Anda di halaman 1dari 13

1

PELAKSANAAN PENCEGAHAN STROKE PADA PENDERITA


HIPERTENSI DI RW II KELURAHAN SAMBIROTO
SEMARANG

Manuscript

Oleh :

Munika Septiningrum

NIM : G2A009071

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2013
2
3

Pelaksanaan Pencegahan Stroke pada Penderita Hipertensi di RW II Kelurahan


Sambiroto Semarang

Munika Septiningrum1, Heryanto Adi Nugroho2, Sayono3


1
Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fikkes UNIMUS
2
Dosen Keperawatan Komunitas Fikkes UNIMUS
3
Dosen Jurusan Kesehatan Masyarakat UNIMUS

Abstrak
Hipertensi merupakan faktor resiko primer penyakit stroke. Pengendalian faktor-
faktor resiko stroke seperti hipertensi adalah tindakan yang paling tepat untuk
pencegahan stroke. Pelaksanaan pencegahan stroke diperlukan agar tidak
menimbulkan komplikasi hipertensi yaitu stroke. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pelaksanaan pencegahan stroke pada penderita hipertensi. Penelitian ini
merupakan jenis penelitian deskriptif dengan metode kuantitatif. Jumlah sampel 81
responden diambil dengan teknik Simple Random Sampling. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa responden yang melakukan tepat diit rendah natrium sebanyak
28 orang (34.6%), kurang tepat sebanyak 46 orang (56.8%), tidak tepat sebanyak 7
orang (8.6%). Responden yang melakukan tepat diit rendah lemak sebanyak 0 orang
(0%), kurang tepat sebanyak 70 orang (86.4%), tidak tepat sebanyak 11 orang
(13.6%). Aktivitas fisik sedang sebanyak 62 orang (62%). Intensitas istirahat tidur
cukup sebanyak 54 orang (66.7%), responden yang mampu mengatasi stress
sebanyak 61 orang (24.7%). Responden yang merokok sebanyak 21 orang (21%),
responden yang mengkonsumsi minuman beralkohol sebanyak 10 orang (12.3%).

Kata kunci : pelaksanaan pencegahan stroke, hipertensi


4

Abstract
Hypertension is a risk primary factor of stroke. The Controling risk factors of stroke
such as hypertension is good action to prevent of stroke. Implementation of
prevention stroke is needed in order to avoid hypertension complications that is
stroke. The purpose of this research is to determine the implementation of stroke
prevention on hypertension patients. This research is a descriptive research by
quantitative method. The number of samples 81 respondents are taken by Simple
Random Sampling technique. The Results are showed that respondents who do the
good low natrium diet are 28 people (34.6%), less precise are 46 people (56.8%),
not precise are 7 people (8.6%). Respondents who do the good low-fat diet are 0
people (0%), less precise are 70 people (86.4%), not precise are 11 people (13.6%).
Physical average activity are 62 people (62%). Intensity of restful sleep enough
are54 people (66.7%), respondents who are able to cope the stress are 61 people
(24.7%). Respondents who are smoker are 21 people (21%), respondents who
consume alcohol drink are 10 people (12.3%).

Keywords : the implementation of stroke prevention, hypertension

PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang membutuhkan perhatian karena
dapat menyebabkan kematian utama di Negara-negara maju maupun Negara
berkembang. Menurut survey yang dilakukan oleh Word Health Organization (WHO)
pada tahun 2000, jumlah penduduk dunia yang menderita hipertensi untuk pria sekitar
26,6% dan wanita sekitar 26,1% dan diperkirakan pada tahun 2025 jumlahnya akan
meningkat menjadi 29,2% (Apriany, 2012).
Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2011, angka penderita
hipertensi dari tahun 2007 hingga 2011 sebagai berikut. Pada tahun 2007 sebesar
123990 jiwa, terjadi peningkatan pada tahun 2008 sebesar 130683 jiwa. Selanjutnya
5

