfeksi tali pusat
berkembang biak, namun karena ketidaktahuan bayi baru lahir.
mereka sehingga ibu memberikan betadine pada Perawatan tali pusat yang baik seharusnya
daerah tali pusat bayi dengan alasan karena sudah ibu melipat bagian cawat di bawah tali pusat bayi
menjadi kebiasaan keluarga dan menganggap dan tidak tertutupi oleh cawat sehingga tidak
bahwa jika memakai betadine akan mudah cepat mengenai air kencing ataupun keringat bayi
lepas tali pusat bayinya padahal bidan sudah supaya tetap kering ,dan bisa mencegah bakteri
menjelaskan pada ibu sebelum pulang berkembang biak pada daerah tali pusat agar
kerumahnya, agar jangan diberi betadine lagi tapi tidak terjadi infeksi.
cukup menggunakan kassa steril dan tetapkering. Selain itu, budaya masyarakat dalam
Bidan hendaknya menasehati ibu agar menggunakan gurita sangat berpengaruh menurut
tidak membubuhkan apapun pada daerah sekitar kepercayaan mereka, karena dengan meggunakan
tali pusat karena dapat mengakibatkan infeksi. gurita bisa membuat perut bayi kencang dan
Hal ini disebabkan karena meningkatnya tidak buncit padahal gurita yang digunakan tidak
kelembaban (akibat penyerapan oleh bahan berpengaruh pada perut buncit atau tidak tetapi
tersebut) badan bayi sehingga menciptakan karena itu sudah menjadi kebiasaan masyarakat
kondisi yang ideal bagi tubuhnya bakteri. Penting sehingga saat ini pun masih banyak ibu
untuk diberitahukan pada ibu agar tidak postpartum yang menggunakan gurita pada
membubuhkan apapun ke tali pusat dan tali pusat bayinya.
terbuka agar tetap kering . Sebaiknya akan lebih baik jika tidak
Penelitian terbaru membuktikan bahwa ditutupi dengan gurita agar bayi tidak sulit
penggunaan povidoneiodine dapat menimbulkan bernapas dan bisa terhindar dari sesak karena
efek samping karena dapat diabsorpsi oleh kulit pengikatan gurita. Biarkan terbuka, dan cukup
dan berkaitan dengan terjadinya transien dibungkus dengan kassa steril serta dijaga agar
hipotiroidisme (Prawirohardjo, 2009). Begitupun tetap kering dan bersih. Prawirohardjo (2009),
dengan bedak antiseptik yang juga dapat mengatakan Jangan tutupi tali pusat dengan
kehilangan efektifitasnya terutama dalam gurita dan popok dilipat di bawah puntung tali
kelembaban tinggi (bila tidak dijaga), sehingga pusat agar tidak lembab. Biarkan terbuka, tidak
penggunaan bahan tersebut dapat mengakibatkan perlu dibungkus. Boleh dibungkus dengan kassa
peningkatan infeksi, kecuali bila obat tersebut steril yang bersih dan kering.
dapat dijaga tetap kering dan dingin (Dewi,
2011). Saat ini belum ada petunjuk mengenai 6. Langkah ke 6
antiseptik yang baik dan aman digunakan untuk
perawatan tali pusat, karena itu juga dikatakan Hasil didapatkan dari jumlah keseluruhan
yang terbaik adalah menjaga tali pusat tetap 48 orang responden hanya 15 orang (31,3%)
kering dan bersih (Prawirohardjo, 2009). yang melakukan cuci tangan dengan tepat
misalnya menggunakan sabun cuci tangan atau
5. Langkah ke 5 antiseptik dan membersihkan menyeluruh sampai
ke sela-sela jari. Sedangkan 1orang (2,1%)
Dari 48 orang responden didapatkan melakukan tindakan tersebut namun tidak tepat
bahwa 24 orang (50%) sudah melakukan seperti tidak memakai sabun atau antiseptik dan
tindakan tersebut dengan tepat mengikat cawat di 32 orang (66,6%) tidak melakukan cuci tangan
bawah tali pusat bayi, namun 23 orang (47,9%) kembali setelah melakukan perawatan talipusat
tidak tepat saat melipat cawat yaitu di atas tali bayi baru lahir.
pusat bayi dan 1 orang (2,1%) tidak melakukan Tindakan cuci tangan sesudah melakukan
hal tersebut yaitu tidak menggunakan cawat akan perawatan tali pusat bayi dan memakai antiseptik
tetapi langsung menggunakan gurita dan pakaian juga penting agar bersih dan terhindar dari
bayi. Hal ini dilakukan karena sudah menjadi penyakit yang disebabkan oleh tangan yang kotor
kebiasaan ibu dan dari pengakuan mereka bahwa pada ibu dan tentunya akan memegang makanan
mereka takut jika diikat di bawah tali pusat bayi ataupun yang lainnya sehingga perlu dilakukan
maka tali pusat akan terbuka sehingga mudah cuci tangan kembali. Namun dilihat dari
lepas akibat bayi bergerak dan tali pusat belum observasi yang dilakukan ternyata banyak ibu-ibu
300 Jurnal Kesehatan, Volume VII, Nomor 2, Agustus 2016, hlm 295-301

