Pendidikan Marxis-Sosialis Dan Pendidikan Postmodernisme
Pendidikan Marxis-Sosialis Dan Pendidikan Postmodernisme
BAB V
PENDIDIKAN MARXIS-SOSIALIS:
PENDIDIKAN UNTUK PEMBEBASAN
KELOMPOK 2
Disusun oleh:
Dian Marsyah Fabianti
E022181011
Pendidikan Marxis ini adalah model pendidikan yang lahir sebagai tantanga terhadap model
pendidikan tradisional dan liberal yang juga sangat nyata dalam praktik dan kebijakan
pendidikan diberbagai negara. Pendidikan Marxis-Sosialis sendiri tidak begitu tampak karena
tidak mendefinisikan diri sebagai pendidikan formal atau pendidikan dalam arti sempit
sebagaimana kita diskusikan dibagian sebelumnya.
• Pendidikan yang Bukan Hanya Sekolah
Pendidikan seperti pesantren yang mereformasi diri dengan mengadopsi pembelajaran
modern banyak bertebaran, digagas, dan disebarkan oleh kaum yang menggelorakan
semangat keagamaan dalam membendung laju modernisasi globalisasi kapitalis.
Sebagian dari lembaga-lembaga pendidikan ini dikembangkan oleh kalangan aktivis
gerakan keagamaan yang punya visi ideologis. Menariknya, lembaga pendidikannya juga
diorganisir sebagai basis perlawanan terhadap musuh yang didefinisikan oleh para
ideolog, pemikir, dan pendidiknya. Salah satu varian pemikirannya adalah revivalisme
Islam, yang menjadikan pendidikan pesantren sebagai tempat untuk menyusun
perlawanan. Banyak yang mengatakan bahwa lembaga pendidikan mereka menjadi
sarang “teroris”. Benar atau tidak anggapan semacam ini, kita sering mengetahui
sebagaimana diberitakan berbagai media bahwa para pelaku-pelaku terror memang
berasal dari lembaga pendidikan tradisional pesantren. Yang jelas model pendidikan ini
adalah reaksi yang wajar dari globalisasi kapitalis yang membawa kontradiksi
kemanusiaan dan merusak moral.
Sementara itu, pendidikan model pendidikan kerakyatan yang dipengaruhi paham
marxisme memang tidak memformalkan diri dalam sekolah-sekolah yang terorganisir
dengan baik, tetapi justru hadir dalam keseharian rakyat, terutama dikalangan rakyat
miskin perkotaan, kawasan industry atau pabrik, dan di desa-desa meskipun jumlahnya
kecil. Model pendidikannya terorganisir dalam gerakan buruh dan kaum miskin
perkotaan, ekspresi ideologisnya mencerminkan kepentingannya sebagai kalangan bawah
yang butuh pembebasan. Di Jakarta, ada sebuah gerakan kaum miskin kota yang cukup
besar dan gerakannya cukup dipertimbangkan dalam gerakan sosial-politik tanah air, dan
juga mempunyai cabang-cabangnya diberbagai kota-kota (terutama kota besar seperti
Yogyakarta, Surabaya, Semarang, Makassar, dan lain-lain). Nama organisasi ini adalah
SRMI (Serikat Rakyat Miskin Indonesia) awalnya bernama SRMK (Sarekat Rakyat
Miskin Kota). Organisasi massa ini dapat dikatakan memiliki agenda pendidikan anggota
yang meningkatkan kesadaran rakyat. Terutama pendidikan yang berupa kumpulan
orang-orang miskin yang sedang mendiskusikan masalah-masalah mereka dikaitkan
dengan politik. Terlalu banyak melakukan serangan politik, dan kurang menekankan
pada kerja pengorganisiran dan perluasan massa untuk menyebarkan ideologinya dan
memperluas wadah-wadah pendidikan, merupakan salah satu kekurangan.
• Posisi Pendidikan Dalam Masyarakat
Prinsip marxisme dikaitkan dengan masalah pendidikan akan menujukkan bahwa
pendidikan sebagai proses historis dalam kehidupan manusia ditentukan oleh
perkembangan masyarakat yang tentu saja ditentukan oleh kondisi material-ekonomis
yang berkembang. Pendidikan adalah media sosialisasi pandangan hidup dan kecakapan
yang harus diterima masyarakat (terutama anak-anak). Pendidikan juga sangat berkaitan
dengan politik karena ia berada pada wilayah “atas” dari struktur masyarakat yang ada.
Dalam bahasa sederhananya, kita akan menerapkan pandangan materialism dialektika
untuk melihat perkembangan sejarah dan mencari tahu dimana letak pendidikan dalam
sejarah masyarakat dalam hal ini kita berpikir secara materialis, dialektis, dan historis
(MDH). Kerja adalah gagasan manusia yang dikonkretkan secara material melalui gerak
tubuh dan dibantu alat-alat untuk mengubah alam atau menghadapi kontradiksi alam.
Karena kemampuan inilah, maka peradaban manusia menjadi maju-mundur (berubah).
Disebabkan kemampuan inilah, manusia mampu baik mengubah dan mengendalikan
alam dalam perubahannya sesuai dengan keinginannya. Misalnya, pada
perkembangannya manusia bukanhanya mampu mengubah besi yang didapat dari tanah
menjadi barang-barang lain yang lebih bermanfaat dan membantu kerjanya seperti motor,
televisi, ataupun komputer, melainkan juga mampu memahami (menganalisis),
menghadapi dan mengendalikan kejadian-kejadian alam seperti hujan, banjir, dan gempa
meskipun belum maksimal. Melalui kerja muncul capaian-capaian yang pada akhirnya
membantu memudahkan kerja.
Dari berbagai macam peristiwa itulah, manusia menjumpai pengalaman-pengalaman
yang membuat mereka belajar. Karenannya, kerja dapat dikatakan sebagai dasar bagi
perkembangan cara berpikir dan corak kehidupan (termasuk corak budayanya). Kerja
adalah praktik kehidupan sehari-hari yang menyebabkan manusia menggerakkan
tubuhnya, menggunakan tangan, dan seluruh anggota badannya untuk menghadapi alam
kehidupan. Dari proses inilah kebudayaan berkembang dan dapat diketahui kualitasnya.
KELOMPOK 2
Disusun oleh:
Dian Marsyah Fabianti
E022181011