pada tahun 2009 dan 2010 mengalami penurunan, pada tahun 2009 sebesar 113537
jiwa dan pada tahun 2010 sebesar 107839 jiwa. Namun, pada tahun 2011 terjadi
peningkatan yaitu sebesar 128594 jiwa (DKK, 2011).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota (DKK) Semarang bahwa penyakit tidak
menular berdasarkan tempat pada tahun 2012, angka kejadian hipertensi tertinggi di
kota Semarang terdapat di Puskesmas Kedungmundu yaitu sebanyak 5.097 penderita.
Diantara wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu yang terdiri dari 7 kelurahan, angka
kejadian hipertensi tertinggi yaitu di Kelurahan Sambiroto yaitu sebesar 801
penderita. Dari 11 RW pada Kelurahan Sambiroto, angka kejadian hipertensi tertinggi
yaitu terdapat pada RW II, sebesar 102 penderita.
Salah satu komplikasi utama dari hipertensi adalah stroke. Zat-zat yang terlarut
seperti kolesterol, kalsium dan lain sebagainya akan mengendap pada dinding
pembuluh yang dikenal dengan istilah penyempitan pembuluh darah. Bila
penyempitan pembuluh darah terjadi dalam waktu yang lama dengan tekanan darah
yang sangat tinggi, maka pembuluh darah akan pecah yang akan mengakibatkan
suplai darah ke otak berkurang dan tidak adekuat lagi, bahkan terhenti yang
selanjutnya menimbulkan stroke (Pudiastuti, 2011).
Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2011, angka penderita
stroke dari tahun 2007 hingga 2011 sebagai berikut. Pada tahun 2007 sebesar 9656
jiwa, terjadi peningkatan pada tahun 2008 sebesar 13481 jiwa. Selanjutnya pada
tahun 2009 dan 2010 mengalami penurunan, pada tahun 2009 sebesar 11002 jiwa dan
pada tahun 2010 sebesar 9142 jiwa. Namun, pada tahun 2011 terjadi peningkatan
yaitu sebesar 14690 jiwa (DKK, 2011).
Kejadian stroke dapat dicegah lebih dini pada penderita hipertensi. Penanganan
hipertensi dilakukan bersama dengan pengubahan pola tidak mengkonsumsi alkohol,
aktivitas fisik yang cukup serta olahraga yang teratur, mengurangi konsumsi garam,
mengurangi konsumsi natrium, kalsium, magnesium yang cukup, dan berhenti
merokok, serta mampu mengatasi stress. Selain itu penderita hipertensi juga harus
6

mempunyai pengetahuan dan sikap kepatuhan untuk dapat menyesuaikan


penatalaksanaan hipertensi dalam kehidupan sehari- hari (Utami P. , 2009).

METODE
Penelitian deskriptif (descriptive research) dimaksudkan untuk mendiskripsikan
secara sistematis dan akurat dari pelaksanaan pencegahan stroke pada penderita
hipertensi di RW II Kelurahan Sambiroto Semarang. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh penderita hipertensi yang bertempat tinggal di RW II Kelurahan
Sambiroto Semarang dengan jumlah 102 orang. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan Simple Random Sampling. Sampel yang digunakan
sebanyak 81 responden. Penelitian ini dilakukan di RW II Kelurahan Sambiroto
Semarang pada tanggal 13-17 September 2013, data dianalisis secara univariat.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada penelitian ini diketahui bahwa jumlah responden yang berjenis kelamin
perempuan lebih banyak dibandingkan responden yang berjenis kelamin laki-laki,
dimana jumlah responden perempuan sebanyak 56 penderita (60.1%) sedangkan
jumlah responden laki-laki sebanyak 25 penderita (30.9%).
Pada perempuan, tekanan darah umumnya meningkat setelah menopause. Perempuan
yang sudah menopause memiliki risiko hipertensi yang lebih tinggi dibanding yang
belum menopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit
hormone estrogen yang selama ini melindungi darah dari kerusakan. Perubahan
hormon tersebut membuat perempuan mengalami peningkatan sensitivitas terhadap
garam dan penambahan berat badan. Kedua hal tersebut berpotensi memicu tekanan
darah yang lebih tinggi. Oleh sebab itu penderita hipertensi lebih banyak perempuan
dibandingkan laki-laki (Dalyoko, 2010).
Rata-rata umur responden adalah berumur 40-60 tahun (dewasa tengah) sebanyak 46
responden, usia 18-40 tahun (dewasa awal) sebanyak 13 responden, dan untuk 60
tahun keatas (dewasa akhir/lansia) sebanyak 22 responden. Dengan bertambahnya
7