tidak mencuci tangan sesudah merawat tali pusat melakukan perawatan tali pusat dengan tepat hal
bayi karena mereka menganggap bahwa ini disebabkan karena ibu belum terpapar
tanganmereka sudah bersih dan tidak perlu informasi bagaimana cara perawatan tali pusat
mencuci tangan berulang kali. baik itu pada saat kehamilan, ataupun pada saat
Sebagian ibu melakukan cuci tangan postpartum, dan sebagaian besar ibu merasa takut
kembali namun tidak tepat, ibu mengakui ia tidak ketika melakukan perawatan tali pusat, sehingga
mengetahui bagaimana cuci tangan yang benar,d ibu akan meminta bantuan orang lain yaitu nenek
an menganggap dengan cuci tangan hanya bayi ataupun dukun paraji untuk melakuikan
dengan air saja sudah cukup karena tangan juga perawatan tali pusat, sehingga di sini diperlukan
tidak terlalu kotor padahal sabun atau antiseptik kunjungan rumah pada masa nifas oleh petugas
berfungsi untuk membersihkan tangan secara ksehatan untuk memastikan perawatan tali pusat
menyeluruhdan menghilangkan bakteri, hal ini dilakukan dengan benar.
dikarenakan ketidaktahuan mereka dan masih
kurangnya kesadaran ibu akan pentingnya cuci
tangan sesudah melakukan tindakan tersebut. SIMPULAN
Namun sebagian ibu melakukan cuci tangan
dengan tepat berpendapat bahwa cuci tangan Berdasarkan hasil penelitian perawatan
penting karena bisa menghilangkan kuman pada tali pusat pada bayi baru lahir oleh ibu
tangan dengan menggunakan sabun dan postpartum di klinik bersalin Hj. S. Tarigan
membersihkannya sampai ke sela-sela jari. sebesar (18.75%) sudah dilakukan dengan tepat,
Perilaku seseorang atau masyarakat sedangkan (81,25%) tidak tepat. Sehingga
tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, simpulan dari penelitian ini yaitu tidak ada
sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari hubungan antara paritas dengan perawatan tali
orang atau masyarakat. Ketersediaan fasilitas, pusat.
sikap,dan perilaku para petugas kesehatan
terhadap kesehatan juga akan mendukung dan
memperkuat terbentuknya perilaku SARAN
(Notoatmodjo,2007). Menurut Prawirohardjo
(2009), cuci tangan atau pakai antiseptik pencuci Pada ibu postpartum untuk diberikan KIE
tangan sesudah perawatan tali pusat juga tentang cara perawatan tali pusat yang benar
pentingagar bisa meminimalkan resiko infeksi sehingga mencegah kemungkinan infeksi tali
tali pusat bayi baru lahir. pusat pada neonatus. Mengajarkan keluarga
Ibu postpartum baik itu primipara tentang cara perawatan tali pusat yang benar.
ataupun multipara sebagian besar tidak

DAFTAR PUSTAKA

Data Puskesmas Air Itam. 2015. Data KIA Dinkes Provinsi Bangka Belitung. 2011. Profil
Puskemas Air Itam Bulan Januari Maret. Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan
Pangkalpinang: Data Puskemas Air Itam Bangka Belitung. Pangkalpinang: Dinkes
Kota Pangkalpinang. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Data Rumah Bersalin Tarigan. 2015. Data Ibu Dinkes Provinsi Bangka Belitung. 2012. Profil
Bersalin Bulan Januari-Maret. Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan
Pangkalpinang: Data Rumah Bersalin Bangka Belitung. Pangkalpinang: Dinkes
Tarigan Kota Pangkalpinang. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan Neonatus Dinkes Provinsi Bangka Belitung. 2013. Profil
Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba. Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan
Departemen Kesehatan RI. 2007. Profil Bangka Belitung. Pangkalpinang: Dinkes
Kesehatan Indonesia. Jakarta. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Kementrian Kesehatan RI. 2013. Profil Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan
Kesehatan Indonesia. Jakarta. Ilmu Prilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Dinkes Kota Pangkalpinang. 2013. Profil Dinas Tiwikz. 2012. Infeksi Tali Pusat. Available.
Kesehatan Kota Pangkalpinang. Nyaknya-tiwikz.blogspot.com (Diakses
Pangkalpinang: Dinkes Kota tanggal 4 Maret 2015)
Pangkalpinang.
Rosita, Hubungan Paritas dengan Perawatan Tali Pusat pada Bayi Baru oleh Ibu Postpartum 301

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Prawiroharjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI. 2013. Riset Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Kesehatan Dasar Tahun 2013. Prawiroharjo.

Anda mungkin juga menyukai