umur, risiko terjadinya hipertensi meningkat. Meskipun hipertensi bisa terjadi pada
segala usia, namun paling sering dijumpai pada orang berusia 35 tahun atau lebih.
Sebenarnya wajar bila tekanan darah sedikit meningkat dengan bertambahnya umur.
Hal ini disebabkan oleh perubahan alami pada jantung, pembuluh darah dan hormon.
Tetapi bila perubahan tersebut disertai faktor-faktor lain maka bisa memicu terjadinya
hipertensi (Sugiharto, 2010).
Responden yang tingkat pendidikannya dasar adalah 41 orang (50,6%). Tingkat
pendidikan menengah sebanyak 28 responden (34,6%). Tingkat pendidikan tinggi
sebanyak 12 responden (22.2%).
Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan dan pengetahuan seseorang
dalam menerapkan perilaku hidup sehat, terutama mencegah stroke atau
mempertahankan tekanan darah dalam kondisi normal. Semakin tinggi tingkat
pendidikan maka semakin tinggi pula kemampuan seseorang dalam menjaga pola
hidupnya agar tetap sehat (Agrina, 2011),
Tabel 1
Distribusi frekuensi responden Hipertensi berdasarkan jenis kelamin, umur, pendidikan di RW II
Kelurahan Sambiroto Semarang tahun 2013 (n=81).
Variabel Kategori Frekuensi Presentase (%)
Laki-laki Jenis kelamin 25 30.9
Perempuan 56
60.1
18-40 tahun Umur 13 16.0
40-60 tahun 46 56.8
60 tahun keatas 22 27.2
Dasar Tingkat pendidikan 41 50.6
Menengah 28
34.6
Tinggi 12
14.8
8

Tabel 2
Distribusi frekuensi responden Hipertensi berdasarkan diit hipertensi rendah natrium di RW II
Kelurahan Sambiroto Semarang tahun 2013 (n=81).
Kategori Diit Frekuensi Presentase (%)
Tepat 10 12.3
Tidak tepat 71 87.7
Total 81 100

Tabel 3
Distribusi frekuensi responden Hipertensi berdasarkan diit hipertensi rendah lemak di RW II
Kelurahan Sambiroto Semarang tahun 2013 (n=81).
Kategori diit Frekuensi Presentase (%)
Tepat 4 4.9
Tidak tepat 77 95.1
Total 81 100

Tabel 4
Distribusi frekuensi responden Hipertensi berdasarkan aktivitas fisik di RW II Kelurahan Sambiroto
Semarang tahun 2013 (n=81).
Tingkat aktivitas fisik Frekuensi Presentase (%)
Aktivitas fisik ringan 9 11.1
Aktivitas fisik sedang 62 76.5
Aktivitas fisik berat 10 12.3
Total 81 100

Tabel 5
Distribusi frekuensi responden Hipertensi berdasarkan olahraga di RW II Kelurahan Sambiroto
Semarang tahun 2013 (n=81).
Olahraga Frekuensi Presentase (%)
Berolahraga 46 56.8
Tidak berolahraga 35 43.2
Total 81 100

Tabel 6
Distribusi frekuensi responden Hipertensi berdasarkan istirahat tidur di RW II Kelurahan Sambiroto
Semarang tahun 2013 (n=81).
Kategori istirahat tidur Frekuensi Presentase (100%)
Kurang 8 9.9
Cukup 54 66.7
Lebih 19 23.5
Total 81 100
9

Tabel 7
Distribusi frekuensi responden Hipertensi berdasarkan manajemen stress di RW II Kelurahan
Sambiroto Semarang tahun 2013 (n=81).
Kategori Frekuensi Presentase (%)
Tidak mampu mengatasi stress 20 24.7
Mampu mengatasi stress 61 75.3
Total 81 100

Tabel 8
Distribusi frekuensi responden Hipertensi berdasarkan merokok di RW II Kelurahan Sambiroto
Semarang tahun 2013 (n=81).
Konsumsi rokok Frekuensi Presentase (%)
Merokok 21 25.9
Tidak merokok 60 74.1
Total 81 100

Tabel 9
Distribusi frekuensi responden Hipertensi berdasarkan merokok di RW II Kelurahan Sambiroto
Semarang tahun 2013 (n=81).
Kategori Frekuensi Presentase (%)
Mengkonsumsi minuman beralkohol 10 12.3
Tidak mengkonsumsi minuman 71 87.7
beralkohol
Total 81 100

Berdasarkan penelitian diit hipertensi responden yang melakukan tepat diit rendah
natrium sebanyak 10 orang (12.3%). Tidak tepat diit rendah natrium sebanyak 71
orang (87.7%). Responden yang melakukan tepat diit rendah lemak sebanyak 4 orang
(4.9 %). Tidak tepat diit rendah natrium sebanyak 77 orang (95.1%).
Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan tubuh meretensi cairan yang dapat
meningkatkan volume darah. Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh,
karena menarik cairan di luar sel agar tidak keluar, sehingga akan meningkatkan
volume dan tekanan darah. Asupan natrium yang berlebih dapat mengecilkan
diameter pembuluh darah arteri, menyebabkan jantung harus memompa keras untuk
10

mendorong volume darah melalui ruang yang makin sempit, sehingga tekanan darah
menjadi naik akibatnya terjadi hipertensi (Rita Emiria Afrida Apriany, 2012).
Kebiasaan konsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan peningkatan berat badan
yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi lemak jenuh juga meningkatkan risiko
aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah. Penurunan konsumsi
lemak jenuh, terutama lemak dalam makanan yang bersumber dari hewan dan
peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya yang berasal dari minyak
sayuran, biji-bijian dan makanan lain yang bersumber dari tanaman dapat
menurunkan tekanan darah.
Berdasarkan penelitian aktivitas fisik responden dengan tingkat aktivitas fisik ringan
sebanyak 9 orang (11.1%). Responden dengan tingkat aktivitas fisik sedang sebanyak
62 orang (62%). Responden dengan tingkat aktivitas fisik berat sebanyak 10 orang
(12.3%).
Kegiatan fisik penting untuk mengendalikan tekanan darah tinggi sebab membuat
jantung lebih kuat. Jantung mampu memompa lebih banyak darah dengan lebih
sedikit usaha. Makin ringan kerja jantung untuk memompa darah, makin sedikit
tekanan terhadap arteri (Aktifitas Fisik Minim, Hipertensi mengancam, 2010).
Berdasarkan penelitian olahraga responden yang melakukan olahraga sebanyak 46
orang (56.8%). Responden yang tidak melakukan olahraga sebanyak 35 orang
(43.2%).
Olahraga dapat menurunkan tekanan diastolik untuk 3-15 mmHg dan menurunkan
tekanan sistolik antara 5-25 mmHg. Penelitian kohort yang dilakukan Blair, hasil
penelitian menunjukkan bahwa mereka yang berolahraga sedikit mempunyai
kemungkinan untuk tekanan darah 52% lebih tinggi daripada mereka yang
berolahraga dengan cukup hingga mempunyai kesegaran jasmani. Kurang melakukan
olahraga akan meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan garam
juga bertambah akan memudahkan timbulnya hipertensi (Hendraswari, 2008).
11

Berdasarkan penelitian istirahat tidur responden yang melakukan istirahat tidur


dengan intensitas cukup sebanyak 54 orang (66.7%). Intensitas istirahat tidur kurang
sebanyak 8 orang (9.9%). Intensitas istirahat tidur lebih sebanyak 19 orang (23.5%).

Istirahat yang dilakukan seharusnya tidak berlebihan dan kekurangan. Istirahat akan
membuat tubuh kembali segar. Istirahat siang yang paling baik dilakukan adalah
selama 2 jam. Istirahat yang dilakukan secara berlebihan tidak baik untuk kesehatan
tubuh. Seseorang yang tidur kurang dari 5 jam setiap malamnya memiliki resiko lebih
tinggi 39% terkena penyakit jantung dibandingkan dengan yang tidur 8 jam.
Seseorang yang tidur kurang dari 6 jam memiliki resiko lebih tinggi 18% terkena
sumbatan arteri dan orang yang tidur 9 jam atau lebih diperkirakan memiliki resiko
lebih tinggi 37% terkena penyakit jantung (Novita Nining Widyaningsih, 2008).
Berdasarkan penelitian manajemen stress responden yang mampu mengatasi stress
sebanyak 61 orang (24.7%). Responden yang tidak mampu mengatasi stress sebanyak
20 orang (75.3%).
Stress menjadi masalah bila tuntutan dari lingkungan hampir atau bahkan sudah
melebihi kemampuan kita untuk mengatasinya. Cara untuk menghilangkan stres yaitu
perubahan pola hidup dengan membuat perubahan dalam kehidupan rutin sehari-hari
dapat meringankan beban stres. Mengelola stres membantu mengurangi tekanan
darah.
Berdasarkan penelitian merokok responden yang merokok sebanyak 21 orang (21%).
Responden yang tidak merokok sebanyak 60 orang (74.1).
Penelitian lain menunjukkan mereka yang merokok 20 batang atau lebih per hari
mengalami penurunan HDL sekitar 11% untuk laki-laki dan 14% untuk perempuan
dibandingkan mereka yang tidak merokok (Soeharto, 2004).
Berdasarkan penelitian konsumsi minuman beralkohol responden yang
mengkonsumsi minuman beralkohol sebanyak 10 orang (12.3%). Responden yang
tidak mengkonsumsi minuman beralkohol sebanyak 71 orang (87.7%).
Konsumsi secara berlebihan alkohol akan meningkatkan resiko terjadinya hipertensi
pada seseorang. Alkohol bersifat meningkatkan aktivitas saraf simpatis karena dapat
12

merangsang sekresi corticotrophin releasing hormone (CRH) yang akhirnya akan


meningkatkan tekanan darah (Rachman, 2011).

PENUTUP

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang melakukan tepat diit rendah
natrium sebanyak 10 orang (12.3%). Tidak tepat diit rendah natrium sebanyak 71
orang (87.7%). Responden yang melakukan tepat diit rendah lemak sebanyak 4 orang
(4.9 %). Tidak tepat diit rendah natrium sebanyak 77 orang (95.1%).
Pelaksanaan dengan tingkat aktivitas fisik ringan sebanyak 9 orang (11.1%).
Responden dengan tingkat aktivitas fisik sedang sebanyak 62 orang (62%).
Responden dengan tingkat aktivitas fisik berat sebanyak 10 orang (12.3%).
Responden yang melakukan olahraga sebanyak 46 orang (56.8%). Responden yang
tidak melakukan olahraga sebanyak 35 orang (43.2%).
Pelaksanaan istirahat tidur dengan intensitas cukup sebanyak 54 orang (66.7%),
istirahat tidur kurang sebanyak 8 orang (9.9%), istirahat tidur lebih sebanyak 19
orang (23.5%).
Responden yang mampu mengatasi stress sebanyak 61 orang (24.7%), tidak mampu
mengatasi stress sebanyak 20 orang (75.3%).
Berdasarkan hasil penelitian bahwa responden yang merokok sebanyak 21 orang
(21%). Responden yang tidak merokok sebanyak 60 orang (74.1). Berdasarkan hasil
penelitian bahwa responden yang mengkonsumsi minuman beralkohol sebanyak 10
orang (12.3%), tidak mengkonsumsi minuman beralkohol sebanyak 71 orang
(87.7%).

DAFTAR PUSTAKA

Agrina, S. S. (2011). Kepatuhan Lansia Penderita Hipertensi Dalam Pemenuhan Diit


Hipertensi. 46-53.

Aktifitas Fisik Minim, Hipertensi mengancam. (2010, Juni 3). Retrieved Agustus 25,
2013, from Waspada Online:
13

http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=119855
:aktivitas-fisik-minim-hipertensi-mengancam&catid=54:gaya-hidup&Itemid=84

Apriany, R. E. (2012). Asupan Protein, Lemak Jenuh, Natrium, Serat Dan IMT
Terkait Dengan Tekanan Darah Pasien Hipertensi Di RSUD TUGUREJO
SEMARANG. Journal of Nutrition College , 700-714.

Dalyoko, D. A. (2010). Faktor Yang Berhubungan Dengan Upaya Pengendalian


Hipertensi Pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah kerja Puskesmas Mojosongo
Boyolali. Jurnal Kesehatan .

Danim, S. (2003). Riset Keperawatan : sejarah dan metodologi. Jakarta: EGC.

DKK. (2011). Profil Kesehatan Kota Semarang 2011. Semarang: DKK Semarang.

Hendraswari, D. E. (2008). Beberapa Faktor Resiko Hipertensi. Jakarta: FKM UI.

Novita Nining Widyaningsih, M. L. (2008). Pengarug Keadaan Sosial Ekonomi,


Gaya Hidup, Status Gizi, dan Tingkat Stress Terhadap Tekanan Darah. Jurnal Gizi
dan Pangan , 1-6.

Potter&Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan


Praktik. Jakarta: EGC.

Pudiastuti, R. D. (2011). Penyakit pemicu Stroke. yogyakarta: nuha medika.

Rachman, F. (2011). Berbagai faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi


Pada Lansia.

Rita Emiria Afrida Apriany, T. M. (2012). Asupan Protein, Lemak Jenuh, Natrium,
Serat dan IMT Terkait Dengan Tekanan Darah Pasien Di RS Tugurejo Semarang.
Journal of Nutrotion College , 700-714.

Soeharto, I. (2004). Serangan Jantung dan Stroke Hubungannya dengn Lemak &
Kolesterol Edisi 2. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sugiharto, A. (2010). Fakto-faktor Resiko Hipertensi Grade II Pada Masyarakat.


Skripsi Studi kasus di Kabupaten Karanganyar .

Utami, P. (2009). Solusi Sehat Mengatasi Stroke. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai